Sebelum membaca, tinggalkan like, komentar dan jangan lupa votenya. Agar author lebih semangat lagi menulisnya.
Silahkan membaca. Semoga terhibur🤗
Namanya Indira, orang sering memanggilnya Dira. Dira adalah Siswa kelas IX SMP. Di sekolah, Dira sering diejek cupu. Tapi, walaupun cupu, Dira jago sekali bermain basket. Dira memang beda, tidak seperti teman-teman yang lain. Yang sibuk bermain ponsel, laptop, dan ada juga yang sibuk pacaran. Dira sangat tidak mempedulikan hal itu. Ia tetap fokus pada buku, belajar dan belajar. Sampai pada masanya, ada seorang wanita bernama Rena, dia terkenal dengan kecantikannya bak ratu yang turun dari khayangan. Tapi, sayangnya Rena sangat jahat dan suka bully siswa yang cupu, ya seperti Dira ini. Rena datang menghampiri Dira dengan gayanya yang angkuh dan melemparkan buku tulisnya kehadapan Dira.
"Heh, anak cupu! Tolong kamu kerjakan tugasku ini, ya!" ucapnya sambil menghentakkan meja.
"Taa.. tapi..." jawab Dira terbata-bata.
"Kamu mau menolak perintahku?" tanyanya. "Awas aja kamu tidak kerjakan itu, akan ku permalukan di depan kelas".
Lalu, Dira pun mengambil buku itu dan menaruhnya ke dalam tas. Jam istirahat pun berbunyi, Dira dan kawannya bernama Sela pun berjalan menuju kantin. Biasanya mereka setiap jam istirahat membeli gorengan lalu membawanya ke kelas untuk dimakan bersama. Setelah dari kantin, mereka melanjutkan untuk ke perpustakaan. Karena, hari ini ada ulangan matematika. Mereka pun bergegas ke perpustakaan, sembari mencari buku untuk dipinjam.
"Sel, ada novel baru nih. Kayaknya bagus ceritanya," ucap Dira ke Sela sambil menunjukan novel itu.
"Wah, ini kan novel yang lagi hits itu, Dir. Aku mau dong pinjam juga, mau bawa pulang untuk baca di rumah," jawab Sela dengan wajah riang.
"Nih, kebetulan ada dua. Buat aku satu, buat kamu satu," balas Dira memberikan novel itu ke Sela.
"Eh, ntar ulangan matematika, kan? Udah hapal Dir, semua rumusnya?" tanya Sela sambil berjalan kearah meja perpustakaan.
"Udah dong, Sel. Kamu belajar yang bener. Ntar, remedi lagi," jawab Dira dengan senyum tipis.
Dira dan Sela pun mengambil tempat duduk pas berhadapan dengan pintu keluar perpustakaan. Mereka pun asyik belajar menghapal rumus-rumus itu.
Bel masuk pun berbunyi, mereka segera keluar dari perpustakaan dan berjalan ke arah kelas. Tiba-tiba Rena mendorong Dira sampai ia terjatuh kelantai. Dira pun kaget, karena ia merasa tidak berbuat apapun ke Rena.
"Duh, sakit.." rintih Dira sambil membersihkan lengan seragamnya yang kotor.
"Sakit ya? Emang enak loh. Hahahahah," ucap Rena sambil tertawa keras.
"Rasain loh, dasar cupu!" ucap salah satu teman Rena.
"Emangnya aku salah apa ke kalian?" tanya Dira dengan mata berkaca-kaca.
"Salah kamu banyak! Kamu itu jelek, cupu, norak tau gak!" cela Rena dengan keras.
Sela pun membantu Dira untuk berdiri. Sambil membersihkan baju Dira yang kotor terkena debu. Lalu, Sela memberikan air minum kepada Dira. Bu Guru pun masuk, segera Dira lap air matanya.
"Hari ini kita ulangan matematika, kumpulkan buku kalian ke meja Ibu sekarang!!" tegas Bu Guru.
"Baik, Bu...," jawab mereka serentak.
