NovelToon NovelToon

Married With Single Parent

S3~ MWSP~1 (Memulai Hidup Baru)

...Happy reading...

****

Dicampakkan begitu saja oleh mantan suaminya membuat Laura lebih memilih hidup sederhana bersama dengan sang putra yang bernama Dirga Prasetya. Laura menghela nafasnya saat menatap rumah yang sudah ia tempati 3 tahun lamanya berakhir dengan perpisahan. Usia Dirga masih 3 bulan dan Laura menggugat cerai suaminya karena tidak tahan dengan kekerasan yang selalu ia dapatkan dari mantan suaminya dan hari ini Laura resmi menyandang sebagai janda di usia yang sangat muda yaitu 21 tahun. Laura tersenyum lega karena bisa terbebas dari mantan suaminya membuat Laura mengecup pipi Dirga dengan penuh syukur. Dari awal pernikahan mereka memang tidak ada rasa cinta dari sang suami saat itu hanya Laura yang mencintai suaminya yang bernama Zico hingga orang tua Laura dan orang tua Zico menjodohkan keduanya karena sejak kecil Laura dan Zico memang sudah di jodohkam tetapi Zico tidak mencintai Laura menurutnya Laura masih sangat kecil untuk menjadi istrinya saat itu Laura masih berumur 19 tahun dan Zico berumur 25 tahun demi membahagiakan kedua orang tuanya dan orang tua Laura, Zico menerima perjodohan ini. Karena orang tua Zico dan Laura sudah bersahabat sejak lama, tentu pernikahan Laura dan Zico untuk memperkuat dua perusahaan dari dua belah pihak keluarga.

Dan ini adalah puncak kesabaran dari seorang Laura karena sudah sangat lama memendam semua kesakitannya seorang diri. Laura berusaha mengubur rasa cinta itu dan kini sudah berubah menjadi rasa benci hingga hatinya membeku, Laura sudah trauma untuk menikah lagi dan ia berjanji akan menghidupi Dirga seorang diri.

Orang tua Zico maupun orang tua Laura tidak mengetahui jika keduanya sudah bercerai karena saat itu mereka tidak menetap di satu kota yang sama. Zico dan Laura sengaja merahasiakan perceraian mereka karena tidak ingin membuat orang tua mereka kecewa. Biarlah Laura dan Zico yang tahu bagaimana sakitnya hati Laura saat Zico berbuat kasar kepadanya.

"Kita hidup tanpa papa ya, Nak. Maafkan Bunda yang tidak bisa menjadi ibu yang baik buat kamu. Bunda berjanji akan melakukan apa saja agar kamu bahagia. Bunda berusaha untuk mencari pekerjaan buat kita makan," ucap Laura dengan berkaca-kaca setelah sampai di rumah kecil yang sudah ia beli dengan uang tabungannya yang ia punya dan setelah ini Laura harus mencari kerja demi menghidupi anaknya tak mungkin Laura mengandalkan tabungannya selalu dan tak mungkin ia meminta uang kepada orang tuanya. Laura tidak ingin membuat semuanya kembali rumit, berpisah dengan Zico saja sudah membuatnya sangat lega.

Memang semuanya terasa sangat sulit. Laura sudah terbiasa dengan kemewahan kini harus hidup sederhana. Tetapi Laura ikhlas melakukannya dan berusaha untuk berkerja keras demi menghidupi Dirga. Jika Dirga besar nanti biaya hidupnya semakin bertambah dan Laura harus memiliki pekerjaan yang tetap untuk membiayai anaknya sekolah.

Tubuh Dirga sedikit panas membuat Laura cemas. Mungkin akibat Laura mengajak Dirga terlalu lama di luar dengan cuaca yang sangat panas. Dirga menangis kencang membuat Laura bertambah panik. Saat Laura memberikan asinya Dirga selalu menolak membuat Laura tidak tahu harus melakukan apa, ia terlihat bingung sekali.

