NovelToon NovelToon

Wanita Presdir

Episode 1.Ingatan Saat SMA

Senyumnya yang hangat dibalik bibir tipis seksi yang merah merona dengan hidung yang mancung dibalut rambut hitam panjang bergelombang dan kulit sawo matang eksotis. Bodinya jangan ditanya lagi dengan tinggi badan 167cm disertai berat badan yang proporsional dialah Dakota Kaif. Dakota Kaif adalah pemberian nama dari ibunya Endangsi Kaif. Dari namanya saja sudah kita ketahui bahwa ibu Endangsi Kaif keturunan India-Minang, sehingga kecantikan Dakota Kaif menurun dari ibunya.

Mereka tinggal di Kota Malang dengan rumah yang sederhana, namun bagi orang kaya pada umumnya akan mengira rumah itu tidak layak huni. Namun karena keadaan ekonomi Dakota sejak dibangku SMP ibunya sudah jatuh sakit leukimia. Hal itu membuat Dakota menjadi tulang punggung keluarga dan rumah yang sederhana itupun mereka masih mengontrak.

Sejak lahir hingga sekarang Dakota belum pernah bertemu dengan ayahnya. Setiap bertanya tentang ayahnya atau menyinggung satu kata saja tentang ayahnya, ibu Endangsi akan dengan tegas mengatakan tidak ada jawaban mengenai ayahnya. Dakota selalu ingin tahu siapa sebenarnya ayahnya. Hanya ada satu foto sebagai petunjuk yaitu gambar ibunya sewaktu muda sebagai penari sanggar disampingnya berdiri lelaki yang memeluk lengan ibunya. Namun wajah lelaki itu tidak terlihat jelas, sudah buram. Tapi dibalik foto tersebut ada tulisan Endangsi Kaif and Mr.Ela. Hanya mengandalkan foto itu dia akan tetap berusaha mencari tahu siapa ayahnya tanpa sepengatuhuan ibunya.

Saat ini diusianya yang sudah menginjak 20 tahun ia sudah menyelesaikan Skripsi Strata Satu (S1) Interior Design di Kampus Z. Dakota kekampus hanya mengurus surat dan jadwal wisuda saja. Dakota orang yang ramah dan mudah bergaul dengan teman-temannya. Namun di kampus Z Dakota hanya berteman dengan beberapa orang saja. Hal tersebut terjadi karena insiden saat Dakota masih duduk dibangku SMA.

#Kembali insiden saat SMA

Matahari sudah mulai menantang dengan gagahnya disertai dengan kicauan burung yang indah. Dibalik seragam sekolah putih abu-abu, dengan rambut hitam panjang bergelombang, bibirnya yang tipis tanpa dipolespun sudah terlihat merah merona. Dakota menghadang tasnya untuk berangkat kesekolah. Saat ini dia sudah memasuki semester awal kelas XI di SMA Z.

“Ibu, Dakota berangkat ya bu.” pinta Dakota kepada ibu Endangsi.

“Hati hati ya nak, yang rajin belajarnya. Sepulang sekolah langsung pulang saja.”

“Uhuk ... uhuk ....” batuk ibu Endangsi yang tidak bisa ditahan tetap keluar.

“Ibu ... ibu tidak usah banyak gerak ya” Dakota membaringkan tubuh ibunya di tempat tidur kembali. “Aku akan pulang setelah selesai kerja sambilan, aku pamit ya” mendaratkan ciuman dikening ibunya yang sudah mengerut ditelan usia.

#Di Sekolah

“Woi” teriak seorang gadis. Kemudian dia melambaikan tangan.

“Selalu ya ... aku yang lebih dulu sampai, nungguin kamu aja” celoteh gadis manis itu. Dakota menoleh tapi menghiraukannya. Ia yakin wanita tersebut pasti Yohana.

“Euw ... kok aku dihiraukan sih ....” ketus Yohana sambil mencubit lengan Dakota yang sudah sampai digerbang sekolah.

“Ah ... Sakit Yo” dengan mata yang tajam. “Kebiasaan ya, pagi-pagi udah main cubit, entar siang rambutku pasti habis nih ... karena ulah tangan mu” balas Dakota menggoyangkan tangan Yohana.

“Yey ... au ah, aku dicuekin sih” wajah Yohana mulai cemberut. “Yuk kita masuk” sahut Dakota tersenyum ceria untuk menenangkan hati sahabatnya itu dan langsung memeluk lengan Yohana.

Tidak jauh mereka berjalan tiba-tiba saja ada seorang lelaki tampan yang sudah memandangi tingkah laku mereka.

“Dakota ....” Terdengar suara dari kejauhan. “Aku mau ngomong sama kamu” suara itu semakin mendekat.

Langkah merekapun berhenti dan menoleh pada pria tampan yang menghampiri mereka. Dakota tidak kenal sama sekali dengan lelaki itu.

“Bang Janter, bukannya dia senior yang paling ganteng di SMA Z ini? Ngapain dia manggil Dakota” batin Yohana.

“Siapa dia Yo.” bisik Dakota pada Yohana.

“Kamu kok gak tau sih, dia itu bang Janter, senior kita anak XII IPA dia dijuluki lelaki tertampan di sekolah kita. Udah mu samperin gih, aku duluan ya.”

“Ehhhh ... main tinggal aj ...” Belum sempat lanjutin Yohana sudah lari menuju kelas.

“Dakota, bisa kamu luangkan waktu 15 menit aja” pinta lelaki itu melirik jam tangannya.

