NovelToon NovelToon

Pengacara Tampan

Prolog

Setelah ditinggal istri dan anaknya yang masih dalam kandungan membuat Bram menutup hatinya rapat-rapat pada wanita manapun. Siapa sangka pertemuannya dengan juniornya di kampus dulu membuat mampu membuka hatinya yang sudah ditutup rapat olehnya.

Rasa kasihan dan empati yang dirasakan saat melihat janda kliennya dulu membuat Bram menaruh perhatian dengan sedikit paksaan Bram mengantar jemputnya di tempat kerja yang merupakan cabang perusahaan pamannya di Kanada. Setelah Bram mampu mengikhlaskan kepergian istri dan anaknya satu tahun lalu.

Bram memilih untuk tinggal di negara asal istrinya di Kanada untuk menebus kesalahannya yang tak mampu menjaganya dan bayinya bahkan sampai maut memisahkan mereka.

Saat itu Bram diberi tanggung jawab mengurus perusahaan cabang milik pamannya Alensio yang sedang mengalami perselisihan dengan para investor. Bram yang kebetulan berada di negara itu pun mendatangi kantor cabang perusahaan yang bergerak dalam bidang properti yang baru dirintis oleh pamannya.

Mata hazelnya tak sengaja melihat seorang wanita juniornya dulu saat kuliah, juga mantan istri kliennya. Ya, dia adalah pengacara yang diutus mantan suaminya untuk mengurus perceraian mereka hingga wanita yang sempat mempesonanya itu menjadi seorang janda.

Namun bukan sapaan hangat atau teguran seorang teman lama, namun wanita itu tampak baru mengenal dirinya. Mau tak mau membuat Bram penasaran dan semakin ingin mendekatinya saja. Sebagai teman mungkin, tapi sejak kapan pria dan wanita bisa menjadi teman kalau tidak salah satunya pasti akan jatuh cinta.

Dan itulah yang dirasakan Bram saat itu. Perlakuan perhatian yang ditujukan pada wanita itu membuat Bram mau tak mau membuka hatinya yang telah lama tertutup rapat.

Awalnya Bram mencoba mengelaknya, namun semakin lama Bram menolaknya rasa penasarannya sebagai dalam dan semakin besar. Bram mulai menunjukkan perhatiannya dengan mengantar jemputnya ke tempat kerja yang hanya cukup jalan kaki lima belas menit dari rumah sederhana wanita itu.

Hingga akhirnya Bram menyelidiki latar belakang wanita itu, dan Bram seketika terkejut mendengar status wanita itu. Seorang janda tapi sedang hamil dua bulan saat ini. Bram terbengong di ruang kerja kantornya setelah membaca informasi yang diberikan oleh orang kepercayaannya padanya tadi. Bram mengusap wajahnya kasar.

Setelah begitu lama dirinya sulit membuka hatinya lagi, kini dirinya harus menutupnya lagi rapat-rapat. Bram harus menelan pil kekecewaan saat mengetahui wanita yang bernama lengkap Karina Artamevia sedang hamil.

Bram pun mulai menjauh perlahan hingga dua minggu ke depan. Entah kenapa dia berharap kalau suami Karina setelah bercerai dengan Keanu mantan suaminya juga mantan kliennya itu tidak ada di dunia ini alias meninggal. Namun seketika Bram merasa bersalah karena mendoakan yang tidak-tidak pada ayah bayi yang ada dalam kandungan Karina.

"Astaghfirullah... ada apa denganku? Hanya karena menginginkan seorang wanita, aku menginginkan seseorang meninggal." guman Bram mengusap wajahnya kasar.

Hingga akhirnya Bram tak peduli dengan masa lalu Karina dan mulai mendekatinya perlahan semata-mata hanya ingin melindunginya karena hamil tanpa di dampingi suami. Bram tak mau Karina mengalami hal yang sama seperti istri dan anaknya dulu.

