NovelToon NovelToon

Kapten Pilot Ternyata Jodohku

KAPTEN PILOT

Perjodohan adalah hal yang tidak diinginkan kebanyakan orang. Terlebih jika mereka miliki kekasih. Namun ada saja orang tua atau saudara yang tetap kekeh menjodohkan.

Meski pun menolak. Tetapi sebagai anak yang berbakti pasti menuruti kemauan orang tuanya.

Hari ini Kapten Pilot yang bernama Rijal akan menikah dengan gadis pilihan orang tuanya, disamping itu Rijal memiliki kekasih yang merupakan Bidan di salah satu rumah sakit tempat Dokter Nisa bekerja (gadis yang akan dijodohkan dengan Kapten Rijal).

Kapten Rijal terpaksa menerima perjodohan itu demi baktinya pada kedua orangtuanya. Namun ketika mendengar berita bahwa gadis yang dijodohkan dengannya kabur melarikan diri, Kapten Rijal merasa lega dan juga kesal.

Lega karena dirinya tidak jadi menikah dengan gadis yang tidak dicintainya. Sekaligus Kapten Rijal merasa kesal, secantik apa sih gadis itu sampai memilih kabur daripada menikah dengannya, setidaknya lihatlah terlebih dahulu bagaimana pesona seorang Kapten Rijal pikirnya.

Memang diakui bahwa pesona seorang Kapten Rijal mampu menaklukkan setiap hati gadis yang melihatnya. Pesonanya yang cool ditambah ketika memakai seragam pilotnya membuat setiap gadis yang melihatnya sampai ileran.

Ketika tidak memakai seragam pilot pun pesona kegantengannya tidak luntur sedikit pun gaya rambut comma hair style, kulit kuning langsatnya, alis tebal, bibir tipis merupakan bagian wajah yang cukup sempurna, postur tubuhnya jangan ditanya bagaimana postur tubuh seorang pilot melekat erat pada diri Rijal rahang yang kokoh nang tegas perut six pack, benar-benar pesona luar biasa.

Hari ini bertepatan hari pernikahan Kapten Rijal, meski pun tidak jadi menikah dia tetap cuti kerja karena setelah bergabung di dunia penerbangan dia jarang berkumpul dengan keluarganya. Jadi tetap cuti sementara waktu untuk berkumpul dengan keluarganya.

Sesampainya di bandara dia turun dari pesawat, kemudian menyeret koper hitam miliknya melewati terminal atau stasiun penerbangan.

Perjodohan antara Dokter Nisa dan Kapten Rijal karena kehendak orang tua mereka yang waktu mereka hamil mereka membuat kesepakatan.

Kalau salah satu diantaranya melahirkan anak perempuan dan salah satunya lagi melahirkan anak laki-laki, maka anak mereka akan di jodohkan.

Namun sayangnya saat Bu Desi melahirkan anak pertamanya ternyata anaknya laki-laki yang merupakan Kapten Rijal dan saat Bu Sarah melahirkan anak pertamanya juga laki-laki yang merupakan kakak dari Dokter Nisa.

Ketika kapten Gilang berusia 5 tahun yang sesusia dengan Kapten Rijal, orang tua dari kapten Gilang memilih pindah kota waktu itu.

Sehingga Kapten Rijal dan keluarganya kehilangan kontak dengan keluarga Kapten Gilang.

Padahal Kapten Gilang dan Kapten Rijal suka bermain bersama karena rumah mereka bersebelahan.

Namun karena pekerjaan Ayah Kapten Gilang, terpaksa mereka harus pindah agar lebih dekat tempat tinggalnya dengan kantor yang di tempati Pak Ryan bekerja.

Dua tahun kemudian setelah pindah kota, Bu Sarah hamil lagi kemudian melahirkan anak perempuan.

Selang 7 tahun kelahiran anak kedua Bu Sarah. Bu Desi juga hamil kemudian melahirkan anak perempuan juga.

