NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta

TC 1

Gelapnya malam tak menyurutkan semangat seorang Elena Maursty untuk terus bekerja mencari uang. Sebagai seorang supir taxi online, Elena dikejar target setoran untuk tiap harinya agar bisa memenuhi kebutuhannya.

"Sebaiknya gue istirahat disini dulu aja .." serunya menepikan mobilnya disebuah jalan didekat sebuah cafe yang cukup ramai.

"Semoga aja bisa dapat penumpang dari sini.. " harapnya lalu bersandar pada kursi kemudinya.

Sedang didalam cafe, terlihat seorang laki-laki tengah menikmati makan malam dengan seorang wanita cantik dengan balutan baju seksi yang dapat memikat mata para laki-laki saat memandangnya.

"Apa Mimi tahu loe makan malam sama gue disini ??" Tanya wanita cantik berbaju seksi yang bernama Tania.

"Tidak!" Ketusnya.

Edward Emardo adalah seorang CEO berkarisma juga tampan bahkan banyak sekali wanita yang mendambakannya untuk dijadikan pasangan, namun sayangnya hati juga tubuhnya telah dimiliki oleh seorang wanita cantik bernama Mimi Marisa yang tak lain adalah istrinya.

"Kenapa loe nggak ngasih tau Mimi??" tanya Tania berbasa-basi dengan nada genitnya.

"Saya hanya menemani anda makan malam sebagai ucapan terima kasih saya saja untuk pertolongan anda tempo hari, tidak lebih.." Edwart yang dari awal mengetahui jika sebenarnya Tania menyimpan rasa untuknya kembali menegaskan tujuannya makan malam dengannya.

Bahkan lewat nada bicaranya, Edwart sudah menegaskan penolakannya. Dari cara Edwart berbicara, ia hanya menghormatinya saja bukan tertarik kepadanya. Namun nampaknya Tania salah mengartikan makan malam ini.

Tania sendiri begitu geram saat Edwart berkata begitu dingin dengannya dan terkesan memberi batasan antara mereka, padahal ia sudah berusaha menggodanya hingga berpakaian sangat seksi.

Namun tiba-tiba saja Tania tersenyum menyeringai. Beranjak dari duduknya Tania mulai berjalan melenggak lenggokkan tubuhnya menghampiri Edwart.

Berpura-pura terjatuh, Tania dengan mesranya duduk diatas pangkuan Edwart dan dengan sengaja mengalungkan kedua tangannya pada leher Edwart begitu mesra.

"Apa yang anda lakukan ??" Heran Edwart mengerutkan dahinya menatap Tania yang sedang duduk diatas pangkuannya.

Namun saat tangan Edwart akan mendorong tubuh itu, tiba-tiba saja Tania dengan beraninya mencium dan ******* bibir Edwart didepan umum.

"Edwart ..!!" Panggil Mimi yang ternyata sudah berada dibelakang keduanya berderai air mata.

Edwart yang mendengar suara istrinya terkejut dan segera mendorong tubuh Tania hingga terjatuh kelantai dengan begitu keras.

"Sayang ..!!" Seru Edwart berniat menggapai tangan istrinya.

Mimi menghindari sentuhan Edwart, ia terluka melihat apa yang telah dilakukan suaminya dengan Tania yang juga adalah temannya.

"Kalian tega menusukku dari belakang ??" Seru Mimi berderai air mata.

"Kamu salah, apa yang kamu lihat salah sayang.." sangkal Edwart.

"Hahaa.. salah ?? Ketika kamu menikmati ciuman dari temanku kamu bilang aku salah !!" Bentak Mimi mengeluarkan amarahnya.

"Pelayan !! Pelayan !!" Teriak Edwart.

"Ada apa ini tuan, saya manager cafe ini.." 

"Keluarkan semua orang, saya akan bayar 2x lipat untuk kerugiannya !!"serunya dengan masih beradu mata dengan Mimi.

Manager cafe merasa bingung, namun tatapan mata Edwart membuatnya mau tak mau untuk menuruti keinginannya.

"Sudah tuan.." lapor manager pada Edwart.

"Ambil untuk ganti rugi .." menyerahkan sebuah kartu atm.

Sedang diluar cafe, Elena yang melihat para pengunjung keluar begitu antusian menarik pelanggan.

"Taxi.. taxi. Taxi nya buk pak .." teriak Elena diluar mobilnya.

"Mbak taxi, tolong antar ke jalan XXX ya .. " seru seorang penumpang perempuan.