“Eh, anu senior umm ...” Dakota yang gagap menjawab (sebenarnya dia bukan gagap hanya saja terkejut dia barusan diajak bicara dengan lelaki tertampan di sekolahnya apalagi dikerumunin teman-teman yang juga baru sampai kesekolah).

“Bukannya itu bang Janter ... senior terganteng” tunjuk seorang fans fanatik. Bisik yang satu.

“Uh ... kok senior itu ngomong sama cewek kampung itu sih” yang satunya nyahut lagi.

“Itu Dakota anak XI IPA yang parasnya juga cantik ... wajar dong” sahut yang lain.

Mendengar desah-desuh dari kerumunan orang disekitar membuat Dakota tidak nyaman.

“Kita kayaknya nggak usah ngomong disini” lelaki itu sadar juga, untuk mencari suasana yang hening lelaki itu langsung menggenggam jari tangan Dakota yang halus, lalu mereka melangkah berlari.

“Aduh ... kok main embat tanganku sih... baru juga kenal dan aku pasrah, mana tangannya halus lagi. Kok jantungku rasanya mau meledak ya” batin Dakota

diiringi wajahnya yang mulai merah

Tiba diujung taman dekat toilet perempuan. “Ehem ... uhuk ... uhuk.” Batuk Dakota yang dibuat-buat langsung menarik tangannya.

“Kayaknya udah nggak ada orang lagi” sahut Janter melirik kesekitar taman.

“Emm, sebenarnya senior mau ngomong apa?” tanya Dakota langsung pada intinya.

“Kita belum kenalan, namaku Janter Sucipto” Janter langsung mengulurkan tangannya.

“Ah ya senior ... saya Dakota Kaif” menjabat tangan Janter. Dengan lama Janter memandang wajah Dakota yang sudah segar tanpa dipoles apapun apalagi bibirnya yang merah merona.

“Dia memang sudah cantik dari lahir, Sial padahal sudah sejak dulu waktu ospek siswa baru aku sudah jatuh cinta padanya, sering mengerjai dia, tapi baru ini aku sedekat gadis cantik ini. Selama ini hanya dari kejauhan memandanginya. Ternyata kalau dari dekat, dia semakin cantik saja, apalagi atasannya yang semakin berisi. Glek ... aku mikir apa sih. Padahal banyak perempuan cantik diluar sana kenapa hanya dia yang membuat jantungku panas” batin Janter.

“Senior ....” Arah mata Dakota menuju tangannya yang belum juga dilepas.

“Eh ... ya.” Janter langsung melepaskan tangannya.

“Aku panggil kamu dik Dakota aja, jangan panggil aku senior, panggil aja bang Janter.” Wajah Janter yang sudah mulai memerah.

“Baiklah senio ... eh bang Janter.” jawab Dakota yang gugup juga.

“Ya Tuhan kenapa dia sangat tampan, sesempurna inikah ciptaanMu” batin Dakota memandang wajah Janter.

“Aku boleh tau nomor handphone mu” pinta Janter memberikan handphonenya pada Dakota. Dakotapun memberikan nomor handphonenya pada Janter.

“Berati kita boleh berteman ya. Nanti kalau aku hubungi dik Dakota harus angkat ya” pinta Janter sambil tersenyum.

“Iya bang” jawab Dakota malu-malu.

“Kayaknya kita harus masuk kelas, udah bunyi bel, sampai jumpa besok” Janter melambaikan tangan pada Dakota.

“Oke bang” sahut Dakota meningalkan taman juga.

“Wah ... wah ... gadis kampung mulai merayu targetmu Ir” bisik Sena pada Irma yang baru saja keluar dari toilet.

“Dia Junior satu tingkat dibawah kita, tapi udah berhasil rebut Janter sang idola SMA Z” timpal Mia memanasi hati Irma.

“Aku saja yang sudah dari awal masuk sekolah ini hingga kini belum juga bisa menaklukkan Janter, tapi gadis kampungan itu.” Cibir Irma dengan wajah yang ketus.

“Dia belum tau seorang Irma Sugiono” balas Sena.

“Guys aku punya ide.” Bisik Mia pada Irma.

“Yah, itu ide bagus, seperti yang sebelumnya, jika ada yang mendekat langsung habisi” perintah Irma.

“Oke guys, kelas udah mulai yuk masuk” sahut Sena.

###

Sepulang sekolah Dakota langsung kerja sambilan di Sanggar Elaya yang dekat dengan lokasi sekolahnya. Dakota sudah memiliki kemampuan menari yang turun dari ibunya Endangsi. Sejak memasuki bangku SMP dia sudah jadi penari dan bisa menari mancanegara, hingga sekarang sudah diangkat menjadi pelatih adik-adik juniornya. Dengan gaji yang lumayan, apalagi kalau ada even mancanegara pasti menambah penghasilan.

Jika ibunya mengetahui hal ini, pastilah ibu Endangsi sangat kecewa. Ibu Endangsi dengan tegas selalu mengatakan jangan jadi penari karena resikonya berat. Tapi Dakota selalu berbohong bahwa dia bekerja sambilan sebagai OG di mini market dekat sekolahnya. Hanya karena petunjuk dari foto tersebut dia memilih menjadi penari dan masuk ke Sanggar Elaya berharap bertemu dengan Mr. Ela.

“Jika saja ibu tau aku kerja di Sanggar Elaya ini, pasti ibu sangat sangat kecewa, mengingat beliau selalu mengatakan jauhi Sanggar Elaya. Kenapa ya ibu sampai berkata begitu” batin Dakota.

