Delia Angelista adalah seorang mahasiswi semester 6 jurusan sastra di sebuah kampus swasta di kota B. Delia yang kini usianya 21 tahun merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Abangnya Delia, Ade sangat menyayanginya dan selalu memanjakannya dari kecil. Sayangnya mereka tidak tinggal satu atap dikarenakan Ade yang bekerja di luar kota. Sehingga mereka biasanya bertemu 6 bulan sekali. Jarak usia Delia dan Ade terpaut 6 tahun, maka dari itu Delia sangat manja sekali dengan abangnya jika mereka sedang bersama.
Tetapi sebenarnya Delia merupakan gadis yang mandiri dan pekerja keras. Meskipun memiliki orang tua yang berada, Delia tidak suka memnfaatkan kekayaan orang tuanya untuk foya-foya. Di sela-sela kesibukannya kuliah, Delia memanfaatkan waktunya sambil jualan baju online. Pekerjaannya itu dilakukan hanya untuk mengisi waktu luangnya. Asal tidak mengganggu tugas-tugas kuliahnya.
Delia di kampusnya terkenal dengan sebutan gadis olshop. Karena semua mahasiswi seangkatannya mengenal dia dari barang dagangannya yang dia jual dengan nama Dee_ta Olshop.
Banyak dari mereka yang menjadi pelanggan Dee_ta Olshop karena harganya terjangkau untuk kalangan mahasiswa. Sebenarnya orang tua Delia sudah melarangnya untuk jualan meskipun online. Karena takut akan mengganggu konsentrasi kuliahnya. Tetapi Delia tetap keras kepala tidak mau meninggalkan kerjaanya sampingannya itu. Kadang orang tua Delia bingung dengan putri kesayangannya itu.
Dulu awal masuk kuliah, orang tuanya menyarankan ambil jurusan bisnis seperti abangnya. Tetapi Delia menolak karena tidak mau pusing dengan urusan perkantoran. Dan akhirnya ambil jurusan sastra. Tidak tau alasannya apa.
“memangnya kamu nanti mau kerja apa kalau ambil jurusan sastra?” Tanya ayahnya.
“mungkin dede (panggilan sayang di keluarganya) mau jadi pujangga yah” sela ibunya disertai kekehan.
Delia hanya memutar bola matanya saja.
“Yah, biarlah yah dede ambil jurusan sastra. Karena dede dari dulu suka sastra. Kalua untuk masalah pekerjaan seusai dede lulus kuliah, dipikir nanti lah yah. Dijalani aja dulu” rengek delia manja kepada ayahnya.
Meskipun begitu orang tua Delia tidak pernah memaksa kehendak ataupun kemauan anak gadisnya itu. Mereka selalu mendukung keinginan anak-anaknya selama masih dalam hal-hal yang positif.
Dan dilihat saat ini. Orang tua Delia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gadisnya. Di rumahnya penuh dengan baju-baju yang akan siap dipacking. Dan itupun jumlahnya sangat banyak. Delia sendiri yang mengurusnya tanpa bantuan siapa pun.
Delia pun sebenarnya tidak mengerti akan apa yang terjadi. Dari masih duduk di bangku SMA dulu, dia memang suka dengan sastra. Suka sekali dengan karya-karya sastra. Baik sastra lama maupun modern. Bahkan tugas-tugas menganalisis sebuah karya sastra sudah menjadi makanan dia sehari-hari.
Dia juga terkenal akan prestasinya sejak saat masih SMA. Makanya waktu masuk perguruan tinggi dia lebih memilih ambil jurusan sastra. Karena dia bercita-cita sebagai jurnalis.
Tetapi melihat kenyataan yang dilihat oleh orang tuanya, sungguh sangat berbanding terbalik. Biasanya anak yang kuliah ambil jurusan sastra paling tidak kalau mau belajar bekerja, dia akan ambil kerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Misalnya menulis novel, cerpen atau apalah yang penting sesuai. Tapi tidak Delia. Malah jualan baju online. Entah darimana dia dulu mendapatkan ide untuk jualan baju-baju online. Dia pun tidak menghiraukan itu semua.