Lalu, Bu Guru membagikan kertas soal satu per satu. Dira pun tersenyum saat Bu Guru datang memberikan soal ulangan itu. Bu Guru pun membalas senyuman Dira. Dira segera mengambil alat tulis dari dalam tasnya dan meletakkan di atas meja. Dira mulai membaca soal ulangan dan mengerjakan dengan santai.
Tiba-tiba Rena melemparinya dengan kertas yang digulung. Dira membuka kertas itu lalu membaca isinya. Ternyata, Rena meminta Dira menulis jawaban soal ulangan itu. Wajah Dira berubah menjadi takut, dia sesekali menoleh kearah Rena yang mengancam akan membully jika Dira tak memberikan jawaban itu, Dira sangat gelisah. Lalu, Dira pun mulai menulis jawabanya dikertas itu. Bu Guru curiga dengan kegelisahan Dira, dan berjalan menghampirinya.
"Dira, untuk siapa jawaban itu?" tanya Bu Guru.
Dira hanya diam menunduk, ia takut untuk menjawabnya.
"Ayo Dira, kamu jujur pada Ibu. Siapa yang memintamu untuk menulis jawaban ini," tanya Bu Guru sekali lagi.
Lagi-lagi Dira hanya diam menunduk.
"Baik, tolong jujur, siapa yang meminta Dira untuk menuliskan jawaban ulangan ini?" Jika tidak ada yang mengaku, nilai kalian merah semua, kecuali Dira".
"Jangan dong, Bu!!" teriak semua murid.
"Rena, pasti kamu kan yang minta contekan ke Dira. Ayo ngaku!" bentak Sela.
Wajah rena terlihat ketakutan. Ia pun terpaksa mengakui perbuatannya itu.
"Ya, Bu. Saya yang minta jawaban itu ke Dira," ucap Rena sambil menunduk.
"Baiklah, nilai kamu saya kasih nol, Rena...," ucap Bu Guru sambil menarik kertas ulangan yang ia pegang.
Setelah ulangan siap, bel pulang pun berbunyi. Dira masih sibuk membereskan buku yang masih di atas meja. Tiba-tiba Rena datang menghampiri Dira dengan hati dongkol.
"Heh, cupu! Gara-gara kamu nilaiku jadi nol. Kamu harus terima pembalasanku, Dira," ucap Rena sambil menarik tangan Dira.
"Kenapa harus aku, Ren?" tanya Dira dengan wajah sedih. "Aku kan gak salah, kamu juga tau saat ulangan matematika Gurunya galak, dan kalau sempat ketahuan minta contekkan nilai langsung diberi nol."
"Kamu tunggu aja besok, ya Dira. Tunggu pembalasanku!!" bentak Rena sambil mendorong tubuh Dira.
Rena pun pergi meninggalkan Dira, Sela melihat Dira terduduk dibangku dengan raut wajah murung langsung menghampirinya. Sela membantu menyusun buku Dira dan memasukannya kedalam tas.
"Dir, kamu gak apa-apa?" tanya Sela sambil menyusun buku yang masih berserak di atas meja.
"Udah gak apa kok, Sel. Makasih ya, kamu udah bantuin. Cuma kamu Sel, yang mau menolongku," ucap Dira sambil menghapus air matanya. "Kenapa sih cupu selalu dibully, Sel?"
"Ya, Sama-sama, Dira. Mereka itu cuma iri sama kamu. Karena, kamu siswa berprestasi di sekolah. Gak ada yang salah dikamu Dira," balas Sela sambil memegang pundak Dira. "Malah aku pengen kayak kamu, Dir. Kamu pintar, juara kelas, dapat beasiswa lagi."
Tittt... tittttt...
klakson mobil pun berbunyi. Ternyata, Pak Udin yang menjemput Dira. Pak Udin adalah sopir yang ditugaskan Papa Dira untuk menjemput dan mengantarkan ke mana Dira pergi.
"Sel, aku duluan ya. Udah dijemput sama Pak Udin," ucap Dira sambil berjalan kearah mobilnya.
"Ya, Dira. Hati-hati, ya," jawab Sela.
Dira pun masuk ke dalam mobil. Pak Udin segera menjalankan mobil itu. Tak lama kemudian, Pak Udin berhenti disebuah rumah.
Rumah itu tampak lusuh. Pak Udin menyuruh Dira untuk turun dan mampir sebentar ke rumah itu.
