NovelToon NovelToon

Double Hate(Love)

Chapter 1 Kevin bukan jodoh Kesya

"Kevin bukan jodoh Kesya titik!" bantah Kesya dengan nada tegas, demi apapun di dunia ini. Bahkan seluruh langit akan runtuh, ia akan tetap pada pendiriannya.

Naya tertawa geli melihat tingkah sahabatnya, setiap kali ia menyinggung tentang Kevin, Kesya akan sangat marah dan pastinya menolak mentah-mentah semua tuduhan yang ia layangkan.

Ayolah membuat Kesya kesal itu sangat mudah, hanya tinggal menyebutkan nama Kevin dengan cepat bibir mungil milik Kesya akan menggerutu. "Dengar Kesya, dari tiga puluh siswa dikelas kalian masuk ke dalam satu kelompok, bukanlah itu yang disebut jodoh," terang Naya antusias, wajah Kesya yang cemberut kesal terlihat sangat lucu.

"Intinya itu tidak akan terjadi!" sela Kesya cepat.

Demi kesejahteraan seluruh umat manusia dan ketenangan di bumi, menggoda sahabat termasuk hal yang menyenangkan bukan. "Jangan terlalu benci, nanti cinta mati baru tahu."

"Dengar ini baik-baik Naya! Jika suatu hari aku terdampar di sebuah pulau dan Kevin adalah manusia terakhir yang bersamaku maka, aku akan memilih jomblo seumur hidup," jelas Kesya menggebu-gebu, ia sangat tidak suka dengan candaan Naya yang selalu menjodohkannya dengan Kevin. Sama sekali tidak lucu.

Wajah Kesya yang merah padam lengkap dengan tatapan yang siap memangsa siapapun yang berada di dekatnya membuat Naya bergidik ngeri. Lebih baik ia diam sekarang atau Kesya akan menerkam dirinya tanpa ampun.

"Aku hanya bercanda, sudahlah tidak perlu dipikirkan, Ayo kita ke kelas." ajak Naya mengubah topik pembicaraan.

Awalnya Kesya ingin menyahut kembali tapi, ia urungkan saat melihat jam yang menunjukan waktu istirahat sudah berakhir sepuluh menit yang lalu, berdebat dengan Naya membuat mereka lupa keadaan sekitar, itu sebabnya taman tampak sepi, semua orang pasti sudah masuk ke kelas.

Keduanya hanya menatap satu sama lain, sebelum akhirnya menyadari kalau mereka sudah terlambat.

"Kita telat masuk kelas!" teriak keduanya membahana sambil berlari melalui koridor menuju kelas.

Saat sampai di kelas, Kesya bisa melihat kalau guru tengah memberi pengarahan.

"Sepertinya kami akan diusir," batin Kesya pasrah

"Permisi...Pak," ujar keduanya dengan napas yang masih memburu. mereka masih berusaha menghirup napas sebanyak mungkin dari sekitar.

Pak Amir memperbaiki letak kacamatanya, agar bisa fokus melihat dua objek yang berdiri di pintu. "Kalian kenapa terlambat?"

"Hm...itu pak...hm...itu," jelas Kesya gagap, otaknya seolah tidak bekerja untuk mencari alasan logis agar mereka tidak dikeluarkan dari kelas.

"itu apa? Cepat jawab," perintah Pak Amir.

"Itu Pak, tadi Kesya sakit perut, dia di toiletnya lama," sergah Naya cepat, terkadang otaknya cukup bermanfaat saat keadaan darurat seperti ini.

Pak Amir diam, menatap ke arah mereka secara bergantian sambil menghembuskan napas berat. "Baiklah, kali ini saya maafkan tapi, lain kali saya tidak bisa menjamin hal tersebut. Silahkan duduk."

Kesya dan Naya merasa cukup lega, keduanya berjalan ke bangku mereka masing-masing.

"Sekarang kalian buka halaman 30, kita akan belajar tentang Gaya gravitasi," lanjut Pak Amir.

"Baik pak," seru siswa serentak.

* * *

Suasana kelas menjadi begitu tenang, ada siswa yang memang serius dan ada juga yang tidak. Seperti Kesya misalnya, ia mencoba fokus tapi, tidak bisa. Matanya selalu melirik ke arah Kevin jengkel.

