Semburat jingga mulai terpancar seiring cakrawala yang mulai tenggelam. Menciptakan pesona senja di pesisir pantai yang sangat mempesona. Menghipnotis siapa pun yang melihat nya. Tak terkecuali bagi Nawang wulan, gadis cantik berambut panjang yang tengah asyik duduk ditepi pantai. Menyaksikan tenggelamnya sang surya bersama para pengunjung lainnya.
Wulan terlihat begitu menikmati apa yang tersaji di depan matanya. Meski gurat luka terpancar dari wajah cantiknya, namun setidaknya pesona senja di pantai ini mampu sedikit menyamarkannya, sesekali gadis itu tampak merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin.
Saking asyiknya menikmati pemandangan yang ada, Wulan sepertinya enggan beranjak dari tempat itu, meskipun hari mulai temaram dan orang orang mulai meninggalkan pantai, Wulan tetap tak bergeming di tempatnya. Pandangan nya tetap tertuju pada lautan lepas, seolah ingin melepas segala sesak di dadanya lewat deburan ombak yang bergulung ke arahnya, berharap sesak itu akan terbawa ombak dan lenyap di telan dalamnya lautan.
Entah sudah berapa lama gadis itu terdiam di tempatnya. Wulan baru bergerak saat merasa ada seseorang yang sedang memperhatikan nya. Dan benar saja, saat dia menoleh ke samping kirinya, beberapa meter dari tempat nya duduk, Wulan melihat seorang pria berbadan tinggi dengan kulit nya yang bersih sedang memperhatikannya. Pria itu bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek sebatas lutut.
Untuk sesaat Wulan seperti terhipnotis dan balas menatap pria itu tanpa berkedip. Ia baru sadar saat dering ponsel mengejutkannya.
Bi Fatma, nama yang tertera pada layar ponsel.
Sebelum menggeser tombol hijau, Wulan memandang ke arah pria yang sedang memperhatikannya tadi, tapi pria itu sudah tidak ada di tempatnya.
"Eeh kemana dia?" gumam wulan sambil menoleh ke sana kemari, tapi pemuda itu memang sudah tidak ada. Dan pada saat itulah Wulan baru sadar kalau hari sudah gelap dan suasana pantai sudah sangat sepi. Bergegas Wulan beranjak dari tempat itu tanpa sempat menjawab panggilan telfon nya.
****
Sesampainya di rumah Wulan sudah di sambut oleh Bibi Fatma.
"Wulan, dari mana saja kamu nak, kenapa baru pulang? telfon Bibi pun tidak kamu angkat?"
"Maaf, Bi tadi Wulan Habis main di laut," jawab Wulan sambil membuka lemari pendingin hendak mengambil minum.
"Ya Ampun Wulan...tidak baik malam malam masih main di laut, apalagi untuk anak gadis seperti kamu." Bibi terlihat mulai khawatir.
Bagi masyarakat sekitar bermain di pantai atau yang lebih sering mereka sebut laut pada malam hari terutama saat pergantian dari sore menuju malam memang di larang. Karna menurut mereka pada saat itulah makhluk makhluk dari alam lain mulai bermunculan.
"Besok jangan di ulangi lagi ya nak, Bibi tidak mau kamu kenapa napa," sambung Bibi Fatma sambil mempersiapkan makanan untuk makan malam.
"Baik, Bi." jawab Wulan singkat.
Bibi Fatma adalah adik sepupu dari ibu kandung Wulan. Beliau tinggal sendiri di kota ini. Hanya ada mbok Mirah, asisten rumah tangga di rumah ini yang menemani, itupun hanya siang hari saja, karena setelah sore hari si mbok pulang ke rumahnya yang kebetulan tidak jauh dari rumah Bibinya.
Bi Fatma tidak mempunyai anak dan suaminya pun sudah lama meninggal.
Wulan sendiri baru sekitar satu bulan yang lalu pindah ke tempat bibinya. Dia memutus kan untuk pindah ke sini karena merasa sudah tidak di anggap keluarga lagi oleh Ayah ibu dan juga adiknya.