Rumah siapa ini? Kayaknya aku belum pernah kesini. Batin Dira.
"Pak, ini rumah siapa?" tanya Dira ke Pak Udin.
"Masuk aja dulu, Non Dira. Nanti dijelaskan," ucap Pak Udin.
Dira pun melangkahkan kaki ke arah pintu masuk. Ia melihat sekeliling rumah itu. Ia merasa asing dan sering bertanya kepada Pak Udin tentang rumah ini. Pak Udin hanya diam, tak menjawab apapun.
Sampai di dalam rumah, terdengar suara wanita dari arah dapur. Sepertinya sedang memasak. Dira pun berjalan ke arah dapur. Menoleh kekanan dan kiri. Lalu berjalan mendekati sumber suara itu. Betapa terkejutnya Dira, ternyata itu Neneknya. Dira langsung berlari menghampiri Neneknya.
"Nenek!!" sapa Dira sambil memeluk Neneknya.
"Cucu Nenek udah besar sekarang. Udah kelas berapa kamu, Cu?" tanya Nenek.
"Dira udah kelas XI SMP, Nek. Tahun ini masuk SMA," jawab Dira. "Kenapa Nenek di sini?"
"Nenek sekarang jaga rumah ini, Dira. Sudah lama ditinggal, sayang tidak ada yang merawat," ucap Nenek.
Dira mendengarkan cerita nenek dengan begitu serius.
"Gimana dengan sekolahmu? Juara kelas gak?" tanya Nenek. "Nenek buatkan susu hangat ya".
"Juara dong, Nek. Kan Dira cucu kesayangan Nenek. Ya pasti samalah kayak Nenek juara kelas," jawab Dira.
Nenek meletakkan gelas berisi susu hangat di atas meja dapur. Dira pun duduk sambil menikmati susu hangat buatan Neneknya. Jam sudah menujukan pukul 14.00 WIB, Dira berpamitan dengan Neneknya lalu bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Dira membuka pintu lalu berlari ke dalam mencari Mama. Sangking penasarannya Dira ingin menanyakan sesuatu tentang Neneknya itu.
"Mama.. Mama..." teriak Dira.
"Ada apa, Dira sayang?" tanya Mama. "Kenapa berteriak seperti itu?"
"Tadi Dira ke rumah baru Nenek, Ma," ucap Dira. "Kenapa Nenek pindah ke sana, Ma?"
"Itu kan rumah Nenek sayang, rumah itu udah lama kosong. Jadi, Neneklah yang tempati sekarang," jawab Mama.
"Jadi, rumah yang kemarin ...."
"Itu rumah Paman Anton, Nak," jawab Mama memotong pembicaraan Dira. "Udah ganti sana dulu pakaianmu."
Dira pun masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya. Lalu, Dira pun pergi ke dapur untuk makan siang. Setelah itu, melanjutkan untuk istirahat.
Jam menunjukan pukul 16.00 WIB, Dira pun memeriksa buku sekolahnya. Ia mengecek satu per satu tugas sekolah. Lalu mengerjakan tugas itu di meja belajarnya. Tak lupa, tugas Rena pun harus ia kerjakan. Setelah siap mengerjakan tugas sekolah, Dira pun pergi bersama Mama ke toko sepatu. Mama membelikan Dira sepatu yang bagus.
"Dira, karena kamu dapat juara kelas. Mama mau beri hadiah. Kamu pilih mau sepatu yang mana?" tanya Mama.
"Yang ini aja, Ma," jawab Dira sambil menunjuk sepatu yang ia mau.
Setelah itu, mereka pun pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Dira kepikiran apa yang akan terjadi besok di sekolah. Rena sudah mengancam Dira akan mempermalukan di depan teman-temannya.
Tapi tugas Rena kan sudahku kerjakan, Rena tidak akan mengancamku lagi.
Dira pun melanjutkan untuk tidur, karena hari sudah malam.
**
Keesokan harinya, Dira berangkat sekolah diantar oleh Papa. Karena, kebetulan Papa melewati jalan yang searah dengan sekolah Dira. Sesampainya di sekolah, ia pun turun dari mobil dan berjalan ke kelas. Rena sudah menunggu di depan pintu kelas. Saat Dira ingin masuk kelas, Rena menghalanginya.
