NovelToon NovelToon

The Secret Of My Love

Hari pertama guru magang

Reyna Malik... Gadis berusia 16 tahun berperawakan tinggi dengan wajahnya yang cantik, kulit putih serta rambutnya yang panjang sebahu. Serta tahi lalat di atas bibir membuat siapa saja pasti akan tertarik dengan pesonanya.

Reyna murid kelas X IPA II disalah satu sekolah negeri ibukota. Hari ini ia harus berangkat sangat pagi karena akan ada guru magang dikelasnya. Alih-alih berangkat pagi tapi ia malah berjalan santai meski bel berbunyi sedari tadi.

Gadis itu mungkin agak sedikit bandel, perilakunya yang sedikit menyimpang itu disebabkan oleh kedua orang tuanya yang berpisah sejak setahun lalu, tepatnya saat Reyna masih duduk dibangku menengah pertama, itupun ditengah-tengah gencarnya semua murid menanti kelulusan, termasuk dirinya.

Ya, Reyna Malik seorang anak SMA yang mengalami broken home dalam masalah keluarga yang akhirnya menyeret ke pendidikan yang ia jalani setahun belakangan ini.

Ibunya yang pergi entah kemana, dan ayahnya pindah ke luar negeri bersama satu-satunya saudara kandungnya. Mereka meninggalkan gadis itu sendiri disini bersama oma yang juga bersikap tak acuh dengan semua masalah Reyna.

"Akhirnya ada guru magang juga, coba kalo si enggot itu yang tetep ngajar di kelas, uuuhhh pasti aku bakal disuruh lari keliling lapangan lagi kalo sampe ketauan telat" batin Reyna bergumam sambil berjalan santai menyusuri lorong.

Reyna mengintip dari balik jendela tatkala guru killer itu membawa seorang pria tampan kedalam sebuah kelas. Pria yang sudah Reyna duga dia adalah guru magang. Gadis itu hanya berdiam di tempatnya sambil menunggu mereka berbasa-basi, mengenalkan guru magang itu kepada teman-teman.

Tempat persembunyian Reyna lumayan tidak aman, mengingat ia harus menghindari siswa atau bahkan guru yang lewat saat ia mengendap-endap dibawah jendela luar kelas.

Meski jarak pintu kelas dan tubuh Reyna tak jauh, tapi ia tetap saja tidak bisa mendengar percakapan mereka, akhirnya Reyna memberanikan diri untuk mendekati pintu.

'Hening'

Suasana itu yang ia rasakan, kala telinganya telah berhasil menempel sempurna pada celah pintu yang sedikit terbuka.

"Apa sekarang kuping aku budek ya? kok gak kedengeran sama sekali?" gumam Reyna pelan.

Tiba tiba sebuah tangan mengangkat telinganya, gadis itu tersentak dan berteriak.

"Anjaaayyyyyy kuping aku ditarik genderuwooo. Lotoooooongggggg!" Reyna berteriak tanpa melihat sosok yang menjewer telinganya ini. Tanpa sungkan bahkan diliputi rasa kesal ia berteriak sekencang mungkin terhadap seseorang misterius yang kini mengangkat telinganya yang semakin memerah.

"Siapa yang kamu maksud genderuwo?! kamu ya, sudah telat, tidak langsung masuk kelas, malah mengintip disini, kalau generasi muda seperi kamu ini tetap dibiarkan merajalela kapan bangsa kita akan maju, blablablablabla."

Ceramah panjang nan membosankan dari seorang yang begitu ia kenal. Bagaimana tidak kenal jika pria bertubuh gembul itu yang menjadi mimpi buruk dalam setiap mimpinya. Guru killer yang biass dipanggil pak Nugroho, kini tak segan memarahi Reyna dengan nada suaranya yang begitu menakutkan.

"Mohon maafkan saya pak, tadi saya ke toilet" ujar Reyna membela diri, membuat wajah garang pria berkumis tebal itu memperlihatkan seringainya.

"Alasan apa lagi ini, setiap hari kerjaannya telat mulu, kamu ini anak kelas ipa Reyna, tolonglah perbaiki sikapmu" bentak pak Nugroho dengan tegas membuat tubuh gadis itu kaku seketika.

Tiba-tiba suara maskulin menghentikan guru killer ini, Reyna kinj bisa sedikit bernafas lega untuk tidak mendengar suaranya yang masih bergemuruh dalam otaknya akhirnya sedikit berkurang.

"Permisi pak, ini adalah pertama kali saya masuk, karena bapak sudah menjelaskan perihal kegiatan mengajar anda, izinkan saya untuk menghukum siapa saja yang berbuat salah agar mereka jera" ucap pria itu membuat Reyna sedikit lega, meski terdapat beberapa hal yang membuat gadis itu terperanjat bersamaan dengan nafasnya yang mulai menderu beraturan.

Pak Nugroho menyetujui usulan pria itu, pria yang Reyna yakini adalah guru magang yang baru masuk pagi ini dikelasnya. Sedang pak Nugroho hanya menyetujui usulan dari pria itu dan segera meninggalkan mereka dengan tatapannya yang masih menjurus tajam pada Reyna.

