NovelToon NovelToon

MIRANDA

Part 1-MRD

Cerita ini hanya fiktif belaka resmi dari buah pemikiran penulis.

Jika terdapat kesamaan nama tokoh, tempat dan alur cerita, itu adalah kebetulan semata tidak ada unsur sengaja atau menjiplak dan mohon maaf jika terdapat kesalahan nama tokoh, tempat dan penulisan, karena penulis masih amatiran yah guys!

Jika kalian suka

Please! Langsung Vote, like, gift, comment, star 5, favorit.

Follow Instagram; @sarahmai_07

Jika tidak suka

Mohon skip dan tinggalkan saja (stop bully).

Hanya menerima saran dan kritik bersifat membangun (positif).

***

Aku Miranda Putri, gadis desa yang baru saja beranjak 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan seorang pria di kampung ku, bernama Rangga Dewa. Ia seorang pengangguran yang baru saja lulus dari salah satu universitas di kota kami. Seorang pria yang tidak begitu aku kenal, kami juga tidak pernah berkomunikasi, hanya sekedar mengetahui bahwa ia salah satu pemuda yang kuliah di kampung ku, karena aku gadis yang lebih sering memilih di rumah dari pada berkeliaran di luar. Beberapa kali kami pernah berpapasan, tetapi tidak saling tegur dan aku merasa lelaki itu sering memperhatikan ku dari kejauhan, terkadang membuat aku tidak nyaman juga merasa takut.

***

Sumur belakang rumah Miranda sedang mengalami perbaikan. Miranda terpaksa menyuci ke sungai. Hari itu ia kesiangan pergi ke sungai sehingga para ibu-ibu dan gadis di desa sudah lebih dulu pulang. Miranda terlihat menyuci sendiri dan mandi. Ia pun tampak terburu-buru karena merasa khawatir berada sendiri di area sungai dan tanpa Miranda sadari, terlihat di kejauhan dua pasang mata sangat fokus menyoroti tubuh yang molek itu. Posisinya berada di balik pohon dan rerumputan. Sosok lelaki yang berdiri fokus sambil asyik mengisap satu batang rokoknya. Lelaki itu juga terus menunggu sampai Miranda selesai menyuci dan mandi. Miranda pun bergegas pulang membawa cucian di dalam bakul bambu dengan memakai selendang batik yang membalut tubuhnya, serta kardigan kecil menutupi bahunya.

(Miranda yang tinggal dengan kedua orang tuanya dalam keluarga yang sangat sederhana, ibunya seorang penjual tape ubi, kue-kue an dan sarapan pagi di desa itu. Ayahnya seorang guru SD. Sang ayah memilih pensiunan dini akibat sakit struk yang ia derita dan 3 bulan lalu sudah pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk selama-lamanya. Miranda memiliki satu orang kakak laki-laki yang kehidupannya pun tidak kalah susah. Selain membantu ibunya dalam membuat tape, kue dan berjualan. Sesekali gadis desa itu mengasuh balita yang titipkan orang tuanya di rumah Miranda.)

Saat Miranda sudah terlihat naik dari aliran sungai. Seorang pria tiba-tiba mendekapnya sangat kuat dari belakang lalu menutup kuat mulut Miranda hingga bakul cucian wanita itu terjatuh.

"Emmm...emmm...emmm!" Teriakan sang gadis dalam dekapan tangan mulut sang pria.

Miranda terus meronta-ronta melepaskan diri namun tenaga pria itu sangat kuat dan begitu bernafsu menariknya ke sebuah gubuk kosong. 

"Lepaskan aku jangan...hiks...hiks...ka...kamu Rangga kan, mau apa kamu?" hentak Miranda dalam tangis ketakutan.

Pria itu hanya tersenyum sinis dan langsung membuka cepat kaosnya.

"Bagaimana kalau kita bersenang-senang siang ini, menikmati indahnya surga dunia!" Kata Rangga terus mendekati Miranda. 

"Tidak...tidak...Pergi kamu, jangan ganggu aku...tolooooo.....oop" Rangga langsung menutup mulut Miranda dan mengeluarkan pisau lipatnya yang tajam berkilau.