"Mau ke mana anak cupu?" tanya Rena sambil menahan Dira agar tidak masuk. "Kamu tidak ingatkah dengan perkataanku semalam?"
"Tugas kamu udah aku kerjakan Ren, bolehkah aku lewat?" tanya Dira. "Aku ingin masuk menaruh tas dan bukuku."
Tiba-tiba buku yang Dira bawa dijatuhkan oleh Rena.
Brukkk...
Buku itu jatuh, lalu Rena mengambil air mineralnya dan ditumpahkannya air itu kebuku Dira yang terjatuh dilantai.
"Tidaakkk!!" teriak Dira.
"Kenapa kalian jahat kepadaku?" tanya Dira dengan raut wajah sedih.
"Karena kamu itu cu to the pu! Cupu!!" bentak Rena sambil menyipratkan air mineralnya ke wajah Dira.
Teman sekelas Dira pun membantu membereskan buku-buku itu. Mereka sudah biasa melihat kelakuan Rena yang jahat kepada Dira. Lalu Dira meletakkan tas dibangku dan buku yang ia bawa diletakkan dilaci meja.
Bel pun berbunyi. Hari ini pelajaran olahraga. Sela mengajak Dira untuk pergi bersama. Sesampainya di lapangan, Rena memandang Dira dengan sinis. Sepertinya Rena akan merencanakan sesuatu. Pak Guru pun menyuruh mereka berlari keliling lapangan. Kebetulan Rena dibelakang Dira. Rena terus saja menolak Dira, sampai akhirnya Dira terjatuh, dan lututnya terluka.
"Aduh..." lirih Dira kesakitan.
"Dira, kamu gak apa-apa?" tanya Sela. "Dir, yuk kita ke ruang UKS aja. Takutnya ntar kenapa-kenapa."
Sela membawa Dira ke ruang UKS. Sedangkan Rena asyik menertawai Dira yang kesakitan. Sesampainya di ruang UKS, Sela melihat lutut Dira yang berdarah. Segera ia ambil obat merah dan kapas untuk mengobati luka itu.
"Memang jahat tu si Rena, kenapa sih kamu gak lawan aja, Dir?" tanya Sela dengan kesal.
"Aku gak suka ribut, Sel. Makanya aku milih diam," jawab Dira dengan tersenyum.
"Kamu sabar ya, pasti ada masanya si Rena itu kena batunya," balas Sela sambil memeluk Dira.
Jam pelajaran olahraga pun selesai, Dira dan Sela bergegas ke kantin. Lalu seperti biasa, mereka pergi ke perpustakaan untuk belajar. Tiba-tiba ada seorang lelaki tak sengaja menabrak Dira. Hingga buku yang Dira bawa pun terjatuh. Lelaki itu bernama Hari Sanjaya, orang memanggilnya Arsan.
"Maaf.. maaf.. Saya tidak sengaja menjatuhkan buku kamu," ucap Arsan ke Dira.
Dira menunduk menyusun buku itu. Arsan pun ikut membantu menyusun buku yang ia jatuhkan, tak sengaja tangannya menyentuh tangan Dira. Dira pun terkejut, jantungnya berdebar.
Ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar.
Arsan melihat ke arah Dira mereka saling bertatapan. Lalu, Sela datang mengagetkan mereka berdua.
"Hei, lagi pada nga...pa...in...," lirih Sela sambil melihat Dira dan Arsan yang saling bertatapan.
Dira pun segera berdiri dan merapikan rambutnya. Ia meninggalkan Arsan. Arsan pun memandangi Dira saat ia pergi.
Cewek itu kelas berapa ya, kok aku gak pernah jumpa dia. Pokoknya aku harus cari tau.
Bel pun berbunyi. Dira dan Sela segera menuju kelas. Hari ini pelajaran Bahasa Indonesia, mereka disuruh membagi kelompok untuk membuat makalah. Dira memilih bersama Sela teman dekatnya. Selesai pelajaran Bahasa Indonesia, lanjut ke pelajaran Seni keterampilan. Mereka diberi tugas untuk membuat karya seni dari koran bekas.