"Silahkan masuk mbak, .." ucap Elena lalu membawa pergi penumpangnya meninggalkan cafe.

"Loe datang menghancurkan dinner kita aja deh .." sinis Tania tanpa rasa malu.

Edwart menatap marah pada Tania, sedang Mimi memejamkan matanya menahan sakit hatinya.

"Maaf telah mengganggu makan malam kalian.." ucap Mimi kemudian berbalik meninggalkan cafe juga suami dan temannya.

Mimi keluar dari dalam cafe dengan berderai air mata, hatinya hancur saat menerima pengkhianatan suami juga temannya.

"Jadi ini rencana anda nona Tania !!" Geram Edwart menatap tajam pada Tania.

"Aku hanya ingin Mimi sadar jika kita saling mencintai .." manjanya berucap.

Edwart begitu marah saat ini, ingin rasanya ia memukul Tania hingga mati. Namun ia tak memukul wanita, ia pantang melakukan itu.

"Berterima kasihlah karena anda terlahir sebagai wanita, jika tidak malam ini adalah malam terakhirmu !!" Seru Edwart.

Tanpa menunggu lama Edwart berlari keluar berniat mengejar istrinya, namun nihil .. istrinya tak ada dimanapun.

"Akhh !!" Teriaknya mencengkeram kepala belakangnya.

Dengan begitu buru-buru Edwart mengendarai mobilnya pulang. Hingga ia tak menghiraukan Tania yang mengetuk pintu mobilnya.

____________________________________________

Elena telah selesai mengantarkan penumpangnya, namun ia merasa sangat lelah hingga mengistirahatkan sejenak tubuhnya ditepian jalan tak jauh dari tempatnya menurunkan penumpang tadi.

"Lelah sekali tiap hari begini terus.." keluhnya bersandar pada kursi kemudi.

Tanpa ia sadari matanya perlahan mulai terpajam dan pada akhirnya Elena tertidur karena kelelahan.

Kini kaki Mimi berjalan entah akan membawanya kemana, ditelusurinya tiap jalan tanpa tau arah serta tujuan.

"Kenapa?? Kenapa kalian mengkhianatiku .." sesalnya dengan begitu terluka.

"Apa kurangnya aku hingga kamu tega mengkhianatiku Edwart !!" Teriaknya.

Mimi begitu emosi juga terluka perasaannya, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Hanya menangis yang bisa membantunya meluapkan sesak didadanya saat ini.

Dan baginya, pulang bukan pilihan yang tepat saat ini untuknya. Pulang hanya akan membuatnya bertemu dengan Edwart yang ujung-ujungnya adalah pertengkaran. Mimi begitu lelah.

Namun Mimi tak sadar jika ada mobil yang mengawasinya , mobil yang dengan jelas memperlihatkan siapa pengemudinya.

"Ternyata keberuntungan ada ditangan gue ..!!" Seru Tania menatap Mimi yang tengah lesu berjalan.

Ide gila merasuki pikiran Tania, ide dimana ia membenarkan apapun untuk cintanya pada Edwart. Membenarkan ide apapun untuk bisa memiliki Edwart seutuhnya.

"Benar !! Kalau Mimi nggak ada, Edwart pasti akan bersama denganku.." gumamnya.

"Iya, gue bakal kirim Mimi ketempat dimana dia nggak akan bisa ganggu hubungan gue.." serunya tersenyum menyeringai.

Namun tak ada yang tau, jika sebenarnya ada seseorang lagi yang sedang mengawasi Mimi dari kejauhan. Orang itu adalah suruhan dari keluarga Edwart untuk mengawasi dan melindungi mimi.

Elena tiba-tiba terbangun, dan matanya menatap tubuh Mimi yang sedang berjalan.

"Ada penumpang lagi nih.." semangatnya mulai menyalakan mesin mobilnya.

Namun bersamaan dengan itu Tania juga mulai menyalakan mobilnya dan menginjak gasnya.

"Mbak awas ..!!" Seru Elena mengeluarkan kepalanya memperingati saat melihat sinar dari belakang mobilnya.

Dan teriakan itu tak hanya mengejutkan Mimi tapi juga seseorang yang sedang mengawasi Mimi juga.

Brak ..!! 

Elena menabrakkan mobilnya untuk menghalangi mobil Tania yang akan menabrak Mimi. Namun hal itu membuat mobilnya berguling dan akhirnya terbalik.