Jadi umur Nisa dan Cintya beda 7 tahun. Nisa lebih tua dari pada Cintya.

Setelah beberapa tahun kemudian. Bu Desi dan Bu Sarah bertemu di sebuah mall. Mereka pun saling bercerita tentang kehidupan maupun anak-anak mereka.

Kebetulan waktu itu Kapten Rijal yang mengantar mamanya ke mall dan begitu juga kapten Gilang yang mengantar Mamanya ke mall.

Setelah tau bahwa Bu Sarah melahirkan anak kedua yang mana berjenis kelamin perempuan.

Di situlah Bu Desi dan Bu Sarah menjodohkan Kapten Rijal dan Dokter Nisa karena umur mereka hanya beda 2 tahun.

Beberapa bulan kemudian keluarga Kapten Rijal datang melamar Nisa yang baru saja lulus dari kuliahnya.

Kapten Rijal menolak perjodohan itu karena dia memiliki kekasih namun hubungannya dengan kekasihnya itu tidak direstui.

Karena mengingat perjuangan orang tuanya yang membesarkan dirinya sampai dirinya menjadi seorang Kapten, akhirnya Kapten Rijal menerima perjodohan itu demi berbakti pada orang tuanya.

Orang tua Nisa menerima lamaran dari keluarga Kapten Rijal, tanpa sepengetahuan Nisa. Memang waktu lamaran hanya orangtu masing-masing yang bertemu.

Kedua calon mempelai tidak ada saat lamaran, mereka tidak bertemu, karena Kapten Rijal sedang tugas keluar negeri.

Sementara Nisa sedang melamar pekerjaan karena waktu itu dia baru saja lulus kuliah belum menjadi Dokter.

Sampailah pada hari pernikahan, Nisa duduk di depan cermin menatap pantulan dirinya yang mengenakan gaun pengantin.

Terbesit sebuah ide konyol, dia membuka gaun pengantinnya lalu mengantinya dengan pakaian sehari-hari.

Nisa kemudian menuliskan surat untuk keluarganya sebelum melarikan diri dari rumah itu. Setelah menulis surat Nisa kabur lewat pintu belakang, tidak ada yang melihatnya karena tamu-tamu di ruang tamu menunggu mempelai pria datang.

Setelah berhasil kabur, mempelai pria dan rombongannya datang di rumah Nisa.

Kapten Gilang segera ke kamar menemui adiknya. Alangkah terkejutnya Kapten Gilang mendapati gaun pengantin itu di lantai dan di atas spring bed terdapat selembar kertas.

Kapten Gilang mengambil gaun itu menyimpannya di atas spring bed dan mengambil selembar kertas tersebu. Kapten Rijal shock dengan isi surat tersebut.

Yang isinya....

*Ayah... Bunda... Dan Kakak maafkan Nisa.

Nisa tau Nisa salah mengambil jalan ini, tapi dari awal Nisa menolak perjodohan ini. Lagi pula Nisa punya kekasih yang sangat Nisa cintai.

Dia berjanji akan menikahi Nisa, Nisa percaya janjinya. Setelah menikah dengan kekasih Nisa, Nisa akan kembali ke rumah bersamanya.

Maafkan Nisa ... Nisa pergi...*

Dia memilih kabur dihari pernikahannya dimana tamu-tamu sudah menunggu hari sakral ini. Tanpa peduli malunya keluarganya, Dokter Nisa melarikan diri ke bandara tempat Kapten Rijal bekerja.

Kapten Gilang memanggil kedua orang tuanya ke kamar Nisa kemudian memperlihatkan gaun pengantin dan memberikan kertas tersebut.

"Astaga... Nisa...'' Tangis Bu Sarah kemudian pingsan setelah membaca surat tersebut.

"Anak nggak tau malu.'' Ucap Pak Ryan tidak melihat istrinya yang sudah pingsan.