"Jika kau berteriak lagi, aku akan membunuhmu dan juga orang tuamu!"

"Jangan...jangaan...hiks...hiks... Aku mohon!" Pintanya penuh harapan.

"Lepas selendang mu, cepat!" Bentak Rangga.

Mendengar kata bunuh, gadis itu pun ketakutan merasa pasrah dengan keadaan.

Dan.

Akhirnya.

Merekapun melakukan hubungan suami istri. Terlihat Rangga begitu rakus melakukan aksi bercintanya.

"Aaarkh!"

"Lagi sayang!" ucap Rangga yang otaknya hanya dipenuhi *****.

"Aaarkh!" ******* Rangga yang begitu menikmati tubuh sang gadis sampai matanya terlihat merem melek, tetapi sang gadis bukannya merasakan kenikmatan melainkan rasa sakit yang luar biasa saat dimana keperawanannya pecah untuk pertama kali, begitu juga dengan Rangga yang melepas keperjakaannya.

Kejadian itu tidak hanya terjadi sekali saja, Rangga Dewa ketagihan dengan tubuh Miranda, ia memaksa Miranda melayani ***** birahinya sampai berkali-kali. Jika wanita itu menolak, Rangga selalu mengancam akan membunuh dirinya dan ibunya.

Gadis yang masih terlalu muda itu merasa takut dengan ancaman Rangga, ia hanya bisa diam, menutup mulutnya. 

Hari demi hari, Miranda mengurung diri di kamar setelah mengetahui ternyata dirinya hamil. ia hanya dihantui rasa takut dan malu bercampur bingung, hingga wanita itu berniat diam-diam ingin mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Beruntung! Sang ibu mendapati hal itu. Melihat aksi konyol Miranda, sontak Narwati, ibu Miranda menjerit histeris dan berhasil menyelamatkan putrinya.

Akhirnya Miranda menceritakan apa yang sudah ia alami. Karena Ayah Miranda sudah lama meninggal. Narwati mengadu kepada Agus, kakak kandungnya. Sontak Agus, sang paman naik pitam mendengar keluhan dari adiknya. Ia langsung bergegas mencari pemuda bernama Rangga yang kala itu duduk-duduk santai dengan teman-temannya di warung sambil bermain game, online dengan menggunakan WiFi di desa itu.

"Dasar kau pria bajingan!" Bentak sang paman langsung menyeret Rangga dan menghajar geram pemuda yang berusia 24 tahun itu. Rangga sempat melawan. Tetapi akhirnya ia menerima jika dirinya memang bersalah.  

***

Desa Semangi (inisial) pun di buat heboh dengan kejadian itu, terutama keluarga Rangga yang di pandang baik.

"Prak! Buat malu saja kau, anak tidak tau diri, percuma di sekolahkan tinggi-tinggi!" tampar kuat Ayah Rangga membuat pemuda itu hanya bisa menunduk saja.

Akhirnya kedua keluarga sepakat menikahkan pasangan yang tergolong masih muda dan berjiwa labil. Miranda yang masih terlihat belia berusia 18 tahun sedangkan Rangga 24 tahun. Rangga adalah seorang pengangguran yang baru saja menyelesaikan kuliahnya, ia sama sekali tidak memiliki uang sepeser pun untuk menikahi Miranda bahkan menafkahi sang istri. Semua biaya Akad pernikahan dan acara resepsi yang sangat sederhana itu ditanggung oleh orang tua Rangga.

***

Satu bulan berlalu.

Miranda mengalami keguguran. Dari sejak itu ia semakin membenci suaminya yang malas bekerja namun tak lupa meminta jatah malam dengannya. Rangga hanya suka duduk di warung dengan leptop nya, bermain game online sesekali ia mencari lowongan kerja. Miranda sering mengadu kepada ibu mertuanya dan ingin meminta cerai dengan Rangga karena jarang menafkahi dirinya.

Rianti ibu Rangga mencoba menenangkan hati sang menantu. Sebagai ibu ia merasa malu dengan kelakuan putranya.