"Akhh..!!" Teriak Mimi terkejut dengan apa yang dilihatnya. Mimi sangat ketakutan hingg berjongkok menutup kedua telinganya.

Elena bersimbah darah didalam mobilnya, namun ia masih sadarkan diri. Perlahan ia mulai bergerak dan berusaha untuk keluar.

Brak ..!! 

Suara itu mengejutkan Elena yang sedang berusaha keluar dari dalam mobil.

"Mbak !!" Teriak Elena dengan suara paraunya.

Mobil  itu melaju pergi begitu saja meninggalkan tubuh Mimi yang terkapar dijalan setelah ditabraknya. Elena berjalan gontai mengahampiru tubuh MiMi.

"Mbak.. sadar mbak," serunya membangunkan Mimi yang bersimbah darah setelah ditabrak juga.

Elena memangku kepala Mimi, ia berusaha membangunkan Mimi juga meminta bantuan.

"Tolong .. tolong!!" Teriaknya, namun tiba-tiba ia kesakitan diseluruh tubuh juga kepalanya.

"To.. long," seru Mimi terbata-bata.

"Mbak .." 

"Se.se. la.. matkan su.. ami sa..ya" 

"Dimana suami mbak??" Tanya Elena melihat sekelilingnya.

Namun tiba-tiba Mimi menutup matanya, Elena yang kembali merasakan sakit dikepalanya juga terjatuh tak sadarkan diri.

"Cepat panggil bantuan, kirim dua ambulance !!" Seru panik seorang dengan ponselnya yang sedari tadi membuntuti Mimi.

*

Edward tiba dirumahnya, ia menerobos masuk dan berteriak memanggil nama istrinya.

"Mimii .. Mimi keluar kita perlu bicara !!" Teriak Edwart dirumahnya.

Plak ..!!

Bukan istrinya yang ia dapat melainkan sebuah tamparan keras dari  papanya, Billy Emardo.

"Papaaa.. " seru Maya mama Edwart.

"Anak kurang ajar!! Tega-teganya kamu berselingkuh dengan teman istrimu sendiri !!" Bentak Billy pada putranya.

"Dimana Mimi pa, ini salah paham!! Aku dijebak !!" Frustasinya.

"Maksud kamu apa nak??" Seru Maya bertanya.

Edwart menceritakan semuanya, awal mula ia bisa bersama dengan Tania untuk makan malam. Billy tekejut, namun ia marah atas kebodohan putranya.

Namun sebelum ia mengomentari kebodohan putranya, ponselnya lebih dulu berdering.

"Ha-

Billy terkejut saat menerima panggilan dari ponselnya, kemudian ia segera membawa Maya serta Edwart untuk mengikutinya.

*

Mata Edwart begitu terkejut saat menatap gedung didepannya adalah sebuah rumah sakit. Ia tak berucap apapun, hanya mengikuti kemana Billy melangkah.

Didepan UGD, ada seorang laki-laki yang sangat dikenalnya. Ia adalah anak buah Billy yang biasanya mengikuti Mimi ketika diluar rumah.

"Katakan apa yang terjadi ??" panik Edwart mencengkeram kerah jaket laki-laki yang bernama Jo itu.

"Ed, tenangkan dirimu .."

Tak lama seorang suster keluar dan menanyakan sesuatu, membuat Edwart melepaskan cengkramannya.

"Apa ibu mama dari pasien ..??" tanya suster.

"Iya saya mamanya sus.."

"Boleh ikut saya masuk, pasien tersadar dan mencari anda.."

Tak menunggu lama Maya mengikuti suster masuk kedalam ruangan. Namun Edwart yang sudah dipenuhi rasa paniknya berusaha menerobos masuk mengikuti mamanya.

"Jaga sikap kamu atau papa kirim kamu keluar dari sini.." ancam Billy pada anaknya.

Tak lama Maya keluar dengan berlinang air mata, tubuhnya lemah hingga akan terjatuh. Beruntung Billy sigap dan menopang tubuh istrinya.

"Papaaa .." tangis Maya pecah dipelukan suaminya.

Tubuh Edwart lemas saat membaca situasi dihadapannya kini. Mamanya menangis meraung-raung sambil memanggil nama istrinya. Dan itu membuat hatinya sangat hancur.

Edwart melampiaskan amarahnya dengan memukul-mukul tembok didepannya. Beruntung Jo segera menghentikan tuan mudanya sebelum meruntuhkan rumah sakit.