"Yah... Bunda pingsan.'' Ucap Kapten Gilang mengangkat mamanya.

"Bibi siti... Bibi tolong ambilkan minyak angin.'' Teriak Pak Ryan pada Bi Siti yang merupakan pembantunya.

Kemudian Bi Siti datang membawa minyak angin.

"Astaga... Nyonya kenapa deng? kok bisa begini?.''Tanya Bi Siti pada Kapten Gilang.

"Nisa kabur.'' Jawab Kapten Gilang memberikan sedikit minyak angin di tangannya lalu mendekatkan di hidung mamanya.

"Astagafirullah... Kenapa tidak dicari sebelum dia terlalu jauh?.'' Tanya Bi Siti lagi.

"Sudahlah jangan mencarinya dan jangan pernah menyebut namanya lagi di rumah ini. Ayah keluar dulu menemui tamu.'' Ucap Pak Ryan

Pak Ryan menemui keluarga Kapten Rijal dan membisikkan sesuatu pada Pak Wawan yang duduk di samping anak dan istrinya.

"Apa? ini sangat memalukan. Rijal... Mama ayo pulang!.'' Ucap Pak Wawan menarik tangan anak dan istrinya keluar dari rumah Pak Ryan.

"Mohon maaf para tamu. Saya menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya pernikahan ini di batalkan.'' Ucap Pak Ryan menahan malu.

Tamu undangan pun bubar dan pulang ke rumah masing-masing.

Di lain tempat Nisa tengah duduk di terminal bandara tempat Kapten Rijal bekerja menunggu Farid menjemputnya.

Farid telah berjanji akan menjemputnya di bandara dan menikah bersamanya artinya kawin lari.

Dokter Nisa yang terus menghubungi Farid yang sedari tadi teleponnya tidak bisa dihubungi.

Dokter Nisa pun mulai tidak tenang. Sesekali dia berdiri menatap sekeliling terminal barang kali Farid datang tidak melihat dirinya.

Hasilnya tetap nihil, sepertinya hanyalah janji saja. Tanpa kabar dan tanpa dirinya yang datang menemui Dokter Nisa.

Nisa hampir menangis, dia berjalan kearah operator telepon yang ada di terminal untuk meminta tolong menelpon perusahaan IT tempat Farid bekerja.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata, penempatan tanda baca, dan huruf besar. Mohon pengertiannya ya.

Guys🤗 segini dulu ya kita lanjut ke part berikutnya😉

KAPTEN PILOT

Nisa yang buru-buru melangkah ke arah operator telepon tanpa mempedulikan sekitarnya.

Brakkk...

Kapten Rijal merasa ada yang ditabrak dihadapannya langsung menunduk melihatnya. Terlihat seorang gadis yang terjatuh dihadapannya.

Nisa menabrak seorang pria. Nisa terjatuh di hadapan pria tersebut. Pria yang ditabraknya seorang yang berpakaian seragam putih pilot membawa koper dan juga memakai kacamata hitam.

Sepulang dari rumah mantan calon istrinya, Kapten Rijal menuju ke apartemen miliknya dekat bandara tempatnya bekerja.

"Apa anda baik-baik saja?.'' Tanya Kapten Rijal kepada gadis tersebut sambil membungkuk mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.

Nisa menepis tangan Kapten Rijal dan berdiri dengan sendirinya kemudian melanjutkan langkahnya ke arah operator telepon tanpa mempedulikan Kapten Rijal.

Kapten Rijal tersenyum. Baru kali ini dia mendapat gadis yang menyueki dirinya. Gadis yang menarik pikir Kapten Rijal.

Nisa adalah Dokter yang sempurna akan ke pintaran dan juga kecantikannya yang memang idaman setiap pria.

Kemudian Kapten Rijal melangkahkan kakinya menuju cafe di terminal untuk mengisi perutnya yang kosong sedari tadi.

Sementara langkah Nisa sampai pada operator telepon

"Permisi.'' Ucap Nisa kepada operator telepon.

