Sebelum membaca alangkah baiknya menyentuh tombol like terlebih dahulu jika suka dengan Chapter ini dan tinggalkan komentar jika ada kekurangan atau kelebihan.
Jangan lupa tekan tombol favorit, agar tak ketinggalan update.
Selamat membaca, semoga terhibur.
...
[Selesai]
Suara datar yang bergema di pikiran membangunkan seorang pemuda dari tidurnya.
"Arghh ... a-pa yang—tunggu di mana aku sekarang?" Teriak panik si pemuda menyadari dirinya berada di hutan belantara.
Pemuda itu berusaha mengingat sesuatu. "Bukannya aku tertidur nyaman di kamarku?"
[Tuan]
"Waaa ... siapa?" Kejutnya dengan melompat. Lalu menatap sekitarnya mencari si pemilik suara.
[Pemandu Anda]
"Cih ... jangan menggodaku! Di mana kau? Suaramu terasa sangat dekat, tapi aku tak menemukanmu!" Teriak pemuda itu sedikit kesal.
[Di tubuh Anda]
"Ha-ha-ha ... jangan bercanda! Di tubuhku? Ti-dak mungkin—tunggu ... suara datar seperti mbak-mbak google, aku tiba-tiba berpindah tempat, dan kau menyebutku Tuan?" Pemuda itur terduduk lemas sembari memegang kepalanya.
"KEMBALIKAN AKU, BODOH!"
...
Setelah menerima penjelasan dari Pemandu atau biasa disebut system, akhirnya pemuda itu menerima kenyataan ... dia berakhir di dunia lain dan mendapatkan sebuah system. Ingatan terakhir pemuda itu adalah tidur di kamarnya.
"Kehidupan sempurnaku!" Kata pemuda itu sendu dengan jalan yang sedikit lunglai.
[Anda bisa menciptakan kehidupan yang lebih sempurna di dunia ini]
"Padahal kehidupanku baik-baik saja. Aku punya banyak teman bahkan pacar. Kehidupanku tak menyedihkan seperti kebanyakan MC novel Isekai dan System, tapi kenapa?"
[Saya juga tidak tahu]
"Tidak berguna!" Dengus kesal pemuda itu.
Merasa sia-sia karena memarahi System-nya, pemuda itu lalu mengalihkan perhatiannya pada area sekitarnya. Hanya ada pohon, hal yang bisa ditangkap kedua matanya.
"Hutan, ya?" Katanya berpegang dagu memikirkan sesuatu.
Lalu si pemuda menggerakkan jarinya di udara membentuk lingkaran ... muncul lah sebuah panel.
Bagaimana dia bisa tahu kode tangan untuk membuka status? Tentu saja penjelasan dari system.
...Nama : Kiya...
...Level : 1(0/20)...
...Ras : Manusia...
...HP : 100/100...
...MP : 50/50...
...SP : 50/50...
...Kekuatan : 5...
...Pertahanan :5...
...Kecepatan : 5...
...Ketahanan : 5...
...Sihir : 5...
...Skill : —...
...Blessing : System...
...Poin : 100...
"Cih ..." Kiya mendecihkan lidahnya dengan kesal setelah melihat status-nya. "Harus dari level satu ... kenapa harus seperti itu?"
[Begitulah ketentuannya]
"Baiklah, baiklah ... Berikan informasi!"
[Memuat semua pengetahuan dunia ini ...]
"Tunggu ...! Kepalaku rasanya pasti akan pecah jika memuat semuanya. Berikan informasi yang umum diketahui saja!"
[Memuat ... selesai]
DEG ...
Sebuah sentakan muncul bersamaan dengan rasa sakit di kepala, namun segera menghilang sekejap mata.
Kiya sudah bisa berbahasa dunia ini dan mengetahui pengetahuan umum dunia ini.
"Dewi Aria? Salah satu Dewi yang disembah di dunia ini," muncul seringai jahat di wajah Kiya.