"Sabar yah Mir! Ibu dan Bapak juga sudah lelah bicara dengannya. Rangga itu memang anak keras kepala dan sedikit manja, tidak terbiasa kerja-kerja di lapangan, tapi dia sebenarnya baik kok! Omelin saja dia setiap hari. Kamu Ndak usah takut."

"Sudah setiap hari di omelin Bu, Mira bosan, kadang-kadang malu jika di dengar tetangga!"

Rianti menatap lesu wajah menantunya.

"Satu tahun jika Rangga tidak berubah, kau boleh meminta cerai," janji sang mertua.

Miranda hanya terdiam menunduk kepalanya.

"Ini ada sedikit uang, ambil lah."

"Tidak usah Bu! Miranda malu meminta uang terus."

"Tidak apa-apa! Ambillah, tapi jangan katakan pada Rangga yah!"

"Terima kasih yah Bu" Miranda mencium tangan ibu mertuanya dengan mata berkaca-kaca.

Ibu Rangga sangat menyukai Miranda menjadi menantunya. Wanita yang baik, sederhana dan sangat sopan, berbeda dengan gadis-gadis di kampung itu.

Miranda terpaksa menjaga anak tetangganya yang ibunya fokus bekerja. Ia sangat sayang kepada anak-anak karena merasa jika setiap anak yang dia asuh adalah anaknya.

***

Part 2-MRD

Empat Bulan berjalan.

"Assalamualaikum," Rangga yang malam itu baru saja pulang dari warung, langsung bergegas membuka tudung saji di atas meja makan.

"Mir! Kamu enggak masak?" tanya Rangga dengan santai.

"Mau masak pakai apa? Pakai Batu?" hentak sang istri yang begitu emosi melihat suaminya pulang.

"Pakailah uang kamu dulu, kan kamu ada gaji!"

"Mas! kamu pikir gaji aku besar, buat makan kita sehari-hari itu tidak cukup!"

"Hadeh!" wajah Rangga memelas.

"Makanya kamu kerja mas, kamu kerja, kerja yang menghasilkan uang!" ucap tegas Mira dalam raut memohon.

"Iyah ini aku lagi cari kerja?"

"Cari kerja??? Seharian kamu hanya nongkrong di warung saja, itu cari kerja namanya?"

"Haduh, dasar cewek kampung yang enggak kuliah emang begini, pikirannya kolot plus bego, cari kerja itu bukan harus mondar-mandir, dodol! Dari laptop juga bisa. Di warung ada wifi, selain lebih efisien, hemat tenaga dan minyak bensin motor juga tidak cepat habis, paling cuma modal secangkir kopi Bi inur. Aku lagi berusaha menjual disain gambar bangunan ku di internet, yah kamu sabar dong. Nanti kalau gambar ku sudah laku, semua uangmu yang terpakai untuk biaya rumah tangga kita, pasti akan aku ganti!" kata Rangga yang tidak terima dengan hentakan Miranda.

"Mas! Aku capek dengan alasanmu yang itu-itu saja. Jual gambar-jual gambar lah. Janji itu sudah aku terima sejak kita menikah dan sampai sekarang belum ada hasilnya, satupun gambar mu tidak ada yang laku, memangnya. Perut ini sanggup menahan lapar berbulan-bulan?"

"Haduuh! Kamu bisa enggak sih, enggak ngomel satu hari saja, telingaku serasa ingin terbakar," Rangga menggosok-gosok telinga lalu duduk di meja makan dan mengambil gelas untuk minum.

"Mas! Sudah lah menjual gambar mu itu, bekerja yang pasti saja, yang jelas menghasilkan uang. Contoh nya jual Rujak keliling, bakso bakar, kuli bangunan atau apa lah yang bisa menghasilkan uang sambil menunggu gambar mu itu laku?"

"What's, Hei...Aku ini Sarjana, jurusan Arsitek lagi, Hais! Yang benar saja harus jualan keliling? kuli bangunan? Kamu punya otak enggak sih, nyuruh aku bekerja seperti itu!"

"Mas, selain kau sudah memperkosaku, tidak menafkahi ku, lalu apa lagi? Memangnya aku ini salah apa kepada mu? aku ingin cerai denganmu! Aku capek," Kata Miranda sambil meneteskan airmata.