''Ada yang bisa kami bantu?." Tanya Operator kepada Nisa yang raut wajah sangat gelisah.

"Bisakah Anda menelpon Perusahan IT Melona Groups?''. Tanya Nisa meminta tolong.

"Mohon tunggu sebentar!." Jawab operator sambil menekan tombol nomor untuk menghubungi perusahan IT Melona Groups tempat kerja Farid kekasih Nisa.

''Hallo dengan IT Company Melona Groups?." Tanya Operator pada lawan bicaranya di telepon.

"Di sini ada gadis yang ingin...'' Ucap Operator menatap dengan isyarat untuk apa Nisa menelpon perusahaan tersebut.

''Ingin berbicara Farid trainer.'' Ucap Nisa pada sang Operator.

''Oh dia ingin berbicara dengan Farid trainer.'' Ucap Operator melanjutkan ke lawan bicaranya di telepon.

''Baik. Silahkan berbicara dengan Operator perusahaan IT Melona Groups.'' Ucap Operator menyerahkan telepon genggam itu pada Nisa.

''Hallo...'' Ucap Nisa menerima telepon itu dan mulai berbicara dengan lawan bicaranya di telepon.

''Apa? Farid mengundurkan diri? Sejak kapan dia mengundurkan diri? Kenapa dia mengundurkan diri?." Tanya Nisa menutup mulutnya air matanya mengalir tanpa dia sadari, dia tidak menyangka dengan pernyataan yang dia di katakan dari pihak perusahaan IT tempat kekasihnya bekerja.

Seketika tangannya lemas dia memberi telepon itu pada Operator, dia berpegang pada tangan sang Operator hampir saja dirinya terjatuh.

Tak ada tenaga baginya menerima kenyataan bahwa Farid meninggalkannya dan telah menikah sebulan lalu bersama anak gadis dari saingan perusahan tempat Farid bekerja.

Makanya dia resign dari perusahaan sebelum dipecat artinya dia tau diri bahwa secara tidak langsung dia menghianati perusahaan tempatnya bekerja.

''Apa Anda baik-baik saja?.'' Tanya Operator khawatir melihat Nisa yang seketika kehilangan tenaganya.

Nisa menggeleng tanpa menjawab, pandangannya lurus ke depan. Dia benar-benar tidak menyangka Farid setega itu pada dirinya.

Apalah arti dirinya sekarang, kekasihnya telah menghianatinya dan dirinya juga sudah lari dari keluarga. Ingin kembali ke rumah pasti keluarganya marah besar terhadapnya.

Nisa melangkah dengan keadaan yang memprihatin mata yang terus meneteskan air matanya. Dia memilih ke cafe untuk mengisi perutnya agar tenaganya kembali sekaligus menenangkan hati dan juga pikirannya yang berantakan.

Kapten Rijal yang fokus pada Hpnya tidak mempedulikan sekitarnya sampai terdengar suara isak tangis seorang gadis di meja yang berdekatan dengan mejanya.

(keadaan cafe sedang sepi hanya ada Rijal dan Nisa sebagai pengunjung cafe ya guys).

Nisa sudah menghabiskan setengah tissu di hadapannya dia terus menangis.

Sementara Kapten Rijal sedari tadi melihatnya, bangkit berjalan ke arah Nisa. Kapten Rijal duduk di samping Nisa.

"Kamu kenapa? jangan menangis! berhentilah menangis matamu sudah bengkak!.'' Ucap Kapten Rijal menatap Nisa yang masih menangis.

"Khaa... Hiks... Hiks." Ucap Nisa semakin menangis dan berteriak.

"Hey. Berhentilah menangis! nanti orang yang liat kita mengira saya ngapa-ngapain kamu." Ucap Kapten Rijal bingung dia harus apa jika Nisa terus menangis nanti orang-orang mengira dirinya yang membuat Nisa menangis.