Namun tiba-tiba seorang suster datang mengabarkan kepada Jo kondisi Elena saat ini. Jo begitu panik saat tiba-tiba Edwart berjalan mengikuti kemana suster tadi pergi.

"Jo kejar dia .." seru Billy.

Sedang diruang rawat, Elena yang baru tersadar mencoba berjalan untuk melihat kondisi Mimi. Namun ia begitu terkejut saat tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dan langsung mencekik lehernya.

"Aaa.. aaakkh, " kesakitan Elena.

"Pembunuh!! Loe bunuh istri gue !!" geram Edwart mencekik kuat-kuat.

"Astaga tuan muda !! Tenanglah, anda salah paham tuan .." seru Jo berusaha melepaskan cekikan Edwart.

"Lepaskan Jo !!" teriak Edwart.

Dengan kasarnya Edwart mendorong Elena hingga tersungkur dilantai. Jo yang melihat ingin segera menolongnya, namun Edwart melarangnya.

"Jangan pernah membantu seorang pembunuh!!" geramnya.

"Saya bukan pembunuh seperti yang anda katakan tuan," bela Elena ketakutan sambik bangkit.

"Jika semua pembunuh mengakui kesalahannya, lantas untuk apa ada polisi, hakim juga penjara !!" seru Edwart mendekatkan wajahnya.

"Jo, .." masih menatap lekat Elena.

"Saya tuan muda .."

"Siapkan sebuah pernikahan .."

"Baik tuan muda .." seru Jo patuh, namun detik kemudian ia kebingungan.

"Pernikahan siapa tuan ?"

"Saya dengan pembunuh ini.."

"Tuan ??" kaget Jo.

"Saya bilang siapkan ya siapkan !!" bentak Edwart pada Jo.

Elena ketakutan mendengar Edwart berteriak, ia bahkan sangat takut dengan tatapan yang diberikan Edwart padanya.

TC 2

Selamat datang di dunia Edwart juga Elena,

Dan semoga kalian menikmati ceritanya dan jangan lupa kalo ada apa-apa isi di kolom komentarnya 😄😄

kalau mau kirim kado sama vote juga bisa banget..😉

[ JANGAN LUPA MASUKAN CERITA INI KEDALAM FAVORIT KALIAN, AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATENYA ] 😇

---------------------------🌾-----------------------------

Edwart dengan frustasinya dan akal pendeknya membenarkan apa yang ada difikirannya saat ini. Penjara ?? Bagi Edwart hukuman itu terlalu ringan bagi pembunuh istrinya.

Hukuman yang saat ini terlintas dipikirannya adalah menikahinya dan menghancurkan hidupnya. Menyiksa pembunuh istrinya hingga ia merasa tak pantas untuk bernafas.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Edwart membuat Elena sangat terkejut. Mata Elena berkaca-kaca, ia ketakutan bahkan sangat takut hingga tubuhnya menggigil.

Menikah ??

Didepan jenazah istrinya??

Sebuah hal yang tak pernah Elena bayangkan sama sekali. Tak pernah sekalipun terlintas dibenaknya akan ada hari dimana seharusnya ia bersuka cita akan pernikahannya namun malah menjadi hari penuh air mata untuk dirinya.

"Tidak !! Aku tidak mau menikahi anda tuan .." seru Elena memundurkan langkahnya.

"Tidak ada yang meminta persetujuanmu disini!!" Murkanya menatap tajam Elena.

"Tapi tuan, -

"Cepat siapkan kataku !!" Bentak Edwart.

Dengan terpaksa laki-laki itu keluar demi menuruti keinginan tuan mudanya. Sedang didepan pintu Billy juga Maya hanya diam mematung melihat sikap anaknya.

Mereka terkejut dengan apa yang diinginkan oleh anaknya. Namun mengingat watak keras kepala anaknya membuat Billy serta Maya hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya.

"Edwart .. " panggil Billy pada putranya saat melangkah memasuki ruang rawat Elena.

Namun Edwart menulikan pendengarannya, ia masih terus menatap benci wanita dihadapannya yang kini menangis ketakutan sambil menggigiti kuku-kuku jarinya.

"Hiks.. hiks.. , bukan saya yang menabrak istri anda tuan .." ujarnya mencoba menjelaskan.

Edwart hanya diam dan hanya memperhatikan Elena yang terus menangis menundukkan kepalanya sambil terus menyangkal perbuatannya.

Billy begitu geram dengan kelakuan anaknya, ia begitu kasihan dengan Elena yang sedari tadi ketakutan dengan anaknya yang seperti kesetanan.