“Kak Dakota” sahut Yuna memeluk Dakota membuyarkan lamunannya. Disambut penari-penari junior lainnya.

“Hai semua, maaf ya, kalian lebih dulu menunggu kakak” balas Dakota memeluk mereka.

“Kak, sebentar lagi kita ada even mancanegara, tapi yang ikut para senior kak” kata Lina junior Dakota.

“Wah, kalian juga sudah tidak sabar ya, tapi kalian harus mengasah kemampuan. Karena kalian masih tahap dasar.” Timpal Yohana yang juga baru sampai ke Sanggar.

“Eh, beb Yohana udah sampai.” Dakota meletakkan tasnya.

“Yang dikatakan kak Yohana benar, kalian harus berusaha ya. Semangat buat kita, kalian pemanasan dulu ya” perintah Dakota.

“Baik kak” jawab mereka serentak.

“Kamu ya ... lagi-lagi ninggalin aku. Dibandingkan mereka, aku lebih dulu kenal kamu coba” tunjuk Yohana sambil mengganti pakaiannya.

“Ah, Yo mulai lagi deh, tadi perasaan yang nyuruh pergi duluan siapa coba, lagian mengharapkan lelaki pujaan yang belum tau sekolahnya dimana” ketus Dakota.

“Iya, aku tau. Aku cuma nungguin orang yang gak pasti. Tapi wajahnya mirip banget sama kamu Dakota mulai dari hidung, warna kulit kalian, ah ... seandainya kamu cowok pasti mirip sama dia, aku pastinya pacaran samamu beb” sahut Yohana memandangi wajah Dakota sambil mengelus pipinya.

“Yo jangan sampai kita jeruk makan jeruk, huh ... nama lelaki itu aja kamu gak tau, gimana kamu mau dekatin dia” timpal Dakota melepaskan tangan Yohana.

“Biasanya seminggu sekali dihari ini sepulang sekolah dia nongol di Pertamina sekolah kita beb, dia dipanggil Admidjaya muda. Tapi hari ini aku gak ketemu dia, hu hu ...” jawab Yohana dengan cemberut sendiri.

“Admidjaya, hemm ...” sahut Dakota ragu-ragu.

“Baru dengar namanya beb, udah ah nanti aja kita bahas. Kita harus melatih biar cepat pulang” pinta Dakota.

BERSAMBUNG.............

Hai Reader yang setia. 😊

Terimakasih sudah mampir. Mohon beri like dan komentarnya ya. Untuk membangkitkan semangat penulis. Semoga Terhibur.🙏

Episode 2. Masih Kembali insiden saat SMA.

Sebulan berlalu ternyata Dakota dan Janter sudah menjadi teman, hanya saja semenjak meminta nomor handphone Dakota, Janter belum berani menghubungi Dakota, dia hanya mencuri-curi pandang di Sekolah dan berniat mendekati Dakota terlebih dahulu supaya semakin dekat, contohnya dengan makan bersama di Kantin Sekolah tentunya ditemani oleh Yohana.

Kedekatan itu mulai tercium dan menyebar di SMA Z. Membuat satu sekolah (anak cewek) memusuhi secara sepihak dan tentunya Irma Sugiono yang tidak mau kalah.

 

“Bang Janter.” Dengan lari kecil Irma langsung memeluk lengan Janter.

“Lepasin ir” teriak Janter ketus.

“Aku kangen kamu, lagian kita satu kelas juga” sahut Irma tetap mempererat pelukannya.

“Kata siapa kamu boleh meluk meluk, banyak yang lihat tau.” Dorong Janter risih.

“Kamu ya, udah jelas jelas kita dijodohin sama mama papa kamu, tapi kamu masih malu malu sama orang” lanjut Irma mengejar langkah Janter.

“Kamu gak tau diri banget sih Ir, aku gak suka sama kamu” tegas Janter.

“Tapi aku suka sama kamu, aku udah ngejar ngejar kamu, dari Jakarta pindah sekolah di Malang, bahkan sekolah ini sekolah kampungan, tapi demi kamu aku mau kesini sekolah. Kamu gak ngerti sih perasaan aku” jawab Irma memegang tangan Janter.

Langkah Janterpun berhenti.

“Jangan karena dijodohkan kamu seenaknya sama aku, emang perjodohan itu serius, itu hanya lelucon orang dewasa, dan asal kamu tau aku gak akan pernah nikahin kamu, aku juga udah suka sama orang lain” tegas Janter ninggalin Irma.

“Oh, jadi kamu udah terpikat sama gadis lain, dengar ya aku pastiin kamu juga gak bakalan bisa sama gadis itu” teriak Irma yang sudah jauh dari Janter.

“Kamu remehin aku, aku udah jauh jauh sekolah disini cuma buat kamu doang, tapi cewek kampung itu udah buat kamu takluk, padahal aku udah halangin semua cewek buat dekatin kamu, hah target selanjutnya Dakota, itu sangat gampang, aku pastiin Dakota gak akan gubris kamu” batin Irma kesal.

“Irma, yang sabar dong sayang. Jangan buang tenagamu yang berharga untuk gadis kampung itu” sahut Mia menghampiri.

“Kita belum menjalankan rencana kita, masih ada waktu bukan” timpal Mia lagi.

Tiba tiba “drtt ... drrt ... Ir HP mu bunyi nih” Sena menyerahkan handphone pada Irma.