Bibi Fatma sangat menyayangi Wulan dan sudah menganggap Wulan seperti anak kandungnya sendiri. Itulah sebabnya Dia sangat khawatir kalau kalau sesuatu yang buruk menimpa keponakannya.
Selesai makan malam Wulan langsung masuk ke kamar nya. Dia membaringkan tubuh di atas ranjang nya sambil memainkan ponselnya. Saat matanya mulai terasa pedih karena terlalu lama menatap layar ponsel. Wulan pun menghentikan aktifitasnya dan bersiap untuk tidur. Namun baru akan memejamkan matanya, dia mendengar suara seseorang memanggil namanya.
"Wulaan.."
Dari suara nya sepertinya itu suara laki laki.
Wulan menajamkan pendengaran nya kalau kalau ada yang memanggilnya lagi, tapi suara itu tak terdengar lagi.
"Hhmm mungkin aku cuma salah dengar," gumam Wulan lalu kembali mencoba memejamkan netranya.
Pukul dua dini hari, Wulan terjaga dari tidurnya, antara sadar dan tidak dia merasa ada yang sedang memperhatikannya saat ia tertidur. Wulan lalu menghidupkan lampu kamarnya. Kosong ! tidak ada siapapun kecuali dirinya. Lagipula pintu kamar terkunci, mana mungkin ada yang bisa masuk, pikir Wulan. Tapi tadi dia memang merasa ada sepasang mata yang menatapnya, meski sedang terlelap tapi Wulan bisa merasakannya. Bulu kuduknya tiba tiba merinding seolah ada yang meniupnya. Karena merasa sedikit horor akhirnya Wulan melanjutkan tidurnya dengan seluruh tubuh tertutup selimut.
Bersambung
Haaii semua..ini adalah karya pertama aku di Novel Toon. Mudah mudahan kalian suka yaa..Mohon maaf kalau masih banyak kekurangan. Soal nya aku juga masih dalam tahap belajar.
Untuk part pertama memang sengaja di buat pendek, hanya sebagai perkenalan terlebih dahulu, tapi part selanjutnya panjang-panjang kok. Ikuti terus kisahnya ya..
Jangan lupa like dan komen yaa..
Salam hangat dari penulis nekad.
Hari ini selesai bekerja Wulan berniat akan singgah ke butik milik Bibinya, mereka berencana akan pergi belanja sore ini.
Sejak pindah ke kota ini, Bi Fatma memang menyuruh Wulan untuk belerja di butiknya, tapi Wulan menolaknya dan justru lebih memilih bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel di bagian selatan kota ini.
Hotel tempat Wulan bekerja sangat strategis karna letaknya yang tak jauh dari pantai sehingga banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negri yang menyewa tempat penginapan tersebut.
Wulan sudah bersiap siap meninggalkan area parkir hotel dengan sepeda motornya, tapi baru akan melajukan motornya ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk, yang ternyata dari bibinya.
"Wulan maafkan Bibi ya, Bibi sedang di luar kota, ada urusan mendadak, mungkin Bibi agak malam pulangnya. Kamu hati hati di rumah ya nak.."
"Baik Bi, Bibi juga hati hati ya," balas Wulan.
Wulan mematikan motornya. Ia kelihatan berfikir.
"Bagusnya kemana ya ... pulang atau ke ...."
"Hai Lan, belum pulang?" sapa Maya teman kerja Wulan sambil menepuk pundak Wulan membuat Wulan terkejut.
Maya adalah satu satunya teman Wulan di sini. Dia mengenalnya saat baru bekerja di tempat ini. Pribadi Wulan yang tertutup dan cenderung pendiam membuat ia kesulitan untuk berteman.
"Eeh iya nih May, rencana sih mau pulang, tapi malas di rumah sendirian, Bibi sedang ke luar kota," jawab Wulan
"Ooh.." Maya menganguk angukan kepalanya.
"Bagaimana kalau kita ke pantai, kebetulan sore ini aku juga tidak ada kegiatan."
"Pantai..?" Wulan menaikkan alisnya terlihat berfikir.
"Boleh juga, sepertinya seru melihat sunset sambil minum kelapa muda."
