The Magic Of Fantasy
Episode. 1
Hujan merintik disaat Risa berjalan meninggalkan lapang sekolah dengan kaki kiri yang tidak lagi bersepatu. Dia tidak mampir ke kelas untuk mengambil tasnya yang mungkin jam pelajaran sudah mulai. Uh dipikir pikir ini pelajarannya bu Sofi, guru yang teramat galak dan sangat membencinya.
Kembali ke Risa yang di sepanjang jalannya mengeluh dan terus mengeluh atas semua yang di terimanya ini.
Dia berteduh di sebuah halte tua karatan yang mungkin tidak ada lagi yang memakainya karena kota metrapolitan ini sudah banyak yang bisa dilakukan online sampai memesan taxi.
Bukan begitu bus atau angkutan kota dilupakan! Ya Risa sedang menunggu Pajero berwarna hijau.
Tapi di selang menunggunya dia mengingat keluhan dan nasib buruknya lagi.
Thrisya Natresia
Kenapa hidup gue begitu mengenaskan?
//gumamnya sambil menatap langit yang masih menangis dan semakin menderas
Mungkin bisa di bilang Risa orang yang sangat menyedihkan.
Gimana gak menyedihkan satu minggu ini adalah hari yang sangat melelahkan dan baginya ini bukan sebuah hal yang harus disyukuri tapi dinikmati.
Risa bukan seperti cewek jaman sekarang yang bisa tidur dari jam sembilan malam sampai jam lima pagi, atau lebih tepatnya begadang untuk maraton nonton Drama Korea dan melihat Artis haluan cewek-cewek di Youtube. Bukan pula main game seperti laki-laki pada umumnya.
Thrisya Natresia
//siapa juga yang nggak bakal depresot habis di fitnah dan terancam di keluarin dari sekolah?//
Baru 3 hari lalu ada seseorang yang memasukan sebuah narkoba ke tas dan itu hari penggeledahan barang murid.
Ya kali di fitnah diem, Risa pernah mengungkapkan unek-uneknya tentang sekolahannya itu. Nyari mati;!
Ya hari berikutnya dia tidak sekolah, dan diam di asrama khusus beasiswa.
Dan hari berikutnya dia di bully oleh beberapa murid kelasnya yang melempar sepatu ke genting sekolah. Ya kalian tahu di awal.
Thrisya Natresia
Huh, ngantuk
Thrisya Natresia
Tapi gue gak bisa tidur disini, di kira orgil lagi nanti, hoammm
//menguap
Dia pintar tapi kadang koslet sementara otaknya itu, apalagi kalau lagi ngebahas kehidupannya.
Kalau Risa tidur di asrama keluarganya gimana? Dia nggak punya keluarga, dia hidup sendiri.
Awalnya mungkin diurus panti asuhan dijalan Cemara, tapi nggak berlangsung lama Risa kabur hingga alur membawanya ke Jakarta.
Thrisya Natresia
Andai gue punya kantong ajaibnya doraemon, mungkin dari dulu gue pindah ke kota awan!
Tiba-tiba mobil berwarna hitam berhenti di depan halte.
Thrisya Natresia
//tak ada kantong doraemon, dia pun jadi//
Kaca nya turun dan nampak seorang pria yang bahkan bisa dikatakan dia mirip oppa Korea. Aduh Korea lagi Korea lagi:)
Unknow
Mbak mau nanya dong!
Thrisya Natresia
Hah?
//berdiri
Unknow
MBAK GUE MAU NANYA!!
//berusaha mengalahkan ributnya suara hujan
Thrisya Natresia
Adek bukan mbak, sakate-kate lo ngomong!!
//melotot
Thrisya Natresia
MANGGIL NYA ADEK BUKAN MBAK!!
Unknow
Ish, mba—maksudnya dek boleh nanya, nggak?
Thrisya Natresia
Boleh, kalau lo mau nanya gue jomblo jelas dari orok gue jones
//agak berteriak
Unknow
Dih, cewek jaman sekarang pacar pacaran mulu
Thrisya Natresia
Dari pada lo gak nikah-nikah, buahahaha
Thrisya Natresia
//kena mental gak tuh?//
Unknow
//sialan ni cewek//
Unknow
Mau nanya doang, Perumahan Asri dimana? Gue pernah kesini waktu tahun gajah, nah sekarang kan jaman manusia meresahkan, gue lupa lupa gitu
Thrisya Natresia
Hng...
//berfikir
Thrisya Natresia
Tapi tempe
//menjulurkan lidah yang artinya meledek
Thrisya Natresia
Ada gitu, Perumahan Asri? Perasaan Cinta kali!
Unknow
Eh buset, gue kira lu tahu, ternyata kagak tahu ternyata.
Thrisya Natresia
Eits, tunggu!!
