NovelToon NovelToon

Terlambat Mencintaimu

Bab 1

"Sudahlah, Bu. Berhenti memikirkan dan membicarakan orang itu lagi, aku tidak suka," ucap seorang gadis yang sedang duduk di meja makan sambil menikmati nasi pecelnya.

"Tapi, Nak—" jawab ibunya yang kemudian dipotong oleh putrinya lagi.

"Aku tidak butuh siapapun selain ibu. Aku sangat menyayangimu, jadi berhenti memikirkan orang yang tidak memikirkan kita sedikitpun," tegas gadis itu dengan mengarahkan pandangannya pada ibunya yang juga sedang menatapnya sendu.

"Tapi, Al. Saat kau menikah nanti, kau butuh ayahmu untuk jadi wali." Ibu Yuni masih terus berusaha membujuk putrinya.

"Ibu, kita tidak tau di mana keberadaan orang itu sekarang. Kita juga tidak tau apakah dia masih hidup atau tidak, dia sama sekali tidak pernah mengurus atau mencariku sekalipun. Jadi biarkan saja, anggap saja orang yang ibu bilang ayahku itu hilang atau sudah mati kalau aku nikah," jawabnya sambil menaikkan bahunya.

Ya, dia adalah Alina Putri, seorang wanita cantik, supel, dan pintar yang sudah berusia 24 tahun. Ayah dan ibunya bercerai saat dia masih berusia 7 tahun. Ayah Alina berselingkuh dan lebih memilih selingkuhannya.

Alin panggilan akrab untuk wanita cantik berkulit putih itu, dibesarkan oleh ibu yang sangat menyayanginya. Setelah proses perceraian selesai, ibu Yuni dan Alina pindah dari Solo ke Jakarta menempati rumah peninggalan kakek Alina. Ibu Yuni membuka rumah makan sederhana agar tetap bisa menjaga Alina kecil dan tetap bisa mendapat penghasilan.

Perceraian kedua orang tuanya itu, membuat Alina tumbuh menjadi anak yang mandiri dan pekerja keras, dia tidak ingin menjadi beban bagi ibunya yang harus banting tulang seorang diri. Dari kecil dia belajar dengan giat agar bisa berprestasi di sekolah. Cita-citanya ingin bisa mendapat beasiswa penuh hingga lulus kuliah, dan bekerja di perusahaan ternama sebagai seorang staf kantor.

Alina terlihat selalu ceria, entah memang dia orang yang masa bodo atau dia hanya ingin menyembunyikan lukanya, yang pasti dia sangat bersyukur atas hidupnya sekarang. Dia bisa memiliki rumah, orang yang menyayanginya, menjadi pekerja kantoran yang sudah dua tahun dia jalani dengan senang hati karena dia merasa nyaman dan menyenangkan. Belum tentu orang lain bernasib sebaik dirinya sekarang, pikirnya.

Sampai hari yang menurutnya paling sial dalam hidupnya itu tiba dan menghancurkan kebahagiaan yang dengan susah payah dia dapatkan. Hari dimana dia harus berhadapan dengan laki-laki tak berperasaan. Reyhan Wijaya, pria berusia dua puluh delapan tahun dan juga seorang CEO yang baru saja menjabat selama 5 bulan. Terkenal dengan sifatnya yang dingin dan angkuh.

Dia adalah satu-satunya pangeran dari keluarga Wijaya yang terkenal di dunia bisnis dalam dan luar negeri. Dia memiliki ketampanan yang memabukkan, membuat para wanita tergila-gila dan mau antri untuk menjadi teman kencannya. Tapi, tentu saja itu hanya angan-angan mereka. Karena untuk bisa menyentuh tangannya saja merupakan kesempatan yang sangat langka.

Sifat dingin yang Reyhan tunjukkan pada orang-orang ini sudah ada sejak dia kecil, tapi tidak berlaku untuk keluarga dan seorang wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang sudah tiga tahun mengisi hatinya, yang Reyhan pikir akan menjadi tempatnya berlabuhnya. Hingga 6 bulan yang lalu, tidak ada angin, tidak ada hujan, petir, ataupun guntur, tiba-tiba dia pergi begitu saja meninggalkan Reyhan dan memilih menikah dengan laki-laki lain. Mantan kekasihnya itu hanya mengirim sebuah pesan singkat padanya yang tertulis 'tidak ingin hidup miskin bersamamu'.

Tentu saja kalian bisa bayangkan bagaimana perasaannya saat itu. Sakit, Kecewa, marah semuanya bercampur menjadi satu menimbulkan luka menganga di hatinya.