***

Hai hai hai..

Para pembaca setiaku, masih mengikuti ceritaku dari sudut pandang Bram kah?

Ini baru awalnya, semoga semua suka dan penasaran..

Tetap selalu beri dukungannya

Beri like, rate dan vote nya

Agar ceritaku semakin lancar dan menarik kalian...

Makasih 🙏🙏

Bab 1

Bramantyo Pamungkas S.H seorang pengacara yang terkenal telah memenangkan berbagai kasus baik kasus perdata dan pidana. Bram seorang pengacara yang dipercaya di berbagai perusahaan besar di ibukota.

Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dia sudah bisa mendirikan firma sendiri untuk menjadi pengacara yang mengurus segala kasus yang dinilainya tidak melanggar hukum negaranya.

Bahkan dia dipercaya sebagai ketua tim pengacara di perusahaan papa dan pamannya sendiri karena kemenangan banyak kasusnya.

Bramantyo putra tunggal dari pasangan suami istri Arya Wiguna Pamungkas papanya seorang pemilik kerajaan bisnis turun temurun dari orang tuanya yang tak lain adalah kakek Bram yang bergerak dalam bidang perhotelan yang juga cukup terkenal di ibukota.

Dengan ibu yang bernama Erika putri Atmaja yang sekarang menjadi Erika putri Pamungkas, seorang wanita sosialita yang merupakan putri dari konglomerat di ibukota dengan tiga bersaudara dengan dirinya sebagai si bungsu yang dimanja. Dengan kakak perempuan yang begitu sayang padanya Farida Atmaja yang adalah ibu Jonathan, sepupu Bram.

Dia seorang wanita yang humble, terbuka dan care pada semua orang. Bahkan dia berteman tanpa membeda-bedakan status temannya.

Bram kecil tak pernah mengenyam pendidikan umum sebagai mana mestinya yang dialami oleh anak-anak pada umumnya. Karena Bram satu-satunya putra tunggal dari keluarga Pamungkas karena Erika ibu Bram sudah tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan Bram karena masalah kandungannya.

Sejak kecil Bram sudah home schooling di rumah dengan didikan keras orang tuanya karena dirinya adalah satu-satunya pewaris keluarganya. Namun saat Bram menginjak masa kuliah dia mulai tertarik dengan bidang hukum karena ingin menolong orang-orang yang sekiranya perlu ditolong bahkan tanpa biaya sepeserpun.

Bram kecil mulai jenuh saat berumur lima belas tahun karena kekangan orang tuanya yang melarangnya untuk melakukan yang diinginkan seperti anak-anak lainnya. Hingga kedatangan sepupunya, putra dari pamannya datang ke rumahnya untuk mengikuti home schooling pertama kali di tingkat dasar.

"Hai brother..." sapa Jonathan kala itu dengan logat bulenya, sebelum berumur lima tahun dia dan keluarganya tinggal di London tempat asal sang papa, hingga akhirnya mau tak mau Alensio memboyong seluruh keluarganya ke tanah air karena masalah perusahaan.

Namun Bram hanya diam tak menjawab. Dia juga tidak membalas pelukan Jo kecil. Wajah dinginnya langsung dipalingkan tanpa menjawab salam Jo. Namun Jo tampak tak menyerah, dia selalu mengikuti kemanapun Bram melangkah hingga membuat Bram jengah dan memilih untuk mencuekinya.

Hari berikutnya Jo tetap datang dan menyapa seperti biasanya. Namun Bram masih tetap dingin dan cuek padanya. Hingga seminggu kemudian pun Jo tetap mengakrabkan diri dengan Bram.

Namun lagi-lagi Bram tak menghiraukannya. Hingga suatu hari Jo datang membawa sekantong es krim yang langsung ditunjukkan pada Bram bermaksud untuk berbagi.

"Enak lo, brother gak mau?" ucap Jo sambil menjilati es krimnya dengan logat kebuleannya.