Tadinya kaca mobil mulai naik tapi dia mengurungkan niatnya dan kaca turun kembali.
Thrisya Natresia
Cuman ... gitu doang?
Unknow
Terus gue harus gimana?
Thrisya Natresia
Apa, kek, malah nanya ama gue?!
Unknow
Lah, lo kok yang nge-gas, sih?!
//aneh sekaligus kaget
Tapi saat cowok itu melihat penampilan Risa dari atas sampai bawah lalu menjentikan jari seperti baru menyadari sesuatu.
Unknow
Ah, ya. Berhubung lo ketemu cowok seganteng gue dan baik hati pula, jadi,
//menggantung kalimat
Cowok itu menyodorkan sebuah kantung plastik transparan dan terikat diatasnya. Ya dilihat sih ada kotak gitu didalamnya
Unknow
Nasi kotak, masih baru dan masih hangat. Nggak tau juga?
Thrisya Natresia
Tau sih, tapi maksud lo ngasih ini apa?
Unknow
Buat lo. Hitung-hitung sedekah.
Unknow
Gini, jadi tadi gue baru dari undangan pernikahan my best friend tapi gue buru-buru akhirnya gue bekal ajah. Walau gue nggak suka nasi beginian, jadi buat lo aja. Lumayan, kan, nasi kotak gratis? Jarang-jarang nih gue beramal.
Thrisya Natresia
Gue bukan gelandangan!
Unknow
Orang gila juga ngakunya bukan orang gila. Kalau nggak gitu, rumah sakit jiwa penuh ama pasiennya!
//mata tertuju ke kaki Riaa yang masih nyeker
Thrisya Natresia
Ini nggak kayak yang lo lihat!
Unknow
Nggak mau nih? Ya udah, masih banyak yang nerima sejauh mata memandang.
Thrisya Natresia
Tapi berhubung dari roman-romannya muka lo kelihatan kek seorang pendosa, gue beri lo kesempatan untuk mengurangi dosa dan menambah pahala
//berucap cepat sebelum kesempatannya mendapat nasi kotak hangat benar-benar musnah ditelan bumi.
Melihat kode menunggu dari cowok itu, Risa secepat kilat mengambil bungkusan yang mungkin sudah terkontaminasi oleh air hujan yang membasahi kantung plastik dan kotak didalamnya.
Dengan senyuman manisnya, dia berterimakasih dan menunggu cowok itu turun dan menawarkan tumpangan macam cerita-cerita cinta di film atau novel.
Unknow
Semangat, ya Bro—eh maksud gue, Dek!
Thrisya Natresia
//mengangguk lalu tersenyum
Mungkin inilah saatnya kisah rekaya Risa berawal, dimana cowok itu meminta nomor handphone nya dan mereka menjadi dekat hingga akhirnya semakin sering bertemu dan mengatakan jatuh cinta diakhir.
Tapi perkiraannya meleset total disaat cowok itu menginjak pedal gas, dan meninggalkan Risa yang sontak dibuat terbengong-bengong.
Thrisya Natresia
Jangan iri, jangan iri dengki☺
Thrisya Natresia
//kembali duduk
Thrisya Natresia
Gue terpedaya oleh sinetron, sad bet
//gumam
Tapi matanya teralih ke nasi kotak dan membukanya.
Thrisya Natresia
Emhh harum banget nih
//mulai makan
Thrisya Natresia
//lumayan, hangat pengganjal ginjal, salah maksudnya perut//
Nama: Thrisya Natresia/Risa
Umur: 16 tahun
Hobi: Mengeluh dan meratapi nasib, terakhir; makan hal utama
PINTER TAPI SUKA BANGET NGEBUG;"
Episode. 2
Sambil menyantap nasi kotak, dia kembali merenungi nasibnya.
Thrisya Natresia
Aish, nggak enak kalau gue masih hidup di dunia ini
//menghela napas
Di pikir-pikir Risa anak sebatang kara. Salah satu alasan dia dibenci banyak orang karena matanya. Berbeda, sebelah ungu dan sebelah coklat seperti biasanya manusia yang terlahir dipermukaan Indonesia. Hem, tapi udah pake lensa coklat sebelah, keajaiban mulut ke mulut yang membuat itu sampai ke lingkungan sekolah.
Dan dia juga selalu dimarahi di panti asuhan karena sudah membakar ruang lab personal milik Pemerintah. Entah Risa tidak mengerti kenapa api bisa ada di buku yang baru saja dia pegang.
Bukan itu saja, benda-benda melayang jika setiap kali dia marah.
Baru satu kata yang terlontar, tiba-tiba terdengar decitan ban mobil yang membuat cewek berambut hitam ini menoleh.