"Haduuh, Miraaa... Aku bakalan cari uang, sudah tenanglah! Sekarang aku mau makan, aku ini suami kamu, bukan kaleng-kaleng."

"Hiks...Hiks...!" Rengek Mira yang lelah bertengkar masalah uang belanja. Keduanya tampak akur dan damai saat beraksi kuda-kudaan di atas ranjang saja.

"Di dekat kompor ada kerupuk dan garam, aku juga makan itu tadi!" kata Miranda langsung masuk ke dalam kamar membanting pintu.

"Hah? Kerupuk dan garam?" ucap Rangga dalam raut terbengong.

"Arrrgh!" Garuk-garuk kepala.

Pria itu bangkit lalu pergi lagi bersama sepeda motornya menuju rumah ibunya.

***

"Assalamualaikum!" Rangga langsung masuk ke rumah ibunya menuju dapur.

"Wa'alakumsalam, Rangga!" ucap sang Ibu merasa kaget dengan kehadiran putranya.

Rianti mengontrak kan rumah buat Rangga dan Mira di desa itu.

"Bu! Ada lauk?" Langkah Rangga menuju meja makan dan membuka tudung saji.

Melihat sepiring semur Ayam dan sambal terasi. Air liur Rangga seakan ingin tumpah. Ia pun bergegas ke dapur mengambil piring dan makan dengan sangat lahap.

"Cek...cek...cek!" decap Rianti sambil geleng-geleng kepala melihat Rangga datang kerumahnya hanya untuk makan.

"Jadi kau datang ke rumah Ibu hanya untuk makan? Apa di rumah mu tidak ada lauk?" Sang ibu langsung bertanya to the poin.

"Tadi sekalian lewat, jadi singgah sebentar, Rangga rindu masakan ibu tersayang...Hehehe!" jawab Rangga dengan wajah cengengesan.

"Jangan bohong kamu!"

Rangga terdiam

"Mira enggak masak!" Jawab Rangga masih mencari alasan mulutnya penuh sambil menguyah makanan. 

Rianti dengan sabar menunggu sang anak selesai makan. Lalu kembali menginterogasi putranya.

"Jawab yang jujur Rangga? Kau tidak memberi uang belanja kepada Mira!"

"Bu! Ini Rangga lagi berusaha cari kerja, semua disain-disain bangunan, mulai dari Interior Ruangan, Taman, Gedung, Apartemen bahkan Mall sudah Rangga gambar dan kirim ke beberapa investor besar, tinggal menunggu salah satu nya jebol saja, setelah itu masalah uang belanja, uang dandan, uang jalan-jalan apalah akan Rangga penuhi!" 

"Ibu ngerti Nak! Tapi Kamu paham tidak? apa arti sebuah pernikahan?"

Rangga terdiam.

"Bukan hanya sekedar melakukan seksual, tawa canda bersama. Kau wajib menafkahi istrimu apapun itu, bahkan agama Islam sangat tegas menyatakan jika selama 6 bulan berturut-turut suami tidak menafkahi istrinya ia boleh memintai cerai!

Mira sudah katakan, dia tidak pernah melarang kamu untuk mengerjakan proyek mu itu, tapi ia butuh uang untuk makan kalian sehari-hari, itu saja! Kamu kerja lah, apa yang bisa kamu kerjakan. Jangan gengsi nak! kita tidak hidup dari penilaian orang lain. Asal kau dan Miranda bisa saling mendukung, itu sudah lebih dari cukup, Allah akan membuka pintu rezeki buat kalian!"

"Dia punya uang tapi dia pelit mengeluarkannya!" Jawab Rangga.

"Tidak, dia tidak punya uang! Kamu pikir gaji momong anak itu berapa? Ini kampung! Bukan kota, sekarang itu apa-apa mahal, harga uang kecil!"

"Huuft ribet banget sih!"

"Makanya kamu jangan memperkosa anak orang, kalau belum siap bertanggung jawab! Untung Bapak mu sudah tidur, kalau belum pasti dia bawa klewang buat usir kamu!"