"Dir, ntar aku ke rumah, ya. Ngerjain sama - sama," ucap Sela.
Dira pun menganggukkan kepalanya.
Rena tiba-tiba datang menghampiri Dira, masih dengan gaya yang angkuh. Rena menjatuhkan tali rambutnya ke lantai. Ia menyuruh Dira untuk mengambilkan tali rambut itu.
"Eh, cupu. Ambilin tu tali rambutku. Cepetan!!" ucap Rena memaksa Dira.
Dira pun mengambil tali rambut Rena yang jatuh itu. Lalu, ia memberikannya ke Rena. Lagi-lagi Rena berniat ingin mengerjai Dira. Saat Dira ingin beranjak dari tempat duduknya, Rena menumpahkan air yang ia bawa kebaju Dira. Sela yang melihatnya spontan memarahi Rena.
"Eh, Ren. Kamu gak ada capek-capeknya gangguin Dira. Kamu mau apa sih!!" bentak Sela ke Rena.
"Gak usah ikut campur urusan orang deh, apa sih enaknya punya teman begini. Ih, dasar cupu!! Lihat nih rambut bau apek," ucap Rena sambil mendorong Dira.
"Hei guys sini!! Kalian mau tau gak, Dira gak pernah pakai parfum!!" teriak Rena kepada teman sekelasnya. "Rambutnya nih lihat guys gak pernah disisir lagi."
"Cu to the pu. Cupu!! Hahahahah," cela Rena sambil tertawa.
Rena dan temannya pun pergi meninggalkan Dira. Sela tetap menguatkan Dira yang terlihat sedih karena baru saja dipermalukan oleh Rena. Sela membawa Dira duduk di bangku depan kelas. Tiba-tiba Arsan yang menabrak Dira di perpustakaan tadi lewat. Dira menunduk agar Arsan tidak melihatnya. Tapi, justru kebalikan. Arsan melihatnya dan menghampiri Dira. Melihat Arsan datang, Sela pun masuk ke dalam kelas.
"Hei, akhirnya jumpa lagi sama kamu. Tadi aku belum sempat menanyakan namamu. Boleh aku tau sekarang?" tanya Arsan ke Dira.
"Aku Indira," jawab Dira singkat.
"Oh, aku Hari Sanjaya, biasa orang manggil Arsan. Maaf, aku mau nanya ruang Tata Usaha di mana, ya? Karena aku anak baru jadi gak tau," tanya Arsan lagi.
"Di sebelah ruang kepala sekolah, kamu tinggal lurus aja," jawab Dira.
"Aku tidak tau. Ayo, antarkan aja aku ke sana biar gak nyasar," ucap Arsan.
Dira pun berdiri lalu, mengantarkan Arsan menuju ruang Tata Usaha. Arsan heran melihat Dira yang murung, cemberut bahkan tidak menanyakan apapun ke Arsan.
"Kamu sakit? Lapar? Atau ada masalah?" tanya Arsan heran.
Dira cuma menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu tidak mau ngobrol denganku, Dira?" tanya Arsan. "Apakah aku mengganggumu? Atau kamu sudah punya pacar?"
"Kenapa kamu mau ngobrol dengan aku yang cupu ini, harusnya kamu malu. Semua orang mengatakan aku ini cupu, kampungan, norak!! Pacar? siapa yang mau menyukaiku, kamu lihat sendiri, aku ini cupu!!" jawab Dira.
"Cupu apanya?" tanya Arsan. "Bukankah anak sekolahan harusnya seperti kamu ini? tidak berlebihan".
Dira cuma diam tak menjawaba apapun. Sesampainya di ruang Tata Usaha, Dira langsung pergi meninggalkan Arsan.
Kring... kring...
Alarm berbunyi, suara kicauan burung pun terdengar bising membuat Dira terbangun dari tidurnya. Dira terduduk diatas kasur sambil mengambil jam diatas meja belajarnya. Dira terkejut, karena sudah pukul 06.30 WIB, Dira langsung berdiri dan segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Hari ini Ujian Nasional Dira. Dira pun sarapan dengan terburu-buru, karena takut terlambat ke sekolah. Lalu, ia langsung berangkat sekolah diantar Pak Udin.
