...*Hai para readers, kenalin aku Cicilia Stevi author novel 11 Weeks....
...Novel 11 Weeks ini merupakan karya pertama aku. Dalam kesempatan ini, aku mau mengucapkan selamat datang buat kalian yang baru membaca novel 11 weeks ini yang masih sangat jauh dari kata sempurna....
...Aku juga mengucapkan terima kasih buat kalian yang, sudah mau mendukung karya pertama aku ini (baik membaca, memberikan bintang, like, vote, hadiah, bahkan kritikan dan saran di kolom komentar*)....
...Untuk mulai membaca novel ini, aku cuman mau kasih rekomendasi khususnya buat bab 1 ini....
...Disarankan membaca bab 1 ini, sambil mendengarkan musik instrumental...
...Winter Sonata - My Memory...
...Selamat Membaca....
...Bab 1...
...Aku...
Aku Malaikat Kecil. Mamaku sering memanggil aku dengan sebutan Malaikat Kecil. Itu karena mama kebingungan saat akan memberi nama kepadaku.
Saat aku keluar dari perut mama, aku hanya berukuran jauh lebih kecil dari telapak tangan mama. Mama juga tidak tahu aku perempuan atau laki-laki. Makanya, mama memanggil aku dengan sebutan Malaikat Kecilku, biar dia tidak bingung lagi.
Usia aku hanya sekitar sebelas minggu di dalam perut mamaku, jika mama tidak salah ingat kapan hari terakhir tamu bulanannya.
Tidur, bermain dan mendengarkan suara mama adalah hobi aku.
Aku dipaksa lahir sebelum waktunya, pada tanggal 28 Mei 2021. Jam sebelas lebih lima menit waktu Indonesia bagian tengah, dengan tidak bernafas.
Sekarang aku tinggal di Surga bersama Tuhan. Benar kata mama, Surga adalah tempat yang terbaik buat aku.
Disini tidak ada penolakan, kesedihan dan tangisan. Aku diterima dengan baik di Surga. Kehadiran aku disambut oleh seluruh penghuni Surga. Mereka semua memiliki sayap, berpakaian putih dan ada mahkota bulat diatas kepala mereka.
Sambil berbaris sepanjang jalan yang akan ku lewati, mereka memainkan alat musik mereka masing-masing. Ada yang meniup terompet ada juga yang memukul drum.
Aku berjalan di atas lantai yang terbuat dari emas itu. Lantai emas itu panjangnya hingga menuju panggung. Diatas panggung, Tuhan telah menunggu aku. Dan sesampainya aku diatas, pundak ku langsung memiliki dua sayap kecil. Tuhan juga memakai kan aku mahkota bulat sama seperti yang lainnya.
Apakah sekarang aku benar-benar menjadi Malaikat kecil?
Saat di sini aku mempunyai hobi baru. Hobi aku bernyanyi, memainkan alat musik kesayanganku, serta mendengar doa-doa mama bersama Tuhan.
Di sini kami tidak ada waktu untuk menangis ataupun bersedih. Karena kami selalu bernyanyi dan bermain musik bersama.
Kami juga setiap harinya di berikan waktu satu jam sebanyak tiga kali. Setiap jamnya kami di ajak untuk melihat dan mendengarkan pesan dari orang-orang yang kami sayangi, yang saat ini masih berada di dunia tempat orang jahat (Bumi).
Dulu waktu di Bumi, aku tinggal di perut mama tepatnya di dalam Rahim. Itu adalah rumah aku untuk berlindung dari ancaman kepanasan dan kedinginan. Sungguh, di sana tempat yang sangat hangat dan menyenangkan walaupun gelap sekali.
Aku punya papa. Nama papa aku Ahmad Maulana, asal Jawa. Kelahiran Juni tahun 1991. Walaupun saat ini dia berada di pulau Sulawesi, tetap saja caranya berbicaranya tidak bisa dipungkiri kalau dia bukan orang Jawa.
Papa aku bekerja di salah satu instansi terbesar di Indonesia. Yang tugasnya untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Ya, papa aku seorang Polisi. Dia seorang polisi lalu lintas. Walaupun dia seorang polisi dan mampu melindungi banyak orang, bukan berarti dia juga mampu melindungi aku.
Papa tidak menyayangi aku seperti dia menyayangi masyarakatnya. Dia tidak seperti apa yang aku pikirkan.