Kini Reyna bisa menghembuskan nafasnya yang sempat tertahan beberapa menit yang lalu.

"Selamat pagi Reyna, mari silahkan kamu masuk dan duduk dibangku kamu" ucap pria itu dengan senyum ramah, membuat gadis itu membalas senyuman pria itu dengan ramah.

Langkah Reyna kembali dengan senyuman ceria tanpa beban meski ia harus menyimpan sedikit rasa curiga pada pria tampan yang kini berjalan mengekor padanya.

"Baiklah anak2 mari kita buka halman 72" suara sang guru magang itu menggema, pertanda pelajaran akan segera dimulai.

"Rey, kenapa lo senyum-senyum sendiri? gila ya lo? habis dimarahin enggot mlah seneng" kata Kanaya teman sebangku Reyna sekaligus sahabat terdekat gadis itu.

Seringkali mereka dikira saudara saking dekatnya hubungan yang mereka jalin. Reyna pun sudah terbiasa dengan itu, toh Kanaya adalah satu-satunya orang yang paling tau dengan latar belakang dan juga sifat gadis itu.

"Enak aja, gue masih sehat kali.. gue lagi seneng aja nggak lanjut dengerin khotbah pak Nugroho yang panjang bin lebay itu. Tau nggak si ganteng didepan itu yang belain gue, lo pasti iri kan?" kata Reyna dengan senyum merekah sembari mengerlingkan sebelah matanya.

"Reyna, ikuti saya sebentar" belum sempat Reyna menyelesaikan kata-katanya, namun pria dengan tatapan tegas membuat firasat Reyna jadi bertambah buruk.

"Nah lo, kata siapa lo di bela-in?, makan tuh penyelamat haha" bisik Kanaya tepat ditelinga gadis itu membuat Reyna mengerucut sebal sembari meremas jemarinya sendiri.

Hengky Adiva

Akhirnya Reyna kini tengah dihukum untuk membersihkan buku diruang perpustakaan sekolah. Perpustakaan yang begitu besar dan debu dimana-mana.

Reyna mendengus kesal, memperhatikan beberapa tumpuk buku diatas sana, perlahan ia menaiki tangga yang sengaja dipersiapkan bagi siswa-siswi ketika hendak mengambil buku yang lebih tinggi. Sambil membersihkan debu kotor yang semakin menebal, Reyna mengumpat dan bergumam dengan kekesalan yang ia rasakan saat ini.

"Dasar guru magang tengil, pak Nugroho aja nggak pernah hukum aku segini beratnya. Eh dia malah sok-sokan jadi pahlawan kesiangan" ujarnya dengan penuh kekesalan, tiba-tiba kaki tangga yg ia naiki bergoyang dengan cepat.

"Aaaaaaaaahhh!!aduh sakit"

Debug..

Debug...

Suara buku berjatuhan, menerpa tubuh Reyna yang kini telah terduduk di lantai, dengan beberapa buku yang menimpa tubuhnya.

"Ada apa ini Reyna!?" teriak bu Alin sang penjaga perpustakaan sambil menghampiri Reyna.

"Aelah buk, gak liat ya saya baru jatuh, lagian siapa suruh naruh buku diatas sana, mana tinggi tinggi sekali, kiri kanan kulihat saja, eehhh ngapa kok malah nyanyi ya ?" kata Reyna sambil menepuk jidatnya.

"Hadeeehhh Reyna.. Reyna, ceroboh sekali kamu, untung yang kamu jatuhkan hanya beberapa buku, coba kalau satu rak buku ini jatuh menimpa kamu, bisa-bisa ibu mengundurkan diri dari sini" kata bu Alin sambil menghela nafas.

"Lah kok ngundurin diri buk, gak nyambung banget".

Elak Reyna dengan pandangan yang penasaran.

"Ya iyalah, ibu nggak mau dihantui arwah mu yang gentayangan, mana mati pas dihukum lagi, kalo arwahmu tiap hari datang bagaimana?"

Ujar bu Alin dengan ketakutan.

"Wahhh sadis banget ekspetasinya."

Kata Reyna sambil menatap bu Alin keheranan.

"Yasudah, cepat kamu bereskan ini semua" suara bu Alin langsung diberi anggukan pasrah dari Reyna.

Teng Teng Teng...

Suara bel berbunyi diikuti kerumunan siswa-siswi yang kini keluar dari kelas mereka masing-masing.

"Yes! istirahat"

Teriak Reyna kegirangan.

"Ssstttt, dilarang brisik disini" kata seorang cowok yang pakai kacamata di balik rak. Ia bahkan mengabaikan peraturan untuk tidak berisik pada waktu memasuki wilayah peraturan. Masalahnya ia terlalu girang hingga membuat dirinya acuh tentang segala hal.