Baginya yang penting belajar bekerja. Belajar mencari uang sendiri. Dia tidak mau menyusahkan kedua orang tuanya terus menerus. Dia tau akan roda kehidupan yang terus berputar.
Kadang ada di bawah kadang ada di atas. Delia sadar, tidak selamanya orang tuanya mampu mencukupi kebutuhannya.
Kalau untuk biaya pendidikan mungkin bagi kedua orang tuanya adalah wajib dilakukan untuk anaknya. Tapi untuk kebutuhan yang lain, Delia tidak mau terlalu memberatkan kedua orang tuanya. Meskipun kedua orang tuanya termasuk kategori dalam keluarga berada.
Maka dari pemikiran itu lah Delia lebih memilih belajar sambil bekerja. Dan kerjaan yang dipilih adalah jualan baju online yang sekarang memang lagi trend di kalangan mana pun.
Delia tidak berpikir kalau dia nanti akan buka usaha pertokoan baju karena dilihat dari kerjaan yang digelutunya sekarang. Perlu diingat lagi, dia tadi sudah mengatakan bahwa hanya ingin belajar mencari uang sendiri. Ya itu pekerjaan yang memang dia pilih. Jualan baju secara online. Menurutnya, tidak mungkin dia terjun langsung bekerja yang sesuai dengan keahliannya. Karena ilmunya masih terlalu dangkal untuk menggeluti pekerjaan yang berbau sastra. Jadi dia memilih jualan online saja. Karena tidak menyita banyak waktunya, dan hanya promosi lewat media sosial.
“emangnya di jurusan sastra ada ya Yah mata kuliah jual beli, bab laba rugi?” sindir ibunya di tengah-tengah kesibukannya mengepak baju. Ayahnya hanya mengendikkan bahunya, membiarkan ulah gadisnya sesuka hati.
“hihihi……” Delia hanya nyengir kuda sambil melanjutkan mengepak baju.
“Yah, Bu dede tidur dulu ya, besok dede mau bangun subuh soalnya mau ada ujian” pamit Delia ke orang tuanya setelah mengepak baju yang akan dikirim besok.
“Astaga… besok mau ada quiz malah mentingin ngepak baju daripada belajar” gerutu ibunya yang semakin dibuat bingung oleh kelakuan anak gadisnya itu.
Sedangkan Delia tanpa rasa bersalah langung lari ke kamarnya begitu saja, daripada mendengar omelan panjang dari sang Ibu. Pikiurnya begitu. Sedangkan Ayahnya hanya mengelus pundak Ibunya agar bersabar.
Sementara itu Delia sudah biasa sering mendapat omelan dari ibunya. Dia anggap sudah seperti makanan sehari-harinya. Bukannya menjadi durhaka tapi Delia yakin bisa mengatasinya sendiri. Dari awal dia yang sudah memutuskan untuk kuliah sambil kerja, maka dari itu dia harus bisa mengatasi segala kemungkinan akan dampak yang terjadi. Lagian dia termasuk anak yang cerdas, dan berprestasi sejak masih duduk di bangku sekolah.
Akhirnya Delia masuk ke kamarnya. kemudian membersihkan diri sebentar. setelah itu dia mempersiapkan dan mempelajari materi untuk perkuliahan besok pagi.
Dia belajar singkat, hanya membaca catatan-catatan kecil di bukunya. Dia merasa tak menjadi beban bahwasannya besok ada quiz. Bahkan meskipun ada quiz dadakan pun dia selalu siap. Karena dia bukan mahasiswa malas yang hanya mengandalkan contekan teman atau mahasiswa dengan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam).
Ingat! Delia mahasiswa rajin, cerdas, dan berprestasi. Tapi dia juga tidak sombong dan tidak pelit apalagi tentang ilmu. Kalau ada teman yang kesulitan tentang materi dalam mata kuliahnya, tak segan-segan dia akan membantu temannya itu. Tapi tidak membantunya saat sedang melaksanakan quiz atau ulangan dalam bentuk apapun.
Setelah mempelajari materi perkuliahannya sebentar, akhirnya matanya mulai redup. Dan segera mungkin dia mengemasi dan merapikan bukunya dan bersiap terbang ke alam mimpi. Harapannya akan bermimpi indah untuk menyambut hari esok.
.
.