Aku tidak seberuntung masyarakatnya dan anak polisi lainnya, yang mampu dia lindungi dan mampu melindungi anak mereka. Sebenarnya, aku tidak terlalu banyak tahu semua tentang papa aku, apalagi sifatnya.
Aku melihat papa dari dalam perut mama hanya beberapa kali saja, dan itu bisa dihitung dengan jari-jari ku yang sangat kecil ini.
Bagi banyak orang, papa aku adalah pahlawan. Tapi bagi aku, papa hanyalah seorang penjahat yang bersembunyi di balik seragam penuh keadilan itu.
Papa adalah penjahat berseragam. Papa menolak kehadiran aku, dengan cara membunuhku di dalam perut mama. Tubuh aku sangat kesakitan merasakan, ketika benda asing masuk ke dalam rumah aku.
Sehingga hal itu memaksa aku harus keluar sebelum waktunya dari dalam perut mama untuk pergi ke Surga.
Christina Sarah Manopo adalah nama lengkap mamaku. perempuan kelahiran Manado, 13 November 1994. Opa dan oma dari pihak mama aku adalah seorang pensiunan guru.
Mama aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Walaupun mama anak bungsu dan terlihat manja, tapi dia sebenarnya adalah perempuan yang kuat dan mandiri.
Mama adalah perpaduan antara sifat melankolis dan koleris. Mama aku bekerja di salah satu perusahaan penyedia jasa yang ada di Kota Manado.
Dia sangat peduli dengan orang di sekitarnya bahkan, orang yang tidak dikenalinya. Di tahun 2017 mama memutuskan untuk menjadi seorang relawan, agar dia dapat membantu orang-orang yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan.
Mama melakukan semuanya atas dasar rasa kasihnya di dalam hati. Ya, walaupun begitu mama sama saja seperti papa. Dia tidak seperti yang aku pikirkan.
Tapi, aku tahu mama melakukan semua ini untuk kebaikan aku. Mama selalu berkata dia sangat menyayangi aku.
Saat mama ingin mengetahui kalau aku ada di dalam perutnya, saat itu mama sangat gugup. Jantungnya berdetak sangat kencang sekali.
Mama memang belum siap kalau aku ada di dalam perutnya. Tapi, pada waktu mama melihat alat untuk mendeteksi keberadaan aku, mama sempat kecewa saat hasilnya baru menunjukkan satu garis.
Garis di alat itu pun perlahan berubah menjadi dua garis. Saat melihatnya, mama sangat bahagia.
Di ujung bibirnya terdapat lekukan kecil yang membuat mama lebih manis. Dari dalam perutnya, aku juga merasakan kebahagiaan dan kekhawatiran mama yang telah menjadi satu itu.
Papa dan mamaku, bukanlah pasangan suami istri yang sah. Mereka tidak menikah. Baik itu nikah secara kedinasan maupun nikah secara agama.
Selama aku di dalam perut mama, aku sangat nakal sekali. Aku membuat mama selalu merasa lelah. Ini adalah trik aku agar aku bisa bermain saat mama tertidur.
Disaat mama beraktivitas, aku seperti di ayun. Itu membuat aku mengantuk dan tertidur di dalam perut mama.
Aku sangat merindukan papa dan mama aku.
Aku tidak sedih, walaupun aku tidak bisa bersama mereka. Itu karena aku bisa melihat mereka dari Surga.
Papa tidak pernah mengirimkan aku pesan, padahal aku sangat menunggu pesan darinya. Papa berbeda dengan mama. Setiap hari aku selalu mendapatkan pesan dari mama. Pesan yang dia titipkan kepada Tuhan untuk aku.
Dia tidak pernah bosan mengirimkan aku pesan. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, bahkan setiap hari isi pesan mama selalu sama pada aku, yaitu
"Malaikat Kecilku, mama minta maaf karena telah melakukan ini kepadamu. Mama sangat menyesali semua perbuatan mama. Andai mama bisa memutar waktu, mama tidak akan membiarkan kamu pergi. Tapi, mama tidak bisa. Mama hanya berharap kamu bisa kembali kesini, tapi itu tidak mungkinlah terjadi. Mama tidak boleh terus menerus egois. Bersama Tuhan di Surga adalah tempat terbaik buat kamu. Malaikat Kecilku yang manis, jangan pernah bersedih ya dan teruslah berbahagia. Mama ingin kamu tahu bahwa mama sangat mencintai dan menyayangimu. Kerinduan mama kepadamu, seperti rusa yang haus. I love you"
Begitulah isi pesan mama setiap harinya untuk aku. Memangnya mama tidak bosan mengirim aku pesan setiap detik, setiap jam, setiap hari dengan pesan yang sama?