Reyna seolah tak perduli dan sesegera mungkin hendak keluar dari sana. Rasa laparnya mengalahkan kekesalannya yang sempat ia rasakan sebelumnya, belum lagi penat yang ia rasakan saat harus merapikan buku-buku setinggi bukit yang menyiksa jiwa dan raganya.

"Mau kemana kamu Rey?" suara itu menghentikan langkah Reyna seketika. Ditolehnya wajah cantik penjaga perpustakaan dengan tubuh seksi terbalut oleh seragam putih dan hitam roknya.

"Makan buk, kan udah jam istirahat" jawab Reyna dengan wajah polosnya, langkahnya yang semula ingin keluar dari ambang pintu terhenti kembali saat wajah garang bu Alin menatap Reyna dengan serius.

"Kata siapa kamu boleh keluar dari sini, cepat selesaikan hukuman kamu sekarang! wali kelas kamu sudah berpesan pada saya untuk tidak melepaskan kamu dari hukuman sebelum kamu kapok."

Suara bu alin pelan namun penuh penekanan, membuat Reyna mengerutkan kening, memohon pada wanita sang penjaga perpustakaan itu.

"Tapi buk."

"Lebih cepat lebih baik Reyna."

Ujar bu Alin lagi, dengan terpaksa dan langkah malas ia menuruti perintah bu Alin.

***

"Pak ke kantin yuk."

Ajak salah satu siswi kepada Yasya membuat pria itu menggeleng pelan sembari merapihkan bukunya setelah usai mengajar di kelas X IPA II.

"Tidak, terimakasih, saya masih harus membawa laporan ini kepada

Pak nugroho, lain kali saja ya" kata Yasya dengan senyum ramahnya

"Emmm beneran lo pak, saya harap bisa makan siang bareng bapak besok."

Ujarnya dengan genit lalu meninggalkan pria itu, membuat Yasya menggeleng sembari memutar bola matanya.

Pria itu bahkan mengabaikan tatapan para siswi yang menjurus padanya. Memang pesona pria itu tidak dapat ditolak oleh gadis manapun. Mengingat usianya yang masih muda dan juga wajahnya yang tampan rupawan bak artis korea yang magang di SMA Pelita Bangsa seperti drama Korea dadakan.

"Siang pak!" sapa satu siswi sembari menunduk malu-malu, membuat Yasya tersenyum dan mengangguk pertanda membalas.

"Hallo pak Yasya" sapa siswi lain sembari melambaikan tangan pada pria itu.

"Wahhh pak yasya" sahut siswi lain dibalik jendela kelas.

"Ganteng banget!"

"Eh liat tuh, itu guru magang jelas X IPA II ya? namanya siapa? comblangin dong? gw pengen jadi ceweknya" bisik salah satu siswi yang masih bisa ia dengar meski hanya samar-samar. Langkahnya bahkan acuh tak memperdulikan pandangan disekitarnya yang menjurus padanya seolah menghaturkan kekaguman pada sosok tampannya.

Hari ini adalah hari pertama Yasya magang disekolah SMA Pelita Bangsa. Ia menyerahkan data siswa kepada pak Nugroho sembari berbasa-basi ringan dengannya perihal KBM SMA Pelita Bangsa, tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi dari dalam saku celana yang pria itu kenakan.

"Eh, permisi sebentar pak" pamit Yasya sembari melangkah agak sedikit menjauh dan segera mengangkat panggilan itu.

"Oh iya, silahkan" balasnya.

"Halo?" kata Yasya menyapa seseorang disebrang sana.

"Halo sayang, sudah makan siang belum? kita makan sama-sama yuk, hari ini kan hari pertama kamu kerja, sambil kamu ceritain pengalaman kamu itu" suara lembut dari sebrang sana membuat Yasya merasa sedikit lebih lega. Membuat pria itu kembali semangat lagi setelah beberapa saat dirundung kebosanan saat pertama kali datang ditempat magang yang terasa asing baginya.

"Oke, tapi istirahatnya hanya berlangsung setengah jam sayang, kita makan diluar sekolah ku yuk, yang dekat dengan lokasi magang ku, bagaimana?" tanyanya lembut sembari tersenyum sumringah yang menambah tampan wajahnya.

"Em oke, aku kesana sekarang, bye" jawabnya dengan ceria. Sepertinya mereka berdua sudah tak sabar lagi hendak bertemu. Meski sepasang kekasih itu tak pernah absen untuk jalan berdua sepanjang hari ditengah lengangnya kegiatan mereka masing-masing.

Sesampainya di cafe dekat sekolah.

tidak butuh waktu lama pacar Yasya sudah datang menghampirinya. Dengan wajahnya yang cantik dan rambutnya merah digerai ia menghampiri Yasya dengan senyuman mengembang.

"Sayang" panggilnya manja dan langsung duduk didepan pria itu.

Beberapa orang melirik mereka, pasangan yang biasa menjadi perbincangan karena mungkin mereka beranggapan mereka adalah pasangan yang cocok. Seorang pria tampan dengan kekasihnya yang cantik dan seksi.