Bram tampak menelan ludahnya melihat begitu nikmatnya Jo menjilat es krim. Bram menatap sekeliling tak ada siapapun disana. Dia pun menatap es krim bertumpuk di kantung kresek itu. Ingin tapi gengsi karena berulang kali dirinya cuek pada Jo.

"Ayolah! Ini!" Jo menyodorkan sebungkus es krim pada Bram yang diterimanya dengan malu-malu dan gengsi.

Akhirnya dia menjilatnya seperti yang Jo lakukan. Keduanya pun tertawa bersama. Sejak itulah keduanya menjadi akrab. Bram tak dingin lagi pada Jo, bahkan menganggap Jo seperti adiknya sendiri dengan membatunya jika Jo mengalami kesulitan dalam pelajaran.

Hal itu terjadi sampai tiga hari berturut-turut Jo selalu membawa es krim yang sama dan keesokan harinya Jo tiba dengan wajah lesu tak semangat tanpa membawa es krim lagi. Jo mendudukkan dirinya di sofa dengan ogah-ogahan. Bram tampak mengernyitkan dahinya heran.

"Kau tak apa Jo?" tanya Bram basa-basi sambil menepuk pundak Jo memberi penghiburan.

Jo hanya menatap Bram dengan tatapan malas. Jo mendesah panjang seolah menyimpan kekecewaan yang dalam.

"Kau tak mau membicarakan padaku?" bujuk Bram.

"Dia tak ada disana." jawab Jo lemah.

"Dia? Siapa?"

"Kakak cantik."

"Kakak cantik?" Jo mengangguk malas. Dia mendesah lagi tak bersemangat.

"Lalu es krimnya?" tanya Bram lagi.

"Karena kakak cantik sudah tak ada disana tak ada yang memberikanku es krim lagi." jelas Jo masih tak bersemangat.

"Aku masih belum mengerti?" Bram masih tetap bertanya.

"Es krim itu diberi kakak cantik." Bram manggut-manggut mengerti.

"Lalu?" Jo semakin mendesah kesal karena Bram tak segera mengerti.

"Kau menyukai kakak cantik itu?"

"Eh?" Jo langsung mendongak menatap Bram dengan wajah tersipu malu. Bram hanya menggelengkan kepala heran.

"Apa terlihat jelas?" tanya Jo lagi.

"Sangat jelas." jawab Bram tersenyum lucu.

"Aku bertemu dengannya tiga hari lalu saat di lampu merah. Dia memberiku ws krim itu. Besoknya lagi aku bertemu dengannya lagi dan dia memberiku es krim lagi hingga tiga hari berikutnya." jelas Jo menerawang jauh ke depan.

"Jadi es krim itu bukan kamu sendiri yang beli?" Bram mengernyit bingung. Jo mengangguk.

"Kau kira papa akan mengizinkan aku jika minta dibelikan es krim?" Bram menghela nafas, keluarganya sungguh aneh, mereka benar-benar memperhatikan kesehatan mereka, tak boleh makan jajan sembarangan kalau bukan koki yang memasak. Es krim pun mereka dilarang.

"Kau benar." keduanya menghela nafas panjang bersamaan merasa jenuh dengan keseharian mereka.

"Oh ya, kau tak bertanya siapa namanya?" Jo menggeleng.

"Pokoknya dia cantik." Jo tersenyum lebar membuat Bram menggelengkan kepalanya.

TBC

Masih tahap awal semoga suka...

Bab 2

Brukk...

"Ah, sulit juga ternyata, biasanya mudah..." desis seorang gadis yang melompat dari pagar setinggi dua meteran.

Dia menepuk-nepuk rok yang dirangkap celana training olahraga dan kemeja putih yang terlihat sedikit kusut dan kotor. Seorang lelaki sedang duduk di bawah pohon tak jauh dari gadis itu mendesis sambil memegang sebuah buku yang sepertinya telah dibaca olehnya menatap gadis aneh itu.