Ada anak kecil ditengah hamparan hujan. Yang disoroti lampu mobil
Thrisya Natresia
Gak, Risa!! belum waktunya lo jadi pahlawan
//ngomong ke diri sendiri tapi terus menatap anak kecil itu
Di karenakan Risa tetap manusia yang punya empati, dia berlari secepat mungkin dan mungkin bajunya kembali basah.
Sedangkan mobil itu tidak berhenti. Mungkin udah jelas hujan dan mendung, jadi cuman mengandalkan lampu sorot.
Thrisya Natresia
//ngedorong anak kecil
Suara lemparan keras dan membentur aspal. Dan di ikuti itu, suara rem mobil terdengar jelas.
Risa terseret lalu terpental sampai 5 meter.
Darah menjadi tapak disepanjang jalan yang di laluinya.
Thrisya Natresia
//terkapar tak berdaya
Darah mengalir dari sekujur tubuh dan guyuran hujan melebarkan warna merah disekelilingnya.
Thrisya Natresia
Mungkin gue nggak beruntung
//senyum terlukis di wajahnya
Risa terus menerus menatap mobil yang berhenti. Tapi disana tidak ada tanda kehidupan atau seseorang keluar dari sana.
Apa mungkin pengendara mobil itu pingsan saking syok berat melihat ini? Entah, semua bisa terjadi tanpa terduga.
Namun pandangannya teralih ke anak kecil yang berdiri tegak sempurna dengan senyuman menyeringai
Thrisya Natresia
//apa...dia baik-baik aja?//
Masih sempat-sempatnya membatin bertanya tentang orang lain dan nggak sadar ke diri sendiri.
Anak kecil itu mendekat dan tangisan berwarna merah mengalir dipipinya.
Bercampur antara tangisan dan air hujan
Thrisya Natresia
Da..darah
//gumam
Ternyata orang yang ditolongnya itu bukan manusia melainkan seorang hantu penasaran yang tinggal dan jadi penunggu di jalan itu.
Mati konyol; Mati Menolong Setan, jhaha.
Thrisya Natresia
//bodoh Risa!! Bodoh!!//
Tapi langkah anak kecil itu terhenti dan menghilang
Bersamaan dengan itu langkah kaki terdengar dan berdengung di telinga.
Dengan susah payah, Risa ingin berkata sesuatu tapi rahangnya bagai membeku.
Naluri manusia tetap akan meminta pertolongan walau tahu hidupnya di penghujung dunia.
Thrisya Natresia
To..long
//lirihan itu pelan dan mungkin sulit terdengar
Pria atau wanita itu belum pasti, tapi orang yang jongkok didepannya ini bertudung hitam dan berwajah samar.
Unknow
Apa dia yang harus aku tolong?
//mengernyit
Thrisya Natresia
//memegang lantai beraspal yang dingin dan basah
Unknow
Manusia emang sangat menyusahkan!
Thrisya Natresia
To..long
//mata semakin merabun
Unknow
Kau harus mengerti sesuatu,
//menggantung kalimat
Unknow
Merendah untuk meroket lalu menetap
//bisik sambil membelai pipi dingin Risa
Itu kalimat yang terakhir Risa dengar sebelum kegelapan menuntunnya untuk menutup mata, menyedotnya hingga ke dasar palung mariana.
Episode. 3
Suara tirai jendela yang ditarik terbuka dan sinar mentari memasuki ruangan.
Kicauan burung mulai terdengar dan perlahan mata Risa terbuka sebari mengernyit tanpa suara.
Saat benar membuka mata, Risa mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Terasa seperti sebuah museum antik, ruangan penuh lukisan dan juga alat-alat tulis dengan satu helai bulu dan tinta.
Tapi tersadar ternyata dia tidak sendiri. Ada sesosok laki-laki terduduk disebalik kursi yang membelakanginya
Thrisya Natresia
//gue dimana? tempat apa ini?//
Mungkin sudah meluncur kata-kata didalam hati Risa salah satunya, dia Tampan dan seorang Bidadara dunia membuat dia terperangah.
Muka yang tidak ramah itu terkesan dingin dan tidak berperasaan. Tapi ada suatu dengan sorot matanya yang tampak hangat.
Unknow
Seharusnya lo baik baik aja, tapi gue perlu memastikan. Lo ingat nama lo?
Unknow
//mengerutkan halis
Thrisya Natresia
Thrisya Natresia
Unknow
Oh oke, by the way kenalin nama gue...
Julian Geogro
Julian Geogro. Lo bisa panggil gue Julian
//tersenyum
Unknow
Sebenarnya, kamu tidak harus memperkenalkan dirimu kepadanya.
Suara lain terdengar menyela, reflek Risa dan Julian menoleh.
Dia berdiri di ambang pintu.