"Ok, kita ke pantai sekarang." Maya terlihat bersemangat setelah Wulan menyetujui usulannya.
*****
Pantai XX memang terkenal dengan keindahannya. Pasir putihnya yang berkilauan saat terkena sinar matahari membuat pantai ini seperti di kelilingi ribuan permata yang bertumpuk di tepi pantai. Ombaknya yang terkenal ganas justru menjadi daya tarik tersendiri, juga nyiur yang berjejer di sepanjang pesisir pantai menambah nilai plus untuk pantai ini.
Wulan dan Maya tampak sedang berteduh di bawah nyiur sambil menikmati kelapa muda.
"Masih sepi ya May?" Wulan mencoba membuka obrolan.
"Iya, mungkin karna masih panas, sebentar lagi juga ramai," jawab Maya sambil menyeruput air kelapa mudanya.
"Atau kamu mau berjemur dulu Lan, seperti orang orang itu." Menunjuk ke arah orang orang yang tengah asyik berjemur di bawah terik matahari.
"Hahaha." Wulan hanya tertawa mendengar tawaran sahabatnya itu. Karena tawaran Maya itu dianggapnya sangat konyol. Wulan tidak suka berjemur, apalagi jika harus memakai bikini seperti itu. Satu hal yang tidak akan mungkin dilakukannya.
Semakin sore pantai semakin ramai oleh para pengunjung. Wulan dan Maya sudah terduduk di atas pasir menanti datangnya sunset.
"Lan ayo kita jalan, sejak tadi kita hanya duduk duduk saja." Maya beranjak dari duduk nya.
"Maaf, May. Tapi aku lebih suka duduk duduk sambil melihat laut." Maya menjawab tanpa memandang lawan bicara nya, karna mata nya terus menatap ke arah hamparan laut yang mulai berubah warna karna matahari yang mulai tenggelam.
"Kau jalan jalan sendiri saja ya, aku akan menunggumu disini."
"Ya sudah aku tinggal ya?"
Wulan hanya mengangguk dan Maya pun langsung melangkah tanpa alas kaki, menapaki pasir yang lembut sambil sesekali bermain air yang menggenangi kakinya. Berbaur bersama pengunjung lainnya yang terlihat begitu bahagia menikmati senja di tepian samudra.
Sesaat sebelum lembayung senja berganti pekatnya malam, Maya menghampiri Wulan yang masih setia di tempatnya.
"Ayo pulang, hari sudah hampir gelap."
"Sebantar lagi May, kau pulang lah dulu," jawab Wulan sambil merapikan rambut nya yang berantakan tertiup angin laut.
"Kamu tidak apa apa aku tinggal?" Maya terlihat ragu hendak meninggalkan Wulan.
"Tidak, tenang saja."
"Ya sudah aku pulang dulu ya, jangan terlalu lama di sini nanti ada yang mengganggumu." Ucapan Maya sebenar nya serius tapi justru di anggap bercanda oleh Wulan.
"Iyaa sudah sana." Sambil mengibaskan tangannya menyuruh Maya untuk segera pergi.
Pengunjung yang lain pun satu persatu mulai meninggal kan pantai.
Wulan memperhatikan orang orang yang mulai beranjak dari tepi pantai. Tiba tiba netra nya tertuju pada seseorang yang masih betah bermain air. Ralat ! bukan bermain air tapi hanya diam mematung sambil menatap ke satu titik.
Wulan memperjelas penglihatannya. Dia terkejut saat menyadari kalau orang itu, atau lebih tepat nya pria itu ternyata sedang memperhatikannya, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi ternyata pria itu adalah orang yang sama yang memperhatikannya tempo hari.
Siapa dia, apa dia penjaga pantai ini, kenapa dia selalu menatapku begitu, atau jangan jangan dia punya niat jahat padaku.
Berbagai pertanyaan muncul di benak Wulan.
Pria di depan sana yang mengenakan celana pendek selutut dan memakai baju tanpa lengan dengan separuh kaki nya sampai betis masih berada di dalam air terus memandang Wulan. Namun bedanya kalau kemarin tatapannya datar tanpa ekapresi, kali ini dia nampak tersenyum.