"Ah, aman sepertinya...." mata gadis itu berhenti menatap lelaki yang juga menatapnya aneh itu dan seketika wajah gadis itu berubah pias.

Sepertinya aksi melompati pagarnya ketahuan. Biasanya tak ada yang memergokinya, namun baru kali ini ada yang memergokinya.

Ah, sial. Seharusnya aku melompati pagar yang biasanya, kenapa aku melompati pagar ini sih. batin gadis itu meringis sambil memejamkan matanya dan kembali menatap lelaki yang juga memakai seragam sekolah menengah atas yang sama.

Tentu saja sama karena kejadian itu terjadi di sekolah yang sama.

"Ah, hai..." sapa gadis itu sambil melambaikan tangannya sok akrab.

Namun lelaki itu hanya menatap aneh dan dingin. Dia pun langsung melengos memalingkan wajahnya menatap bukunya lagi.

"Uh, dasar pria sombong banget sih. Kalau saja tak memergokiku. Aku juga tak Sudi berbasa-basi." guman gadis itu.

Dia memilih meninggalkan tempat itu. Dia tak peduli lagi jika pria itu melaporkan ulahnya pada pihak sekolah dan berakhir diceramahi panjang lebar oleh ayahnya lagi.

"Bodo amat." seru gadis itu.

***

Sekolah Menengah Atas Persatuan Bangsa, merupakan sekolah swasta elit khusus untuk putra dan putri pewaris kerajaan bisnis milik orang tua masing-masing siswa dan siswi sekolah tersebut. Mereka diajarkan di sekolah itu bagaimana menjadi seorang pewaris bisnis orang tuanya dalam bidang apapun.

Dan hari itu pemilihan acak kelas kenaikan tingkat dua. Bram duduk di tengah-tengah bangku yang didapatkan dengan cara undian.

Bram menoleh menatap teman sebangkunya yang tertidur pulas dengan tas menutupi kepalanya. Dia tampak keheranan dan terasa familiar dengan tas dan seragam itu. Dan celana training olahraga yang dirangkap di dalam rok abu-abu itu.

Bram tampak mengernyitkan dahinya.

Mustahil, jangan katakan kalau gadis ini adalah gadis yang melompati pagar pagi tadi. batin Bram mendesah tak suka. Dia mencoba cuek dan membaca bukunya lagi.

Setengah jam kemudian guru masuk ke kelas mulai pelajaran. Salam dan hormat para siswa membuat gadis yang duduk di samping Bram tetap tak bergeming. Dengan santai gadis itu mendengkur tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Kala guru wali kelasnya selesai memberi salam, penghapus papan tulis dilempar mengenai tepat di kepala gadis itu yang langsung mengulet tanpa rasa bersalah.

"LENA..!!!" seru guru wali kelas itu.

"Iya bu?" jawab gadis yang dipanggil Lena itu ogah-ogahan sambil membuka matanya sambil menguap.

"Kamu ya, mulai dari tingkat satu gak pernah berubah." seru guru wali kelas mereka.

Lena hanya nyengir mendengar teguran itu. Pelajaran hari itu pun dimulai. Lena menatap teman sebangkunya, yang ditatap hanya cuek menatap ke depan mendengarkan guru kelas.

***

"Hai..." sapa Lena waktu istirahat.

Bram tak menghiraukan, dia pun berlalu meninggalkan kelas untuk ke perpustakaan.

"Cih, sombong banget." umpat Lena melihat Bram keluar kelas tanpa menatapnya.

"Len, kamu gak berubah ya?" oceh seorang teman perempuan yang saat tingkah satu mereka satu kelas.

***

Hingga seminggu berlalu, Bram tetap cuek tak memperhatikan Lena meski sudah berbasa-basi dengan panjang lebar.

"Hei, jadi cowok sombong amat." seru Lena hari itu saat sudah berkali-kali dicueki Bram.