“Nona Irma saya sudah mengetahui identitas Dakota Kaif” jawab seorang pria dari seberang.

“Bagus, ceritakanlah” sahut Irma.

“Dakota Kaif sejak lahir tidak memiliki sanak saudara, apalagi seorang ayah. Dia tinggal di alamat XX. Dia hanya memiliki seorang ibu, ibunya sudah sakit sakitan. Ibunya mantan penari Sanggar dan Dakota seorang penari Sanggar juga sekaligus pelatih tari di Sanggar Elaya” Jawab dari seberang.

“Hmm, Sanggar Elaya bukannya itu milik Haris Admidjaya?” tanya Irma.

“Benar nona, Sanggar tersebut saat ini milik Haris Admidjaya sudah lama dibangun oleh Elcid Admidjaya disingkat dengan nama Sanggar Elaya. Sanggar dibangun untuk menyambut tamu VVIP dari mancanegara dan penghubung bisnis terkemuka di Indonesia. Tentunya pemilik Sanggar tersebut paman nona sendiri suami Melda Sugiono” balas dari seberang.

“Ternyata masih milik tante, kerja bagus. Cek uang direkeningmu. Tolong kirim foto Dakota sedang menari menyambut tamu VVIP dan tunggu instruksi selanjutnya” tegas Irma.

“Baik Nona” jawab dari seberang.

“Gile banget sih kamu Ir, langsung main selidik aja” sahut Mia.

“Yah, kalau aku gak bisa miliki Janter, yang lain juga gak bisa” jawab Irma.

“Ayo kita masuk kelas guys, udah bel nih” sahut Sena.

 

###

Sepulang dari Sanggar Dakota langsung menghampiri pasar langganannya untuk membeli sayuran. Semenjak Ibu Endangsi menderita Penyakit Leukimia kronis. Dakota selalu membeli gandum dan sayuran untuk dikukus. Itu sudah menjadi tugas kewajiban sehari-hari Dakota.

“Apa yang terjadi, kenapa suasana rumah tidak seperti biasanya” batin Dakota.

“Ibu aku pulang” pintu langsung terbuka.

“Ada apa ini” teriak Dakota melihat sesisi rumah hancur lebur dan berantakan, Dakota langsung lari menuju kamar Ibunya.

“Ibu ... apa yang terjadi?” air mata Dakota mulai menetes melihat ibunya terbaring dilantai.

“Hiks ... Hiks ... Ibu bertahanlah” Dakota menggendong ibunya keruang tengah. Ia pun menghubungi Yohana untuk membantu Dakota membawa ibunya ke Rumah Sakit Inu.

# Rumah Sakit Inu

“Dakota apa yang terjadi sama ibu, kenapa sampai begini? Bukannya ibumu masih tahap kronis?” tanya Yohana sambil mengelus pundak Dakota di Rumah Sakit.

“Aku gak tau Yo, kamu bisa lihat rumahku juga berantakan, aku berharap ibu tidak kenapa-napa, hiks ... hiks ....” jawab Dakota memangku dagunya dengan kedua tangannya.

“Sabar beb, ibu pasti bisa melewati ini, semoga saja penyakitnya bisa ditangani.” peluk Yohana erat.

“Keluarga dari ibu Endangsi?” tanya Dokter yang baru saja keluar dari ruangan ICU.

“Saya Dokter, bagaimana dengan ibu saya dok?” tanya Dakota.

“Ikut saya keruangan dulu” pinta Dokter.

“Saya langsung saja, hari ini Ibu anda mengalami syok berat, apakah ibu anda tidak anda rawat. Karena syok berat ibu anda mengalami pembengkakan hati, saat ini dipastikan ibu anda memasuki stadium menengah. Tolong jaga ibu anda jangan sampai masuk stadium lanjut” tegas Doker.

“Apa Dok? Berapa lama ibu saya bisa bertahan Dok?” mata Dakota mulai berair lagi.

“Saya tidak bisa menjamin, berapa lama penyakit beliau akan menyebar. Kita hanya perlu melakukan pencegahan dengan meningkatkan kekebalan tubuhnya sebelum memasuki tahap lanjut. Ingatlah untuk tidak membuat ibu anda syok lagi, jauhkan dari tekanan” Perintah Dokter pada Dakota.

“Baik Dokter” jawab Dakota.

Keluar dari ruangan dokter Dakota masih terus bertanya kenapa bisa ibunya mengalami syok berat, apa yang terjadi dirumah hari ini.

“Drt ... drt ..." handphone Dakota berbunyi pertanda pesan masuk, saat dia baca ternyata dari Janter dan nomor baru, dia langsung membuka pesan dari nomor baru.

{+62 812-8454-xxx. Hari ini. "itu belum seberapa, kalau kamu mau selamat, kamu temui aku disekolah"}.

Saat membaca pesan masuk tersebut, pikiran Dakota belum bisa menerima pasan misterius tersebut.

“Kamu kenapa beb? Ibu sudah bangun ayo kita temui ibumu” pinta Yohana.

“Gak papa beb, yuk kita masuk” ajak Dakota.

“Ibu, sudah bangun” kata Dakota pelan memeluk dan mencium punggung tangan ibunya.

“Nak, hari ini ada orang yang tidak ibu kenal datang, mereka menghancurkan semuanya, ibu takut ....” Belum selesai sudah dipotong oleh Dakota.

“Ibu jangan dilanjutkan lagi, yang penting saat ini ibu sudah membaik, ibu istirahat aja dulu” pinta Dakota.