"Yah, sudah lah Bu, Rangga pulang. Nanti kalau gambar Rangga sudah laku, jangan kan semur ayam, ibu minta semur unta juga Rangga akan penuhi!"

Setelah kenyang Anak lelakinya pun pergi begitu saja.

Si Ibu hanya bisa mengelus dada dan geleng-geleng dengan tingkah kekanak-kanakan putranya.

***

Sesampai di rumah, malam itu tepat malam Jum'at. Rangga pun mandi bersih dan harum, ia sangat bahagia jika hari Kamis telah tiba, maka malam Jum'at pun datang, sebagai malam wajib dalam bercinta dengan istrinya.

"Yank kita main yuk, malam Jum'at nih!😁" bisik lembut Rangga di telinga Miranda.

"Aku lapar, enggak punya tenaga!" Jawab Mira dalam kondisi mata terpejam membelakangi Rangga.

"Kalau kenyang, kamu mau!"

"Mm!" Jawab simpel Mira.

Rangga yang sudah sangat ingin bercinta dengan sang istri akhirnya mencari akal.

Ia pun bergegas menelpon temannya.

"Bro (Alfin) bisa pinjem uang?"

"Haiis, Hidup Lo cuma bisa pinjam uang doang!"

"Kan aku balikin, besok langsung aku bayar, tenang lah?"

"Awas kalau enggak kau bayar, kau tau lah istriku, 50 rupiah pun di audit!"

"Aargh! Takut istri kali kau bro!"

"Malas bertengkar! Perempuan kalau sudah ngomel, pagar besi pun serasa ambruk!"

"Iyah udah aman itu, kita jumpa di simpang depan yah!"

"Iyah!"

Demi ingin mendapat jatah dari sang istri, malam itu, Rangga keluar menemui Alfin untuk meminjam uang buat beli makanan Miranda.

***

Par 3-MRD

Pertemuan Rangga dan Alfin. 

"Berapa?" tanya Alfin.

"100 ribu saja Bro! Jangan kau keluarkan semua uang mu!"

"Haha, ngejek aja kau, aku juga bokek nih, mana bini aku gila beli skincare lagi, kau tau lah harganya mahal. Mau jadi wanita korea katanya! Ah, pusing lah, enggak di kasih merajuk, terancam jatah," curhat Alfin.

"Hahaha, kau bilang sama bini mu ini Indonesia bukan Korea!"

"Haha!"

("Untung si Mira sudah cantik dari lahir, jadi enggak perlu pakai skincare-skincare an," batin Rangga)

"Besok aku janji pasti balikin!"

"Iyah!"

"Terima kasih yah Bro!" Rangga mulai menghidupkan mesin sepeda motornya dan bersiap pergi, ia takut istrinya ketiduran. 

"Hem!"

"Tapi kalau nanti aku enggak bisa balikin, Anggap aja lu sedekah sama orang pengangguran seperti aku!" Canda Rangga sambil tertawa langsung tancap gas.

Sontak Alfin serasa ingin menjitak kepala Rangga namun temannya itu bak menghilang tersapu angin.

"Wuuh!" Sorak Alfin.

***

"Si Mira kan suka martabak mesir! Dia paling suka kalau di bawakan makanan itu!" 

Rangga pun bela-belain berkendara lebih jauh demi membeli martabak mesir yang di jual oleh orang keturunan pakistan.

"Pak beli 2 bungkus yah!" 

"Telornya abis Mas!"

"What's!"

"Hehehe, bercanda Mas Rangga?"

"Haduh, kirain beneran Pak!" Mengusap dahi.

Si penjual sudah hanya tersenyum. Rangga salah satu pelanggannya dari sejak usia ABG.

"Zaman sekarang ini susah banget cari kerja yah Pak!"

"Sabar Mas, terus berusaha, banyak berdoa kepada Allah swt, Dia itu Tuhan Maha kaya!" 

"Iyah Pak!"

"Jangan pilih-pilih pekerjaan, lakukan saja asal halal!" Bisik si tukang martabak yang sholeh.

"Hehehehe!" Wajah cengengesan Rangga.

Setelah selesai, ia siap melaju pulang.