Pemuda berumur 17 tahun dengan penampilan yang bisa dibilang di atas rata-rata. Rambut hitam-kecokelatan yang berkibar terkena desiran angin dan mata cokelat yang penuh dengan ambisi.
Kiya adalah jenius di antara jenius di bumi. Dia menguasai hampir semua hal. Kehidupannya di bumi sungguh sempurna.
"Hmm ..." Kiya sangat antusias melihat panel mengambang di depannya. "Tujuan sudah dibuat. Menuntut keadilan pada Dewa-Dewi! Aku tak terima tiba-tiba di buang di dunia ini!"
[Sepertinya mustahil, Tuan]
"Tidak ada kata mustahil di kamusku!" Kata Kiya sembari menggerakkan jarinya membentuk huruf C dan secara ajaib panel di depannya menghilang.
Kiya lalu berdiri dan sedikit meregangkan tubuhnya. Setelah dirasa cukup, dia dengan semangat yang berkobar mulai berjalan ke dalam kegelapan yang lebih gelap di dalam hutan. Dia langsung memutuskan untuk leveling.
"System perlihatkan poin yang aku dapatkan ketika membunuh sesuatu!"
[*Monster rank F : 10
*Monster rank E : 50
*Monster rank D : 200
*Monster rank C : 1000
*Monster rank B : 10 ribu
*Monster rank A : 50 ribu
*Monster rank S : 200 ribu
*Hewan biasa : 5
*Makhluk berakal : 10 ribu
*Divine beast : 1 juta]
"Oh ... makhluk berakal pasti yang dimaksud manusia? Ladang poin paling besar. Bayangkan jika aku membunuh 100 orang?!"
Burung-burung mulai beterbangan menjauh mendengar tawa yang dipenuhi kejahatan dari Kiya.
"Divine beast adalah jenis monster yang memiliki pikiran seperti manusia. Mungkin Naga atau Phoenix ... Yah, monster yang merepotkan!"
Kiya telah berjalan selama beberapa menit tanpa berhenti. Meskipun di dekatnya ada beberapa hewan seperti kelinci, tupai, atau pun kadal. Dia tak berniat untuk membunuhnya. Dia seakan-akan sudah memikirkan sesuatu yang lebih menguntungkan.
"Selain untuk meningkatkan stat, poin juga digunakan sebagai pengganti Exp? Baiklah, system ... gunakan semua poin untuk meningkatkan level!"
[Menggunakan semua poin ...]
[Tuan naik ke level 3]
[Tuan mendapatkan 50 poin]
Kiya hanya tersenyum puas.
"Gunakan semuanya untuk meningkatkan kekuatanku!"
[Menggunakan semua poin ...]
"Saatnya panen!"
Akhirnya Kiya sampai di tujuannya. Tak jauh dari tempatnya berada, terlihat jalan setapak yang biasa dilalui oleh sesuatu. Kiya tersenyum melihat jalan setapak itu.
Hutan yang Kiya tempati sekarang adalah hutan dengan monster rank rendah, jadi hutan ini dijadikan jalur transportasi antar kota. Beberapa puluh kilometer dari sini ada sebuah kota.
Kiya adalah orang yang memilih melakukan sesuatu yang paling efisien dan tak menguras banyak tenaga. Yah ... dia akan berperan sebagai penjahat.
Tapi, rencana Kiya juga memerlukan sebuah keberuntungan agar berhasil.
"Keberuntunganku cukup buruk!"
Hampir seharian dan tak ada satupun orang yang lewat.
"Usaha dan keberuntungan adalah faktor yang sangat fatal ... Hah." Kiya mengembuskan nafas berat.
Selama menunggu, Kiya tak hanya berdiam diri. Dia sudah mempersiapkan beberapa peralatannya, seperti batu runcing dan sebagainya.
"Sepertinya aku lanjutkan besok saja. Aku sekarang harus mencari makanan!"
Hendak beranjak pergi dari tempat persembunyiannya, telinga Kiya tiba-tiba menangkap bunyi yang tak asing. Itu adalah suara kuda ...