Sebenarnya Dakota selalu menahan air matanya didepan ibunya. Tidak peduli seberapa sedih dia, tapi demi kebaikan ibunya, Dakota harus terlihat tegar dan menyembunyikan semuanya.

“Dakota, berjanjilah pada ibu untuk tidak mengusik Sanggar Elaya” pinta ibu Dakota.

Sontak Yohana yang ada di dalam ruangan ikut kaget.

“Tapi bu, kami ....” Belum Yohana lanjut mata Dakota yang tajam sudah memberikan kode pada Yohana untuk tutup mulut.

“Ibu jangan memikirkan yang aneh-aneh, saat ini yang perlu ibu lakukan adalah menjaga kesehatan ibu, aku akan pegang janjiku” sahut Dakota.

“Kenapa Dakota tidak memberitahukan yang sebenarnya, memang selama ini kami membohongi ibunya bahwa kami kerja sambilan sebagai Ofice Girl, tapi Sanggar Elaya sudah seperti rumah kedua bagi kami, apa jangan-jangan kejadian hari ini ada kaitannya dengan Sanggar Elaya?” batin Yohana.

“Ibu sudah tidur kembali?” tanya Yohana bangkit dari duduknya.

“Ya, makasih ya beb untuk hari ini, aku selalu nyusahin kamu” seru Dakota menunduk.

“Sebagai sahabat aku akan selalu ada saat kamu susah maupun senang, oya untuk Sanggar Elaya, aku tidak tau apa alasanmu, tapi aku berharap kamu akan ceritakan padaku suatu saat nanti”

Yohana memeluk Dakota dengan erat. “Kalau kamu mau menangis, nangis aja beb jangan ditahan” serunya lagi di telinga Dakota.

Mendengar hal tersebut sontak isak tangis Dakota berlangsung lama, air matanya bercucuran semua emosi sedihnya ia luapkan dipelukan Yohana. Dakota selalu menyembunyikan kesedihannya dari ibu dan orang lain, tapi Yohana adalah tempat Dakota meluapkan rasa sedihnya.

“Tuhan terima kasih karena engkau telah menghadirkan Yohana sebagai sahabat baik yang selalu ada saat aku susah dan senang” batin Dakota.

 

“Drt ... drt ...” Handpone Dakota yang berbunyi.

“Beb coba angkat Handphonemu, sepertinya penting” Yohana melepas pelukannya. Sesaat setelah melihat Handponenya ternyata panggilan masuk dari Kakek misteriusnya.

 

“Halo kek” jawab Dakota mengatur suaranya.

“Ibumu ada dimana?” tanya suara kakek dari seberang.

“Dia sudah tidur, ini sudah malam besok saja kakek ajak bicara” jawab Dakota.

“Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya kakek lagi.

“Ya, tidak ada yang perlu kakek cemaskan” jawab Dakota berbohong.

“Baiklah, aku harap demikin” seru dari seberang, panggilanpun terputus.

“Kakek misterius maaf, selama ini sudah banyak bantu kami, maaf aku harus berbohong, kali ini aku bisa mengatasinya. Selama ini kakek sudah bantu biaya rumah sakit, setiap ibu masuk RS, kakek juga bantu biaya pendidikanku, aku tidak ingin menyusahkan kakek bahkan kakek juga sudah tua” batin Dakota.

#Sementara dari seberang.

“Halo kek?” jawab Haris.

“Dasar cucu kurang ajar, ibu dan saudarimupun tidak bisa kau lindungi” bentak kakek misterius.

“Ada apa kek? Kenapa kakek marah-marah, aku banyak kerjaan” jawab Haris yang kurang mendengarkan penjelasan kakeknya karena urusan bisnisnya dengan client yang sudah menunggunya, langsung menyerahkan handphone tersebut pada Manejernya.

“Saat ini aku mampir di rumah ibu dan saudarimu, isi rumahnya hancur berantakan. Kalau kau tidak bisa urus masalah ini akan kupatahkan kakimu!” Tegas kakek misterius.

“Maaf Tuan Besar, ini saya manejer pribadi tuan muda. Akan saya sampaikan pesan tuan besar pada tuan muda” jawab Eveno.

“Dasar cucu kurang ajar ... bicara dengan kakeknyapun tidak sempat!” teriak Pak Admidjaya melemparkan handphonenya.

 

“Kenapa sifat mereka sama, mereka selalu menutupi masalah yang mereka hadapi dan tidak mau mengandalkanku. Aku sudah tua, tapi harus menghadapi kedua cucuku yang tidak bisa aku atur. Bahkan aku banyak uang, tapi aku tidak bisa menjamin hidup mereka dengan baik dan layak, bagaimana bisa aku menjamin kepada istriku tercinta dialam baka sana bahwa aku akan membuat ketujuh turunanku bahagia. Keturunan keduaku saja sudah menderita, ah aku sangat kangen denganmu istriku, kau sangat mirip dengan cucu kita sayang” batin kakek.

“Maaf kan saya tuan besar” balas Evenno tapi tidak ada jawaban dari seberang.

“Tuan... tuan besar” ulang Eveno ternyata panggilan sudah terputus.

“Matilah aku tuan muda, hu... hu... Tidak tuan muda, tuan besar juga, semuanya sama-sama menyeramkan, aku bahkan merinding” batin Eveno.

BERSAMBUNG...............

Hai Para Reader yang setia. 🙏

Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.

Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.😊

Episode 3. Masih kembali Insiden SMA

Paginya Dakota langsung pergi kesekolah. Yang dia fokuskan saat ini hanya ingin mengetahui siapa yang sudah berani datang kerumahnya dan apakah ada hubungannya dengan Sanggar Elaya. Setahunya hubungannya dengan Manajer Elaya sangat baik, bagaimana mungkin itu berhubungan seperti yang ibunya cemaskan.

"Hanya pesan singkat itu menjadi sebuah petunjuk untuk masalah kemarin" gumam Dakota.

“Beb, kamu masuk kelas hari ini, gimana dengan ibu?” tanya Yohana membuyarkan lamunan Dakota.

“Ibu sudah mulai membaik beb, saat ini dijaga oleh suster yang sudah digaji oleh kakek misterius” sahut Dakota.

“Kamu udah tau siapa sebenarnya kakek misterius itu?” tanya Yohana.

“Aku juga tidak tau sampai sekarang, tapi setidaknya dia selalu ada buat aku dan ibu beb” sahut Dakota.

“Setiap ibu masuk RS Inu suster tersebut sudah ditugaskan untuk menjaga, agar aku bisa sekolah seperti biasa. Tapi ketika bertanya pada suster tersebut apakah mengenal kakek misterius itu, suster tersebut tidak pernah mengungkapkan identitas kakek tersebut, bahkan ibupun juga tidak menjelaskan apapun padaku” batin Dakota.

“Sepulang sekolah nanti kita pulang bareng ya beb, aku ingin mengunjungi ibumu, ibuku juga menyiapkan bubur gandum” pinta Yohana.

“Aku ada sedikit urusan beb, nanti kamu duluan saja gimana?” sahut Dakota.

“Kamu mau kemana? jangan bilang mau ke Sanggar, bukannya jadwal kita hari ini libur melatih?” tanya Yohana.

“Nanti aku jelaskan, intinya aku tidak ke Sanggar beb, hanya urusan biasa” tegas Dakota.

“Tidak biasanya dia mengabaikan ibunya, bahkan sehari saja, apa lagi ibunya masih dirumah sakit, ada yang tidak beres bahkan dia sangat tegas tapi ada keraguan dalam kalimat yang dia sampaikan, seperti berbohong” batin Yohana.

“Baiklah aku akan ke Rumah Sakit sendiri. Tapi kalau ada apa-apa padamu segera hubungi aku nanti” kata Yohana.

“Oke beb” jawab Dakota singkat.

“Ayo kita kekantin sebelum bel masuk” ajak Yohana menarik lengan Dakota.

Sesampainya di Kantin. Dakota melihat Janter yang sedang menghampiri meja makan mereka. Dakota ingat bahwa Janter mengirim pesan singkat padanya bahwa sepulang sekolah nanti dia ingin menyampaikan sesuatu. Tapi karena kejadian kemarin, Dakota lebih memilih mengabaikan Janter dan fokus pada isi pesan misterius tersebut.

“Beb, kayaknya aku gak bisa lama-lama disini beb” sahut Dakota pada Yohana.

“Kenapa? kamu sakit beb?” memegang dahi Dakota.

“Gak beb, aku mau istirahat dikelas aja, ya udah ya beb, aku pergi dulu” Dakota pergi meninggalkan mejanya.

“Tapi beb ....” Belum sempat Yohana mencegah Dakota sudah pergi menjauh.

“Yo, kenapa Dakota pergi?” tanya Janter langsung duduk dimeja yang ditinggal Dakota tadi.

“Aku juga mikir kayak bukan dia hari ini bang?” jawab Yohana.

“Apa Dakota ada masalah, aku kirim pesan pada sahabatmu tapi tidak dibalas Yo?” sahut Janter.

“Kayaknya dia menghindari bang Janter deh” jawab Yohana berpikir.

“Mungkin, tapi aku hanya ingin mengajaknya bertemu sebentar saja, pulang sekolah nanti karena besok weekend mau ngajak jalan. Kalau dia tidak bisa kan tinggal balas pesanku saja, aku yakin dia sudah baca” jelas Janter.

“Tunggu dulu bang, sepertinya ada yang aneh dengannya, dia bilang nanti sepulang sekolah dia ada janji dan urusan gitu, tapi aku gak mau nanya” kata Yohana.

“Apa sebelumnya Dakota ada orang yang dia sukai?” tanya Janter memastikan.

“Tidak bang, aku sahabatnya tidak ada yang lain. Aku merasa ada yang aneh padanya. Bang aku bisa minta tolong awasi Dakota nanti sepulang sekolah” pinta Yohana.

“Baiklah Yo, aku juga mau ngomong sesuatu sama dia, kenapa dia menghindari aku” jawab Janter.

###

“Drt ...drt ...” Hanphone Dakota yang berbunyi pertanda pesan masuk. Dakotapun melihat kontak Handponenya ternyata nomor misterius tersebut.

“Hmm ... tepat waktu sekali mengirim pesanya saat jam pulang sekolah” gumam Dakota.

{+62 812-8454-xxx. 13.45. Datanglah ke Toilet Perempuan dekat Taman}

Dakota langsung menuju toliet prempuan sesuai dengan instruksi dari pesan misterius itu. Tibanya didepan pintu toilet.

“Sepertinya ada orang disekitar sini, tapi kenapa tidak muncul juga” guman Dakota.

Tidak lama mendengar langkah yang sulit diketahui siapa orangnya.

“Siapa disana?” tanya Dakota. Tapi Tidak ada yang menjawab.

“Akkhh ....” Jerit Dakota saat seseorang misterius memukul badannya dari arah belakang membuat tubuhnya langsung ambruk kelantai.