"Aku harus telepon kak Anne. Nanti jika kak Anne bertanya soal Zico aku harus jawab jujur ini semua demi Dirga," ucap Laura dengan sendu. Anne adalah kakak dari Zico yang berprofesi sebagai dokter anak. Laura dan Anne memang sangat dekat kerap kali mereka menghabiskan waktu berdua dan Anne yang tahu bagaimana kelakuan adiknya ketika sedang bersama Laura. Laura mencari kontak Anne di ponselnya dan segera menelpon mantan Kakak iparnya dengan rasa cemas karena Dirga.

"Halo Kak. Dirga panas aku mohon kakak datang ke rumah tapi bukan rumah Mas Zico nanti akan aku beritahukan alamatnya," ucap Laura dengan cepat saat Anne mengangkat teleponnya.

"Zico mana? Kamu tidak bersama dengan Zico?" tanya Anne dengan bingung.

"Nanti aku jelaskan Kak. Laura mohon segeralah datang tubuh Dirga semakin panas. Aku gak tahu harus apa," ucap Laura dengan menangis membuat Anne yang mendengarnya merasa ada yang tidak beres dengan adik iparnya tersebut.

"Kakak akan segera datang kirimkanlah alamat lengkapnya," ucap Anne dengan cepat membuat Laura mengangguk walau Anne tidak bisa melihatnya.

"Aku tutup Kak. Akan aku kirim lokasinya lewat WhatsApp," ucap Laura dengan lirih setelah itu ia membagikan lokasi rumahnya kepada Anne.

Laura menunggu harap-harap cemas sambil menggendong Dirga yang terua merengek. "Sabar ya, Nak. Tante Anne pasti segera datang," ucap Laura dengan cemas. Yang bisa Laura lakukan saat ini melepas semua pakaian Dirga membiarkan anaknya tidak berpakaian karena tubuh Dirga yang semakin panas.

Tak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu rumahnya dan Laura segera membuka pintu karena ia yakin pasti Anne yang datang. Dan benar saja Anne susah berada di depan pintu dengan wajah panik. "Maaf sedikit lama karena macet. Keadaan Dirga gimana?" tanya Anne dengan cemas.

"Masih panas Kak. Tolong periksa Dirga," ucap Laura dengan sendu. Anne mengangguk dengan cepat mengikuti langkah Laura. Ia langsung memeriksa keadaan Dirga.

"Dirga demam. Ini Kakak kasih obat penurun panas. Kamu yang meminum ya 3 kali sehari. Tindakan kamu sudah benar, jangan panik Dirga baik-baik saja," ucap Anne menenangkan adik iparnya tersebut.

"Aku takut!" ucap Laura dengan jujur terhadap keadaan Dirga karena saat ini hanya Dirga sumber kekuatannya.

"Sudah tidak apa-apa. Dirga sudah bisa tidur dan tidak menangis lagi. Sekarang jelaskan pada Kakak kenapa kamu berada di sini? Zico mana?" tanya Anne dengan tegas menatap Laura membuat Laura menunduk tidak tahu harus menjawab apa.

"A-aku..."

"Katakan saja Laura kamu tidak perlu takut dengan Kakak. Dari dulu Kakak sudah menganggap kamu adik kakak sendiri," ucap Anne dengan tenang.

"A-aku dan Mas Zico sudah resmi bercerai. Aku sudah tidak kuat dengan perlakuan kasarnya. Maafkan aku Kak, aku sudah tidak sanggup untuk bertahan," ucap Laura sengan sendu dengan kembali menangis mengingat kesakitan yang ia rasakan selama ini.

Anne langsung memeluknya, wanita itu ikut menangis memeluk Laura. "Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat menurut Kakak. Kamu sudah bebas. Maafkan adik kakak yang tidak bisa menghargai kamu sebagai istrinya. Suatu saat pasti Zico akan menyesal telah melepaskan wanita sebaik kamu," ucap Anne dengan sendu. "Lalu kenapa kamu tidak pulang ke rumah tante Ratna dan om Hendra. Mereka orang tua kamu," tanya Anne dengan lirih.