"Akhirnya ..." Kata Kiya dengan penuh semangat bersiap menjalankan rencananya.
Dia mulai merobek kaos hitam polos yang dia gunakan dengan batu runcing membentuk seperti cakaran dan mengotori tubuhnya. Tak lupa dia melumuri tubuhnya dengan cairan merah seperti darah. Kiya memang terlalu pintar, mendapatkan pewarna seperti itu sangat mudah hanya bermodalkan dedaunan.
Bag ...
Kiya keluar dari semak-semak dengan dramatis terkapar tak bergerak saat kuda yang menarik sebuah kereta jaraknya sudah dekat.
Orang yang mengendalikan kuda menghentikan laju kudanya lalu turun untuk mengecek keadaan Kiya.
"Apa Anda baik-baik saja?" Tanya si kusir sedikit cemas melihat kondisi Kiya.
Kiya melakukan aktingnya, dia pura-pura kesakitan menunjuk bagian dadanya yang terkoyak dengan cairan merah yang banyak.
"Pak Will, apa yang terjadi?" Suara dari dalam kereta kuda.
Kiya yang pura-pura kesakitan menyipitkan matanya. Seseorang—bukan keluarga lengkap keluar dari kereta kuda dengan kedua anak kecil.
"Wah ... bagus sekali! A-ku tak bisa membunuh anak kecil!"
Sebelum membaca alangkah baiknya menyentuh tombol like terlebih dahulu jika suka dengan Chapter ini dan tinggalkan komentar jika ada kekurangan atau kelebihan.
Jangan lupa tekan tombol favorit, agar tak ketinggalan update.
Selamat membaca, semoga terhibur.
...
Kiya sekarang menjadi bimbang. Dia lupa memperhitungkan bahwa bisa saja ada keberadaan seperti lansia dan anak-anak.
Jenis dua manusia itulah yang sudah hidup dengannya di bumi. Kiya hanya tinggal dengan nenek dan adik laki-lakinya setelah kedua orang tuanya menelantarkan mereka.
"Pemuda ini sepertinya baru saja diserang binatang buas, Nyonya!?"
"Lalu, bagaimana keadaannya?"
"Kritis ..."
"Ibu, ayah ... ayo kita tolong dia!" Rengek kedua anaknya menunjuk-nunjuk Kiya yang terkapar.
"Tentu saja sayang, kita tak bisa membiarkannya terluka. Pak Will ... bawa pemuda itu ke dalam!" Perintah si suami.
Kedua anak kecil itu matanya berkilauan. "Pak Will cepat, ayo kita sembuhkan dia!"
"Tentu saja, Tuan muda!"
Kiya mengalami dilema parah. Beberapa kali dia memperhatikan keluarga kecil itu. Dari pakaian yang mereka kenakan, mungkin saja dari keluarga kalangan menengah biasa. Juga ... tak terlihat ada satupun pengawal. Sasaran yang empuk.
[Tuan ...]
"Cih ... keberuntunganku buruk sekali! A-ku akan segera ketahuan!"
Kiya pasrah dengan keadaannya, dia tak tahu harus berbuat apa. Kehadiran kedua anak kecil itu sudah membuyarkan semua rencana yang telah dibuatnya.
"Eh?" Teriak Pak Will terkejut saat membersihkan luka bohongan Kiya.
Kiya masih dengan akting pingsan. Dahinya sedikit mengkerut karena sadar dirinya akan ketahuan.
"A-da apa Pak Will? Apa lukanya parah?" Kata sang istri cemas yang diikuti dengan anggukan seluruh anggota keluarga. Mereka benar-benar takut bahwa pemuda itu sudah tak tertolong.
"Tak perlu khawatir!" Kata Pak Will dengan senyuman.
Keluarga kecil itu dengan kompak memiringkan kepalanya.
...
"Ahh ... sial! A-ku tak terima ini, aku sangat malu. Aku ingin mati saja!"