"Khaa... Khaaa.... Hiks... Hikss." Ucap Nisa semakin menangis dan berteriak.

"Tolong. Berhenti menangis!." Ucap Kapten Rijal tidak tega melihatnya mendekap kepala Nisa ke dadanya agar Nisa berhenti menangis.

Setelah tangisnya mereda. Nisa menarik diri dari dekapan Kapten Rijal.

"Hari ini. Hari tersial seumur hidupku". Ucap Nisa sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

"Kenapa?." Tanya Kapten Rijal penasaran kenapa gadis ini bisa mengatakan hari ini hari tersial dan apa yang membuatnya sampai menangis begini pikir Kapten Rijal.

"Kekasihku berhianat dan orang tuaku menjodohkanku dengan pria yang tidak kucintai.'' Ucap Nisa menundukkan pandangannya ke lantai.

"Sebenarnya hari ini hari yang menyebalkan juga bagiku. Karena gadis yang dijodohkan denganku kabur di hari ini. Hari pernikahan kami." Ucap Kapten Rijal juga menceritakan sedikit apa yang dialaminya hari ini.

kemudian Kapten Rijal menyandarkan tubuhnya ke kursi yang di dudukinya.

"Kekasihku mengajakku kawin lari. Dia berjanji menjemputku di bandara ini. Tapi semua hanya bohong, dari pagi aku menunggunya tidak datang juga ternyata dia sudah menikah satu bulan yang lalu." Ucap Nisa menghapus lagi air matanya yang kembali menetes membasahi pipinya.

"Kamu yang sabar. Percayalah pasti akan ada gantinya yang lebih baik." Ucap Kapten Rijal tersenyum dan Nisa juga ikut tersenyum.

Kapten Rijal melirik jam tangannya tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18:12 WIB.

Dreet...Dreettt.

Panggilan masuk dari HP Kapten Rijal.

"Hallo.'' Ucap Kapten Rijal menggangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Mamanya.

"Hallo. Kamu di mana? kamu sudah sampai di apartemen?." Ucap Bu Desi yang merupakan Mama dari Kapten Rijal.

"Aku masih di bandara, Ma." Ucap Kapten Rijal tersenyum membayangkan Mamanya yang khawatir.

"Astaga. Rijal seharusnya kamu istirahat di apartemen dulu, jangan ketemuan sama pacarmu yang nggak jelas itu." Ucap Bu Desi memang tidak suka dengan kekasih Kapten Rijal.

Pasalnya Bu Desi pernah memergoki Feby di hotel bersama Om-om dan ternyata bukan hanya satu, Om-om itu datang bergantian dengan Om-om yang lainnya masuk ke kamar hotel sewaktu Bu Desi memergoki Feby yang merupakan kekasih Kapten Rijal.

Meski sudah dijelaskan oleh Desi bahwa Feby bukan gadis baik-baik, namun kapten Rijal tetap mencintai Feby.

"Ya... Iya sebentar lagi." Ucap Kapten Rijal memang suka bercanda pada Mamanya.

"Okey." Ucap Bu Desi kemudian mematikan panggilannya pada kapten Rijal.

Kapten Rijal kembali menatap Nisa yang sedari tadi sibuk dengan HPnya.

"Hmmm... Saya mau pulang ke apartemen. Ayo

saya antar pulang dulu ke rumah anda." Ucap

Kapten Rijal yang akan memulangkan Nisa terlebih dahulu, sebagai pria yang baik tidak mungkin dia meninggalkan gadis ini sendirian di sini.

"Aku tidak ingin pulang ke rumah. Pasti kedua orang tuaku masih marah karena kebodohanku ini.'' Ucap Nisa merasa takut untuk pulang ke rumah bisa-bisa kakaknya ikut andil memarahinya yang Nisa sadari bahwa memang dirinya bersalah memilih jalan salah pula.