Bram mendesah tak suka, dia paling malas untuk meladeni seseorang seperti itu. Apalagi seorang itu adalah seorang gadis yang... sulit diatur. Bram menatap lekat Lena yang masih berkacak pinggang menghalangi jalannya.

"Kenalin Lena!" ucap Lena yang kini bicara dengan nada lembut sambil tersenyum manis mengulurkan jemari tangannya untuk berjabat tangan.

Bram melengos tak menghiraukan berlalu meninggalkan Lena dengan tangan yang menggantung sia-sia.

Lena tak pantang menyerah, dia mengejar Bram hingga sampai ke perpustakaan. Kini dia duduk di bangku depan tempat duduk Bram yang sibuk dengan buku-bukunya.

"Kau sedang baca apa? Manajemen bisnis? Wah... kau membaca buku-buku seperti ini ya?" komentar Lena yang bersuara cukup kencang membuat pengunjung perpustakaan melihat ke arahnya, mereka tidak heran dengan tingkah Lena yang kasar dan sarkas.

Bram tak menjawab ucapan Lena masih sibuk dengan bukunya.

"Oh ya, siapa namamu? Teman-teman bilang nama panggilanmu Bram ya? Benar?" oceh Lena lagi lebih kencang.

"Lena! Tinggalkan perpustakaan jika kau tak bisa diam!" titah penjaga perpustakaan tajam dan dingin yang tak membuat Lena gentar mengusik Bram.

Lena tampak cuek dengan peringatan petugas perpustakaan itu karena juga hafal watak Lena si biang onar.

"Gimana kalau jalan-jalan pulang sekolah?" ucap Lena lagi menatap Bram tanpa menghiraukan peringatan petugas perpustakaan tadi yang malah menggerakkan giginya menahan amarah.

"Lena!" seru petugas itu.

"Ah, sial." guman Lena mengumpat kesal. Petugas itu juga menatap Bram, Bram yang merasa ditatap mendesah kesal dan meninggalkan perpustakaan tanpa menghiraukan Lena.

"Hei Bram, tunggu aku!" seru Lena lagi-lagi membuat pengunjung perpustakaan menatapnya tak suka. Bram melangkah ke luar perpustakaan masih diikuti Lena.

Hingga Bram berhenti membuat Lena yang tak siap menabrak dada bidang Bram yang membuat Bram semakin kesal.

"Apa maumu?" seru Bram menatap Lena tajam. Lena malah tersenyum garing.

"Gitu dong dari tadi." ucap Lena. "Oh ya, kita kan satu kelompok, seharusnya kita belajar bersama untuk mengerjakannya kan?" tanya Lena.

Ya, mereka tadi sudah ditunjuk oleh guru wali kelas untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan sekelompok teman sebangku masing-masing.

"Huh, memang kau bisa apa? Yang kerjanya hanya tidur di kelas!" tohok Bram tersenyum sinis menatap Lena merendahkan.

Lena yang merasa direndahkan sungguh tak suka.

"Ah, kau meragukan kemampuanku karena hanya bisa tidur di kelas?" jawab Lena dengan wajah dingin, senyumannya hilang karena merasa diremehkan Bram.

"Huh..." Bram melanjutkan jalannya lagi tanpa menunggu jawaban Lena.

"Hei, biarkan aku yang mengerjakan tugas kelompok ini. Kau tak usah membantu. Kalau nilai kita tidak mendapat minimal A. Kau tak boleh meremehkan kemampuanku lagi." seru Lena membuat Bram berhenti dari langkahnya merasa mendapatkan tantangan.

Bram membalikkan tubuhnya menatap Lena. Tersenyum meremehkan lagi.

"Okey.." seru Bram berbalik lagi meninggalkan Lena dengan genggaman erat tangannya dengan kesal.

TBC

Maafkan typo

Beri like, rate dan vote nya makasih 🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!