"Pak, buruan. Agak cepat, ya. Udah hampir jam 7 nih, takut terlambat," ucap Dira.
"Baik, Non Dira," jawab Pak Udin.
Sesampainya di sekolah, Dira langsung berjalan kearah kelas. Arsan melihat Dira dari kejauhan. Tiba-tiba Arsan membuntuti Dira dari belakang. Dira begitu cuek ketika Arsan mengikutinya.
"Hei, Dira," sapa Arsan. "Cepat banget kamu jalannya, barengan dong."
"Buru-buru soalnya, mau sambung belajar di kelas. Soalnya tadi telat bangun," jawab Dira.
"Kamu ruangan mana, Dir?" tanya Arsan.
"Gak tau, ini mau nyari. Aku duluan, ya...," ucap Dira.
Dira pun meninggalkan Arsan. Tiba-tiba Dira melihat Sela sedang berdiri di ruang mading, Dira segera datang menghampiri Sela. Ternyata, Sela sedang menunggu kedatangan Dira. Mereka pun berjalan menelusuri satu per satu kelas, mencari ruangan ujian. Dira dan Sela pun mencari namanya di ruang 1 tapi tidak ada, lanjut sampai ke ruang 3, akhirnya ada nama Dira dan Sela di sana. Tanpa sengaja, Arsan juga 1 ruangan dengan Dira.
"Eh, ketemu kamu lagi, Dir" sapa Arsan.
"Ya, Ar. Lagi nyari namaku nih. Eh, aku ruangan ini," balas Dira.
"Sama dong, Dir. Jangan-jangan..." ucap Arsan.
"Jangan-jangan kamu yang mindahin namamu kesini, Hahahah," jawab Dira sambil tertawa.
Bel pun berbunyi, mereka langsung memasuki ruangan ujian. Lalu mencari tempat duduk mereka masing-masing. Dira dan Arsan pun duduk bersebelahan. Dira pun mengambil peralatan ujiannya dari dalam tas dan meletakkannya diatas meja. Pengawas pun masuk dan membagikan soal ujian dan lembar jawaban. Dira pun dengan santai mengerjakan soal itu.
Bel kembali berbunyi menandakan waktu ujian telah habis. Setelah selesai mengumpulkan soal ujian, Dira dan Sela pun keluar dari kelas berjalan ke arah halte. Tiba-tiba Arsan berlari ke arah mereka berdua.
"Dira tungguin dong!!" ucap Arsan sambil berlari.
"Eh, kenapa, Ar? Kok lari-lari gitu, kamu jogging? Hahaha," tanya Dira sambil tertawa.
"Jogging apaan, kok kalian gak mau nungguin aku. Main pergi aja," jawab Arsan.
"Ya, habisnya gak ngomong. Mana kita tau kan, Sel," ucap Dira ke Sela.
"Betul tu, kamu aja gak ngomong ke kita kalau mau barengan," ucap Sela.
Mereka pun berjalan kearah halte, sambil menunggu jemputan. Tak lama kemudian, Sela pun pulang. Tinggal Dira dan Arsan yang duduk di halte.
"Dir, rumah kamu di mana emangnya?" tanya Arsan.
"Di jalan Anggrek," jawab Dira.
"Gak terlalu jauh, pulang bareng aku aja, yuk!" ajak Arsan.
"Loh, kamu gak dijemput?" tanya Dira. "Kalau tau gitu kan mendingan kamu pulang, aku kira kamu dijemput."
"Aku bawa motor, Dir. Lagian rumah aku dekat kok dengan sekolahan. Mau ya aku antar," ajak Arsan lagi.
"Gak usah, nanti Pak Udin yang jemput. Kamu pulang aja, aku gak apa-apa kok. Palingan bentar lagi..."
Tittt.. tiittt..
Suara klakson mobil terdengar. Dira pun berjalan kearah mobilnya.
"Arsan, aku duluan, ya," ucap Dira.
"Ya, Dir. Hati-hati dijalan," jawab Arsan.