"Kalian berdua itu jodoh, yang sudah ditakdirkan Tuhan,"

Ungkapan Naya tadi terus tergiang di kepala Kesya, memenuhi setiap sel saraf di otak, mengantarkan informasi ke dalam hati yang membuat ia mendengus kesal.

"Ogah Tuhan, aku gak mau," batin Kesya dramatis.

Naya yang menyadari raut aneh Kesya, menyenggol lengannya pelan, ia menggerakkan alisnya ke atas seolah bertanya 'Ada apa?'

Kesya yang menyadari hal tersebut hanya menggeleng pelan, ia kembali fokus melihat ke arah depan, kumpulan rumus ternyata benar-benar menyiksa matanya tapi, sudahlah. Hal ini jauh lebih baik daripada harus memikirkan ucapan Naya. Lihat saja Kesya akan memberi perhitungan padanya.

Tidak berapa lama, bel pulang akhirnya berbunyi, seluruh penghuni kelas berlomba keluar.

"Aku duluan ya udah dijemput," terang Naya yang langsung mendapat anggukan Kesya.

Setelah Naya pergi, Kesya juga ikut pulang, tidak seperti siswa kebanyakan yang dijemput atau membawa kendaraan sendiri. Kesya lebih memilih jalan kaki lagipula, rumahnya juga lumayan dekat jadi bagus untuk menghemat pengeluaran.

Wajah Kesya yang sumringah berubah masam ketika melihat Kevin melewati dirinya.

"Mau nebeng gak?" tanya Kevin sedikit berteriak, saat ia menyadari keberadaan Kesya.

"Ogah! Aku mau jalan kaki aja sekaligus olahraga biar sehat," tolak Kesya.

"Ya sudah, aku malah bersyukur," ujar Kevin tidak perduli yang malah membuat Kesya semakin kesal.

Kevin melajukan sepada motor miliknya, ia tidak mau ambil pusing dengan penolakan Kesya, mana ada olahraga saat siang dengan cuaca yang sangat panas. Ya terserah saja.

"Dasar cowok gak peka," teriak Kesya saat Kevin telah jauh.

"Usaha kek, biar aku naik. Ini malah ditinggal gitu aja. Dasar Kevin ****!" Melanjutkan cemoohan yang sedari tadi ia pendam.

Kesya terdiam. "Kenapa dia pulang lewat sini ya, biasanya kan ke arah sana?"

"Ah, sudahlah itu tidak penting." Kesya menggeleng cepat. Terserah Kevin mau pulang lewat jalur manapun, itukan tidak ada sangkut paut dengan dirinya.

12 Maret 2020

Chapter 2 sebenarnya dunia ini luas atau sempit sih?

"Ma, Kesya pulang." teriak Kesya dari luar, ia masuk kedalam sambil melihat ke segala arah, mencari keberadaan mamanya.

"Kamu ini, kuping mama masih sehat jadi, gak usah teriak. Dasar nakal." Soraya sibuk meletakkan piring yang berisi sayuran, yang telah matang di atas meja, cah kangkung dan ayam goreng kesukaan Kesya tersaji dihadapannya, tak hanya itu ada banyak sekali makanan lezat lainnya. Seperti akan ada acara pesta saja.

Kesya hanya tersenyum cengegesan sambil memamerkan tampang polosnya. "Ma, tumben banyak masak."

"Iya, Mama mau menyambut tetangga baru kita," jelas Soraya pada anak semata wayangnya itu.

"Tetangga, tetangga yang mana?" tanya Kesya penasaran.

"Itu lho yang disamping rumah kita, mereka baru pindah kemarin dan ternyata ia adalah teman Mama waktu SMP dulu, terus dia juga punya anak laki-laki seumuran kamu, Mama gak sabar pengen ketemu."

Kesya hanya ber oh ria sambil berusaha mengambil piring untuk makan. Namun segera ditepis Soraya. "Kamu ini, ganti baju dulu, cuci tangan baru boleh makan."

Kesya sengaja memasang wajah cemberut, "Ya, Ma aku udah lapar tingkat tinggi ni."

Soraya hanya tersenyum melihat tingkah konyol anaknya.

"Pokoknya ganti baju dulu atau tidak ada makan sama sekali," peringat Soraya tegas, hidup bersih memang harus ditanamkan sejak dini agar Kesya terbiasa nantinya.

"Iya deh," ujar Kesya akhirnya menurut.