"Bukan begini caramu nak !!" Menarik paksa Edwart keluar dari ruang rawat.

Maya melangkahkan kakinya menghampiri Elena, dibawanya tubuh yang menggigil itu dalam dekapannya. Saat Mimi sadar dan bertemu dengannya, Mimi menceritakan semua hal yang terjadi padanya.

Maya begitu terkejut mendengarnya, ia juga merasa begitu berterima kasih dengan kebaikan Elena. Namun rasa terima kasih itu bertambah menjadi rasa iba saat anaknya memperlakukannya dengan sangat buruk.

"Bukan saya yang menabraknya bu, saya berani bersumpah untuk itu .." tangis Elena dalam pelukan Maya.

"Tante tau, tante tau bukan kamu pelakunya.." memeluk erat tubuh Elena yang terguncang karena menangis.

Sedang diluar Edwart sedang berdebat dengan Billy akan keputusannya menikahi Elena. Bagi Billy yang sudah mengetahui kebenarannya, ini hanya akan membawa Elena dalam kejamnya dunia Edwart.

Namun saat sedang berdebat tiba-tiba datang seorang suster dan meminta Edwart mengikutinya. Edwart sangat terpukul saat diminta menandatangani berkas kematian istrinya. Hatinya sakit, hancur menerima kenyataan istrinya meninggalkannya selamanya.

"Mimii .. " teriaknya sambi memukuli tembok.

"Tenanglah nak !!" Teriak Billy yang sedari tadi mengikuti anaknya itu.

"Gimana aku bisa tenang pah, istri aku meninggalkan aku selamanya pah .. dia meninggalkanku .." sedih Edwart dan sangat terpukul.

Edwart diam sambil duduk dilantai memikirkan istrinya. Rasa-rasanya ia begitu marah pada dirinya sendiri, karena hal ini tak luput dari kesalahannya juga. Namun kemarahan sudah membutakan akal sehatnya hingga mengambil keputusan disaat hati dan fikirannya tak sejalan.

"Aku bakal bikin dia menderita hidup denganku!!" Seru Edwart penuh tatapan kebencian.

Billy sudah menjelaskan semua kejadiannya, namun rasanya ia sudah benar-benar kehilangan kata-katanya saat melihat respon anaknya itu yang terlihat enggan mendengarkan ucapannya.

"Nak - 

"Cukup pah, keputusanku sudah bulat. Aku akan tetap menikahinya dan membalas kematian Mimi karenanya..!!" 

"Terserahlah capek papa bicara juga denganmu .." 

Billy begitu kesal dan marah, ia meninggalkan Edwart sendirian diluar kamar jenazah dan kembali ke ruang rawat Elena.

"Tenang ya nak, tante pasti akan menjaga kamu.." sedih Maya sambil membelai rambut Elena yang pajang.

Billy masuk dan melihat kedua wanita itu sedang berpelukan. Bahkan ia melihat jika istrinya begitu merasa bersalah.

"Om juga minta maaf atas nama anak om.." serunya menghampiri keduanya.

Elena tak menyahuti satu patah katapun, didalam hatinya hanya ada rasa sakit yang hanya ia pendam sendiri.

"Tolong saya om , saya benar-benar tidak ada hubungannya dengan ini.. " mohon Elena pada Billy sambil mengatupkan kedua tangannya.

Rasa sedih juga bersalah mulai menggerogoti relung hati Billy, digenggamnya tangan Elena sambil terus berucap maaf.

"Maaf .. maafkan saya," 

Elena kembali menangis hingga tiba-tiba saja pandangannya mulai kabur dan semua berubah menjadi gelap.

_________________________________________

Tania dirumahnya begitu bahagia saat salah satu anak buahnya melaporkan kematian Mimi kepadanya. Dan hal yang membuatnya juga bahagia adalah Edwart sama sekali tak mencurigainya.

"Satu penghalang sudah hilang , sekarang gue tinggal cari cara aja buat deketin dia .. " ucap Tania didepan cermin riasnya dengan begitu bahagia.

"Dibandingkan dengan Mimi, gue lebih dari segalanya bukan .. " bangganya memutar-mutar tubuhnya didepan cermin.

"Hahaaaa .. " 

Tania begitu bahagia, bahkan sangat bahagia. Namun hal yang belum ia ketahui dari anak buahnya adalah tentang pernikahan yang Edwart siapkan untuk Elena.