Ya, begitulah anggapan pasang mata yang seringkali melirik kemesraan mereka ditempat umum. Pasangan yang membuat iri para makhluk jomblo ataupun hubungan kekasih yang tidak se-mesra mereka.

"Syahbila...akhirnya kamu datang juga, mau pesan apa?" tanya Yasya sembari menyodorkan buku menu pada gadis itu.

"Em yang ini aja deh noddle salted egg" katanya sembari tersenyum ceria.

Setelah selesai makan dan berbincang-bincang tentang pengalaman pertama Yasya hari ini, mereka pun bergegas masing-masing untuk kembali menjalankan kegiatan mereka.

***

teng teng

"Akhirnya pulang juga"

Suara lega Reyna sambil meregangkan tubuhnya, dia segera bergegas menuju kelas dan mengambil tasnya. Wajahnya lega meski sedikit pucat membuatnya tampak seperti tak bernyawa.

"Reyna!"

Panggilan suara maskulin dari belakangnya membuat Gadis itu menoleh dengan tatapan malas.

"Apa?" jawabnya datar setelah membalikkan badan.

"Kamu darimana saja?" tanya Yasya mengintimidasi, membuat gadis itu menatap tajam wajah pria tampan yang kini menjadi guru magang dikelasnya.

Mungkin wajahnya memang tampan, tapi Reyna tidak tertarik sama sekali dengan penampilannya. Malahan dia semakin kesal akan hukuman yang ia terima hari ini. Benar-benar keterlaluan menurutnya, jangankan pelajaran yang sama sekali tidak ia ikuti seharian, makan saja dia tidak bisa.

"Apa bapak lupa? bapak kan yang hukum saya tadi" ucapan Reyna datar dan langsung pergi tanpa pamit. Membuat pria itu mengernyitkan dahinya.

"Kok gue bisa lupa ya? apa jangan-jangan gue udah mulai pikun" gumam Yasya pelan.

Reyna berjalan lunglai melewati lorong yang kosong, wajahnya pucat sekali. Seperti gadis yang kelaparan tidak makan beberapa tahun belakangan ini.

"Ohh" lenguhnya dan tanpa sadar dia terjatuh kelantai.

"Sial" gumam Reyna sembari mengumpat tak karuan.

Dia merangkak dan bersandar di kursi yang berada tak jauh dari tubuhnya saat ini, dia terus memegangi perutnya yang sedari tadi menyiksanya. Bahkan saking laparnya suara bak gemuruh sepertinya sudah bosan dengan kelaparannya yang melanda.

"Reyna!" suara seorang lelaki memanggilnya dan langsung berlari menghampirinya.

"Kamu kenapa Rey?" tanya Hengky salah satu teman gadis itu.

"Aku, aku gak apa-apa kok" jawab Reyna dengan lemas dan masih menatap santai sahabatnya itu.

"Gapapa gimana? orang kamu aja udah kaya mayat hidup gini kok, ayo cepet, aku gendong"

ujar Hengky sambil pindah posisi didepannya dan hendak menggendong dari belakang. Namun Reyna menggeleng sembari membelalakkan matanya yang semakin terlihat matanya yang semakin besar.

"Ky, mau apa kamu?" tanya Reyna tampak ragu. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari menatap Hengky yang kini terlihat kekeuh dengan keputusannya.

"Udah nggak usah banyak nanya cepet!" dengan terpaksa Reyna menuruti paksaan dari Hengky dan naik dipunggung pria itu. Menggendongnya sampai parkiran.

Hengky kemudian membawa gadis itu keluar dari sekolah dan memboncengnya dengan motor besar miliknya.

"Ky, anterin aku pulang aja ya" kata Reyna masih lemas seraya merengek memegangi kain punggung Hengky.

"Kita makan dulu, baru nanti aku antar kamu pulang oke" kata Hengky meyakinkan, Reyna hanya diam dan pasrah, menikmati hembusan semilir angin ditengah laju motor besar Hengky ditengah panasnya dan macetnya ibukota kala itu.

Flashback: Bullying

Kali ini Reyna dan Hengky sudah selesai makan siang, lebih tepatnya Reyna, karena sejak dihukum tadi pagi dia belum sempat makan siang sama sekali.

Wajah gadis itu mulai kembali ceria. Bahkan bibirnya yang sempat membiru kini kembali memerah dengan sempurna. Tak lupa ucapan terimakasih serta senyuman manis dari gadis itu ia tunjukkan untuk Hengky.

"Makasih ya Ky, kamu udah traktir aku makan siang hari ini, tau aja kalo aku lagi laper, lain kali aku yang bakal ganti traktir kamu deh" ujar Reyna dengan raut wajah yang masih lemas.

"Iya sama-sama kalo masalah itu nggak usah terlalu difikirin Rey, lagian kamu kok bisa sih telat makan lagi, udah kaya zombie aja lagaknya, langkah gontai, wajah pucet, serem tau! lain kali jangan telat makan lagi ya" balas Hengky dengan wajah meledek.