.
*TBC
Semoga suka ya...
_author newbie_💕💕
Keesokan harinya, Delia terbangun dari tidurnya dengan badan yang lebih segar. Entah semalam dia mimpi apa, mungkin lupa. Yang dia ingat tidurnya semalam sangat nyenyak sehingga bangun tidur pun merasa badannya lebih segar.
Mengingat seharian kemarin tenaganya banyak terkuras untuk belanja. Eh bukan belanja atau shopping yang dikenal pada kalangan muda berburu barang kesukaan lho. Tapi belanja buat keperluan olshop nya. Karena memang kemarin stoknya juga sudah habis, jadi mau tidak mau dia harus mengisi stoknya yang lumayan banyak.
Sebenarnya dia capek, tapi kalau jualannya semakin laris, otomatis pendapatannya juga makin bertambah. Maka dari itu, rasa capeknya juga terobati.
Hari ini hari yang santai bagi Delia. Seusai jam kuliah dia langsung menuju kantin karena tadi pagi dia belum sempat sarapan, karena fokus sama belajarnya aka nada quiz. Dan quiz hari ini dia bisa mengatasinya. Tidak sia-sia hasil belajarnya semalam, meskipun kilat tapi nyatanya membuahkan hasil yang memuaskan. Belajar kilat bukan berarti ngebut, tapi memang materinya sudah dia kuasai diluar kepala.
Kini Delia sedang berada di kantin kampus. Dia memesan bakso. Karena memang itu makanan favoritnya. Padahal tadi pagi belum sarapan, ini malah makanan pertama yang dia makan malah bakso. Dia tidak peduli, meskipun belum makan nasi tapi makan bakso. Dia memilih menu bakso pun untuk merefresh otaknya dari kepenatan. Karena kuah bakso yang panas pedas menggoda lidah bagi Delia adalah mood booster.
Setelah mengantri sebentar, akhirnya dia mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmati sarapan setengah siangnya yang sempat tertunda.
“Duukkkk…… byurr……..”
Delia meringis menahan panas pada pahanya yang tersiram semangkok bakso. Entahlah itu salah siapa, Delia yang jalan tidak lihat karena sambil membalas pesan melalui ponselnya atau salahnya cowok yang menumpahkan baksonya karena saking semangatnya yang baru pertama kali bertemu kekasihnya setelah sekian lama tidak bertemu.
“huuuuhhhhhh panas…….” Ringis Delia sambil mengibas-ngibaskan tangannya di area pahanya.
Untungnya siang itu tidak banyak mahasiswa yang nongkrong di kantin. Batinnya, semalam dia mimpi apa ya. Perasaan nggak ada yang aneh dalam tidurnya semalam. Malah nyenyak sekali. Tapi sekarang kenapa tiba-tiba ketiban sial. Sialnya pun ga bisa dipilih yang lumayan enak atau gimana gitu. Emang ada ya sial yang enak?. Ada-ada saja yang dipkirkan Delia.
“aduhhh maaf…maaf banget mbak nggak sengaja…..” ucap cowok di depannya. Delia tidak melihat atau bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan oleh cowok itu. Karena fokus Delia hanya pada pahanya yang kepanasan.
“sayang…. Ada apa ini?” tiba-tiba datang seorang gadis yang baru keluar dari toilet sebalah kantin yaitu Viviane.
“astaga…. Kamu kenapa Del? Ko’ bisa tumpah gitu baksonya?” setelah itu Viviane menoleh ke cowoknya.
“sayang, jangan-jangan ini ulah kamu ya?” sontak membuat Delia langung mendongak, melihat cowok yang ada di depannya.
“duhhhh,,,,, matanya bikin adem di hati” batin Delia setelah sepersekian detik memandang cowok di depannya.
Tetapi setelah itu Delia merasakan hawa panas lagi di pahanya. Dan tepukan tangan Viviane di punggung Delia juga menyadarkannya.
“Del…del… kamu nggak apa-apa del?” Tanya Viviane khawatir sambil ngajak Delia duduk.
“eh apa itu tadi, Viviane memanggilnya “sayang”?” batin Delia. “oh jadi itu Radit cowoknya Viviane dari SMA?” batin Delia yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
“yahhhh…. Ko’ malah ngelamun sih Del?, helloooo!!!” teriak Viviane di muka Delia.