Kiya dengan kesal meninju tanah beberapa kali dan berguling-guling tak beraturan. Dia sungguh malu, apalagi mengingat perkataan keluarga itu.
"Kami pasti akan memberikan sedikit makanan jika kamu meminta."
Mereka mengira tujuan akting Kiya adalah untuk mendapatkan makanan atau tumpangan menuju ke kota. Kiya sangat kesal akan hal itu.
"Tenang! Tenang, lupakan kejadian hari ini. Masih ada banyak waktu, pasti ada orang yang lewat lagi!?"
Namun, kenyataannya sampai dua matahari di langit menghilang berganti dengan ribuan bintik-bintik kecil bercahaya di gelapnya langit ... tak ada satu pun orang yang lewat lagi.
"Keberuntunganku ... kenapa kau tak bisa diajak kerja sama?" Sedikit tersedu-sedu, Kiya memasukkan daging ke mulutnya yang dia dapat dari keluarga kecil itu.
[Menurut saya Tuan tidak sial bahkan Anda bisa mendapatkan makanan yang enak dengan mudah]
Mata kanan Kiya berkedut-kedut. "Lalu ... kau menyebut apa tentang aku yang susah payah mencari batu dan membuat pewarna merah? Jangan lupa tentang akting sempurnaku!"
[Maaf, Tuan]
Kiya menggerakkan jarinya membentuk lingkaran. "Open."
...Nama : Kiya...
...Level : 3 ( 0/170)...
...Ras : Manusia...
...HP : 240/240...
...MP : 100/120...
...SP : 65/120...
...Kekuatan : 55...
...Pertahanan :5...
...Kecepatan : 5...
...Ketahanan : 5...
...Sihir : 5...
...Skill : —...
...Blessing : System...
...Poin : 0...
"Staminaku bahkan menyentuh angka 10 tadi karena terlalu bekerja keras!"
Api unggun di depannya terus berkobar dan Kiya hanya menatapnya dalam diam. Potongan-potongan memori masuk ke kepalanya.
"A-ku harus kembali!" Kata Kiya mengelap matanya. "Okay ... persiapkan rencana selanjutnya!?"
Jari-jarinya membentuk huruf S di udara. Di samping panel status muncul panel baru dengan simbol gembok terpampang.
[Tuan setidaknya harus berlevel 10 agar fitur shop terbuka]
Kiya menggerakkan jarinya membentuk huruf X dan panel itu pun menghilang.
"Yah ... a-ku harus bekerja keras. Keberuntungan berpihaklah padaku!"
...
"Hoamph ... sudah pagi, ya?"
[Selamat pagi, Tuan]
Kiya mengucek-ngucek matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk, beberapa kali dia mengedipkan matanya. Terlihat kedua tangannya sangat kotor.
"A-ku sangat lelah, apa staminaku belum kembali?"
Kiya meloncat turun dari pohon tempatnya berbaring lalu mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku.
"Penampilanku seperti gembel!" Tentu saja dengan pakaian yang kotor dan robek.
Dia pun berjalan menuju ke arah jalan setapak. Dia sangat berharap kerja kerasnya malam tadi sedikit membuahkan hasil.
Mulut Kiya terbuka lebar sesampainya di sana, dia ingin segera berteriak, tapi dia menahannya.
"Akhirnya terbayarkan!" Kiya membiarkan tubuhnya ambruk. "Ha-ha-ha ... AKU TAK PERNAH BEKERJA KERAS SEPERTI INI!" Teriak Kiya dengan keras.
Di depannya adalah beberapa lubang besar yang di tutupi dengan dedaunan dan sebuah gerobak yang terperosok jatuh. Kiya membuat jebakan.
Kiya langsung menghampiri lubang itu.
"Aku tak tau siapa dirimu, tapi berpergian pada malam hari itu sangat gegabah."
Pada dasar lubang Kiya menyiapkan puluhan kayu-kayu tajam agar saat korban jatuh akan terluka parah.
Korban Kiya kali ini adalah seorang pria dengan seekor lembu yang membawa muatan jerami di gerobaknya.