Ia naik tangga menuju kamar, membuka pintu lalu, melempar asal tas ke sofa yang terletak di sudut ruangan kemudian, membanting tubuh mungilnya di atas kasur sambil melihat langit-langit dengan tatapan menerawang tanpa sadar bayangan wajah Kevin saat tersenyum tampak jelas.

Kesya segera menggeleng cepat sembari mengucek mata tak percaya, ada apa dengan dirinya. Kenapa Kevin selalu menghantuinya, otaknya pasti sedang error.

Kesya bangkit, mengganti pakaian sekolah dengan pakaian rumah yang santai dan tentu saja nyaman, kaos lengan pendek dan celana jeans menjadi pilihannya, ia turun untuk makan dan tak lupa mencuci tangan seperti yang sudah diperintahkan Soraya.

Langkah Kesya terhenti saat melihat objek yang begitu ia kenal sedang berdiri di hadapannya. Kesya hanya melongo sembari mengucek matanya beberapa kali, anehnya objek tersebut tidak juga hilang. Ia semakin yakin bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi seperti tadi.

"Kamu kenapa ke sini?" tanya Kesya saat menghampiri cowok tersebut.

Lawan bicaranya juga sedikit terkejut menyadari kehadiran Kesya yang tiba-tiba muncul didepannya.

"Kamu, ngapain disini?" tanya Kevin balik.

Kesya membuang muka malas. "Dengar tuan Kevin yang terhormat, ini rumahku jadi terserah dong mau ngapain aja."

Kevin dan Kesya diam keduanya sibuk melempar tatapan satu sama lain.

"What?" teriak keduanya terkejut, belum sempat mereka beradu mulut kembali.

Terdengar sebuah suara yang membuat keduanya menoleh. "Kalian saling kenal?" tanya Soraya dan disusul seorang wanita cantik dibelakang. Tetap saja menurut Kesya mamanya yang paling cantik.

"Sedikit," kata keduanya datar.

Kedua wanita tersebut tersenyum gemas melihat tingkah putra dan putrinya.

* * *

"Jadi, kalian satu sekolah dan teman sekelas," ujar Mika_mamanya Kevin antusias.

"iya tante," Kesya mengiyakan ucapan Mika dengan sopan.

"Bagus deh, kalian memang cocok," imbuh Soraya yang langsung mendapat penolakan dari keduanya. Kevin dan Kesya sibuk melempar tatapan membunuh satu sama lain sejak tadi.

"Kevin, bukankah dari tadi kamu ngotot beli martabakkan," ujar Mika buka suara, memecahkan suasana canggung sekeliling.

"Pergi sama Kesya aja, dia tahu tempat martabak enak," Soraya ikut menyahut.

Akhirnya mereka berdua dibuang keluar, lebih tempatnya diusir pergi mencari keberadaan martabak, Kesya bersumpah jika saja mama tidak memaksanya untuk pergi maka, bisa dipastikan ia akan menolak tegas menemani Kevin, cowok menyebalkan di dunia.

"Kenapa lihat terus, Terpesona sama ketampananku," ujar Kevin percaya diri, sambil memamerkan senyum menawannya.

Jangan tanya bagaimana keadaan Kesya mendengar pertanyaan tersebut, rasanya ia ingin muntah, mendengar perkataan tidak masuk akal Kevin.

"Tampan dari mananya coba, dilihat dari segala sisi tetap menyebalkan bahkan sangat menyebalkan," sindir Kesya dengan suara berbisik yang masih bisa di dengar Kevin.

Wajah Kevin yang masam, mencerminkan ia merasa tersinggung. "Diantara semua cewek yang kutemui, cuma kamu yang bilang aku gak ganteng."

"Aku bicara kenyataan," sela Keysa tidak mau kalah.

Hampir disepanjang perjalanan mereka terus berdebat, meributkan hal yang tidak bermanfaat sama sekali namun, untunglah mereka sampai di tempat si penjual martabak.

"Bang, martabak manisnya empat." Pesan Kesya. Sementara Kevin duduk diam dikursi, ia merasa sangat lelah setelah berdebat dengan Kesya yang tingkat keras kepala mencapai level setan.

"Ok neng, oh ya itu siapa? Pacar baru ya. Ganteng banget," ucapan si penjual martabak sukses membuat Kesya menganga hebat, ia melihat ke arah Kevin dengan tatapan tak percaya.