"Kamu kan tau aku kaya gimana hehehe" kata Reyna sambil tertawa ringan.

Reyna merasakan perih dibagian pinggangnya. Aneh, padahal perutnya baru saja terisi makanan. Seringkali Reyna mengeluh sakit mag tiap kali dirinya terlambat makan, baginya itu adalah hal wajar yang sering terjadi.

"Aw ah" teriak kecil Reyna sembari memegangi perutnya.

"Eh hey Reyna kenapa?" tanya Hengky panik, tak lama kemudian wajah Reyna tersenyum kembali, gadis itu tak ingin membuat Hengky khawatir padanya.

"hahaha nggak papa kok, mungkin bentar lagi juga sembuh, biasa efek telat makan" sahut Reyna meyakinkan, meski begitu, tubuhnya masih terlihat lemah dan tak bertenaga.

"Lebih baik anterin aku pulang aja ya."

"Kamu yakin? atau, kamu mau aku antar ke rumah sakit dulu?" ucap Hengky menawarkan pendapatnya, namun dibalas gelengan pelan dari gadis dihadapannya.

"Eh nggak usah Ky, aku baik-baik aja kok."

'Lagian kalo aku dirawat juga percuma, nggak bakalan ada yang perduli sama aku' lanjut Reyna dalam hati.

Lelaki tinggi dan tampan itu mendengus kesal dengan teman satunya ini. Sifatnya yang keras kepala dan kadang tak mudah untuk dimengerti membuatnya kadang serba salah dibuatnya.

***

Ahmad Hengky Adiva, salah satu siswa terpopuler disekolah SMA Pelita Bangsa. Pria tampan dengan segudang prestasi.

Pertemuannya dengan Reyna diawali ketika ia satu kelompok dengan gadis itu semasa MOS. Dia cewek paling beda yang pernah Hengky kenal. Ya, meskipun mereka hanya sekedar berteman selama tapi Hengky sebenarnya sudah menyukai gadis itu sejak lama. Kalau ditanya kenapa? jawabannya bukan hanya karena dia cantik, tapi dia juga smart dan baik.

Cewek yang selalu ceria, ramah sama semua orang, friendly. Rambut sebahu yang indah, mata lebar, alis tebal membuat pria itu terpikat. Meskipun begitu persahabatan Reyna dan Hengky semakin renggang semenjak gadis itu mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.

Flashback on.

"Reyna ya?" panggil seorang cewek dari kelas X IPS I. Tampak ia bertanya-tanya sembari tersenyum lega ketika gadis itu menoleh dengan anggukan.

"Iya, ada apa ya?" sahut Reyna yang tengah duduk dibangku panjang tepat didepan kelas Hengky.

Gadis itu berhenti sejenak, karena dering ponselnya berbunyi, meski hanya terdengar samar dari arah dalam kelas, Hengky dapa melihat Reyna mengangkat panggilan sambil melangkah kembali.

"Kamu dicariin kakak kelas tuh ditoilet" kata cewek itu pada Reyna membuat ia menaikkan sebelah alis sembari menatap curiga pada gadis dihadapannya.

"Ha?kenapa nyari aku? pake acara ketemuan ditoilet lagi? emang mau ngajakin berak bareng?" ujar Reyna dengan nada bertanya sambil mengerutkan keningnya.

"Katanya mau ngomongin soal kandidat OSIS, ya mungkin lo mau diajak nyari ide buat acara LDK" kata cewek itu yang notabennya juga tidak tahu menahu dan hanya menyampaikan pesan.

"Aneh banget, gue aja gak ada daftar jadi anggota OSIS, mana ketemuan di toilet lagi" ujar gadis itu seraya menggaruk kepalanya.

"Yaudah sih, mending cepet kesana aja, daripada lo malah kena omel mereka" sesungguhnya dia juga tidak tau menahu soal pembicaraan apa yang ingin disampaikan kepada Reyna, namun karena amanah, maka dia harus menyampaikan padanya.

"Em iya, kalo gitu maksih ya" ucap Reyna sambil mengangguk, Reyna langsung melangkah menuju arah yang ditunjukkan cewek tadi. Sesampainya disana, Reyna terperanjat mendengar kata-kata yang membuat tengkuknya meremang.

"Oh jadi elo ya yang namanya Reyna?!" kata cewek itu keras dibelakang Reyna yang sekarang udah ada di toilet cewek.

Reyna langsung tersentak kaget melihat keberadaan dia dan langsung membalikkan tubuhnya.

Matanya membulat sembari merasakan sedikit takut dalam keadaannya saat ini. Untung saja karena dulu kakaknya mengajarinya bela diri, kini ia bisa semakin berani.

"Iya kak, ada apa ya manggil aku kesini?" tanya Reyna sesantai mungkin sembari melangkah mendekat.

Tiba tiba saja gadis dihadapan Reyna itu langsung mengunci pintu yang ada dibelakangnya. Reyna yang berada disana hanya bisa menatap kakak kelasnya dengan dahinya yang mengernyit.