"Huh ... akhirnya panen poin!"
Kiya berhasil mengeluarkan pria dan lembunya. Keduanya dibaringkan dan kayu tajam itu siap melakukan tugasnya. Pria dan lembunya masih belum mati, mereka hanya pingsan.
Jleb ...
[Tuan mendapatkan 10 ribu poin]
"Jackpot ...! System gunakan setengah poin untuk menaikkan level!"
[Menggunakan setengah poin ... selesai]
[Tuan naik ke level 37]
[Bonus naik level, Tuan mendapatkan satu set pakaian]
"Wow ... bonus yang bagus! System ... gunakan sisa poin lainnya untuk stat!"
[Menggunakan semua poin ... selesai]
Kiya menggerakkan jari membentuk lingkaran karena itulah kode tangan untuk membuka status.
...Nama : Kiya...
...Level : 37 (0/1438)...
...Ras : Manusia...
...HP : 240/1438...
...MP : 135/719...
...SP : 65/719...
...Kekuatan : 1002...
...Pertahanan : 1007...
...Kecepatan : 1004...
...Ketahanan : 1001...
...Sihir : 1008...
...Skill : —...
...Blessing : System...
...Poin : 73...
...Penyimpanan : Satu set pakaian...
"Sebaiknya aku istirahat untuk memulihkan diri."
Selanjutnya, sisa hari panjangnya dihabiskan dengan bermalas-malasan, tak ada kegiatan lain yang dilakukan. Kerja kerasnya kemarin akhirnya terbayarkan.
"Hmm ...?"
Dua matahari yang bersinar terik seharian sudah menghilang digantikan dengan ribuan bintik-bintik bercahaya di gelapnya langit malam.
Kiya dalam diam melihat gemerlap cahaya dari atas pohon, yah ... itu adalah kota yang jaraknya paling dekat dengan hutan ini.
Kiya memikirkan sesuatu, itu adalah mencari cara untuk kembali ke bumi.
"Apa aku bisa kembali? Terdengar mustahil?!" Kiya sedikit menghembuskan nafas.
Untuk bisa kembali Kiya pertama-tama harus meminta penjelasan tentang dirinya yang secara tiba-tiba berada di dunia ini. Masalahnya, dia tak tahu siapa yang sudah mengirimnya.
Dewa? Orang kuat? Kiya hanya menerka.
"Saat aku tidur bisa saja aku mati!?"
Kemungkinan seperti itu memang ada. Hal itulah yang membuat Kiya bimbang.
Jika dia benar-benar sudah mati di bumi ... dunia inilah tempatnya sekarang, dia sudah tak bisa lagi di bumi.
"Akhhh ... ini hanya membuatku kesal." Kiya mengacak-acak rambut saking kesalnya. "Baiklah ...aku nikmati dulu dunia ini sambil mencari tau!"
Sebelum membaca alangkah baiknya menyentuh tombol like terlebih dahulu jika suka dengan Chapter ini dan tinggalkan komentar jika ada kekurangan atau kelebihan.
Jangan lupa tekan tombol favorit, agar tak ketinggalan update.
Selamat membaca, semoga terhibur.
...
Pepohonan sudah mulai menghilang berganti dengan padang rumput yang luas. Angin kencang langsung berhembus menggoyangkan rambut hitam-kecokelatan milik seorang pemuda.
Senyumannya merekah menyaksikan indahnya padang rumput itu sampai ...
"Dua bola api di atas sana benar-benar brengsek!" Kiya memaki-maki dengan menunjuk ke langit.
Kiya yang sudah kehilangan semangatnya berjalan dengan pelan. Berbeda sekali dengan beberapa saat yang lalu.
"A-ku harus membiasakan diri dengan dua matahari itu!"
Untungnya angin terus berhembus membuat rasa panasnya sedikit menghilang.
"Hiyya ... "
Terdengar sayup-sayup, Kiya berhenti untuk mencari sumber suara. Tak jauh darinya, kira-kira 300 meter, terlihat dua orang sedang mengejar sesuatu.