Sementara itu Radit langsung memberikan Es jeruk yang dia pegang pada Delia, sebagai ungkapan minta maafnya.
“maaf ya ini buat kamu es jeruknya seb-“ belum selesai ucapan minta maaf Radit sudah dipotong oleh Delia.
“maaf…maaf mas tadi aku yang salah jalannya nggak lihat soalnya sambil main hp” tapi tangan Delia juga mengambil es jeruk yang diberikan oleh Radit.
Radit terbengong, “aneh, situ yang apes kena tumpahan bakso malah situ yang minta maaf. Eh tapi itu matanya teduh banget lihatnya” batinnya, sambil geleng-geleng kepala membuang jauh pikirannya itu.
“udah-udah ga usah saling minta maaf…. Udah beres kan? Sekarang pesenin lagi dong sayang baksonya, kan tadi udah tumpah. Sekalian sama Delia juga kamu pesenin ya yang sama, soalnya selera kita juga sama…” manja Viviane sambil bergelayut di tangan Radit. “
OK… ya udah tunggu sebentar”.
Akhirnya setelah pesanan yang dibawa oleh Radit datang, mereka bertiga sambil diselingi obrolan ringan. Viviane memperkenal Radit pada Delia. Selama ini Viviane juga sering menceritakan pada radit tentang persahabatannya dengan Delia.
“ Del, ini cowok aku yang selama ini aku ceritain ke kamu, dia sangat sayang banget lho sama aku” puji Viviane sambil menggenggam tangan Radit.
“eh iya mas, perkenalkan aku Delia sahabatnya Viviane” ucap Delia sambil mengulurkan tangannya pada Radit tanda perkenalan. Dan Radit membalasnya.
“panggil Radit saja nggak usah pakai embel-embel mas” ucap Radit tidak terima dipanggil Mas.
“oh i…iya Radit” jawab Delia agak gugup.
Akhirnya mereka menikmati makan siang bertiga. Tapi buay Delia bukan makan siang tetapi “branch” breakfast campur lunch. Mereka makan sambil ngobrol santai.
Obrolan mereka bertiga lebih banyak didominasi oleh Viviane dan Radit. Karena Delia sejak tadi hanya menjadi pendengar setia sambil menundukkan kepalanya. Sesekali menanggapi cerita Viviane. Bukan apa-apa, sejak pertama kali melihat tatapan Radit tadi dia merasakan hal yang aneh. Tidak tau apa itu namanya. Maka dari itu dia lebih memilih lebih baik menunduk dan menikmati baksonya.
Setelah obrolan singkat dan perkenalan Delia dan Radit selesai, mereka akhirnya pulang. Viviane dan Radit pulang bersama, sedangkan Delia pulang sendiri. Maklum dia kan lagi jomblo. Tapi jomblonya Delia jomblo bahagia dan jomblo pilihan maksudnya memilih menjadi jomblo bukan jones alias jomblo ngenes.
Saat dalam perjalanan pulang, Delia melihat jam tangannya masih siang. Jadi masih banyak waktu yang tersisa. Dari pada dia pulang ke rumah lebih awal, tetap saja tidak ada kegiatan.
Akhirnya dia memutuskan untuk memutar balik mobilnya untuk pergi ke toko buku. Karena mengingat sudah lama dia tidak menyambangi toko buku langganannya. Dia berniat membeli beberapa buku novel dan beberapa buku untuk keperluan kuliahnya. Atau lebih tepatnya dia akan membeli buku pengetahuan tentang jurnalistik.
Sesampainya di dalam toko buku, dia langsung disambut dengan ramah oleh penjaga toko buku sekaligus anak dari pemilik toko buku tersebut.
“Siang Del... Makin cantik aja nih” sapa koko Yudhi yang sudah akrab dengan Delia.
“Siang juga ko... Kalau makin jelek paling juga ga disapa sama koko” jawab Delia sambil bercanda.
Sedangkan Yudhi hanya geleng-geleng kepala atas sikap Delia. Mereka sudah terbiasa dengan candaan konyol seperti itu. Selanjutnya Delia langsung menuju rak buku untuk mencari buku yang akan dia beli.