Senyum yang cukup manis yang membuat Wulan spontan menarik ujung bibirnya membalas senyum tersebut.
Satu detik, dua detik, tiga detik, mungkin sampai satu menit atau lebih mereka saling berbalas senyum dari jarak puluhan meter. Namun adegan senyum senyuman itu terhenti karna suara seseorang dari arah belakang Wulan.
"Non."
Wulan spontan menoleh mendengar seseorang menyapanya. Tampak seorang
Bapak tua berjalan ke arahnya.
"Eeh iya pak, Bapak memanggil saya?"
"Iya non ... ini sudah hampir gelap, sebaiknya Non pulang," Si bapak mengambil nafas sejenak.
"Tidak baik anak perempuan seperti Non masih di pantai jam segini, sendirian lagi," lanjut Bapak tua itu lagi.
"Ooh iya Pak, ini saya juga sudah mau pulang, apa Bapak penjaga pantai di sini?" Wulan mencoba menerka.
"Bukan Non,saya cuma tukang bersih bersih suka rela di pantai ini." Si Bapak menunjukan kantong plastik besar yang penuh dengan sampah.
"Ya sudah pak kalau begitu saya permisi pulang," ucap Wulan yang di jawab si Bapak dengan anggukan dan senyuman.
Sebelum melangkah Wulan sempat menoleh ke arah pemuda tadi, tapi nihil, dia sudah tidak ada di sana. Lagi lagi dia menghilang begitu saja.
Sambil berjalan menuju sepeda motornya, Wulan terdengar bergumam gumam kecil.
"Memangnya ada apa dengan pantai ini, kenapa orang orang di sini selalu melarang anak gadis berada di pantai kalau hari sudah mulai gelap. Apa di sini banyak penjahat ya kalau malam?" Wulan bertanya pada dirinya sendiri.
Sebenar nya pantai ini terlihat sangat indah saat malam hari. Pendar cahaya dari lampu lampu pantai yang mengenai permukaan air sangat memukau.Terlebih saat bulan purnama, keindahannya akan semakin berlipat ganda. Namun memang jarang ada aktifitas di sini saat malam. Terkecuali saat akhir pekan, pantai ini akan ramai sampai malam hari.
Bersambung
Jangan lupa Like n komen ya..Salam hangat dari penulis nekad😘😘
Dalam perjalanan pulang, Wulan merasa ada yang sedang mengikutinya. Berulang kali dia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapa pun yang terlihat mencurigakan atau pun terlihat seperti seorang penguntit. Dan entah kenapa setiap menoleh ke belakang, dia merasa bayang bayang pria yang tadi di lihat nya tercetak dengan senyum manisnya di antara puluhan pengguna jalan lainnya.
kenapa aku jadi teringat padanya ya.
Wulan menggeleng geleng kan kepalanya sendiri mencoba mengusir bayang bayang pria itu dari pikirannya.
Tak sampai tiga puluh menit dalam perjalanan, Wulan sudah sampai di rumah bibinya. Ia di sambut oleh Mbok Mirah yang langsung sigap membuka kan pintu begitu Wulan mengetuk.
"Malam, Non?" sapa Mbok Mirah ramah
"Malam juga, belum pulang Mbok?"
"Belum Non, kata Ibu saya harus menemani Non sampai ibu pulang. Non mau saya buat kan teh hangat?"
"Tidak usah Mbok, Wulan mau langsung ke kamar saja, siap kan makanan saja Mbok, mana tau nanti Wulan mau makan malam," perintah Wulan sembari melepas jaketnya dan berjalan menuju kamarnya.
"Baik Non" Mbok Mirah pun bergegas menuju dapur.
Sementara itu Wulan yang sudah sampai di depan kamarnya dan berniat membuka daun pintu tiba tiba menghentikan gerakannya karna merasa ada yang memanggilnya.
"Wulan."
Wulan segera menoleh mendengar namanya di sebut, tapi tidak ada siapa siapa di belakangnya. Ya benar, bukan kah dia memang hanya berdua dengan mbok Mirah, lalu siapa yang memanggil. Karna penasaran, Wulan pun menuju dapur.