"Mereka petualang, kah?"
Makhluk kecil berwarna putih dengan dua tanduk yang menjadi target dua orang yang diduga petualang oleh Kiya.
"Hmm ... masih rookie!" Kiya sudah kehilangan minat pada dua orang itu dan dia melanjutkan perjalanannya.
Jaraknya dengan kota sebenarnya tinggal belasan kilometer. Jika mau, seharusnya Kiya bisa berlari saja mengingat kecepatannya yang tinggi.
Akan tetapi, Kiya berpikir jika seperti itu dia mungkin saja melewatkan hal yang menarik.
"Ada rombongan dagang?"
Sebuah rombongan besar dengan kereta kuda hampir menyentuh angka 20-an mendekatinya. Kiya pikir mungkin akan diberikan tumpangan.
"Yo ... manusia muda!" Panggil seseorang yang duduk di samping kusir.
Kiya menoleh tanpa bersuara.
"Kau mau kemana?"
"Kota Xely." Jawab Kiya singkat.
"Ohh ... naik! Aku akan memberikan tumpangan. Kau itu terlihat dari golongan menengah, tapi apa kau tidak bisa membeli kendaraan?"
Menghiraukan perkataannya, Kiya lebih memilih melihat beberapa kereta kuda di belakang.
"Mau menumpang?"
"Eh? Ah ... begini, a-ku tak punya uang untuk membayar he-he." Kiya tersenyum kecut.
"Tak usah dipikirkan! Banyak cara untuk membayar ... misalnya dengan dirimu."
Bag ...
Dari belakang Kiya ada orang yang muncul tiba-tiba hendak memukul tengkuk lehernya. Sayangnya itu gagal, Kiya menyadarinya. Dengan cepat dia menghindar dengan melompat ke samping.
"Oh ... kau pedagang budak, ya? Hmm ... bawahanmu lumayan!" Kata Kiya santai menunjuk orang yang gagal menyerangnya.
Nampaknya pedagang budak itu malas berbasa-basi.
"Lumpuhkan dia!"
Secara mengejutkan muncul banyak orang dengan berbagai senjata di tangannya keluar dari segala sisi kereta kuda.
"Cih ... skill kamuflase! Itulah kenapa aku merasakan banyak sekali hawa keberadaan."
Para bawahan itu mulai menghilangkan diri lagi. Menyadari bahaya ... Kiya semakin memperlebar jarak.
[Kondisi Tuan sedikit sulit]
"Yah ... aku tau. Sekarang aku butuh sekali skill. Sayang sekali aku telah menghabiskan poin!"
Mata dan telinga dipasang baik-baik, Kiya benar-benar fokus.
Trangg ...
"A-PA?"
Suara dentuman dua benda keras terdengar. Namun aslinya itu adalah tangannya Kiya yang membentur sesuatu.
Bak ...
Kiya melakukan tendangan ke belakang lalu memperlebar jarak.
Pedagang budak nampak tak senang dengan kemampuan yang ditunjukkan oleh Kiya.
"CEPAT TANGKAP!"
Slash ... Slash ... Slash ... Trangg ...
Semua serangan yang dilancarkan tidak berefek apa-apa untuk Kiya.
"Apa-apaan dia itu? Kulitnya sangat keras! Apa pertahanannya sangat tinggi?"
"Kau menunjukkan dirimu!"
Bak ... Brakkk ...
Kiya memukul udara kosong. Tubuh orang itu langsung terlihat ketika menghantam dinding kereta dengan keras.
"Wow, langsung pingsan?" Ledek Kiya.
"Jangan senang dulu, bocah!" Kata si pedagang budak yang tak menunjukkan tanda gemetar.
"A-pa?"
Dari tanah muncul sulur yang menjerat tubuh Kiya. Itu memang mudah dilepaskan, namun sulur-sulur itu tak kunjung berhenti tumbuh.
"Ba-gaimana?" Pedagang budak itu tersenyum menyaksikan Kiya yang sedang kepayahan.