Lagi-lagi Risa dibuat terperangah. Disana sesosok gadis dengan rambut panjang yang dicat army bagian bawah sedang berdiri. Sama seperti Julian awalnya raut mukanya tidak ramah tapi terlihat jelas kelihatan tidak senang.
Julian Geogro
Dia tidak keberatan tahu namaku. Tapi yah, aku tidak berniat berdebat denganmu, Siska
//beranjak dari kursi dan berjalan ke arah ambang pintu
Tapi berhenti sejenak dan melirik malas orang yang dia sebut Siska itu.
Julian Geogro
Silahkan. Jelas dia butuh penjelasan yang merinci Nona Siska
Julian meninggalkan ruangan dan Siska masuk
Suara pintu yang tertutup
Dibilang bingung ya ini sangat membingungkan. Risa hanya bisa terdiam dan berfikir absurd.
Siska Geogro
Nama gue Siska Geogro. Nama lo Risa, tepatnya Thrisya Natresia
//menatap tajam dan terduduk di tepi ranjang
Thrisya Natresia
//ngangguk
Thrisya Natresia
Gue dimana?
//walau hati ragu untuk bertanya tapi itu harus ditanyakan
Siska Geogro
Lo ada di perbatasan antara dunia manusia dan dunia XIO
Thrisya Natresia
Hah? Apa lo bilang tadi? du... dunia XIO?
Siska Geogro
Ya, XIO adalah sebuah dunia yang nggak akan lo kira. Didalamnya penuh dengan orang yang berbakat dengan kekuatan magis mereka masing-masing.
Thrisya Natresia
//gak ngerti gua, mau balik😭//
Siska Geogro
Lo bisa kembali, tapi lo tau sendiri kalau lo nggak akan bisa hidup normal apalagi tanpa keluarga
Thrisya Natresia
Tahu apa lo tentang gue!!
Siska Geogro
Banyak hal
//berdiri
Siska Geogro
Lo pintar tapi sayangnya lo nggak punya hal selain mengeluh disetiap saat
Thrisya Natresia
Bukan mengeluh tapi faktanya gitu
//berdengkus kesal
Siska berbalik dan menatap lekat Risa.
Siska Geogro
Gue kasih 2 pilihan, kembali dan nikmati keluhan lo atau menetap dan mulai memahami takdir lo
//serius
Thrisya Natresia
Lo ngasih pilihan ke gue yang gak ngerti apa-apa? Cobaan macam apa ini!
Siska Geogro
Makanya lo bisa menetap dan mema__
Pintu terlepas dari engselnya dan hembusan angin melingkupi ruangan
Thrisya Natresia
Khuk khuk
Siska Geogro
SIAPA YANG BERANI MERUSAK PINTU RUMAH GUE❄
//marah bahkan tatapan mata mematikan kornea berubah warna menjadi merah terang
Unknow
Gua❄
//balas lebih dingin masuk dengan aura yang sangat pekat
Siska Geogro
What the hell, Julian?!
Seruan kesal Siska langsung direspons oleh Julian yang kini ikut muncul di ambang pintu—ralat, yang sudah tidak berpintu. Tidak seperti tadi, dari raut wajahnya, Julian kelihatan jengkel.
Julian Geogro
Believe me, Sister, I tried! Siapa yang bisa menahan dua bocah ini?
bukan hanya satu orang tapi dua orang dengan salah satunya membawa toples
Risa terpana, tidak bisa berkata kata dan tidak bisa menahan menatap dua anak yang dimaksud Julian lebih lekat.
Sebetulnya, tidak tepat menyebut mereka 'anak'. Dilihat-lihat kemungkinan besar mereka seumuran dengan Risa.
Siska Geogro
Aku baru saja merenovasi tempat ini
//memijat pelipis berusaha tenang
Unknow
Gua nggak mau basa-basi, panggil lucifer sekarang!!
Siska Geogro
Berani banget 2 bocah keluarga Danxel merintahku dengan angkuh seperti itu!!
Daniar Danxel Simatria
Gue gak suka main-main siska, lo mau mati lebih cepat?
//ancaman yang gak bisa diragukan kebenarannya
Dante Danxel Simatria
Panggil aja, susah banget hidup lo kak!
Siska Geogro
Huh mungkin hanya kau yang bisa aku ajak bicara
Dante Danxel Simatria
Nggak juga
//memalingkan wajah
Hal yang bisa disimpulkan Risa dari kedua orang ini. Mereka kembar tapi ada hal yang berbeda.
Daniar lebih tegas dan tidak mau dipermainkan, dipikirannya lebih cepat lebih baik. Rambut putih berpias krem, bola mata berwarna biru tua bergaris ungu dan suka keributan.
Sedangkan Dante orang yang lebih santai dan to the poin. Rambut berwarna coklat tua, bola mata berwarna ungu tua bergaris biru dan lebih suka hal yang menarik perhatiannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!