Setiap kali membaca pesan mama, aku selalu tersenyum dan memeluk mama dari Surga. Kulakukan ini agar mama tidak bersedih dan menangis lagi.
Aku sangat sayang kepada mama. Aku juga selalu memeluk papa dari Surga. Walaupun papa tidak merindukan aku tapi, aku tetap sayang kepada papa aku.
Aku Malaikat Kecil. Ini adalah cerita aku dari Surga tentang kehidupan aku selama 11 minggu di Bumi dan juga kisah tentang mama aku, wanita yang hebat.
...Bab 2...
...Desember 2018...
Bulan Desember tahun 2018 adalah tahun dimana, papa dan mama aku pertama kali bertemu.
Sebelum mama dan papa bertemu, mama memiliki seorang pacar yang bernama Marcel Londok. Marcel, dia juga adalah seorang polisi.
Mama dan Marcel menjalani hubungan pacaran selama 7 bulan. Dan itu dilakukan secara Long Distance Relationship (LDR). Marcel berada di Bogor untuk menjalani masa dinasnya, sedangkan mama berada di Manado.
Waktu Marcel mengatakan cinta kepada mama, mereka sudah tidak bertatap muka sampai dengan 7 bulan. Tapi, jauh sebelum mereka memutuskan untuk pacaran. Mereka telah kenal lama. Mereka berdua adalah teman baik.
"Sayang kamu lagi ngapain?" pesan Marcel kepada mama melalui whatsapp.
"Ini aku lagi mau turun lapangan. Kamu lagi apa?" balas mama.
"Oh iya, aku lagi istirahat siang. Sudah makan?"
"Aku sudah makan. Kamu jangan lupa makan ya."
"Iya sayang." tutup Marcel.
Sebetulnya saat menjalani hubungan dengan Marcel, mama sangat berhati-hati. Mama tidak ingin menggunakan hatinya dan terjebak dalam perasaan cinta.
Karena mama termasuk salah satu perempuan yang susah untuk move on saat putus cinta.
...****************...
18 November 2018
Mama sedang ditugaskan ke luar daerah.
"Malam. Sayang, kamu lagi apa?" isi whatsapp Marcel kepada mama
Mama yang saat itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk, langsung mengambil ponselnya yang menyala.
"Aku baru saja habis mandi. Kamu sendirian lagi ngapain?" balas mama, yang masih memegang handuk ditangan kirinya.
"Pantesan aja. Aku cuman main ponsel sambil tiduran. Tanggal 1 Desember aku pulang ke Manado."
"Serius? Benar serius kan?" Terkejut dan merasa sangat bahagia, itulah perasaan mama ketika membaca pesan Marcel akan pulang. Selama 7 bulan pacaran mereka belum bertatap muka, tentu ini adalah berita yang sangat gembira bagi mama.
"Iya sayang. Kamu balik Manado kapan? kita ketemuan ya. Aku kangen banget sama kamu."
"Yes, akhirnya. Iya kita ketemuan. Aku juga kangen banget. Aku balik Manado tanggal 1 juga. Tapi sampai disana tanggal 2, kan naiknya kapal bukan naik pesawat."
"Iya sayang ku, akhirnya ya. Ok, berarti aku yang duluan sampai ke Manado. Aku tunggu kamu. Hehe."
"Iya kamulah, kan kamu naik pesawat."
"Sayang, kamu mau nikahnya kapan?" tanya Marcel.
"Eh, kok tiba-tiba dia tanya begini. Emangnya dia serius sama aku?" batin mama saat mendapat pesan dari Marcel yang menanyakan soal pernikahan. "Aku maunya nikah tahun depan hehe. Kenapa? Kamu mau melamar aku?" jawab mama sambil bercanda.
"Iya dong, kira-kira tahun depan maunya di bulan apa?"
"Terserah kamu aja."
"Bulan Juni atau bulan Juli aja ya? gimana ? Waktunya pas, aku sudah selesai masa dinasnya.
"Iya bisa, terserah kamu"
"Ok. Kamu ikut aku ya?" tanya Marcel kepada mama. Marcel dan mama memiliki kepercayaan yang berbeda. Mama seorang Kristen sedangkan Marcel Katolik.