Laura menggelengkan kepalanya menatap ke arah Anne. Laura menggenggam tangan Anne dengan erat. "Aku mohon jangan kasih tahu papa dan mama soal ini aku gak mau mereka kecewa. Biarkan aku hidup sendiri dan memulai hidup baru bersama Dirga," ucap Laura dengan memohon membuat Anne kembali terisak. Sungguh berat kehidupan yang Laura jalani karena Zico.

"Aku mohon Kak!"

"Kakak gak akan kasih tahu orang tua kamu maupun orang tua Kakak tapi kamu harus janji harus terus menelpon Kakak ya Laura," ucap Anne yang diangguki oleh Laura. Keduanya tersenyum bersama, senyum yang menyakitkan ketika mereka mengingat jika keduanya bukan lagi saudara tetapi bagaimanapun Anne akan selalu menanggap Laura adalah adiknya.

"Kakak harus kembali ke rumah sakit. Ingat diminum obatnya biar panas Dirga cepat turun. Kakak permisi," ucap Anne yang diangguki oleh Laura. Setelah kepulangan Anne, Laura memeluk Dirga yang sudah tertidur.

"Maafkan Bunda, Sayang. Kita mulai hidup baru bersama ya," ucap Laura dengan tersenyum lirih.

****

Part awal.

Ayo ramaikan ya!

Gimana kesan part awal?

Jangan lupa like, vote, komentar dan masukkan ke favorit cerita om Leon yang gak kalah mengandung bawang dan mengandung penyakit diabetes akut 😚

S3~MWSP~2 (Penyemangat Hidup Laura)

...Happy reading...

***

Sudah satu minggu Laura menjadi janda. Ia menikmati hari-harinya seperti tidak ada beban karena Dirga penyemangatnya ketika dirinya lelah bekerja. Hari ini adalah hari minggu Laura bekerja mencuci pakaian warga yang ingin memakai jasanya. Terlebih dahulu Laura harus mengambil pakaian kotor di rumah warga, Laura memang mengatakan semuanya dengan jujur jika dirinya sudah bercerai dengan suaminya karena dirinya yang selalu disiksa oleh mantan suaminya, lebam yang berapa di tubuh Laura juga belum menghilang karena sehari sebelum Laura meninggalkan rumahnya bersama dengan Zico, mantan suaminya itu kembali menyiksanya dengan alasan yang tak masuk akal. Warga yang simpati kepada Laura memakai jasa Laura untuk mencuci pakaian mereka, ini semua mereka lakukan agar Dirga dan Laura bisa makan walau uang yang dihasilkan tidak seberapa.

"Intan kamu memang tidak ada kegiatan?" tanya Laura kepada anak tetangga yang berusia 17 tahun tersebut. Sudah 3 hari ini Intan selalu menjaga Dirga saat Laura sedang mencuci atau menyetrika. Intan memang sangat menyukai anak kecil, dirinya yang anak tunggal sering kali menjaga anak tetangga yang menurut Intan sangat menggemaskan seperti Dirga.

"Tidak Kak. Aku di sini saja bersama dengan Dirga. Kakak bekerjalah aku bisa menjaga Dirga," ucap Intan dengan tulus membuat Laura tersenyum dengan kebaikan Intan kepadanya.

"Baiklah. Kakak kerja dulu jika Dirga rewel ambilkan asi yang sudah Kakak siapkan di botol yang berada di kulkas. Kamu sudah pahamkan Intan?" ujar Laura menatap Intan.

Gadis remaja itu mengangguk mengerti karena ia sudah paham jika Dirga merasa haus Intan segera menghangatkan susu Dirga. "Iya Kak, Intan sangat paham," seru Intan dengan tersenyum membuat Laura bernafas lega.

Sebelum pergi mengambil pakaian warga Laura mencium pipi anaknya yang masih tertidur pulas sehabis ia mandikan. "Dirga jangan rewel sama kak Intan ya! Bunda kerja dulu, Sayang," ucap Laura dengan tersenyum hangat kepada penyemangatnya saat ini.

"Kakak pergi dulu Intan," pamit Laura kepada Intan yang sekarang menggendong Dirga.

"Iya Kak. semangat!" ucap Intan dengan ceria.