"Sisa uang ini; Beli sarapan besok, rokok, sama minyak motor, mantab dah!" ujarnya langsung melaju pulang.

***

Rangga siap memarkirkan sepeda motornya dengan rapi di dalam rumah.

"Dengan martabak ini cukup membuat istriku kuat dalam bergoyang! Cihuy," Pria itu senyum-senyum menghampiri istrinya lalu sengaja menggantungkan martabak yang masih hangat tepat di area hidung Miranda. Sontak wanita itu mengendus langsung membuka lebar matanya.

"liat Mas bawa apa, hayo?" 

"Martabak mesir?" Tebak Mira kegirangan.

"Peluk dulu dong!"

Dengan polosnya, wanita itu langsung memeluk sang suami.

"Duh! Ini yang membuat aku bahagia menikah dengan kamu, di kasih martabak aja, udah girang bukan main!" batin Rangga.

"Nah, ini makan!" Karena merasa lapar dan tak sabar lagi Miranda langsung menyantapnya di kamar. Rangga pun bergegas mengambilkan mangkuk kecil untuk kuahnya.

Keduanya duduk bersila.

"Dua-duanya buat Mira yah Mas!"

"Hem, makanlah yang banyak, udah kenyang jangan tidur yah, ingat tugasnya apa!"

Mira mengangguk dengan wajah ceria, tampilan wajah polos yang masih terlihat sangat muda.

"Mas boleh minta🤤 satu potong!" pinta Rangga.

Dengan cepat Mira menyuapkan sepotong martabak yang sudah dicelup kuah ke mulut Rangga.

Senyum  kebahagiaan dan kesederhanaan keduanya yang begitu indah terasa.

***

"Hah! Kenyang banget Mas!" Kata Mira mengelus perutnya.

"Kenyang salah, lapar pun salah! hehehehe!" ucap Rangga.

"Hehehe!" Sambut tawa Mira yang manis.

Mira membereskan bungkus.

"Mau gosok gigi dulu yah Mas" 

"Oke!" Pria itu langsung menjatuhkan diri ke kasur, merasa ada yang kurang nyaman, ia membereskan kembali kain sprei yang terlihat sedikit kusut, memastikan jendela terkunci, menutup gorden, membunuh nyamuk dengan raket listrik, menyemprotkan sedikit pengharum agar kamar tampak harum dan segar. Rangga tampak heboh dan begitu sibuk dengan persiapan ritual malam Jum'at mereka di ranjang.

Rangga membuka kaosnya lalu menjatuhkan diri di atas kasur.

"Aaargg, indahnya!" 

"Si Mira lagi gosok gigi atau gosok apa sih? Lama amat?" Batin Rangga yang sudah tidak sabar untuk 'umach-umach' an dengan istrinya malam itu.

Merasa lama, akhirnya Rangga menyusul ke kamar mandi.

"Tok...tok...! Jangan di gosok semua, ntar lecet sayang!" Seru Rangga dari balik pintu.

"Lagi e'e Mas!" Jawab Mira dengan wajah pas lagi ngedan.

"Oouh😳 ok!"

"Makan banyak malah e'e, Hehehe, enggak apa lah, tunggu saja!" gumam Rangga kembali tiduran menatap asbes dan menjadikan Kedua lengan tangannya sebagai bantal.

"Kawan-kawan pada pelit bagi lowongan kerja, lagian kenapa yah, satu disain ku tidak ada yang laku sudah berbulan-bulan. Teman yang lain sudah langsung bisa kaya. Padahal kalau diperhatikan disain yang aku rancang jauh lebih keren. Nasib-nasib, apa aku harus mandi bunga dulu, apes banget dah!" gumam Rangga menggerutu.

"Mas!" Panggil Mira dengan senyum manisnya dia sudah siap dan terlihat sexy menggoda.

"Uiiiis🤤, Malam Jumat guys! ini yang ane tunggu-tunggu" batinnya dalam wajah sumringah.

"Sini Mas pangku dulu!" panggil Rangga menarik lembut tangan istrinya.

"Tangannya udah di cuci bersihkan?"