Jantungnya berpacu semakin cepat oleh ketakutan. Ia takut sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi.

"Udah gak usah basa-basi, bilang aja, apa hubungan lo sama Hengky!?" bentak cewek itu sambil melotot melangkah mendekati Reyna. Sedang Reyna kini mulai melangkah mundur.

"Hengky? oh kita cuma temenan kok" kata Reyna santai mencoba menghilangkan fikiran negatifnya yang sempat terbesit dalam hatinya.

"Halah dasar pembohong!" gadis itu mendorong tubuh Reyna hingga ia tersungkur ke lantai.

Wajah gadis itu terlihat tak asing bagi Reyna, wajar saja masih beberapa hari Hengky masuk sekolah, banyak sekali dari kalangan senior maupun teman seangkatannya yang mengidolakan sosoknya yang tampan.

Hal yang tak diinginkan pun terjadi. Reyna masih bisa bangkit meski tubuhnya terasa sakit akibat tubuhnya yang menghantam lantai cukup keras.

"Aduuhh" erang Reyna, sambil memegangi pinggangnya.

"guys!" teriaknya lagi. Tiba tiba 5 toilet dibelakang Reyna terbuka, terlihat para senior keluar dari sana. Pandangan mereka tajam, mengarah pada Reyna yang kali ini mulai waspada.

"Oh ini gebetannya cowok elu Fan? dasar pelakor" ucap salah satu cewek yg tadinya keluar dari toilet itu sambil mendekat, dia menjambak dan mendorong Reyna, hingga tubuh mungil gadis itu tersungkur kembali.

"Cih, dasar cewek sok kecakepan. Emang lo kira Hengky naksir sama lo haa?!" ucap salah satu dari mereka lagi.

Reyna hanya diam dan menunduk, wajahnya pucat pasi, tak tau apa yang harus dilakukan olehnya, tiba-tiba dia ditarik berdiri oleh cewek yang tadi mendorongnya, yang ia ketahui bernama Fani.

"Berdiri lo!" teriak Fani seseorang yang ia ketahui adalah seniornya yang tadinya mendorong tubuhnya ke lantai. Sambil menarik kerah Reyna dengan keras, rahang Fani mengeras menahan amarahnya yang memuncak tatkala melihat wajah Reyna yang kini menatapnya seolah tanpa dosa.

"Eh kak, aku bukan" sebelum Reyna melanjutkan perkataannya, dia mengepalkan tangannya, dan dengan sigap tangan Reyna menampiknya kala Fani hendak melayangkan tangannya kearah wajah Reyna.

"Wah hebat juga nih pelakor" ucap salah satu dari mereka lagi, membuat Reyna semakin dirundung ketakutan.

"Enaknya kita apain anak ini Fan?" tanya cewek yang berbadan gendut.

Reyna semakin diambang puncak kegelisahan. Sedang ia tak banyak menguasai ilmu bela diri.

"Kurang ajar! berani-beraninya ya elo ngelawan gue!" teriak Fani yang melempar Reyna kesamping dan reyna tersungkur lagi, namun kali ini dia segera bangkit.

"Hajar guys!" teriak Fani. Membuat teman-teman nya mendekat kearah Reyna, dan hendak memukuli dia, dengan sigap Reyna menepis serangan mereka satu persatu.

"Maaf kak, aku hanya menghindar. Aku mohon, aku mau pulang" mohon Reyna didepan cewek-cewek itu yang tepat berjatuhan dihadapannya. Tiba-tiba ia merasakan nyeri yang luar biasa pada punggungnya, diikuti suara keras memukul bagian tulang belakangnya.

Bukk bukk bukk

"Ahhhh" teriak Reyna kesakitan.

Pukulan keras mendarat di punggung Reyna, gadis itu jatuh seketika, sontak Reyna menoleh kebelakang dan ternyata Fani telah berdiri disana sambil membawa batang kayu besar yang entah darimana datangnya, tidak salah lagi ternyata dia yg memukul Reyna dari belakang. Tubuh Reyna bergetar, wajahnya memancarkan ketakutan kala kekuatan mereka mulai bersatu.

"Ternyata elo juga bisa bela diri ya, kasihan ckck lo bakal mati disini hahahaha."

"Guys cepet iket dia" mereka yang awalnya ambruk kini mulai bangkit dan mengikuti instruksi Fani dan segera mengikat Reyna seraya mendudukkan Reyna di lantai. Tubuh Reyna tak kuasa menahan sakit yang diberikan oleh pukulan keras dari Fani.

Reyna terpaksa harus mengikuti instruksi dari mereka. Dengan tubuhnya yang tak berdaya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya ia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan padanya.

"Kak aku mohon, aku salah apa sih sama kalian?! aku dan Hengky cuma temenan, aku mohon lepasin aku" teriak Reyna, tak kuasa dengan apa yang seniornya lakukan padanya

Plaakkk

Satu tamparan keras mendarat dipipinya, terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya. Tak hanya itu wajahnya pun mulai memerah dengan air mata yang mulai mengalir.