"Gak kok bang, cuma temen," bantah Keysa cepat dengan perasaan kesal.

Abang penjual tersebut hanya tersenyum, ia kembali melanjutkan pekerjaannya membuat martabak.

"Hey lihat, cowok itu sangat tampan! mata coklat, alis yang tampak seksi, bibir pink yang manis. Sungguh wajahnya sangat profesional," puji salah satu cewek yang duduk tak jauh dari tempat Kesya berdiri.

"Iya ganteng banget, kalau cowok kayak gitu aku mah rela nembak duluan," timpal cewek lainnya.

"Apa semua mata orang sedang sakit ya." Heran Kesya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Salah seorang cewek malah berencana jatuh pingsan dihadapan Kevin. Kesya yang mendengar hal tersebut langsung duduk disamping Kevin.

Kevin yang risih dengan kelakuan aneh Kesya yang duduk mendekati dirinya. "jauh-jauh sono," usirnya.

Kesya tidak menggubris perkataan Kevin, ia tetap tidak mau mengubah tempat duduknya, sembari melihat sinis ke arah cewek yang tadi sibuk memuja ketampanan Kevin.

"Itu cewek kenapa sih, mau nyosor aja," desis salah satu cewek yang tidak terima. Sementara Kesya merasa puas dengan hal yang ia lakukan sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Ini Neng, martabaknya udah siap," ucap Si penjual martabak.

"Ini bang, uangnya," ujar keduanya serentak membayar.

"jadi siapa yang mau bayar?" tanya si penjual martabak bingung.

"Ambil uang saya aja Bang." Kevin dan Kesya saling melempar tatapan menakutkan, seolah keduanya sedang meributkan hal yang amat penting.

"Kamu ngalah dong sama cewek biar aku yang bayar," jelas Kesya.

"Dengar ya Kesya, dimana-mana itu cowok yang bayarin," terang Kevin.

"Aku gak perduli! pokoknya aku yang harus bayar," bantah Keysa tidak terima.

Kevin langsung menyerahkan uangnya, "Ambil uang saya aja Bang."

"Gak boleh, uang saya aja bang," timpal Kesya lagi dan terjadi kompetisi pertengkaran untuk menentukan siapa yang cocok untuk membayar. Semua orang yang berada di sana menatap penuh heran ke arah mereka.

Kalian tahu nasib si penjual martabak, ia juga ikut heran dan kebingungan menyaksikan perdebatan yang tiada ujungnya.

"Sudah cukup!" bentak si penjual martabak.

Ia mengambil kedua uang mereka, "ini kembaliannya, kalian bayar patungan aja, udah jangan bertengkar saya ikut pusing lihatnya."

"Tu dengar ini semua salah kamu!" tuduh Kevin.

Kesya menyergit tidak terima. "Lho kok aku, kamu penyebab."

"Kamu!" Tunjuk Kevin.

"Kamu!" balas Kesya lagi dan mulailah ajang menyebut 'Kamu' yang tiada henti.

"Udah cukup!" ujar si penjual martabak frustasi, ia membagikan masing-masing mereka dua kotak. "Kalau mau ribut lanjut dirumah aja ya saya mau jualan." Kemudian, si penjual martabak pergi meninggal mereka berdua sambil memijat pelipisnya.

*

Kira-kira gimana perasaan kalian kalau jadi si penjual martabaknya ya?😅, kalau aku sih udah ku coreng dari daftar pelanggan 😂😂😂

Jangan lupa komen dan like ya

14 Maret 2020

Chapter 3 Martabak Manis yang Bikin Kesal.

"Woi tungguin aku," teriak Kesya kesal.

"Makanya jalan cepat dikit jadi, cewek lambat banget," seru Kevin tanpa berbalik.

Dari belakang Kesya menggerutu kesal, ia beberapa kali menghentak kakinya dijalan. Bagaimana bisa ia bertemu dengan makhluk aneh dan menyebalkan seperti Kevin, pasti Kesya pernah berbuat dosa di masa lalu sehingga ia harus berhubungan dengan Kevin.

"Dasar Mahkluk astral!" Teriak Kesya lagi sambil mengangkat sebelah kakinya, berusaha menendang bayangan Kevin. Tanpa sadar sandal yang di pakainya lepas landas mengenai kepala Kevin.