Sejak saat itu pandangan Reyhan terhadap wanita bertambah, jika dulu dia hanya berpikir wanita itu lemah, sekarang menjadi lemah dan mata duwitan. Dia sangat malas berhubungan dengan wanita-wanita centil yang mengincar hartanya saja. Reyhan menyibukkan diri dengan pekerjaannya, dia bertekad ingin membuat mantan kekasihnya itu menyesali keputusan yang telah dia buat.

Bersambung ....

Reyhan Wijaya - 28 tahun

CEO yang baru saja menjabat selama 5 bulan. Terkenal dengan sifatnya yang dingin dan angkuh. Dia adalah satu-satunya pangeran dari keluarga Wijaya yang terkenal di dunia bisnis dalam negeri dan luar negeri. Dia memiliki ketampanan yang memabukkan, membuat para wanita tergila-gila dan mau antri untuk menjadi teman kencannya. Tapi, tentu saja itu hanya angan-angan mereka. Karena untuk bisa menyentuh tangannya saja merupakan kesempatan yang sangat langka.

Sifat dingin yang Reyhan tunjukkan pada orang-orang ini sudah ada sejak dia kecil, tapi tidak berlaku untuk keluarga dan seorang wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang sudah 3 tahun mengisi hatinya, yang Reyhan pikir akan menjadi tempatnya berlabuhnya. Hingga 6 bulan yang lalu, tidak ada angin, tidak ada hujan, petir, ataupun guntur, tiba-tiba dia pergi begitu saja meninggalkan Reyhan dan memilih menikah dengan laki-laki lain. Mantan kekasihnya itu hanya mengirim sebuah pesan singkat padanya yang tertulis 'tidak ingin hidup miskin bersamamu'.

Tentu saja kalian bisa bayangkan bagaimana perasaannya saat itu. Sakit, Kecewa, marah semuanya bercampur menjadi satu menimbulkan luka menganga di hatinya.

Sejak saat itu pandangan Reyhan terhadap wanita bertambah, jika dulu dia hanya berpikir wanita itu lemah, sekarang menjadi lemah dan matre'. Dia sangat malas berhubungan dengan wanita-wanita centil yang mengincar hartanya saja. Reyhan menyibukkan diri dengan pekerjaannya, dia bertekad ingin membuat mantan kekasihnya itu menyesali keputusan yang telah dia buat.

Bersambung ....

##########

Happy reading gaess.

Tolong

Hari ini Reyhan terlihat begitu mabuk dan kacau. Dia keluar dari sebuah klub malam dengan sempoyongan dan masuk ke dalam taksi yang sudah sedari tadi menunggunya di depan pintu klub.

"Ke perusahaan Wijaya, cepat!" ucapnya pada supir taksi.

"Baik, Pak." Sopir taksi itu melirik takut ke arah spion, memastikan penumpang yang sedang mabuk berat itu tidak berbahaya.

"Kita sudah sampai, Pak." Reyhan berjalan dengan gontai masuk ke kantornya, menyusuri koridor menuju ruangannya.

Malam ini sangat melelahkan bagi Alin, dia harus lembur mengerjakan laporan akhir bulannya seperti biasa.

"Gila! sudah setengah sembilan baru selesai. Sepi banget lagi, harus cepet pulang ni." Alina berjalan dengan cepat, selain karena sudah malam dia juga takut dibuntuti Mbak Kun atau Mas Cong penunggu gedung.

Langkahnya terhenti saat melihat laki-laki di depannya dengan tampilan yang kacau, betapa terkejutnya dia saat mendapati laki-laki itu adalah bosnya yang sedang menatap tajam kearah Alina.

"Pak Reyhan baik-baik saja?" tanya Alina ragu-ragu.

"Kenapa kamu disini?" Suara datar dan terkesan seperti menghardik itu membuat Alina sedikit terkeju.

"Saya baru saja menyelesaikan laporan bulanan pak, saya permisi dulu, Pak."

Wah ... nggak beres ini kayaknya harus cepet kabur! batin Alin dan segera beranjak pergi.

Tangannya tiba-tiba ditarik Reyhan dengan kuat membuat Alin mundur dan berhadapan dengan bosnya itu dengan sangat dekat, kini ketakutan meliputi pikiran Alin saat melihat tatapan tajam laki-laki dihadapannya itu.

"Pak, tolong lepaskan tangan saya, ini sakit," rintih Alina sambil mencoba memutar tangannya agar terlepas.

Reyhan menyeret Alin dengan kuat, entah apa yang sebenarnya ada dipikirannya saat ini.

"Pak saya mohon lepaskan saya! Apa salah saya pak?"

"Saya mau dibawa kemana pak?"

Alina berusaha meronta agar bisa lepas dari cengkeraman Reyhan tapi tentu sia-sia saja.

ceklek! bruug!