“Mia, apa dia mati?” tanya Sena.

“Tidak mungkin dia mati, hanya pukulan kayu balok ini” jawab Mia.

“Ya, jangan sampai dia mati, perintah Irma kita masukkan dia ke toilet” gubris Sena.

“Ya, ya ... dia hanya pingsan tidak akan mati” sahut Mia.

Sesampainya di dalam toilet.

“Crasss ....” Tumpahan air dimuka Dakota.

“Uhuk ... ukhukk ... hk” Dakota yang masih setengah sadar.

“Heh ... Jalan* bangun” pekik Mia menarik rambut Dakota menyeretnya kehadapan Irma.

“Dia masih hidupkan?” tanya Irma.

“Ya ... Ir, kamu tenang aja, dia gak akan mati” bisik Sena pada Irma.

“Plak ... plak ... woi, sadar” gubris Mia pada Dakota.

“Jangan sampai tanganku ini mengotori wajahmu, cewek jalan* ...” ucap Mia balik.

“Ukhuk ... kalian siapa?” tanya Dakota setengah sadar membuka mata. Irmapun memberikan kode pada Mia agar dia mengambil alih.

“Coba lihat wajahku? Perhatikan baik-baik” perintah Irma membuka mata Dakota lebar lebar.

“Se ... nior Irma” jawab Dakota memegang punggungnya yang nyaris patah. Dakota heran kenapa dia harus berhadapan dengan Irma.

“Sepertinya kamu belum sadar dengan dirimu, Mia beri pelajaran” perintah Irma.

“Crass ....” Siraman air membasahi wajah dan seluruh tubuh Dakota yang terbaring dilantai.

“Apa yang kalian lakukan, aku salah apa sama kalian?” tanya Dakota mencoba bangkit dari lantai.

“Kau tidak tau apa salahmu? Plak...” tamparan keras dari Sena membuat Dakota ingat tujuannya ke toilet pesan misterius itu.

“Apa ... ja ... jadi kalian yang sudah menghancurkan rumahku semalam?” dengan gugup dan rasa ngeri Dakota akhirnya benar benar sadar. Irmapun mengambil instruksi agar Sena dan Mia diam ditempat.

“Dengar baik baik jalan*” perintah Irma.

“Akulah yang sudah memberikan rasa syok pada ibumu yang juga jalan* itu. Kau tau kenapa?” tanya Irma memegang dagu Dakota.

“Apa salahku ... kenapa ... kenapa kamu mengganggu ibuku ... kenapa?” teriak Dakota menarik lalu menjambak rambut Irma.

“Bangsat, plak ... plak ....” Sena langsung menampar Dakota, lalu Mia membantu Irma.

“Si Jalan* ... kau masih ada tenaga juga” pekik Irma. Kasih dia pelajaran perintah Irma pada Sena dan Mia.

“Plak ... plak ....” Terasa panas tamparan yang dirasakan Dakota.

“Ah ... Mia bantu aku dia menarik rambutku, rambutku mau putus rasanya” teriak Sena.

"Bughh ... brugh ....” Tendangan keras berulang dari Mia keperut Dakota membuat Dakota merasakan sakitnya sampai ke uluh hati.

“Akhh ... uhu ... huhu ....” Tidak terasa air mata Dakotapun jatuh.

“Sudah cukup Mia dan Sena” instruksi Irma ambil alih.

“Sudah bisa nangis jalan*” ucap Irma memandang wajahnya.

“Buat dia duduk” perintah Irma pada Sena dan Mia.

“Lepaskan ... aku masih bisa sendiri” teriak Dakota pada Sena.

“Jalan* ... kamu masih melawan juga” pekik Mia. Namun kode dari Irma membuat mereka mundur.

“Baiklah wanita kampungan, ini adalah caraku memperkenalkan diri. Aku Irma Sugiono, kau tahu aku juga anak pengusaha terkaya di Indonesia. Apa yang menjadi milikku tidak bisa direbut oleh orang lain termasuk pira” jelas Irma duduk dikursi menghadap Dakota.

“Apa maksudmu, aku tidak pernah mengganggumu” ucap Dakota menatap Irma.

“Srekk ....” Sebuah foto dilemparkan pada Dakota. “perhatikan baik-baik foto itu” perintah Irma.

“Ini foto bang Janter dan kamu” jawab Dakota.

“Sudah kamu perhatikan? Coba lihat cincin yang kami pakai, bukankah sudah jelas Janter dan aku tunangan” sahut Irma.

“Ini tidak ada hubungannya denganku” jawab Dakota.

“Jelas ada jalan* ...” sahut Mia.

“Cukup, biar kukasih tahu padamu. Aku peringatkan padamu jangan dekati Janter lagi, dia milikku” tegas Irma.

“Hah, kamu pikir aku menyukai dia, hanya karena dia ... kamu membuat ibuku masuk rumah sakit ... apa kamu tidak keterlaluan sebagai seorang manusia” ucap Dakota.

“Bagus cewek kampung, setidaknya kamu tidak menjadi sorang Jalan* benaran, kamu memang tidak suka padanya, tapi dia bisa jadi suka padamu. Bisa kau buktikan kata-katamu” Pekik Irma.

“Kalau dia memang tunanganmu, kamu harusnya jaga dia dengan baik, atau dia tidak menyukaimu” sinis Dakota.

“Wah ... jalan* ini” ucap Sena emosi.

“Masih ada nyali kau” pekik Mia.