"Iya, aku juga nggak terlalu fanatik kok. Kan kita juga masih se-amin."
"Siap sayang, hehe.. Ciye yang sudah mau jadi ibu bhayangkari. jawab Marcel dengan candaan
"Hehe iya dong sayang."
Mama nampaknya tidak terlalu menganggap pembicaraan itu sesuatu yang bersifat serius. Karena setelah hati dan pikirannya bergejolak, mama mendapatkan jawabannya "Hmm pasti cuman sampai di pesan whatsapp aja, biar menyenangkan aku." ujar batin mama
Sehari sebelum tanggal 1 Desember, tugas mama di luar daerah diberitahukan akan di perpanjang lagi. Selama 2 minggu.
Mama ingin sekali tetap berada disana tapi, mama juga ingin sekali kembali karena akan bertemu dengan Marcel. Walaupun tidak cinta, tapi tetap juga Marcel adalah pacarnya yang selama ini dia banggakan.
Marcel sendiri hanya mempunyai waktu sebentar di Manado. Waktunya tidak lebih dari seminggu dan harus langsung balik lagi ke Bogor.
"Sayang, besok gimana? jadikan pulangnya?" pesan Mama ke Marcel.
"Iya jadi dong. Kamu pulang besok juga kan?"
"Aku nggak tahu sayang. Aku di perpanjang lagi selama 2 minggu disini."
"Loh kok gitu sih, kan udah janji mau ketemu. Kita kan selama ini belum ketemu."
"Iya, maaf. Kamu di Manado berapa lama?
"Aku cuman seminggu, tanggal 7 harus langsung balik lagi sayang. Aku sudah beli tiket pesawatnya. Besok siang aku terbang ke Manado. Kamu pulang aja, nggak usah di perpanjang." pesan Marcel yang nampaknya sudah agak kecewa.
"Sepertinya Tuhan memang tidak merestui kita." batin mama saat membaca pesan Marcel
Saat sedang memikirkan jalan keluar, tiba-tiba saja mama mendapat pesan dari pihak kantor. Pihak kantor ternyata sudah tidak bisa memberikan izin lagi untuk mama bertugas disana. Malam itu juga, atasan mama langsung menginstruksikan mama untuk pulang ke Manado pada besok harinya.
Mungkin ini adalah tamparan keras untuk mama yang sudah mengeluh dan berprasangka buruk kepada Tuhan.
Mendengar info tersebut, mama langsung mengambil ponselnya, dan mengetik pesan singkat untuk Marcel. "Sayang, aku jadi pulang besok. Aku tidak diberikan izin oleh Pak Siby untuk melanjutkan tugas disini."
"Benar? Jadi besok kamu pulang kan?"
"Iya besok aku pulang, tapi sampai di Manado tanggal 2 ya. Aku naik Kapal malam. Aku kabari kamu besok ya. Aku harus siap-siap buat packing barang-barang aku dari sekarang biar besok hanya mengurus administrasi aja."
...****************...
Tanggal 1 Desember 2018
Pagi-pagi, Mama telah mengurus segala administrasi dan membeli tiket kapal untuk kembali ke Manado. Sedangkan Marcel telah memberi kabar kepada Mama, bahwa dia sudah di jalan menuju Bandara untuk kembali ke Manado.
Segala sesuatu pun telah selesai di urus mama termasuk tiket kapalnya. Sore itu dari tempat tugas, mama langsung diantar temannya untuk pergi ke Pelabuhan Kapal.
"Sayang aku sudah sampai di Manado." Pesan Marcel yang baru saja landing di Bandara Sam Ratulangi.
"Oh iya sayang, sampai jam berapa? Aku sekarang sudah di kapal. Tapi, kapalnya belum berangkat mungkin sedikit lagi. Katanya sih jam 8 malam."
"Barusan sayang, belum lama. Ini di jalan ke rumah. Miss you sayang. Kirim foto kamu dong"
"Syukurlah. Hati-hati di jalan ya. Hmm, nggak mau ahh. Banyak orang disini. Aku malu kalau harus selfie dan diliatin banyak orang."
"Iya sayang, makasih. Kan nggak apa-apa sayang. Aku kangen banget! Mau liat kamu yang sekarang. Aku juga mau bikin story di whatsapp aku. Kirim ya? Mau dong.. Please" Bujuk Marcel sambil mengirimkan fotonya sendiri kepada Mama.