Tangisan Reyna membuat Fani puas dan langsung membungkam mulutnya. Mereka langsung memukul tubuh Reyna bergantian, mencakar wajah Reyna, menjambak rambut, dan memotong asal asalan rambut Reyna yang panjang sepinggul dan menyisakan rambutnya sebahu yang terakhir mereka langsung menyiram Reyna dengan air.

Reyna hanya bisa menangis tanpa bisa menghindar sedikitpun, Reyna hanya berharap seseorang menemukannya disini.

Rasa dingin dan sakit memenuhi tubuhnya yang kini tak bisa ia lihat lagi. Dia tidak bisa berteriak meski ingin. Selain merusak wajah dan rambutnya yang indah, mereka semua juga memukuli Reyna tanpa ampun. Membuat Reyna lunglai. Matanya memerah dengan wajahnya yang penuh dengan luka lebam dan cakaran. Seperti tak kuasa lagi pandangannya perlahan buram, hanya bayangan hitam yang menyelimuti mimpinya.

"Reyna! kamu dimana?" teriak suara lelaki dari luar penuh dengan kekhawatiran diwajahnya.

"Gawat itu pasti suara Hengky" kata Fani takut. Wajahnya penuh dengan kecemasan kala melihat Reyna yang tak berdaya. Ia menampar wajah Reyna berulangkali untuk membangunkan dirinya. Namun apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan. Reyna malah mengeluarkan darah segar di hidungnya, serta matanya yang masih menutup seperti semula.

***

"Reyna dimana sih, disuruh nungguin malah ngilang!" ucap ku kesal. Pasalnya pria itu sudah mengelilingi belakang kelas beberapa kali, namun batang hidung Reyna belum terlihat sampai detik ini.

"Hengky, nyariin siapa disini?" tanya Fani yang muncul tiba-tiba dari belakang Hengky.

"Eh kak, ehm itu si Reyna, kakak liat dia lewat sini nggak?" tanyanya dengan cemas.

"Eng, nggak kok" jawab Fani dengan gugup, membuat pria itu sedikit curiga.

"Fan, aku sama yg lain mau ada acara sekarang, maaf ya, gue nggak bisa nebengin elu pulang" kata temennya Fani yang baru datang dari arah toilet bersama teman-remannya yang lain.

Hal itu membuat Hengky mengernyitkan keningnya sembari mengerutkan wajahnya yang semula khawatir kini berubah menjadi malas.

"Yahhh Nov, masa lu tega sih gue pulang sendiri?" kata Fani memelas dengan lirikan manjanya.

Kini ia hanya berharap Hengky tak menyadari keberadaan Reyna yang telah mereka sekap didalam toilet.

"Gini aja, Ky lo tolong anterin Fani pulang ya, sekali ini aja please, gue sama yg laen mau ada rapat OSIS diluar" kata Novi, salah satu teman Fani.

Senyum harapan ditorehkan oleh Fani untuk teman-temannya yang kini mulai meyakinkan pria tampan itu untuk berjalan bersama Fani.

"Tapi kak, gue tadi udah janjian mau pulang bareng Reyna, kalian pada liat dia nggak tadi? soalnya tadi gue liat dia jalan kearah sini" tanya pria itu semakin cemas dengan pandangannya yang menoleh kesegala arah.

"Oh Reyna, gue tadi liat si Reyna pulang bareng sama cowok, kayanya cowoknya deh, itu lo kakak kelas XII IPA I si kapten basket yang terkenal itu, soalnya Reyna kayanya deket banget sama dia" ujar cewek gendut yang pastinya membuatnya sedikit kecewa.

"Haaaa?! masa sih? kok Reyna nggak pernah cerita ke gue selama ini" tanya Hengky tidak menyangka.

Dengan terpaksa Hengky akhirnya pulang bersama Fani, sekalian kerumah Reyna, lebih tepatnya minta penjelasan ke dia.

Ia ingin tidak percaya, namun kenyataannya Reyna memang tidak berada ditempat dimana seharusnya. Mungkin kecantikan dan juga kebaikan gadis itu dapat memikat siapa saja termasuk kakak kelas ataupun teman-temannya sendiri seperti dirinya. Begitu pikir Hengky sembari fikirannya iku menerawang membayangkan keberadaan gadis itu.

Diperjalanan, Fani yang Hengky bonceng memeluk erat tubuhnya. Merasa tak nyaman dengan pelukannya yang cukup erat membuatn Hengky menggerutu didalam hati.

'Bikin kesal saja' batinnya ketika Fani mulai dengan manja mempererat pelukannya sembari menempelkan wajahnya pada punggung Hengky..

"Maaf kak, aku nggak nyaman" kata pria itu sembari merenggangkan jemari Fani dari perutnya.

"Oh, maaf" balas Fani disusul dengan melepas tangannya.