Laura tersenyum karena mendapat semangat dari Intan. "Assalamualaikum," salam Laura yang dibalas Intan.

"Wa'laikumussalam."

Laura berjalan dari rumah warga ke rumah warga lainnya. Laura sengaja melakukan semua pekerjaannya di rumahnya sendiri agar dirinya bisa menjaga Dirga dan tidak terlalu lama meninggalkan Dirga bersama dengan Intan. Rumah warga yang Laura datangi lumayan jauh jika harus berjalan kaki dan Laura tidak sanggup untuk membeli sepeda motor karena ia takut tabungannya akan habis dan dirinya tidak punya tabungan untuk kebutuhan Dirga kedepannya.

Cuaca hari ini sangat terik membuat keringat Laura bermunculan di dahinya walaupun begitu Laura tidak akan putus asa karena semua ini ia lakukan untuk Dirga. Agar Dirga tercukupi semua kebutuhannya. Zico tidak memberikan uang bulanan untuk Dirga, lelaki itu memang tidak mau mengeluarkan uangnya sepeser pun untuk mantan istri dan anaknya. Membuat Laura harus berusaha sendiri untuk menghidupi anaknya tanpa hadirnya suami yang seharusnya ada untuknya. Laura mulai mengambil pakaian kotor milik warga saat dirinya sudah sampai di rumah warga yang ingin memakai jasanya sebagai buruh cuci. Ada 5 rumah yang kali ini memakai jasanya dan baju mereka lumayan banyak jadi uang yang ia kumpulkan hari ini lumayan banyak, ia juga bisa membeli makan siang untuk dirinya dan juga Intan yang sedang menjaga anaknya saat ini.

Hampir satu jam Laura pergi untuk mengambil pakaian warga yang memakai jasanya. Rumah warga yang dekat dengannya sudah ia cuci bajunya kemarin hingga Laura tinggal menyetrika saja, ada juga yang tidak ingin memakai jasa Laura karena mereka beranggapan mereka masih bisa mencucinya sendiri dan tidak ingin membebankan Laura. Sesekali mereka memberikan kebutuhan pokok Dirga seperti pampers, baju dan lain sebagainya itu pun bagi warga yang berkecukupan dan Laura menerimanya walau tidak enak hati pada warga yang sangat baik kepadanya dan juga anaknya.

"Dirga rewel tidak, Intan?" tanya Laura saat dirinya sudah sampai di rumah.

"Hanya menangis karena haus Kak. Kakak kelihatan lelah sekali. Intan ambilkan minum ya," ucap intan dengan tulus.

"Tidak usah Intan. Kakak langsung mencuci saja nanti Kakak ambil sendiri minumnya. Kakak mohon jaga Dirga sebentar lagi ya. Kakak mau mencuci pakaian ini," ucap Laura. Intan mengangguk dengan cepat, menurut Intan, Laura sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri karena Laura sangat baik kepadanya.

"Iya Kak. Aku senang menjaga Dirga Kok," ucap Intan dengan tersenyum.

"Kakak mencuci dulu ya," ucap Laura yang diangguki oleh Intan.

Walaupun Laura merasa lelah ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Laura mencuci pakaian tersebut dengan semangat karena ia sudah merindukan anaknya yang sangat menggemaskan itu. Entah apa jadinya jika Dirga tidak ada di sampingnya saat ini.

*****

Malam harinya di saat Laura sedang bermain bersama dengan Dirga, ponselnya berdering dan Laura melihat siapa yang menelponnya membuat dada Laura sesak. Dengan ragu Laura mengkat telepon dari mamanya yang sudah sangat ia rindukan

"Halo Ma!" sapa Laura dengan serak.

"Halo Sayang. Kamu baik-baik saja, kan? Kenapa kamu tidak menelepon Mama? Kenapa kamu juga tidak bilang jika saat ini kamu dan Zico sedang berada di luar negeri padahal Mama dan papa sudah merindukan Dirga," ucap Mama Laura yang berada di seberang telepon yang bernama Ratna.