"Jadi kamu mau ke mana? biar aku antar dulu, tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian di sini." Ucap Kapten Rijal bangkit dari duduknya.

"Bisakah kamu antar aku ke rumah temanku?.''

Tanya Nisa ikut berdiri dan menatap Kapten Rijal.

"Okey, mari." Jawab Kapten Rijal menyetujui Nisa diantar pulang ke rumah teman Nisa untuk menginap beberapa hari.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata, penempatan tanda baca, dan huruf besar. Mohon pengertiannya ya.

Guys🤗 segini dulu ya kita lanjut ke part berikutnya😉

KAPTEN PILOT

Setelah Kapten Rijal mengantar Nisa ke rumah teman Nisa. Kapten Rijal pulang ke apartemennya.

Sesampainya Kapten Rijal di apatemennya. Kapten Rijal memarkirkan mobil miliknya di garasi apartemennya.

Dreett... Dreeett...

HP Kapten Rijal bergetar lagi panggilan masuk.

"Halo". Ucap Bu Desi di telepon.

"Halo, Ma". Ucap Kapten Rijal menyeret kopernya naik ke lantai atas tepat ke kamarnya.

"Kamu sudah sampai di apartemenkah?". Teriak Bu Desi duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

"Iya barusan Ijal sampai di apartemen ". Ucap Kapten Rijal membaringkan dirinya di atas kasurnya.

"Jangan lupa makan". Ucap Bu Desi di sebrang telepon.

"Iya. Aku mau istrihat sebentar, Ma". Ucap Kapten Rijal masuk ke kamar mandinya untuk menyegarkan tubuhnya dan berniat akan tidur setelah mandi.

"Oke. Jaga kesehatan ya". Ucap Bu Desi.

"Baiklah". Ucap Kapten Rijal mematikan panggilan telepon dari Mamanya kemudian masuk ke dalam kamar mandinya entah

Selesai bersiap diri. Kapten Rijal berbaring di spring miliknya dan mulai masuk ke alam mimpi.

Keesokan harinya Kapten Rijal kembali ke bandara untuk memulai tugasnya.

Karena hari ini Kapten Rijal yang akan menjadi pilot menerbangkan pesawat Indonesia-Malaysia.

Sebelum berangkat, Kapten Rijal bertemu terlebih dahulu kekasihnya di resturan dekat bandara.

Di dalam resturan Kapten Rijal dan Feby makan bersama.

"Aku senang banget lho sayang. Kamu nggak jadi menikahi gadis itu. Aku masih punya peluang untuk menikah denganmu". Ucap Feby tersenyum pada Kapten Rijal.

"Hmm". Gumam Kapten Rijal menanggapi ucapan kekasihnya itu.

"Sayang... Kapan kamu mau nikahi aku?". Tanya Feby cemberut.

"Kamu tau sendirikan orang tuaku tidak merestui kita. Aku tidak bisa menikah tanpa restu orangtua". Ucap Kapten Rijal mengunyah makanannya.

Prang... Bunyi garpu di banting di piring.

"Jadi sampai kapan aku begini? sampai kapan aku nunggu kamu yang nggak ada kepastian sama sekali? aku muak menunggu begini". Ucap Feby marah kemudian melangkah pergi meninggalkan Kapten Rijal.

"Sayang... Tunggu". Teriak Kapten Rijal hendak mengejarnya.

Namun terhalang karena HPnya tiba-tiba bunyi.

Dreet... Dreett...

"Hallo".Ucap Kapten Rijal menerima telepon.

"Maaf Pak, pesawat waktunya akan berangkat". Ucap Co-pilot di sebrang telepon.

Kapten Rijal melihat jam tangganya, astaga hampir saja dia lupa waktu.

"Oh astaga... Baiklah sebentar lagi saya sampai". Ucap Kapten Rijal menarik kopernya keluar dari resturan.

Kapten Rijal kemudian mengakhiri panggilan dari HPnya. Sesampainya di parkiran returan Kapten Rijal masuk ke mobilnya kemudian melajukan mobilnya ke bandara.