CEKREK
Bunyi suara kamera disertai lampu blitz yang menyala, nampaknya berhasil membuat mama menjadi sorotan. Kali itu lebih dari sepasang mata langsung melotot saat melihat aksi mama yang di nilai alay.
"Ini fotonya. Kamu harus tahu, betapa besarnya malu aku demi foto ini." balas mama sambil mengirim foto selfie-nya yang membuat ribuan pasang mata melotot ke arahnya.
"Haha masa sih? Nggak usah dipikiran. Kan nggak kenal. Sayang, aku belum pernah liat kamu bikin foto aku jadi story kamu. Kamu juga nggak pernah sama sekali bikin story tentang aku."
"Iya, nanti ya sayang. Sayang ini kapalnya sudah jalan. Baterai ponsel aku juga sudah lemah banget. Ditambah lagi dengan ombak. Ombaknya kenceng banget, bikin mau muntah. Aku mau tidur ya? Besok aku kabari kamu lagi. Love you."
"Hehe makasih sayang. Jangan lupa berdoa. Besok kabari aku, kalau sudah mau sampai. Biar aku yang jemput kamu di Pelabuhan ya. Love you too." Jawab Marcel dengan senang, karena fotonya habis di buatkan story oleh mama.
...****************...
Manado, 02 Desember 2018 pukul 06.00 WITA
Setelah berjuang melawan ombak yang besar, Kapal tersebut berhasil bersandar di Pelabuhan Mando.
Setelah turun dari kapal dan tanpa menghubungi Marcel, mama kembali kerumahnya sendiri dengan memesan taksi online.
Semalaman penuh kapal yang mama tumpangi terombang-ambing di tengah lautan. Tentunya mama pagi ini sedang mabuk laut. Mama masih merasakan pusing dan dunia seperti berputar. Sesampainya dirumah tanpa mandi dan makan, mama langsung tertidur. Dia tidak tahan lagi dengan kepalanya yang sakit.
Setelah beberapa jam tertidur mama terbangun dan langsung saja pergi ke kamar mandi untuk mandi, setelahnya mama langsung makan dan kembali tidur.
"Sayang"
"Sayang"
"Sayang, dimana? dah sampai? kok, nggak ada kabar"
"Yangggg... Sayang?"
Karena tidak ada balasan dari mama, Marcel mengirim pesan whatsapp ke mama berkali-kali. Namun tetap saja, semua pesan tak di balas maupun dibaca oleh mama. Hal tersebut semakin membuat Marcel menjadi lebih khawatir.
Hari sudah sore dan mama baru terbangun dari tidur panjangnya. Karena penglihatannya kurang jelas mama menggosok kedua matanya, dan langsung saja melihat ke jam dinding.
"Astaga Marcel" batin mama saat teringat kepada Marcel. Mama mencari dan membuka ponselnya untuk melihat pesan whatsapp yang masuk.
Dan benar, terdapat 11 panggilan tak terjawab serta 32 pesan dari Marcel.
"Sayang, aku minta maaf. Aku ketiduran. Aku sudah sampai dari jam 6 pagi di Manado. Aku sengaja nggak kabarin ke kamu, kamu kan masih lelah juga. Gimana jadi ketemuannya?"
"Syukurlah, aku pikir kamu masih di tengah lautan. aku takut kamu kenapa-napa. Nggaklah, kalau jemput kamu aku nggak lelah. Iya jadi dong.."
"Maaf ya? Jam berapa?"
"Iya sayang, nggak apa-apa. Jam 7 aja ya? Aku jemput kamu dirumah."
"Siap, Emangnya kita mau kemana ?"
"Kamu mau kita jalan kemana?
"Terserah." begitulah jawaban mama dan semua perempuan pada umumnya.
Marcel dan mama akhirnya pergi ke sebuah cafe yang cukup terkenal di Kota Manado, setelah makan Marcel dan mama berbincang-bincang.
Marcel mengajak mama berkeliling menggunakan motornya, untuk melepaskan rasa rindu mereka. Bagaimana tidak rindu, sudah 7 bulan pacaran dan ini baru bertemu.
"Pegangan yang kuat" kata Marcel menyuruh mama untuk berpegang dengan kuat, sambil menarik kedua tangan mama secara bergantian agar memeluknya tubuhnya yang kekar itu.