Alina dihempaskan ke ranjang yang ada di ruangan Reyhan di sana ada ruang istirahat khusus Reyhan seperti kamar pada umumnya, air mata sudah membasahi pipinya yang mulus dan ketakutan terlihat dengan jelas di matanya.

Alina begitu ketakutan saat ini. Gadis itu tidak tau kesalahan apa yang telah dia lakukan, semua pekerjaan sudah diselesaikannya dengan baik. Apalagi dia sama sekali tidak pernah berhadapan langsung dengan bos barunya itu, tapi sekarang dia menyeret gadis itu dan instingnya mengatakan ini bahaya, dia harus segera melepaskan diri darinya.

Alina mencoba melawan sekuat tenaga, dia memukul dan bahkan menggigitnya sampai rahang gadis itu sendiri sendiri yang terasa pegal. Namun, jangankan melepaskan Alina, bahkan dia seolah tak merasakan apapun seperti orang yang kesurupan. Matanya terlihat merah, tatapan tajamnya seperti sebuah amarah yang meluap-luap, dan tercium juga bau alkohol dari tubuhnya yang sangat menyengat

Ya, dia sudah pasti sedang mabuk, mabuk berat.

Aku harus segera kabur, tapi bagaimana caranya?

Berteriak, tidak akan ada yang bisa mendengarku di gedung sebesar ini, satpam ada di pos saat ini dan itu juga percuma. HP, hanya itu sekarang penolongku, batin Alina yang masih terus berusaha melepaskan diri dari Reyhan.

Alina sudah kehabisan tenaga untuk melawan, dia hanya bisa mengandalkan hpnya saat ini. Tapi, tatapan tajam pria di hadapannya itu membuatnya begitu ketakutan.

"Tolong lepaskan saya, Pak. Saya mohon ...!" Suaranya bergetar terdengar sangat putus asa, tangannya berusaha mencari HP di dalam tas.

"Ha-ha-ha." Suara tawa yang mengerikan terdengar di telinga Alina.

"Menangislah dan memohonlah, itu sangat menyenangkan." Reyhan berjalan mendekati Alin, dicengkeramnya dagu wanita itu dan ....

Braak!

Alin terkejut hingga menutup mata dan telinganya.

HP Alin sudah hancur menghantam tembok. Ternyata Reyhan tau Alin mencoba melakukan panggilan telepon.

"Apa kau pikir aku sebodoh itu ... Citra." Alina tercengang.

Tentu saja Alin semakin bingung, bagaimana bisa namanya berganti Citra.

"Ma–maaf, Pak. Sa–saya Alina, bukan Ci—mmph ...!" Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Reyhan sudah dengan kasarnya mencium bibir Alina.

"Akhhh ...!" Alina menggigit bibir Reyhan hingga berdarah.

"Sial*n! Kau harus mendapatkan balasan atas perbuatanmu." Reyhan mencekal tangan Alina di atas dan mulai menciumi tubuh Alina.

"Jangan, Pak! tolong jangan lakukan ini saya mohon ... hikss ...." Tangis Alina pecah.

"Pak hentikan! Saya akan melaporkan anda ke polisi jika anda melakukan ini!" teriak Alina mencoba melawan.

Tapi itu semua tidak membuat laki-laki itu sadar, bahkan kini dia sudah berhasil membuka baju bagian atas Alina. Wanita itu tak henti-hentinya meronta dan menangisi keadaannya saat ini.

Malam yang menyedihkan untuk Alina, terlalu menyakitkan, dan malam panjang ini entah kapan akan berakhir. Dia merasakan sakit pada tubuh juga hatinya, setiap erangan dan desahan yang dia dengar hanya terdapat nama Citra disana. Merasa tubuhnya hanya sebuah barang melampiaskan nafsu bosnya itu, membuat hatinya benar-benar hancur saat ini.

Reyhan sudah terkulai lemas disamping Alina, entah sudah berapa kali pelepasan yang dia lakukan malam ini, membuat tubuh kekar itu tidak bertenaga dan langsung tertidur begitu saja. Alina yang sudah mulai merasakan tubuhnya, melihat dengan mata penuh kebencian pada laki-laki yang baru saja memperkosanya itu. Jika saja pembunuhan itu bukan tindakan kriminal, mungkin saja saat ini dia sudah membunuhnya. Air matanya tidak bisa dibendung sama sekali, terus saja mengalir dari mata coklat yang indah dan meneduhkan saat dipandang itu. Dia berusaha bangkit dan mencari semua bajunya yang berserakan untuk dikenakan kembali.

Alina berjalan tertatih, keluar dari ruangan terkutuk itu. Hatinya begitu sakit, sakit yang bahkan tidak bisa diungkapkan. Kakinya terasa lemas tak bertulang, dia terduduk didepan pintu ruangan memeluk kakinya dan menenggelamkan kepalanya diantara dada dan kaki rampingnya. Harus bagaimana dia menghadapi ibunya nanti? jawaban apa yang harus dia berikan saat ibunya bertanya? Hanya itu yang bergelayut di pikiran Alina.