"Kamu yakinkah? mau ikut ke Malaysia?bagaimana jika orang tuamu marah ikut denganku Nisa?". Tanya Anita merupakan pindahan dari Malaysia tapi masih berdarah indonesia.

Anita dulunya kuliah di Indonesia di Universitas yang sama dengan Nisa dari situlah mereka mulai berteman. Anita kuliah sambil mengelolah perusahaan Papanya yang ada di Indonesia.

Sekarang Anita ingin ke Malaysia untuk mengelola perusahaan Papanya. Karena Papanya yang akan ke Indonesia mengurus beberapa proyek pembangunan yang diusulkan Anita.

"Nggak masalah. Aku tetap ikut kamu pergi ke Malaysia, aku ingin merubah hidup lebih mandiri". Jawab Nisa yakin akan keputusannya.

Keputusan yang berat jauh dari keluarga tanpa sepengetahuan keluarga memilih hidup di luar negeri dan memulai hidup mandiri.

"Okelah tuh. Ayo kita berangkat ke bandara". Ucap Anita menyeret kopernya.

Setengah jam yang di tempuh akhirnya Anita dan Dokter Nisa sampai di bandara.

Setelah menuju loket. Para penumpang pun di segerakan naik di pesawat karena akan segera terbang.

Anita dan Nisa duduk di kursi penumpang, di bagian belakang cockpit. Kebetulan Kapten Rijal yang jadi pilot di pesawat yang ditumpangi Anita dan Nisa.

Setibanya di bandara, Kapten Rijal naik ke pesawat dan duduk di cockpit.

"Oh, ya Allah. Ganteng banget tuh, seharusnya kapten tak perlulah menerbangkan pesawat. Cukup dia di rumah saja". Ucap Anita yang melihat Kapten Rijal baru duduk di cockpit, terpesona kegantengan kapten Rijal dan menyangkan Kapten Rijal yang menerbangkan pesawat.

Menurut Anita seharusnya kapten menyuruh bawahannya saja yang menerbangkan pesawat dia bergelar Kapten yang cukup mengontrol bawahannya.

"Hey. Dia tidak seperti kamu malas kerja". Ucap Nisa menabok kepala Anita.

Tidak selamanya Kapten itu hanya mengontrol bawahannya dalam kerja. Kapten itu penuh tanggung jawab dan dia harus jadi panutan untuk bawahannya pilot-pilot lain.

"Aku kan bos. Kamu suka dia juga ya, kamu bela dia". Ucap Anita menggoda temannya itu.

"Ais. Kontrol pikiranmu mbak". Ucap Nisa memutar matanya malas.

''Kalau suka bilang aja sih''. Ucap Anita menyenggol lengan Nisa.

''Nggak''. Ucap Nisa menatap kesal ke arah Anita.

''Bilang aja. Nggak usah malu sama aku, biar aku yang urus biar kamu bisa pdkt sama dia''. Ucap Anita menatap Kapten Rijal.

''Anita... Aku bilang nggak ya nggak''. Ucap Nisa melototi Anita.

''Iya... Iya deh''. Ucap Anita menatap ke arah luar jendela pesawat.

Tidak lama kemudian pesawat segera di berangkatkan.

Setelah Co-pilot memeriksa mesin pesawat dan dirasa sudah aman untuk diterbangkan, Co-pilot memberi instruksi pada Kapten Rijal untuk segera menjalankan mesin.

Kapten Rijal pun melakukan instruksi dari Co-pilot.

"Bagamiana?". Tanya Kapten Rijal pada Co-pilot.

"Oke". Jawab Co-pilot.

Co-pilot pun menyampaikan pada pramugari bahwa pesawat segera terbang.