Marcel selalu saja mengendarai kendaraannya dengan begitu cepat. Baik mobil maupun motor.
Mama tampak sangat senang. Dan sesekali berteriak, ketika saat Marcel menjahili mama dengan sengaja memasukkan motornya kedalam lubang-lubang yang ada di jalan.
"Sayang.... kita sudah berapa lama pacaran?". tanya Marcel
"Apa??" kata mama sambil berteriak di samping telinga Marcel, karena angin yang cukup kuat sehingga tidak bisa mendengarkan suara Marcel.
"Kita sudah berapa lama pacaran" dijawab Marcel dengan teriakan juga
"Tunggu aku hitung dulu.. satu.. dua.. tiga, tujuh bulan" jawab mama sambil menghitung di jarinya dan mengingat kembali awal Marcel mengungkapkan rasa cintanya
"Sudah lama. Hehe tapi, kita baru ketemu. Besok kamu mau kemana ?"
"Iya, besok nggak kemana-mana. Kenapa?"
"Temani aku beli jaket, Jaket aku semuanya ketinggalan di Bogor"
"Iya boleh, jam berapa?"
"Jam 7 malam, aku jemput." Jawab Marcel sambil mengantar mama pulang ke rumah karena waktu sudah menunjukkan jam 11 malam.
"Makasih ya, kamu hati-hati dijalan" kata mama sambil masuk ke dalam rumahnya.
...****************...
Keesokkan harinya, Marcel menjemput mama untuk pergi membeli jaket. Dan setelah itu mereka berdua makan, lalu pulang.
Setelah seminggu berada di Manado. Sudah waktunya Marcel untuk kembali Bogor. Marcel pergi tanpa pamit kepada mama. Mama saat itu kaget melihat postingannya, postingan bahwa dia sudah ada di Bandara.
Entah apa alasannya tak memberi kabar. Apakah dia takut mama bersedia, atau dia ingin balas perbuatan mama, atau bisa jadi mungkin benar. Marcel tak pernah serius dengan mama.
Mama mengomentari story-nya dan bertanya apakah dia sudah mau balik ke Bogor. Marcel pun membalas dan menjawab Iya, dia harus balik saat ini juga. Dan sudah berada di dalam pesawat. Marcel menjawab kalau dia sudah sampai dia akan memberi mama kabar.
"Sayang aku sudah sampai di Jakarta, ini mau jalan ke Bogor" pesan Marcel untuk mama.
Mama hanya membacanya dan tidak membalasnya. Dibenaknya mama, mama merasa benar. Marcel tidak serius, buktinya saat di kembali ke Bogor dia tidak memberi tahu kepada mama.
"Sayang aku sudah sampai di Bogor, kamu lagi apa?" tanya Marcel.
"Oh iya, syukurlah. Ini cuman tiduran aja. Marcel?"
"Ya ?"
"Aku mau kita sampai disini saja, aku mau kita putus" kata mama.
"Kenapa ? Apa salah aku?"
"Aku takut nanti aku benar-benar mencintai kamu, aku takut pakai hati"
"Kok gitu sih, tapi kalau ini sudah kemauan dan keputusan kamu aku terima"
Mama pun hanya membaca pesan Marcel dan melihat story Marcel yang mengungkapkan kekecewaannya. Setelah itu, Mama kembali melihat ternyata WhatsApp mama telah di blokir. Mama pun tiba-tiba merasakan sedih.
"Ya Tuhan, ternyata aku sudah terlanjur pakai hati. Aku sudah terlanjur mencintainya." kata Mama
Kegalauan mama pun lebih bertambah ketika mengetahui Marcel juga memblokir IG mama, dan menghapus pertemanan di FB.
Tanggal 16 Desember mama mendapat info dari temannya Marcel, bahwa Marcel mengalami kecelakaan dan menyebabkan tangannya patah. Mama mencoba menghubungi Marcel tapi, Marcel malah lebih menghilang dan memblokir facebook mama.
Mama sama sekali sudah tidak dapat menghubungi Marcel. Mama pun mencoba untuk menghilangkan rasa galaunya dengan selalu berkata,
"Aku tidak terlanjur cinta, aku hanya terlanjur nyaman." Kata-kata itu pun selalu di ulangi mama hingga akhirnya papa masuk di kehidupan mama.
...Bab 3...
...Pertemuan Pertama Papa dan Mama...