[Lawan Tuan rata-rata memiliki kekuatan setara dengan level 30-an dan jumlah mereka ada lebih dari 30]
"Sial! Mereka sadar bahwa pertahananku yang terlalu tinggi. Memanfaatkan keuntungan memiliki skill mimikri, skill sejenis ini memang menguntungkan. Aku tidak tau siapa yang menggunakan skill tanaman ini!"
Kiya masih berjibaku dengan sulur untuk berusaha menghentikan gerakannya.
Pedagang budak itu bahagia melihat Kiya kewalahan mengalahkan trik kecilnya.
"Baiklah, aku menyerah. Aku punya pikiran yang rasional, jadi aku sadar bahwa tak mungkin bisa menang!" Kiya mengangkat kedua tangannya.
"Yah ... kadang aku harus membuang rasa kemanusiaanku!" Batin Kiya tersenyum tipis.
Sulur-sulur itu berhenti tumbuh diikuti dengan senyuman puas si pedagang budak.
"Pilihan yang tepat! Cepat ikat dia!"
Kiya merasakan ada seseorang yang muncul dari belakangnya. Menanggapi hal itu, dia hanya tersenyum.
"KALIAN MASIH AMATIR!"
Brakk ...
Kiya menghancurkan sisa sulur yang menjerat tubuhnya lalu melakukan tendangan ke belakang. Tubuhnya langsung terlihat, Kiya memanfaatkan hal itu untuk merebut senjatanya lalu melakukan sesuatu yang sangat sadis.
Srettt ... Srett ...
Darah menyembur membasahi seluruh kepala Kiya.
Pedagang budak itu terkaku menyaksikan pemandangan di depannya. Seorang pemuda tanpa rasa jijik dan bersalah menggorok leher bawahannya seperti binatang.
[Tuan mendapatkan 10 ribu poin]
"Gi-li-ran-mu! Kiya menunjuk pedagang budak itu dengan tangan yang sepenuhnya berwarna merah gelap.
"System, beli skill elemen petir!"
Meninggalkan tubuh yang kepalanya sudah lepas. Secara perlahan Kiya mendekati pedagang budak itu yang masih mematung.
Para bawahannya yang masih bersembunyi tak ada yang berniat menyerangnya lagi. Melihat komplotan mereka dihabisi dengan cara seperti itu sudah menghancurkan mental mereka semua.
"Kau punya kata-kata terakhir?"
Kiya sudah tepat di depan si pedagang budak.
"To-long ma-ma-afkan saya. Tuan boleh mengambil seluruh harta saya." Tubuhnya terus bergetar.
"Umm ... menarik!"
"Saya akan memberi—"
Srettt ...
"Hanya bercanda!"
Kepalanya terlepas, pancuran darah keluar dari tubuhnya. Kiya melihatnya hal itu dengan tatapan yang dingin.
[Tuan mendapatkan 10 ribu poin]
"A-ku tak pernah tertarik pada apapun kecuali kasih sayang!"
...
Kepala manusia menggelinding dengan cepat menyusuri padang yang rumputnya berubah merah.
Pemuda dengan seluruh kepalanya yang hampir terlimuri oleh cairan berwarna merah kental yang mengeluarkan bau amis, dia menengok ke belakang menyaksikan sekumpulan orang yang hendak dia lawan.
"Baiklah ... ayo kita bertarung! Seka-rang a-ku punya——Cih ... membosankan sekali!" Kiya dengan kesal membuang pedang yang ada di tangan kanannya lalu berniat untuk pergi.
Mereka semua menampakkan wujudnya dan bersujud di depan Kiya. Kiya kesal karena orang yang membuatnya kewalahan memiliki mental yang kecil, mereka merusak ekspetasi Kiya yang ingin bertarung habis-habisan setelah membeli sebuah skill.
Kiya hendak pergi, tapi kemudian dia sedikit tertarik pada barang bawaan si pedagang budak.
"Bermain menjadi protagonis yang normal!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!