Kevin berbalik melihat ke arah benda yang sudah berani menyentuh kepala jeniusnya, sandal karet bergambar Doraemon tersenyum lebar semakin membuat Kevin geram, seolah karakter tersebut ikut menertawakan dirinya.

"Kesya! diam disitu," perintah Kevin penuh kemarahan.

Kesya yang melihat aura kegelapan disekitar sekitar Kevin membuatnya bergidik ngeri, ia harus segera kabur jika ingin selamat.

Tanpa mendengar perintah Kevin. Kesya langsung mengambil langkah seribu untuk lari, tapi sayang ia kalah cepat. Kevin telah berhasil memegang tangannya.

"Berhenti atau aku akan melakukan hal yang menakutkan padamu!" seru Kevin lantang.

Akhirnya Kesya hanya menurut, ia diam dan tidak bergerak sama sekali, lagian percuma berlari sebelah kakinya mulai terasa sakit.

Kevin berjongkok memakaikan sandal tersebut di kaki Kesya. "Dasar bodoh, telapak kakimu bisa terluka."

Kevin kemudian berdiri menerawang dalam mata Kesya, seketika ide jail terlintas di benaknya, ia kemudian mengacak rambut gadis itu asal lalu, berlari menjauh.

Kesya yang baru saja terhipnotis dengan sikap manis Kevin akhirnya tersadar dari keterkejutanya.

"Dasar Kevin sialan!" Maki Kesya tanpa ampun, rambut indahnya kini berubah kusut dan jelek. Ia kemudian mengejar Kevin dengan tenaga yang masih tersisa.

Akhirnya Keduanya sampai juga dirumah, Soraya yang melihat keadaan keduanya ngos-ngosan menatap aneh sekaligus bingung.

"Kalian kenapa lari? Di kejar anjing" tebak Soraya karena di depan gang memang ada anjing galak dan suka mengejar orang tidak dikenal.

Kesya segera menggeleng cepat, "Gak kok Ma, kita lagi latihan lari aja."

"Beneran?" tanya Soraya pada Kevin.

Kevin juga ikut mengiyakan alasan konyol Kesya. "Tante, Mama dimana?"

"Udah balik dari tadi kalian kelamaan sih," terang Soraya.

"Ya sudah kalau begitu Tante, saya izin pulang dulu," pamit Kevin sopan sambil tersenyum ramah.

Soraya mengangguk, membalas perkataan Kevin dengan senyuman yang tidak kalah lembut.

Kesya yang menyaksikan sikap sok baik Kevin hanya tersenyum hambar. "Pulang aja Sono!"

Ucapan ketus Kesya sukses mendapat tatapan tidak suka dari Soraya. "Kamu ini yang sopan bicaranya."

"Gak apa-apa kok Tante, saya pulang dulu," Setelah kepergian Kevin. Kesya menyerahkan kantung plastik yang berisi martabak pada Mamanya sesudah itu, ia langsung melenggang masuk menuju dapur, mencari segelas air putih untuk melepaskan dahaganya.

"Kamu ini, minum itu sambil duduk jangan berdiri."

"Iya mamaku tersayang," ucap Kesya lalu pergi masuk kamar.

* * *

"Ini Ma, martabaknya." Kevin menaruh benda tersebut di atas meja.

"Kamu gak makan?" tanya Mika pada anaknya.

"Selera makan Kevin hilang Ma," Ayolah ia telah lelah beradu mulut dengan Kesya ditambah adegan kejar-kejaran yang menguras habis tenaga.

"Padahal enak loh," ungkap Mika saat berhasil mengunyah sepotong martabak. "Oh ya anak tante Soraya cantikkan?" tanya Mika tiba-tiba yang membuat Kevin terkejut dan hampir menyembur air yang tengah ia minum.

"Gak," bantah Kevin cepat

"Kamu gimana sih, Kesya itu baik dan cantik kayak menantu idaman Mama," ungkap Mika jujur

Kevin langsung merasa aneh, "Gak, sekali gak tetep gak." Setelah mengatakan hal tersebut Kevin langsung pergi masuk ke kamar.

Sementara Mika hanya tersenyum puas sambil menikmati makanannya.

Di dalam Kamar, Kevin langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tak lupa mendengus kesal, ditambah dengan ucapan Mamanya tadi malah semakin membuat moodnya hancur.

"Kak," panggil seseorang dari balik pintu.

"Masuk aja," titah Kevin.