17 Desember 2018, sehari setelah mama mendapat kabar bahwa Marcel mengalami kecelakaan. Di hari itu juga, papa hadir di kehidupan mama.
"Orang mana?" tanya papa melalui messenger facebook,
Mama yang sedang bekerja dan menerima sapaan pertama dari orang tak di kenalin nya merasa sangat terganggu. "Manado." balas mama dengan cuek
"Manado dimana? kerja dimana?" tanya papa sih playboy cap gajah.
"Di Perusahaan penyedia jasa. Kamu ?"
"Oh iya, Manado juga. Umur berapa? punya whatsapp? Sudah nikah? haha, sorry sudah sensus" ucap papa, yang merasa bahwa pertanyaannya sudah seperti petugas BPS yang sedang mau melakukan sensus penduduk.
"24 tahun. Serius kalau aku bule pasti kamu sudah ku marahi. Tapi, sayang aku bukan bule. Aku belum menikah, Kamu ?" balas mama yang sudah mulai hangat dengan pesan-pesan papa.
"Iya, mana nomor whatsapp kamu"
Setelah mama memberikan nomor whatsapp-nya kepada papa, tanpa menunggu waktu lama, papa langsung saja mengirim chat ke mama.
Papa juga beberapa kali melakukan video call saat mama sedang bekerja. Karena tidak ingin di ganggu terus saat bekerja, mama memutuskan untuk mengangkat video call dari papa. Saat itu pun papa langsung tersenyum lebar.
"Ya, Hallo.." Jawab mama, sambil menghadap ke kamera HP-nya
"Hai.. lagi dimana?
"Ini di lagi di kantor, kenapa?" jawab mama
"Oh, lagi kerja? aku ganggu nggak?
"Iya ini lagi kerja, hmm.. iya sih"
"Oh yasudah, lanjut aja kerjanya. Nanti aku video call lagi ya"
"Oke, baik"
"Dahh.." tutup papa.
Sejak saat itu, papa dan mama sering berhubungan baik lewat chattingan maupun video call.
Papa, dialah orang yang pertama dan selalu duluan untuk menghubungi mama. Sedangkan mama, dia hanya biasa saja. Membalas yang perlu dibalas dan tak akan menghubungi sama sekali jika tidak penting.
Akhir tahun 2018 pun hampir tiba. Saat itu seperti kebanyakan orang, mama pergi bersama kakak-nya untuk berbelanja. Sedangkan papa, karena dia seorang polisi lalu lintas dia sedang sibuk berjaga di Pos operasi lilin.
"Hi lagi dimana ? ngapain ?" tanya papa
"Ini aku lagi di dalam toko, di kawasan. Kamu ?"
"Oh iya, aku lagi di Pos operasi lilin. Lagi piket. Ketemuan yuk?"
"Kan kamu lagi piket, emang bisa?"
"Bisa dong, udah selesai dari tadi sih jadwal aku. Cuman emang masih suka disini aja"
"Oh begitu, boleh sih"
"Oke, aku kesitu ya?"
"Oke" tutup mama.
Sambil mengendarai mobilnya, papa pun beranjak pergi dari pos lilin ke tempat mama. Saat papa sudah berada di depan toko yang mama kunjungi, papa pun menanyakan keberadaan mama dimana.
"Kamu dimana? aku udah di depan toko."
"Di bagian mana ? aku di dalam, bentar aku keluar"
"Pas di depan toko, mobil avanza hitam ya"
"Oke"
Mama keluar dari toko tersebut meninggalkan kakak-nya dan berjalan menghampiri papa. Setelah sampai di depan mobil papa, papa langsung keluar dari mobil untuk mengajak mama masuk ke dalam mobil.
"Jadi, kita mau kemana ?" tanya papa
"Hmm, terserah kamu aja. Aku nggak tau. sudah lama nggak jalan"
"Hehe oke.."
Papa pun berjalan berkeliling Manado tapi tidak menemukan tempat untuk nongkrong, akhirnya papa membawa mama ke tepi laut yang ada di kawasan. Papa memarkirkan mobilnya, dan kemudian bercerita dengan mama.
"Pacar kamu kemana?"
"Baru putus, dia anggota juga." jawab mama
"Tugas dimana?"
"Sekarang si dia lagi dinas di Bogor. Tapi, papanya tugas di tempat kamu."
"Oh ya, siapa ? siapa nama papanya?"