"Ehmm .. gue juga harus siap-siap untuk mengantar temanku kerumah barunya .. "

Bergegas mengganti bajunya, kini Tania sudah siap dengan balutan busana berwarna hitam panjang juga tak lupa kaca mata hitamnya.

"Baju ini kayaknya cocok deh, Edwart pasti bakal terpesona nanti sama gue.. " senyumnya menatap baju panjang berwarna hitam dengan belahan dada yang terlalu terbuka.

*

"Permisi tuan, " seru Jo menghampiri Edwart yang sedang duduk melamun di bangku depan kamar jenazah.

"Hm.. "

"Semua sudah siap tuan, " lapornya.

"Jaga rumah, jangan biarkan ada yang tahu tentang pernikahan ini.. "

"Baik tuan, saya permisi.." 

Edwart hanya diam, ia masih begitu sakit hati dengan kepegian istrinya Mimi. Luka yang mungkin butuh waktu lama bagi Edwart untuk menyembuhkannya.

"Kenapa semua jadi seperti ini !! Andai gue gak pergi menemui Tania, andai gue ijin sama Mimi.." meremas rambut bagian belakangnya dengan frustasi

Namun tiba-tiba pintu terbuka , dan seorang suster datang menghampirinya.

"Permisi pak.. ??" 

"Ahh iya sus ada apa ..?" 

"Jenazah sudah siap untuk dibawa pulang pak.. "

"Oh terima kasih sus.. "

Edwart berjalan gontai menuju kamar jenazah untuk melihat jenazah istrinya. Matanya tak bisa membendung air mata saat kedua matanya menatap tubuh yang selalu dipeluknya kini sudah kaku dan terbungkus oleh kain putih.

"Sayang maafkan aku .. " sesalnya tak berani menyentuh jenazah istrinya.

"Kamu yang tenang disana ya, aku bakal balas perempuan itu buat kamu .. "lagi-lagi Edwart menyalahkan Elena, menatap nyalang saat mengingat wajahnya.

Edwart melangkah keluar menuju kamar rawat Elena, disana dilihatnya Maya juga Billy masih berdiri mencoba menenangkan Elena yang baru sadar dari pingsannya dan masih terus menangis.

Edwart berjalan dengan langkah besarnya, dicengkeramnya pergelangan tangan Elena dengan begitu kencangnya secara tiba-tiba.

"Akh.. sakit, " pekik Elena kesakitan.

"Edwart lepaskan!! Jangan keterlaluan kamu !!" Bentak Billy murka.

Namun Edwart hanya diam dan semakin mencengkeram pergelangan Elena.

"Ikut saya !!" Menarik paksa Elena hingga membuat tubuhnya tak imbang dan hampir terjatuh saat menuruni ranjang.

"Edwart pelan-pelan !!" Teriak Billy mengikuti anaknya.

Edwart dengan kasarnya mendorong tubuh Elena masuk kedalam mobil mengikuti ambulance didepannya yang membawa jasad istrinya.

Billy panik, ia segera menarik Maya ikut masuk kedalam mobil mengejar anaknya.

Mobil mulai masuk kedalam halaman rumah Billy, mata Elena yang awalnya ketakutan kini memandang kagum pada rumah didepan matanya.

"Turun !!" Menarik kasar tangan Elena keluar.

Namun sebelum sempat keduanya berjalan, Billy sudah lebih dulu menarik Elena dari cengkraman Edwart.

"Kembalikan dia pah .. " marah Edwart.

TC 3

Selamat datang di dunia Edwart juga Elena,

Dan semoga kalian menikmati ceritanya dan jangan lupa kalo ada apa-apa isi di kolom komentarnya 😄😄

kalau mau kirim kado sama vote juga bisa banget..😉

[ JANGAN LUPA MASUKAN CERITA INI KEDALAM FAVORIT KALIAN, AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATENYA ] 😇

---------------------------🌾-----------------------------

Mata Edwart beradu tajam dengan mata Billy, Maya memeluk lengan Elena untuk memberinya ketenangan.

"Jo .."

"Saya tuan muda.. "

"Jangan biarkan ada satu orangpun masuk kedalam rumah !!"

"Baik tuan .." serunya lalu berlari menuju gerbang rumah Edwart.

"Pah, tolong kembalikan pembunuh itu .." minta Edwart.

"Jaga ucapanmu !! Jika kamu tidak memiliki bukti apapun jangan pernah sekali-kali menuduh orang Ed, " ucap Billy geram.