.
.
.
*TBC
*jangan lupa kasih jempolnya ya….
Salam dari _author newbie_😘😘
#flashback 3 tahun yang lalu
Tiga tahun yang lalu di ruangan pojok sebuah perpustakaan sebuah universitas terdengar isak tangis seorang gadis. Isakannya semakin terdengar setelah ada seorang cowok meninggalakan gadis tersebut. Karena penasaran Viviane memberanikan diri untuk mendatangi gadis tersebut. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk yang menimpa gadis itu.
“nih tisu… siapa tau berguna….” Tiba-tiba Viviane memberikan tisu kepada gadis itu.
Tanpa melihat si pemberi tisu, gadis itu langsung mengambilnya untuk menyeka air mata dan ingusnya sambil terus terisak. Setelah tangisnya mereda, dia mendongak melihat ternyata ada seorang gadis di depannya.
“eh,,, makasih ya. Maaf mengganggu konsentrasi membaca kamu” ucap si gadis yang menangis tadi.
“oh nggak apa-apa ko’, tenang aja aku tadi baru masuk perpus mau cari buku, eh dengar ada orang menangis. Ya udah aku samperin. Kenalin aku Viviane mahasiswa semester tiga jurusan sastra” ucap Viviane sambil mengulurkan tangannya.
“aku Delia, anak sastra juga Cuma aku mahsiswa baru” ucap Delia memperkenalkan dirinya pada Viviane.
“btw, nangisnya masih lanjut apa nggak nih soalnya tisuku udah habis” goda Viviane pada Delia.
Sedangkan yang digoda hanya senyum canggung karena malu.
“yang sabar ya Del, aku nggak tau apa masalah kamu, dan aku nggak ingin ikut campur masalah kamu. Tapi kalau kamu butuh pundak untuk bersandar, aku bersedia ko’ “ tawar Viviane pada Delia.
“maksih ya Vi kamu baik banget, padahal kita baru kenal” ucap Delia yang merasa nggak enak terhadap Viviane.
“ya udah kalua kamu merasa nggak enak sama aku karena kita baru kenal, bagaimana kalua mulai dari sekarng kita sahabatan?” ucap Viviane sambil menautkan jari kelingkingnya dan langsung dapat balasan dari Delia.
#flashback beberapa jam yang lalu
Semalam Delia sedang telponan dengan David yang tak lain adalah kekasinya sejak dua tahun yang lalu saat Delia masih kelas 2 SMA sedangkan David kakak kelas Delia.
Semalam mereka berdua sudah berjanji akan bertemu di kampus mau jalan ke mall untuk membelikan hadih ulang tahun buat adiknya David. Jadi Delia berangkat ke kampus tidak menggunakan kendaraan pribadinya, dia naik taksi.
Sesampainya di kampus dia langsung menuju parkiran, tempat biasa dimana dia janjian sama David. Mengingat hari ini tidak jadwal kuliahnya tidak full jadi Delia pikir lebih baik digunakan untuk jalan-jalan dulu karena jam kuliahnya masih jam 2 siang.
Delia sampai di kampusnya jam 9 langsung menuju tempat parkir. “lebih baik tunggu langsung di parkiran aja deh, daripada nanti David lama nungguinnya kalua aku tunggu di kantin” gumam Delia sambil berjalan.
Sesampainya di parkiran, Delia melihat mobil yang tidak asing menurutnya. Ya, itu mobil David. Tapi kenapa mobilnya sudah ada dikampus? Bukannya semalam David bilang datangnya sekitar jam 10 atau 11 karena masih ada urusan?. Delia masih terus melangkang mendekati mobil David.
Perasaannya semakin tidak enak kala melihat kaca mobil itu terbuka. Delia semakin mempercepat langkah kakinya khawatir terjadi sesuatu dengan David. Mungkin ada maling yang mau mencuri mobil David dengan mencongkel kaca mobilnya.
Setelah sampai, mata Delia langsung menuju kea rah mobil yang kacanya terbuka. Delia terpaku sambil menutup mulutnya melihat apa yang ada dalam mobil tersebut.
“ah sayang ….. geli nih” desah seorang cewek dalam mobil di sela-sela cumbuannya dengan David.