"Pak Londok."
"Lah, bukannya baru meninggal?"
"Bukan, itu kakak-nya. Aku pacaran sama adik-nya."
"Gitu toh, jadi kamu pernah pacaran juga sama anggota. Kenapa putus?".
Mama pun menjelaskan kenapa dia bisa putus dengan Marcel.
"Iya, aku nggak suka aja. Takut nanti terlanjur pakai hati. Kan anggota kalian banyak yang tukang selingkuh. Sebelum nantinya aku terlanjur pakai hati lebih baik harus di hentikan dari sekarang, daripada nangis-nangis, susah move on nantinya. Kamu gimana ?" kata mama
"Aku sudah nikah. Punya anak, tapi sudah cerai sama isteri saya."
Saat mendengar pernyataan papa yang mengatakan dia sudah menikah, mama sangat terkejut. Namun, ekspresi mama tetap seperti biasa.
Mama mencoba santai dan tidak memberikan reaksi terkejut dari pernyataan papa. Mama sangat takut sekali jika ekspresi atau sikapnya nanti membuat papa tersinggung.
"Cerai ? Kenapa cerai?" tanya mama dengan tenang dan berusaha mencairkan suasana agar tidak kaku saat mengetahui papa sudah pernah menikah.
"Iya, ada masalah. Dia nggak bisa ngurus rumah tangga. Bangun telat dan ngatain orang tua ku. Seragam untuk aku dinas saja, aku yang nyiapin."
"Oh.. kamu nikahnya udah berapa lama?" tanya mama
Papa akhirnya menjelaskan semuanya kepada mama, bagaimana dia sampai bertemu, berpacaran dan akhirnya menikah dengan isterinya.
Papa juga menceritakan banyak hal yang membuat dia bercerita dengan isterinya itu. Sampai akhirnya waktu di HP mama dan di mobil papa menunjukkan jam 11 malam. Mama yang tersadar hari sudah semakin larut. Akhirnya mengatakan kepada papa bahwa dia harus pulang.
Papa mengantar mama pulang, dalam perjalanan papa banyak bercerita soal kerjaan papa yang mengatur lalu lintas. Papa sangat hafal semua nama jalan dan perempatan di kota Manado.
Mama hanya tertawa dan sangat mengapresiasinya. Setelah itu papa mulai beraksi, dia menyelipkan kalimat tembakan untuk mama. Namun mama hanya tertawa dan tidak menghiraukan perkataan itu.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, mama dan papa tiba juga di depan rumah mama.
"Eh, disini aja. Nggak usah masuk lorong." kata mama
"Kenapa?"
"Iya, biar nggak merepotkan kamu."
"Nggak apa-apa, emang dimana rumahnya?" sambil membawa mobil masuk ke dalam lorong.
"Iya, disini. Disini aja. Rumah aku di depan yang sebelah kanan."
"Gimana ? kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Hmmm.." Mama hanya terdiam, kemudian papa bertanya lagi
"Gimana ? kalau kamu nggak mau, nanti aku bakalan nilang kamu di jalanan"
"Haha.. Emang bisa ?" tanya mama sambil sedikit mengejek
"Bisa dong, aku bakalan nilang kamu dan akan ke bebaskan sampai kamu menerima cinta aku dan mau jadi pacar aku." kata papa
"Haha, kamu bisa aja. Tilang aja, aku nggak bisa bawa kendaraan kok." Mama pun membuka pintu mobil dan keluar dari mobil papa.
"Gimana ? Mau kan ?"
"Trimakasih ya, hati-hati di jalan" mama pun tidak merespon perkataan papa dan berjalan menuju rumahnya meninggalkan papa
"Gimana ???? serius kalau nggak, aku bakalan nilang kamu." Papa terus meneriaki mama dari dalam mobil, namun tak juga direspon oleh mama.
Papa akhirnya memundurkan mobilnya dan pergi dari tempat mama.
Besok harinya papa mengirim chat di WhatsApp mama, menanyakan perihal pertanyaan semalam yang di tanyakan. Namun, mama tidak menjawab sama sekali. Karena mama masih belum melupakan Marcel.
Mama juga berpikir bahwa papa hanya bermain-main saja dan papa juga ternyata telah menikah serta keyakinan mereka berbeda.
Mama tidak ingin terjebak dalam suatu hubungan yang rumit yang tidak bisa di pertahankan bahkan di perjuangkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!