"Ada apa dik?" tanya Kevin saat melihat Dipta masuk.

Anak kecil tersebut duduk manis didekatnya. Kevin kemudian bangkit mencubit pipinya gemas.

"Is, kakak sakit tahu," kata Dipta kesal.

Kevin hanya tersenyum cengegesan dengan wajah polos tanpa dosa. "Habis pipi kamu imut banget."

Dipta menatap malas kakaknya, bukannya membantu malah nambah masalah.

"Aku lagi serius ini" rengek anak berusia delapan tahun tersebut.

"iya, kakak ngerti, sekarang bilang ada apa?" Kali ini wajah Kevin tampak lebih serius, ia tidak mau adiknya nanti marah.

Dipta menunduk. "Tadi aku ikut lomba lari disekolah, tapi aku kalah."

Raut wajahnya tampak sendu dan kecewa. Kevin tahu jika adiknya itu selalu menang dalam hal apapun, hampir mirip seperti dirinya yang serba bisa. Sekarang Kevin mengerti tidak ada manusia yang sempurna, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kevin mengelus kepala adiknya lembut, sambil memamerkan senyum terbaiknya.

"Dalam perlombaan, menang atau kalah adalah hal yang biasa, yang penting kita sudah berusaha semampunya," Jelas Kevin.

Dipta melihat ke arah Kevin tak percaya. "Kakak enak, selalu memang pasti tidak pernah merasakan apa yang Dipta rasakan makanya, bicara gitu."

Kevin diam, memang benar ia tidak pernah kalah dalam hal apapun, ternyata Tuhan telah memberikan ia sebuah kelebihan otak yang begitu jenius. Lalu, wajah seseorang terlintas begitu saja di kepala tampannya.

"Kamu mau tahu tidak, cerita teman kakak yang selalu kalah."

Dipta mengangguk antusias, ia ingin tahu bagaimana perasaan orang yang selalu mengalami kekalahan.

"Seorang perempuan, cantik dan juga manis, memiliki banyak sekali kekurangan, kamu tahu ia pernah mendapat nilai 5 dalam ulangan matematika," Dipta terdiam, ia begitu tekun menyimak cerita Kevin.

"Bukan hanya itu, ia selalu kalah dalam lomba lari, tidak pernah memenangkan juara apapun," Lanjut Kevin.

"Kasian sekali, kalau aku menjadi dia, aku pasti tidak mau sekolah atau bertemu orang lagi," ceplos Dipta iba.

Kevin masih melanjutkan ceritanya. "Kamu salah, dia tetap bersyukur dan selalu berusaha. Tidak perduli apapun yang dikatakan orang, selama yang dilakukannya benar maka, ia tidak akan menyerah."

Dipta terkesima mendengar penuturan Kevin, wajahnya yang semula sedih kini kembali ceria. ia menjadi sangat ingin bertemu dengan orang tersebut.

"Wahh, hebat sekali, aku jadi ingin bertemu dengannya," Ujar Dipta lucu, bola matanya tampak berbinar senang.

"Meskipun kurang dalam beberapa bidang. Namun, ia sangat pandai dalam sastra. Kakak pernah melihat gambar sketsa yang ia buat, sangat indah" timpal Kevin.

"Siapa namanya kak? Dipta gak sabar pengen ketemu." Jujur Dipta

Kevin tampak berpikir sebelum akhirnya menyebut nama gadis tersebut dalam satu tarikan napas. "Kesya Naraya Putri,"

Dipta tersenyum senang. "Nama yang indah, ya udah kalau gitu, Dipta mau ketemu Papa mau minta dibelikan mainan."

Sesudah itu, anak kecil tersebut pergi berlari keluar, sambil sesekali melompat kecil. Sementara Kevin hanya tersenyum manis melihat tingkah adiknya.

Disisi lain, Kesya yang awalnya tengah sibuk membaca novel, merasa sedikit aneh karena terus terbatuk-batuk dari tadi.

"Sepertinya ada orang yang sedang membicarakanku," Kesya membantin.

#

Ho ho ho siapa ni yang sedang membicarakan Kesya dibelakang 😂😂. Jangan lupa spam komen, like, vote dan share cerita ini ke temen kamu biar bisa seru bareng 😁.

Ok, sampai disini dulu ya Kesya dan Kevin mau bobo manis dulu.

15 Maret 2020

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!