"Mbok memanggil Wulan?" tanya Wulan langsung begitu sampai di dapur.
Mbok Mirah yang sedang menyiapkan makan malam tampak bingung lalu menggeleng.
"Tidak Non," jawabnya kemudian.
"Memang tidak mungkin si Mbok sih yang memanggil, soalnya suaranya tadi suara laki laki." Wulan bergumam sendiri.
"Kenapa Non?" Mbok Mirah yang merasa aneh dengan tingkah Wulan pun bertanya
"Ooh tidak apa apa Mbok, ya sudah Wulan mau ke kamar lagi." Gadis cantik berkulit putih itu pun merasa heran dengan dirinya sendiri.
Apa itu tadi cuma perasaanku saja ya, kenapa akhir-akhir ini aku merasa ada yang memanggilku sih.
Setelah membersihkan badan Wulan merebah kan badannya di sofa samping tempat tidur, Matanya memandang ke langit langit kamar. Tiba tiba bayangan pemuda misterius itu kembali tercetak di pikirannya.
Ya Tuhan, ada apa ini, kenapa aku jadi teringat pria itu terus.
Wulan mengacak acak rambutnya sendiri, namun tak lama kemudian bibir mungilnya tersenyum begitu mengingat senyum manis pria itu.
"Aku jadi penasaran siapa pria itu, atau dia itu sebenarnya ingin kenalan dengan ku ya. Baik lah aku akan mencari tahu tentangnya besok," gumam Wulan
Wulan larut dalam lamunan nya tentang pria itu. Dia bahkan melupakan makan malam yang sudah di siap kan oleh mbok Mirah karna sudah terlebih dulu terlelap bersama khayalannya. Konyol sekali !
****
Jam makan siang yang di tunggu Wulan akhir nya datang, dia segera bergegas keluar dari hotel hendak ke pantai. Saking semangat dan terburu-burunya Wulan sampai menabrak
atasan nya di lobi hotel.
"Maaf pak saya tidak sengaja," ucap Wulan sambil menunduk merasa bersalah
Pak Damar, Wakil pimpinan di hotel itu bukannya marah malah justru tersenyum
"Tidak apa, kamu sepertinya sedang terburu buru sekali?"
"Iya Pak, sekali lagi maaf ... permisi," pamit Wulan sambil mengangguk kan kepala dan sedikit membungkuk kan badannya, kemudian langsung berlalu dari hadapan pak Damar. Dan pak Damar sendiri hanya mengangguk lalu sekilas menoleh memandang punggung Wulan sebelum akhir nya melangkah masuk ke dalam hotel.
Begitu sampai di pantai, Wulan langsung mengedarkan pandangan nya mencari pria misterius yang sejak kemarin selalu mengganggu pikiran nya, tapi netra nya tidak menemukan apa yang di cari. Pantai memang masih sangat sepi, lagi pula hari juga masih terlalu panas untuk seseorang bermain di pantai.
Wulan ingat saat di bertemu dengan pria itu selalu di waktu sore. Akhirnya dia memutus kan untuk kembali ke hotel dan berniat datang lagi sore nanti.
**
Sore harinya Wulan sudah kembali berada di pantai, Ia nampak sudah berdiri di tepi pantai yang sudah mulai ramai. Matanya kembali berkeliling mencari cari keberadaan pemuda misterius itu di antara para pengunjung. Entah apa yang merasuki mu Wulan, sampai begitu penasaran dan ingin bertemu dengan orang yang bahkan tidak dia kenal.
Cukup lama mencari namun belum juga menemukan apa yang di cari membuat gadis berlesung pipi itu merasa kesal dan berniat menghentikan pencarian nya lalu pulang. Namun tiba tiba sebuah suara mengejutkan nya.
"Kau mencari ku?" entah datang dari mana tiba tiba seorang pemuda berpostur tinggi, berkulit bersih yang tak lain adalah pemuda yang Wulan cari sudah berada di sampingnya membuat Wulan terkejut setengah mati.