Bersambung ....

*******************

Apa kalian tau? hidup benar-benar tak seindah yang kita bayangkan dan rencanakan. Terkadang saat kita berjalan dengan tenang, seseorang menabrak dan membuat kita tersungkur.

Hp mahal

Ibu Yuni terlihat sangat gelisah diruang tamunya, sesekali ia melirik ke arah jam dinding. Sudah tengah malam, dan Alina belum juga pulang. Beberapa kali juga dia mencoba menghubungi nomor putri satu-satunya itu tapi tetap saja tidak bisa tersambung, entah sudah berapa kali ibu Yuni membuka gorden jendelanya berharap anaknya sudah berada di depan rumah.

Ya, seorang Ibu memiliki ikatan batin yang kuat dengan anaknya. Ketika anaknya menderita seorang Ibu juga pasti akan merasakan hal yang sama.

Didalam taksi Alin hanya menatap kosong ke luar jendela, air mata terus saja mengalir dari sudut mata yang indah itu. Dia mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang sedang kacau balau.

"Gue nggak bisa terus kayak gini!" Alina menghapus air matanya sebelum turun dari taksi dan melangkah masuk ke dalam rumah.

Ibu Yuni yang melihat pintu rumah terbuka langsung menoleh. Melihat putrinya sudah berdiri di ambang pintu, Ibu Yuni akhirnya bisa menghembuskan napas lega.

"Alina, kamu dari mana saja, Nak. Kok sampai tengah malam gini?" tanyanya sambil berjalan menghampiri Alina.

"Maaf, Buk. Tadi kerjaan Alina banyak, jadi lupa waktu. Nyari taksi juga susah," jawabnya sambil menyunggingkan sedikit senyum.

"Alin, apa kau habis menangis?" tanya Ibu Yuni memperhatikan mata Alina yang terlihat memerah.

"Ahh!" Alin sedikit terkejut dengan menaikkan kedua alisnya sesaat tapi segera dia mengalihkan pandangan.

"Ini, Buk. HP Alin rusak, tadi nggak sengaja jatuh pas di tangga jadi remuk, hikss ...." Air mata Alin benar-benar tak bisa dia bendung lagi kali ini.

Hati Alina sangat sakit saat harus berbohong pada ibunya, tapi hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang. Dia tidak mau ibunya sedih mengetahui kenyataan, bahwa anak perempuan yang sangat disayanginya menjadi korban pemerkosaan. Bahkan membayangkannya saja, sudah membuat hati Alin serasa disayat oleh pisau tajam.

"Ya ampun, Nak. Ibu pikir kenapa. Pantas saja ibu telfon nggak bisa," seru bu Yuni sambil menepuk-nepuk punggung Alin yang sedang menahan tangis sambil menunduk.

"Tapikan HP ini mahal. Alina aja baru make 2 bulan, masak udah rusak."

"Sudah sudah. Kamu cepetan mandi terus istirahat, urusan HP nanti bisa beli lagi," perintah bu Yuni mendorong lembut tubuh Alin dari belakang.

Ibu Yuni sebenarnya merasa ada yang aneh dengan putrinya. Dia berpikir mungkin hanya urusan anak muda dan Alin tidak ingin menceritakannya sekarang. Jadi Ibu Yuni memilih untuk diam tanpa menanyakan apapun lebih lanjut.

Alina berjalan masuk ke kamarnya dengan lunglai tanpa semangat sedikitpun, seolah tidak ada harapan lagi dalam hidupnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Wanita itu menangis tanpa suara, dadanya terasa sesak. Ingin sekali dia menjerit keras, tapi dia tidak bisa. Hanya bisa menahan rasa sakitnya sendiri, hingga akhirnya dia tertidur dengan air mata dan luka. Luka yang tak bisa digambarkan, luka yang begitu dalam tapi tidak berdarah.

Ya, hati Alina sangat terluka, hingga rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini.

Bersambung ....

##########

Bagi kalian yang ada di zona merah pilihannya cuma ada 2 gaes :

Bosan diam dirumah karena nggak ngapa-ngapain

Bebas keluyuran diluar, sial kepergok petugas lalu diguyur disinfektan

Makanya biar nggak bosen selama #dirumahaja, baca novelku terus ya gaesss

Mohon dukungannya yaa, dengan cara Like, Komen, Kasih bintang 5, dan Vote juga.

karena author sangat berharap dukungan kalian sebagai penyemangat saat menulis kelanjutan cerita ini teman-teman.😉👍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!