Arsan memandangi Dira tak berkedip, sepertinya Arsan mulai menyukai Dira. Arsan pun segera pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, ia masih penasaran dengan Dira. Ntah kenapa, tatapan Dira membuatnya jatuh hati. Arsan membuka instagram untuk melihat foto Dira di sana.
"Namanya Indira, baik aku coba cari. Oh.. ini dia, yes dapat instagramnya. Klik follow...," lirih Arsan.
Selang beberapa menit, Dira mem-follback Arsan.
"Wah, difollback Dira. Jangan-jangan, Dira juga naksir sama aku, hihihi," gumam Arsan.
Arsan pun menuju kamar untuk mengganti seragamnya. Ia masih sibuk dengan ponsel yang ia pegang. Karena masih penasaran, ia pun coba memulai komunikasi lewat DM instagram.
[Arsan : Indira?]
[Dira : Ya, kenapa?]
[Arsan : Aku Arsan, kenal gak?]
[Dira : Ya kenal dong, Arsan yang di sekolah tadi, kan?]
[Arsan : Yoi, Dir. Heheheh]
[Dira : Ya udah, aku off dulu, Ar. Mau tidur siang. Bye...]
[Arsan : Bye.. Dira...]
Percakapan melalui instagram pun berakhir. Arsan kesal karena gagal mendapatkan nomor ponsel Dira. Akhirnya, ia memilih untuk mencari tahu melalui Sela.
"Oh... Sela pasti punya nomor HP Dira. Pokoknya harus dapat hari ini," ucap Arsan.
Lalu ia membuka instagram lagi, tanpa basa-basi Arsan langsung meminta nomor ponselnya Dira.
[Arsan : Sel, minta nomor HP Dira.]
[Sela : Ih, kamu ya. Gak bisa basa-basi dikit gitu. Nge-DM cuma minta nomor HP. Males banget mau ngasih nomor Dira.]
[Arsan : Aku gak pintar basa-basi, Sel. Cepetan dong...]
[Sela : Traktir besok di kantin. Gimana?]
[Arsan : Ya, aman itu. Buruan...]
[Sela : 088112213443 itu.]
Setelah Arsan mendapatkan nomor ponsel itu, ia langsung menelepon. Saat telepon diangkat, ternyata bukan Dira. Melainkan Papanya. Arsan panik lalu mematikan telepon itu secepat mungkin.
"Ah, Sela ngerjain aku rupanya...," lirih Arsan.
Hari ini Arsan gagal mendapatkan nomor ponsel Dira. Akhirnya, ia iseng mencari tahu alamat rumah Dira. Beberapa jam berlalu, Arsan pun mendapat alamatnya. Arsan memaksa langkah kakinya untuk menuju alamat yang ia dapat.
"Alamatnya Jalan Anggrek No. 12, baiklah aku segera meluncur...," lirihnya.
Arsan menuju teras rumah, lalu menghidupkan sepeda motornya. Melihat Adiknya yang lewat dihadapan Arsan, ia langsung menarik tangan Adiknya untuk ikut bersamanya. Arsan membuka ponsel, lalu mencari alamat melalui Google maps agar tidak nyasar. Lima menit perjalanan, ia menemukan alamat yang ia cari.
"Nah, bener ini jalan Anggrek, masuk ke dalam lagi. Hah, ini dia no. 12..," gumam Arsan.
Arsan turun dari sepeda motornya, ia mengintip dari sela-sela pagar rumah. Terlihat Dira sedang menyiram bunga yang ada di halaman rumahya. Tiba-tiba saja, ada yang menepuk-nepuk punggung Arsan dari arah belakang. Ia mengira bahwa itu adalah Adiknya. Karena tepukan itu tak kunjung berhenti, Arsan pun membalikkan badan. Arsan mematung, ternyata itu bukan Adiknya melainkan Papa Dira.
"Ngapain kamu di sini? Ngintip anak gadis saya, ya!!" gertak Papa Dira.
"Ti... Tidak, Om. Saya lagi cari alamat rumah. Ma...Maaf, Om. Saya permisi kalau begitu," jawab Arsan lalu menyalami Papa Dira.
Adik Arsan tertawa terbahak-bahak melihat Kakaknya yang ketakutan, mereka pun segera meninggalkan tempat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!