"K-kau?" Wulan tidak bisa menutupi kegugupan dan keterkejutan nya. Namun pria itu malah tersenyum menahan tawa melihat tingkah Wulan.
"Kau penjaga pantai di sini?" tanya Wulan setelah berhasil menguasai diri.
"Bukan," jawab pria itu singkat
"Tapi aku sering melihat mu di sini?"
"Aku tinggal di dekat sini ... Oh ya namaku
Bayu, Bayu samudra." Pria itu mengenal kan diri nya, namun jika biasa nya seseorang yang mengenal kan diri akan mengulur kan tangan nya, tapi pria itu tidak melakukan itu. Tangan nya tetap tersimpan di saku celananya
Ternyata benar, dia itu ingin berkenalan denganku. Bathin Wulan
"Aku..." Wulan baru akan menyebut kan nama nya namun pria itu langsung memotong ucapan nya
"Wulan, Nawang wulan." ucap pria itu yang lagi lagi membuat gadis di sampingnya terkejut.
"Kau tahu nama ku, dari mana kau tau nama ku, apa kau mengenal ku?" Wulan mencecar dengan tiga pertanyaaan sekaligus, membuat pria itu atau yang ternyata bernama Bayu kali ini tidak bisa menahan tawanya.
"Aku tidak mengenal mu,aku hanya tahu nama mu." jawab Bayu santai dengan tangan masih berada di saku celana pendeknya. Ia melirik Wulan sekilas dan menangkap rona merah di wajah Wulan karena menahan malu.
"Ooh." Hanya itu yang bisa di ucap kan Wulan.
Tak berselang lama mereka sudah asyik mengobrol seolah olah mereka sudah saling mengenal lama padahal mereka baru berkenalan beberapa menit yang lalu. Namun obrolan hangat mereka harus terhenti karena Wulan sudah harus pulang.
"Sudah hampir gelap, Bayu. Aku harus segera pulang. Aku tidak mau Bibiku khawatir," pamit Wulan sambil melihat jam tangan nya.
"Baik lah, Hati hati."
"Ehmm." Wulan tersenyum lalu mulai melangkah meninggalkan bayu.
"Maukah kau datang kemari lagi besok sore?Aku akan menunggumu." tanya Bayu yang membuat Wulan spontan menghentikan langkahnya.
"Aku usahakan." jawab Wulan setelah menoleh dan tersenyum kepada Bayu, lalu kemudian kembali melangkah.
Setelah berjalan beberapa langkah Wulan bertemu dengan Bapak pemungut sampah yang tempo hari menegurnya
"Sudah mau pulang, Non?" sapa si Bapak
"Eh iya pak, tadi terlalu asyik mengobrol sama teman jadi lupa waktu."
"Mengobrol? teman?" tanya si Bapak heran.
"Tapi dari tadi saya lihat Non sendirian, tidak ada siapa pun di samping Non."
Wulan melongo mendengar pengakuan Bapak tua itu.
Mungkin Bapak ini bermasalah dengan penglihatan jarak jauhnya.
"Itu pak yang di sana tadi." Wulan menoleh dan menunjuk ke tempat di mana dia dan bayu bertemu tadi, tapi Bayu sudah tidak ada di sana.
"Mana Non,tidak ada siapa siapa di sana." Si Bapak celingukan mencari.
"Mungkin Dia sudah pulang, ya sudah pak saya juga harus segera pulang, takut kemalaman, ini juga sebenarnya sudah terlambat," cetus Wulan kemudian setengah berlari meninggal kan si Bapak yang masih terlihat heran karna memang sedari dia melihat Wulan berdiri di tepi pantai tadi, dia memang hanya sendirian.
sementara itu di depan sana se semakhluk nampak berdiri menghadap lautan lepas, sebuah senyuman tipis muncul menghiasi wajah nya yang rupawan.
"Maaf kan aku Wulan, sudah menjerat mu," gumamnya pelan.
Bersambung
Siapa kira kira Bayu itu ya.? penasaran..?
tunggu kelanjutan nya ya..jangan lupa like n komen ya pembaca yang budiman
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!