“tahan dong baby, lama-lama enak ko’, aku kangen banget sama kamu apalagi sama yang ini” tunjuk David ke arah dua bukit kembar si cewek sambil terus meremasnya.
Di saat David akan bangun dan siap membuka resleting celananya, betapa kagetnya dia melihat bayangan seseorang tepat disamping jendela mobilnya sambil menutup mulutnya terisak. Dengan terburu-buru akhirnya Delia lari meninggalakan pasangan yang telah di mabuk asmara tersebut.
David mengacak rambutnya frustasi atas kejadian yang baru saja menimpanya.
“ayo sayang, sini aku lepasin resletingnya” dengan tak tau malunya cewek itu masih mau melanjukan aksinya yang sempat tertunda.
“brengsek!!! Cepat keluar dari mobilku sekarang juga” bentak David. Dengan cepat cewek itu memperbaiki penampilannya dan segera keluar dari mobil David.
Setelah menormalkan pikirannya, David langsung mengejar Delia ke perpustakaan. David sudah tau tempat favorit sang kekasih di saat pikiran lagi kacau, selalu pergi ke perpustakaan.
Sesampainya di perpustakan, David langsung menuju ke tempat paling pojok dimana Delia sedang terisak.
“sayang… maafin aku. Itu semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa jelasin semuanya, tolong dengarkan aku” ucap David sambil memegang kedua tangan Delia.
Tanpa memperdulikan apa yang dikatakan oleh David, Delia langsung melepas kalung berliontin hati pemberian David dua tahun yang lalu.
Tanpa menanyakan lagi, David tau apa maksud dari semua itu. Delia lebih memilih mengakhiri hubungannya daripada harus mendengarkan penjelasan yang tidak berfaedah dari David.
Memangnya mau dijelaskan apalagi. Rasanya semua sudah jelas. Bagi Delia, penghianatan tidak akan pernah termaafkan. Bukan pada orangnya tapi tindakannya. Justru Delia yang meminta maaf pada David.
“maafkan aku, selama ini tidak bisa memenuhi kebutuhan ***** kamu. Mungkin ini memang jalan terbaik buat kita. Aku harap setelah ini kita bisa jalani hidup kita masing-masing. Silakan kamu keluar dari ruangan ini” ucap Delia sambil mengembalikan kalungnya pada David.
#flashback off
Setelah kejadian penghianatan itu, Delia merasa bersyukur telah dijauhkan dengan laki-laki yang memang bukan terbaik bagi dirinya. Justru dipertemukan dengan seorang teman baru yang bersedia menjadi sahabatnya. Inilah yang dinamakan bahwa setiap masalah pasti ada hikmahnya.
Hari-hari berikutnya Delia lalui dengan baik, itu semua karena kehadiran sosok sahabat yang baik serta rela jadi tempat bersandar dari masalahnya yaitu Viviane. Memang saat itu Delia tidak langsung menceritakan masalahnya. Tetapi seiring berjalannya waktu Delia menceritakan semua pada sahabatnya itu tentang penghianatan yang dialaminya.
Viviane menjadi penyemangat Delia. Mereka sering bertukar pikiran tentang urusan kuliahnya apalagi jurusan mereka sama hanya saja beda angkatan.
Semenjak persahabatannya terjalin dengan Viviane, Delia fokus hanya pada kuliahnya saja. Dan dari ide Viviane, akhirnya Delia juga mencoba untuk buka olshop. Pikir Viviane agar si sahabat ada kesibukan lain. Karena Viviane sendiri juga termasuk anak yang mandiri.
Dia berasal dari keluarga yang sederhana, dan bisa masuk kuliah juga berbekal dari beasiswa. Jadi dari awal kuliah Viviane juga kerja part time di sebuah toko kue.
Pernah ada pepatah mengatakan, dimana tempatmu berada, dengan siapa kamu berteman, itulah pencerminan sesungguhnya dirimu. Maka jika ingin memperbaiki diri bertemanlah dengan lingkungan yang akan membuatmu menjadi baik, bukan malah sebaliknya.
#flashback Delia & Viviane off
.
.
.
*TBC
*salam dari
_author newbie_😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!