"Emmm, Ky habis ini ada acara nggak" tanya Fani. Harapannya luas beserta dengan kesempatannya saat ini. Mana mungkin kesempatan emas yang tidak datang dua kali ia sia-siakan. Secara murid baru paling tampan seantero sekolah kini tengah memboncengnya.

"Enggak" balas Hengky singkat seolah perkataannya itu menerangkan untuk tidak mengganggunya ketika fokus menyetir.

"Emmm sebenernya, dari pagi aku lupa belum sarapan, kita mampir makan yuk" kata Fani merajuk lagi dengan manja.

'Aelah, itu mah salah lo sendiri, ngapain nyiksa diri' batin Hengky jengkel sembari mengeratkan giginya yang tidak tampak karena memakai helm.

"Nggak perlu kak, aku mau kerumah Reyna habis ini" kata Hengky sedikit risih.

"Ayolah Ky, kali ini aja, perut ku udah sakit dari tadi, aku traktir deh" paksa Fani, membuat Hengky mau tak mau menuruti permintaannya.

"Ya udah, kamu aku antar pulang aja, makan dirumah, nanti kalo berhenti makan dijalan takutnya ada apa-apa lagi" ujar Hengky tegas sembari memutar bola matanya malas.

Sementara hal itu tak dapat membuat Fani menyerah. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya sembari tersenyum miring.

"Ahh aduhh sakit!" teriak Fani, membuat Hengky menghela nafas. Mendengar Fani berteriak kesakitan, langsung saja menghentikan motornya.

"Mau makan dimana?" tanya Hengky pasrah.

Akhirnya dengan terpaksa Hengky menemani gadis itu makan sampai selesai, sebenarnya ia terus dipaksa untuk memesan makanan, namun pria itu terus menolaknya karena memang ia tidak ingin. Setelah selesai, Hengky akhirnya mengantarkan gadis itu kembali kerumahnya.

"Makasih ya Ky, kamu udah anterin aku pulang" kata Fani dan bergegas turun dari motor.

"Iya sama-sama kak" balas Hengky dengan tatapan dingin.

"Panggil Fani aja, jangan kak biar lebih akrab" ucap Fani dengan senyum centilnya yang membuat Hengky semakin tak nyaman oleh sikap Fani.

Hengky hanya mengangguk, ia meraih helmnya lagi.

"Tunggu Ky" Fani menghentikan pria itu yang hendak mengendarai motor. Dan Cup, bibir Fani menyentuh pipi Hengky, membuat ia terkejut sembari melotot kearah gadis itu.

"Em maaf" kata Fani sambil tersenyum dan tampak pipinya memerah.

Hengky tak memperdulikannya dan langsung beranjak pergi menggunakan motornya

Setelah perjalanannya yang cukup menguras tenaga dan waktu, kini akhirnya Hengky dapat bernafas dengan lega. Ia tampak telah sampai di depan rumah yang indah, terlihat didepan rumah banyak ditumbuhi tanaman hias dan bunga yang berwarna-warni.

Pria itu melangkahkan kakinya menuju teras, dan segera memencet bel yang tepat berada di bagian dinding bersebelahan dengan pintu.

ting tong...

Suara samar bel dari dalam, meski begitu Hengky masih dapat mendengarnya dengan jelas.

Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat seorang wanita paruh baya membukakan pintu itu dari dalam.

"Assalamualikum oma" sapa Hengky sambil mencium punggung tangan oma Malik. Oma Malik, orang tua dari ayah Reyna. Sikapnya ramah meski begitu Reyna tampak tak dekat dengannya. Entah kenapa satu rumah namun hubungan mereka seperti mati, tak terjalin dengan baik.

"Walaikumsalam, Hengky, loh Reyna nya mana? bukannya dia pulang sama kamu?" tanya oma sambil mencari cucunya, yang kini Hengky pun ikut bertanya-tanya.

"Loh, Reyna belum pulang oma?" tanya Hengky lagi yang tidak percaya. Pandangannya mengerut sembari mencari keberadaan Reyna didalam rumah yang terlihat kosong melompong itu.

"Tadi sekitar pukul 2.30 oma telfon dia, oma kira dia maen kemana. Katanya masih disekolah nungguin kamu, tadinya oma mau suruh supir buat jemput Rey" jelas oma malik serius.

"Emmm ya sudah, Hengky pamit dulu ya oma, mungkin dia memang masih ada disekolah" ujar Hengky langsung mencium punggung tangan oma, dan bergegas meninggalkan rumah Reyna dengan perasaannya yang berkecamuk tak karuan.

Hengky mengernyitkan dahinya, perasaannya tiba-tiba merasa tidak nyaman. Ia mencoba berfikir keras sambil mengendarai motor besar itu dengan kecepatan tinggi.

'Kenapa aku tidak memperhatikan lorong tadi? pukul 2.30 waktu Reyna jalan menuju toilet. Bodoh! bodoh! seharusnya jika aku kearah yg sama dengan arah yang dituju Reyna, aku pasti melihat dia jika dia memang benar telah pulang' umpat Hengky kesal merutuki kebodohannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!