Laura meneteskan air mata. Ingin rasanya ia mengatakan yang sejujurnya kepada kedua orang tuanya tetapi Laura tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa. "Laura baik-baik saja, Ma. Maaf Ma, Laura asyik liburan bersama dengan mas Zico dan Dirga sehingga Laura lupa mengabari Mama. Mama kok tahu Laura dan mas Zico berada di luar negeri?" ucap Laura dengan menahan isak tangisnya karena sudah berbohong kepada orang tuanya.

"Anne yang mengatakannya. Untung saja Mama dan papa belum berangkat ke rumah kamu. Syukurlah jika kalian baik-baik saja. Perasaan Mama tidak enak sejak seminggu ini, Mama kira kamu atau Dirga sakit. Sepulang dari luar negeri mainlah ke rumah Mama, Sayang," ucap Ratna dengan sendu.

"Iya Ma. Nanti akan Laura katakan dengan mas Zico. Jika mas Zico tidak sibuk kami akan ke sana," ucap Laura kembali berbohong karena tidak mungkin Laura ke rumah orang tuanya saat ini. Laura belum siap melihat kekecewaan di wajah kedua orang tuanya.

"Ya sudah Mama tutup dulu teleponnya. Papa sedang mandi Mama mau menyiapkan pakaian papa dulu," ucap Ratna dengan lembut.

"Iya Ma. Sehat-sehat terus ya Ma," ucap Laura dengan meneteskan air mata.

"Iya, Sayang. Assalamualaikum," ucap Ratna menutup teleponnya setelah mendapatkan balasan salam dari Laura.

"Wa'alaikumussalam."

Laura membekap mulutnya untuk menahan isak tangis yang hendak keluar. Hatinya sakit karena telah berbohong kepada kedua orang tuanya.

"Maafkan Laura, Ma. Laura sudah tidak kuat hidup bersama dengan mas Zico. Sekali lagi maafkan Laura yang telah membohongi mama dan papa. Hiks...hiks...," ucap Laura dengan terisak.

Dirga melihat ke arah sang bunda. Laura berusaha tersenyum di depan anaknya yang belum mengerti apa-apa. "Dirga penyemangat Bunda. Kita hadapi sama-sama ya, Nak!" ucap Laura dengan lirih.

*****

Sedih banget jadi Laura 😔😭

Ramaikan part kedua biar tambah semangat buat update terus.

Ini masih part awal kehidupan Laura pasca cerai ya belum ketemu sama kenebo kering 🤭

Jangan lupa like, vote, rate, komentar dan favoritkan cerita ini ya!

S3~MWSP~3 (Maaf Mas Saya Tidak Sengaja)

...Happy reading...

****

Pagi ini lagi dan lagi Laura harus meninggalkan Dirga bersama dengan Intan. Setelah Intan selesai ujian nasional Intan memang tidak melanjutkan kuliahnya karena keterbatasan biaya, jadi Intan lebih memilih di rumah dan membantu orang tuanya untuk menjaga kios. Tetapi saat ini Intan berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk menjaga Dirga. Orang tua Intan sudah menganggap Laura sebagai anaknya sendiri sehingga memperbolehkan Intan untuk menjaga Dirga saat Laura sedang bekerja.

Hari ini Laura bekerja di warung makan sederhana yang ada di pinggir jalan. Laura sekedar membantu mencuci piring atau membersihkan warung, tak banyak yang tahu jika Laura adalah mahasiswa Tata Boga, Laura terpaksa mengambil cuti kuliah karena harus menjaga Dirga yang masih sangat kecil dan mungkin saja Laura akan keluar dari kampus karena kehidupannya sudah tidak seperti dulu lagi.

"Pagi Bu. Maaf saya telat karena anak saya tadi rewel," ucap Laura dengan sopan kepada pemilik warung tersebut.

"Pagi Laura. Tidak apa-apa namanya anak kecil pasti ada rewelnya. Sekarang bantu ibu cuci piring ya. Alhamdulillah pelanggan pagi ini lumayan ramai," ucap Ibu Endah pemilik warung sederhana tempat Laura bekerja.