“Kring ... kring ....” Handphone si jalan* bunyi.

“Siapa yang nelvon?” tanya Irma pada Sena.

"Tepat sekali, bang Janter Ir” seru Sena menyerahkan handphone Dakota pada Irma.

“Haha ... disaat seperti ini, tuan Janter ada telepati kayaknya” panggilan diputus oleh Irma.

“Dia bahkan menghubungimu, aku rasa dia sudah menyatakan cinta nya padamu. Kau bisa lanjutkan drama romantismu dengan Janter. Tapi sebelum itu kita potong dulu rambutnya” perintah Irma.

Irma langsung mendekat memegang gunting ditangannya.

“Janggan ... tolong ... jangan potong rambutku. Aku akan menjauhi bang Janter, tolong ....” pinta Dakota.

“Aku tau kau seorang penari di Sanggar Elaya, tapi kalau rambutmu ini botak, aku jamin kau tidak akan tampil lagi, bukankah sebentar lagi akan ada pertunjukan mancanegara” jelas Irma memegangi rambut Dakota.

“Tadi kamu bersikap sinis, ternyata kamu cinta juga jadi penari. Kalau gitu mulai besok jangan sampai aku lihat wajah mu ini lagi. Cari saja caranya agar kamu tidak bisa dikenal oleh siapapun. Bentuk wajahmu ini benar-benar seperti jalan*” jelas Irma lagi.

Dakota hanya terdiam, tidak ada yang bisa dia jawab. Melihat reaksi Dakota yang diam Irma semakin geram.

“Heh, aku sudah kasih kamu peringatan. Kalau kamu masih berhubungan dengan bang Janter, aku bisa mengancurkan junior dan teman-temanmu yang ada di Sanggar Elaya, yang lebih parah dari ini akan menantimu” tegas Irma.

Tidak ada respon yang diberikan oleh Dakota ternyata dia sudah pingsan. Entah karena tekanan yang tadi membuat seluruh tubuhnya terasa sakit.

“Berikan dia pelajaran” perintah Irma pada Sena dan Mia. Sena dan Mia menyeret Dakota kedalam bak berisi air. Mereka menceburkan tubuh Dakota kedalam bak tersebut. Merekapun meninggalkan toilet dengan pintu yang terbuka.

#Sementara Itu Usaha Janter mencari Dakota

Mendengar penjelasan Yohana saat istirahat membuat Janter jadi cemas. Sepulang sekolah diapun menyusul kekelas Dakota. Diapun bertanya pada tema sekelasnya, semua menjawab tidak melihat Dakota, ternyata dia terlambat selangkah. Dakota sudah meninggalkan kelas.

Janter berlari menuju gerbang utama Sekolah berharap bertemu Dakota. Berhubung banyak siswa yang keluar menuju gerbang utama untuk pulang membuat langkah Janter berhenti berharap Dakota lewat gerbang utama. 30 menit dia menunggu, dia merasa bahwa Dakota sudah meninggalkan sekolah. Dia mencoba menghubungi kontak Dakota yang sudah tersimpan di handphonenya.

“Tuut ... tut ....” Suara masuk panggilan pertama belum diangkat.

“Tuut ... tut ... panggilan anda dialihkan” mendengar hal tersebut membuat Janter berpikir bahwa handphnenya sengaja dimatikan. Diapun mencoba menghubungi Yohana.

“Halo yo” ucap Janter. “Halo bang, ketemu sama Dakota bang?” tanya Yohana.

“Nggak ... aku kehilangan jejaknya. Apa barusan Dakota ada menghubungimu?” tanya Janter balik.

“Nggak bang, aku pas pulang tadi nggak ada jumpa sama dia, jadi gimana bang?”

“Okelah, nanti aku ceritain. Udah ya” panggilanpun terputus.

Setelah menutup panggilan, diapun bergegas kembali keparkiran mobil Sekolah. Tidak berapa lama, dia melihat mobil mewah Irma lewat gerbang utama Sekolah.

“Aneh, biasanya dia disama supir pribadinya, kenapa malah Sena yang nyetir. Ah ... dimana kamu Dakota. Oya GPS handphone. Handphone Dakota tadi aktif. Coba cek dulu” batin Janter.

Tidak beberapa lama kemudiaan ternyata GPS handphone Dakota memang hidup, menunjukkan bahwa lokasi GPS Dakota masih di Sekolah.

Janter berlari mengelilingi sekolah. Dia pusatkan lagi Gps tersebut menunjukkan taman sekolah. Sampai ditaman tidak ada orang. Akhirnya dia mengubungi kontak Dakota.

“Tuut ... tuut ....” Pangilan masuk dan tidak diangkat, dia hubungi kembali terdengar nada dering Handphone berbunyi dari arah toilet perempuan. Dia berlari bergegas menghampiri bunyi nada handphone Dakota yang terletak dilantai toilet. Akhirnya dia cek ternyata Dakota sudah didalam bak air toilet.

“Dakota ... dik Dakota ....” Teriak Janter terkejut melihat badan Dakota yang sudah pucat. Wajahnya bengkak dan berwarna kehitaman. Janter langsung memapah tubuh Dakota. Dia langsung menghubungi sopir pribadinya dan membawa Dakota ke Rumah Sakit. Dia mengabari Yohana bahwa Dakota akan dibawa ke Rumah Sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Inu. Akhirnya Yohana menunggu kedatangan Janter di RS.

BERSAMBUNG..............

Hai Para Reader yang setia.😊

Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.

Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!