"Sudahlah, sudah wangi?" Kata Mira menyodorkan tangannya ke hidung Rangga.

"Oh Iyah!"

Rangga langsung menjatuhkan dagunya di atas bahu mulus Mira. Bermanja-manja sambil memeluk istrinya.

"Mira, Aku janji kalau nanti proyek disain ku ada yang beli, berhasil, kamu minta Gunung Himalaya, Mas akan ambilkan!"

"Beneran Mas!"

"Hehe, Lukisannya doang!"

Mira mencubit genit paha Rangga.

"AW!" 

"Mas hanya bisa janji, kapan dan kapan?" Rengek Mira.

"Makanya kamu doa in yah!" Jawab Rangga sambil mencium lembut kepala serta rambut istrinya.

"Iyah, Mira selalu berdoa, agar Mas segera mendapatkan pekerjaan!"

"Dalam setahun ini, kamu sabar dulu yah, kalau aku belum bisa memberikan uang! Percayalah aku tetap berusaha!"

Mira hanya terdiam, meski terlihat wajahnya sudah lelah tapi ia masih bertahan.

"Apa ibumu tau soal ini!"

Mira menggeleng pertanda tidak!

"Terima kasih yah sayang, aku mencintaimu!" Rangga langsung memutar kepala Mira dan mengkecup manis bibir sang istri.

"Ouh Mira, Tubuhmu seperti candu bagiku!" gumam Rangga.

Setelah berciuman dahi Mira langsung berkerut tajam.

"Mas? Nafas mu kok bau jengkol!" 

"Oh Iyah, aku lupa, belum gosok gigi! Hehehe, ini gara-gara Bik inur nawarin jengkol ke Mas tadi," tawa cengengesan Rangga berlari ke kamar mandi.

***

Ia pun buru-buru mengambil odol.

"Hais, odolnya habis lagi!"

Tak kehabisan akal, Rangga mencari gunting ke dapur dan membawanya ke kamar mandi. Lalu memotong dua bagian odol hingga sisa isinya masih bisa dikorek-korek. 

Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan ibunya;

"Kamu pikir gaji momong anak itu berapa? Ini kampung! Bukan kota, sekarang itu apa-apa mahal, harga uang kecil!"

"Benar juga kata ibu, harga uang sangat kecil zaman ini, kebutuhan banyak, sampai odol di rumah ini aku belah dua, belum beli beras dan lain-lain!" Pikirnya sambil menyikat gigi.

Setelah selesai, ia kembali berjalan ke dapur meletakkan gunting. Sanking buru-buru nya. Rangga tidak menyadari ada sedikit becek genangan air cucian piring yang mengalir.

kakinya terpleset menabrak tiang rak piring hingga bergoyang, otomatis panci yang letaknya tidak sempurna terjatuh menimpa kepala Rangga.

"Cliit... Bram"

"Kampret, Haduuh (meringis), mau wik-wikan sama Bini aja! Panjang banget prosesnya, nasib-nasib!" Menggosok-gosok kepalanya lalu menendang kecil panci tak bersalah itu.

Rangga bangkit dan berjalan sengkrak menuju kamar, memegangi pinggulnya 

"Kenapa Mas?" Tegur Mira.

"Enggak apa-apa!"

"Hah!" Menghembuskan nafasnya tepat ke hidung Mira.

"Sudah harum kan?"

"Hihi, ia sudah!"

"Masih ada aroma jengkolnya?"

"Enggak!" Jawab Mira.

Malam itu keduanya langsung melakukan ritual cinta suami istri di atas ranjang. Rangga menjadi kuda dan terkadang menjadi penunggang yang jinak, siap membawa dirinya dan sang istri menuju lautan kenikmatan bercinta.

"Pelan-pelan Mas!" Tegur Mira melihat Rangga krasak-krusuk.

"Hehehe, habis kamu gemesin!"

***

Begitulah kondisi rumah tangga Rangga dan Miranda, terkadang ada senyum, tawa cekikikan, desahan nafsu sampai dengan amarah Miranda kepada Rangga yang tidak memberinya uang belanja, pernikahan yang baru seumur jagung dengan usia yang masih tergolong muda.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!