"Iya Bu. Laura mencuci piring dulu ya Bu," ucap Laura dengan lembut dan tersenyum kepada pemilik warung tersebut.

Laura berjalan ke arah tempat pencucian piring. Ia tersenyum karena banyak piring kotor yang artinya warung ibu Endah hari ini mungkin akan sangat ramai karena terkenal akan keenakannya. Laura sedikit menggulung bajunya ke atas agar tidak terkena air saat dirinya mencuci piring. Laura melakukannya dengan sangat hati-hati agar piring, mangkuk atau gelas tidak ada yang terjatuh dan pecah nantinya.

"Laura bisa bantu Ibu memasak? Bapak sedang sakit jadi tidak ada yang membantu Ibu hari ini. Apa kamu bisa masak Laura?" ujar Ibu Endah yang tiba-tiba saja menghampiri Laura. Untung saja Laura tidak terkejut yang bisa menyebabkan piring yang ada di tangannya terjatuh di lantai.

"Ahh iya... Bisa Bu," ucap Laura dengan tersenyum.

"Ya sudah selesaikan mencucinya terlebih dahulu. Nanti bantu Ibu memasak ya hari ini sangat ramai. Gaji kamu akan ibu tambahin kok," ucap Ibu Endah membuat Laura tersenyum senang.

"Baik Bu. Terima kasih," ucap Laura dengan bahagia. Jika hari ini gajinya lumayan uangnya bisa Laura tabung kembali karena tabungannya yang sudah menipis. Laura kembali bersemangat untuk bekerja hari ini demi Dirga yang sedang berada di rumah.

*****

Dua orang lelaki sedang beradu mulut sejak tadi membuat satu lelaki yang terkenal sangat dingin, kaku dan galak tersebut kesal.

"Bos, ayolah kasih saya izin cuti seminggu," ucap asisten Leon dengan merengek. Asisten sekaligus sahabatnya sejak kecil, Ryan Pangestu. Yang selalu membuat hari-harinya kesal tetapi sangat bisa Leon andalkan.

"Mau cuti atau tidak saya restui kamu dengan Ica!" ucap Leon dengan datar membuat Ryan langsung kembali duduk tegak dan fokus menyetir.

"Gak jadi cuti kakak ipar. Maaf saya masih kuat untuk bekerja bahkan lembur!" ucap Ryan penuh penekanan. Ryan mendengus kesal saat Leon menyeringai ke arahnya sungguh Leon sangat tidak bisa dibantah membuat Ryan harus tahan banting dengan bosnya tersebut.

"Perut gue udah bunyi belum makan. Kita makan di warung itu dulu," ucap Ryan yang sudah berganti gaya bahasanya seperti sahabat pada umumnya bukan bos dan asistennya.

Leon mendelik kesal karena mobil yang dikendarai Ryan berhenti begitu saja di depan warung yang sangat sederhana. "Jalan Ryan! Kita bisa makan di Restoran bukan warung seperti ini! Gue punya restoran sendiri!" ucap Leon dengan datar.

"Gue udah laper! Kalau lo gak mau turun ya silahkan. Makanan di sini gak kalah enak, ini langganan gue, kalau dompet gue udah mulai kejang-kejang gue ke sini," ucap Ryan yang sudah sangat ingin merasakan masakan ibu Endah yang terkenal enak.

"Awas lo gaji lo gue potong!" ucap Leon mengikuti Ryan keluar dari mobil.

"Berani potong gaji gue. Gue mengundurkan diri jadi asisten lo," ucap Ryan dengan santai membuat Leon menatap tajam sahabat sekaligus asisten yang sudah kurang ajar kepadanya.

Leon terlihat tidak nyaman duduk lesehan seperti ini. Matanya terus bergerak tidak nyaman, ia takut makanan di sini tidak higienis.

"Bapak Bos yang terhormat jangan datar begitu mukanya. Tenang makanan di sini sehat kok, anda harus coba Bos," ucap Ryan dengan terkekeh membuat Leon mendengus sebal.

Ibu Endah menghampiri keduanya dengan tersenyum. "Nak Ryan akhirnya datang ke sini mau pesan apa, Nak?" tanya Bu Endah dengan ramah.