"Aku lelah berdebat pah, kasihan Mimi sudah menunggu.." seru Edwart mulai tak sabar.

"Kita makamkan Mimi sekarang juga .." seru Billy tak mau kalah.

Edwart terlihat menarik nafas panjangnya, lalu membuangnya dengan kasar. Ditatapnya kembali papa, mama juga Elena yang ada dibelakang Billy.

"Papa yang maksa aku seperti ini.. " seru Edwart.

Lalu dengan sekali tarik Elena sudah berada bersamanya. Tanpa mau membuang waktu, Edwart segera menarik Elena masuk mengikutinya.

"Ed berhenti !!" Teriak Billy.

Edwart menghentikan langkahnya. Tanpa membalikkan badannya dan tanpa melepas cekalannya pada pergelangan tangan Elena, Edwart berkata "Jika papa sama mama masih mau disini maka nikahkan kami, tapi kalau tidak silahkan tunggu diluar.." .

Billy juga Maya begitu terkejut mendengar ucapan anaknya. Edwart sudah dibutakan oleh amarahnya, bahkan ia mengabaikan semua hal yang diketahuinya.

Billy tau siapa anakny dan gimana kerasanya anak tersebut. Dan tanpa ada pilihan pada akhirnya Billy lah yang menikahkan keduanya.

Kini kedua anak manusia itu sudah resmi dan sah menjadi pasangan suami istri, baik dimata agama maupun negara.

Edwart dengan wajah dinginnya menatap benci pada Elena yang kini sudah sah menjadi istrinya. Ditariknya tangan Elena dengan kasar hingga tak ada jarak yang memisahkan mereka.

"Selamat datang dinerakamu !!" Bisik Edwart tepat ditelinga Elena.

Elena begitu lemas hingga tak punya tenaga untuk melawan tuduhan Edwart padanya. Ia bahkan hanya bisa diam menerima kenyataan bahwa kini dirinya adalah seorang istri.

*

Langit seakan tau kesedihan Edwart, langit sore dan mendung menjadi satu sebagi bukti kerapuhan hati Edwat saat ini.

Kini tubuh Mimi sudah tertutup tanah merah dengan sempurna. Tubuh yang selalu dipeluk tiap malamnya kini sudah tiada bersama rasa bahagianya.

"Kita pulang Ed .." ajak Billy.

Elena hanya menatap Edwart yang tengah bersimpuh didepan makan istrinya. Maya menatap Elena, ia tahu bagaimana sakitnya kini menjadi seorang Elena.

"Nak, kita kemobil duluan ya .." seru Maya membuyarkan lamunan Elena.

Elena hanya diam menatap Maya yang kini tersenyum teduh padanya, mata itu kembali berkaca-kaca saat kembali sadar siapa kini dirinya.

"Aku mau pulang.." ucap lirih Elena didepan Maya.

Tanpa menunggu Billy ataupun Edwart, Maya segera menggandeng Elene ikut bersamanya. Namun belum sempat kaki melangkah, Edwart sudah mencekal pergelangam tangan Elena.

"Mau kemana ??" Tatapnya benci.

Elena hanya diam menatap balik Edwart yang menatapnya. Cengkraman Edwart begitu kuat hingga membuat Elena begitu kesakitan, terlebih kondisi tubuh Elena juga belum pulih pasca kecelakaan.

"Jangan keterlaluan kamu .." seru Maya melepaskan tangan anaknya. Ia kemudian menarik paksa Elena pergi meninggalkan Edwart serta Billy dimakam Mimi.

Dalam perjalanannya pulang, Elena yang kelelahan terlelap dalam pelukan Maya. Rasa iba menyelikuti Maya, bahkan rasanya ia begitu bersalah setiap kali menatap wajah Elena menantunya.

Mobil Edwart bersama Billy tiba terlebih dahulu dirumah, lalu diikuti kedatangan mobil Maya bersama Elena.

Edwart masuk kedalam kamarnya, ia terlihat tengah membereskan semua pakaiannya. Dengan begitu tergesa-gesa ia memasukan pakaian-pakaian itu kedalam koper miliknya.

"Istirahatlah dulu nak .. " seru Billy pada Elena.

Namun suara Edwart mengurungkan langkah Elena bersama Maya. Edwart turun bersama kopernya dan berhenti tepat didepan Elena.

"Ikut saya !!" Menarik Elena ikut bersamanya.

Billy begitu terkejut hingga tanpa sadar berlari menarik Elena kembali kesisinya.