Pramugari pun memberikan instruksi pada semua penumpang agar memeriksa sabuk pengaman masing-masing.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan... Dengan tujuan Malaysia. Penerbangan ke Malaysia akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam 5 menit. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ini adalah tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada Anda untuk menegakan sandaran kursi, memasang sabuk pengaman dengan benar, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama Kapten Rijal dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama kami". Ucap Pramugari.

Setelah semua penumpang memasang sabuk pegangannya. Sang Pilot menerbangkan pesawat.

Dengan kurung waktu 2 jam 5 menit jarak tempuh Indonesia ke Malaysia.

Setelah menempuh waktu 2 jam 5 menit itu, akhirnya mereka sampai juga di bandara Malaysia.

Sesampainya di bandara Malaysia Anita dan Nisa menuju cafe yang ada pada terminal.

Mereka sekedar beristirahat sambil mengisi perut. Mereka berdua makan sambil bercerita banyak. Tak lama kemudia datang seorang pilot berseragam putih yang merupakan Kapten Rijal.

"Hey boleh saya bergabung?". Ucap Kapten Rijal yang memakai kacamata hitam menyapa kedua gadis itu.

Kapten Rijal ingin bergabung di meja mereka karena cafe penuh sisa meja mereka berdua yang tersisa kursi kosong.

"Oh ya. Silahkan Kapten". Ucap Anita tersenyum mempersilahkan Kapten Rijal duduk.

Nisa memukul pelan lengan Anita,kemudian ditatap oleh Anita dan Kapten Rijal.

"Terima kasih". Ucap Kapten Rijal duduk di samping Nisa diantara Anita.

"Kamu. Bukannya yang aku antar pulang ke rumah teman kamu waktu lalu?". Ucap Kapten Rijal menyipitkan matanya kayaknya dikenal gadis yang satu ini pikirnya.

"Ya". Jawab Nisa singkat sambil tetap memakan makanannya.

"Ais. Gadis yang malang". Ucap Anita pura-pura sedih untuk membuat Nisa kesal.

"Kamu jangan memancing". Ucap Nisa memegang kuat garpunya menatap Anita.

Nisa tidak ingin mengingat kejadian itu. Hanya akan membuatnya stres.

"Oh. Jangan marah". Ucap Kapten Rijal yang menaikkan telapak tangannya di depan wajah Nisa.

Nisa menatap sinis ke arah mereka berdua, sedangkan yang ditatap tertawa.

''Hmm... Boleh aku tanya Kapten?''. Tanya Anita pada Kapten Rijal.

"Boleh silahkan". Jawab Kapten Rijal.

"Susah nggak sih jadi Pilot?''. Tanya Anita pada Kapten Rijal.

"Kalo di bilang susah nggak juga. Sebenarnya susah atau mudahnya pekerjaan tergantung orang yang mengerjakannya. Kalau kita bekerja dengan menekuni pekerjaan kita, sesulit apapun pekerjaan itu, kita akan berdamai dengan kesulitan pada suatu pekerjaan. Ditambah jika kita memang suka di bidang pekerjaan kita, maka pekerjaan akan dengan sangat mudah di kerjakan. Pekerjaan itu seperti pelajaran matematika, jika kita tidak suka pelajaran matematika. Maka akan sulit untuk bisa mengerjakan tugas-tugas di dalamnya bahkan tugas mudah pun ikut susah dalam mengerjakannya karena kita tidak suka dengan pelajaran atau dengan pekerjaan kita. Maka dari itu pintar-pintarlah memilih pekerjaan sesuai bidang yang kamu senangi sebelum kamu masuk di bidang pekerjaan dengan keterpaksaan dan keterbatasan pekerjaan''. Ucap Kapten Rijal.

Nisa dan Anita menatap serius pada Kapten Rijal kemudian mereka berdua mangguk-mangguk mendengar ucapan Kapten Rijal.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata, penempatan tanda baca, dan huruf besar. Mohon pengertiannya ya.

Guys🤗 segini dulu ya kita lanjut ke part berikutnya😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!