"Seperti biasa Bu. Nasi padang," ucap Ryan dengan terkekeh.

"Temannya yang ganteng ini mau pesan apa?" tanya Ibu Endah kepada Leon. Leon tidak tahu harus memesan apa karena dirinya ragu dengan masakan di pinggir jalan. Ryan yang melihat Leon hanya diam hanya membuat Ryan ber-inisiatif untuk memesankan makanan Leon.

"Samain aja Bu. Teman saya pemakan segalanya. Maaf Bu dia lagi sariawan," ucap Ryan membuat Leon menatap kesal kepada Ryan. Tatapannya seperti mengimidasi Ryan yang membuat Ryan kikuk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat ibu Endah terkekeh geli melihat tingkah keduanya.

"Ya udah nasi padang dua ya. Minumnya mau apa?" tanya Ibu Endah.

"Es teh dingin aja Bu," ucap Ryan lagi membuat Ibu Endah mengangguk paham dan permisi kembali ke tempatnya.

"Bos mulutnya latih berbicara di depan orang lah! Jangan kayak anak bayi satu kata dua patah kata," ujar Ryan dengan cerewet.

"Diam!" ucap Leon dengan datar membuat Ryan langsung terdiam.

'Ampun gue punya calon kakak ipar begini,' ucap Ryan di dalam hati.

Sedangkan di dapur warung ibu Endah. Laura sedang menghangatkan rendang untuk dua orang yang telah memesan nasi Padang. "Kamu bisa mengantarkannya ke dua pemuda itu?" tanya Ibu Endah menunjuk ke arah Ryan dan Leon.

"Bisa Bu. Laura siapkan semuanya dulu ya," ucap Laura yang diangguki ibu Endah dengan tersenyum. Setelah selesai Laura membawa dua piring nasi pada dan es teh dingin pesanan mereka.

Laura mengantarkan makanan itu dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya. "Silahkan dimakan," ucap Laura membuat dua orang yang ada di sana menatap Laura tidak berkedip. Laura yang menjadi gugup tidak sengaja menumpahkan teh dingin dan mengenai jas mahal milik Leon.

Leon mendelik tajam ke arah Laura membuat wanita itu takut dimarahi oleh pelanggan yang jasnya sudah terkena air teh. Pasti rasanya tidak nyaman karena lengket. Ia takut ibu Endah akan memecatnya sekarang.

"M-maaf Mas saya gak sengaja," ucap Laura dengan takut dipecat oleh ibu Endah.

"Tidak apa-apa," ucap Leon dengan datar membuat Ryan terperangah. Biasanya Leon akan memarahi orang yang telah mengacaukannya. Tapi sekarang lihatlah Leon mengatakan 'tidak apa-apa' sesuatu rekor yang harus Ryan apresiasi dengan tepuk tangan.

"Ah... B-biar saya cuci jasnya Mas," ucap Laura dengan menunduk.

"Tidak usah!"

"Tidak apa-apa Mas. Saya harus bertanggungjawab dengan jas mahal milik Mas," ucap Laura dengan cepat.

"Udah kasih aja Bos!" ucap Ryan mengompori membuat Leon menghela nafanya dan melepaskan jasnya, memberikannya pada Laura. Leon menatap ke arah Ryan supaya Ryan yang mengurus semuanya.

"Ini kartu nama saya. Nanti jika sudah selesai kamu bisa kirim ke sini," ucap Ryan turun tangan membuat Laura cepat mengangguk.

"S-saya ambilkan minum lagi. Maaf atas tidak kenyamanannya," ucap Laura membungkukkan badannya dengan cepat dan berlalu pergi dengan membawa jas milik Leon.

"Cari informasi tentang gadis itu!" ucap Leon dengan nada memerintah.

"Hah?" Ryan terperangah mendengarnya sampai ia menjatuhkan sendok yang berada di tangannya.

*****

Ryan gak ada akhlak 😮😭

Gimana part ini?

Ayo ramaikan lagi!

Jangan lupa like, vote, komen dan favoritkan cerita om Leon ya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!