"Mau kamu bawa kemana dia Ed ??" Tanya Billy.

"Maaf pah, tapi aku akan membawanya ikut tinggal bersamaku dirumah kami.. "

"Rumah ?? Ini rumah kalian, jadi disini tempat kalian tinggal.. "

"Tidak mah, aku punya rumahku sendiri.."

"Tapi papah tidak mengijinkan kamu membawa turut serta Elena bersamamu .." tegas Billy.

Edwart tersenyum sinis saat mendengar penuturan papanya. Dipandanginya tangan Billy yang masih memegang tangan istri barunya itu.

"Berani sekali kau menggoda papaku secara terang-terangan didepan mamaku. Dasar jalang tetaplah jalang .." sinis Edwart.

Elena begitu terkejut dengan ucapa Edwart barusan, matanya tak bisa lagi menahan air mata kepedihannya. Maya begitu geram dengan tingkah anaknya yanh sudah dibutakan dengan dendam.

Plakk .. !!

"Jangan pernah kamu rendahkan martabat istrimu sendiri Ed, " marah Maya menampar wajah anaknya.

"Aku hanya berusaha menyelamatkan pernihakan mama dengan papa dari jalang ini, tapi mama malah memberiku sebuah tamparan ???" Kesal Edwart.

"Pergilah dari sini jika itu maumu, tapi jangan pernah bawa Elena ikut bersamamu.."

"Mana bisa begitu pah, dia istriku dan aku kepala keluarganya. Jadi kemanapun aku pergi dia harus ikut bersamaku juga .."

"Tapi papa sama mama adalah orang tuanya juga, kami berhak mempertahankan keberadaannya.. " seru Billy tak mau kalah.

Billy tahu, jika ia membiarkan keduanya pergi maka Ed akan menjadi semena-seman dengan keberadaan Elena disisinya.

"Pah, bersikaplah selayaknya seorang menantu dengan mertuanya.." ketus Edwart.

"Apa maksudmu nak ?"

"Papa hanya mertuanya, sedang aku adalah suaminya. Jadi aku yang lebih berhak atas dia dan bukan papa.. " menunjuk Elena yang bersembunyi dibalik tubuh Billy.

Dengan kasarnya Edwart menarik Elena kesisinya.

"Papa sama mama tenang aja, kalian tidak akan melihat pemakaman lagi dalam waktu dekat ini.. " serunya sambil melangkah pergi bersama Elena kelur dari rumah.

"Apa maksudmu Ed .. " seru Maya khawatir.

Namun sata Maya akan mengikuti anaknya, Billy menahan tangan istrinya dan menggelengkan kepalanya. Ia tahu sekeras apa anaknya saat ini, dan jika ia kekeh dengan keinginannya menahan Elena maka itu bisa berbahaya untuk menantunya itu.

"Ed benar ma, kita hanya mertuanya. Dia yang berhak atas istrinya.. "

"Tapi pah, Elena bisa dalam bahaya jika berdua saja dengan Ed .."

"Apa yang bisa kita lakukan mah, dia suaminya. Kita hanya bisa memantau keduanya saja.."

Maya begitu terluka dengan sikap suaminya yang begitu saja melepaskan Elena bersama anaknya. Didekapnya tubuh Maya dalam pelukannya, sambil terus menenangkanya.

 

Sedang dirumahnya, Tania begitu murka saat tak bisa menemui Edwart hari ini. Tania yang berniat datang untuk melayat nyatanya tak bisa masuk kedalam rumah saat Jo menghadang mobil miliknya.

Jo berdalih jika tak ada satu orangpun didalam rumah sebab mereka sedang memakamkan Mimi. Namun Tania yang keras kepala tetap memaksa masuk, ia berkata jika akan menunggu mereka semua didalam rumah.

Namun Jo tetap melarangnya. Bahkan ia menyarankan Tania untuk tidak lagi mendatangi rumah majikannya itu.

"Brengsek .. !! Gagal sudah rencana untuk memikat Edwart kali ini.. "

"Semua gara-gara anak buah tak tahu diri itu.. "

"Lihat saja nanti ketika aku sudah menjadi istri Edwart, orang pertama yang aku singkirkan adalah laki-laki bodoh itu.." geramnya.

Tania begitu kecewa tak bisa menemui dan menghibur Edwart hari ini. Namun buka Tania jika ia menyarah hanya karena ini. Bahkan ia merasa lebih tertantang dengan penolakan Edwart ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!