Bertrand tengah terburu-buru bertemu seseorang untuk lunch meeting di sebuah restoran. Dia keluar dari mobil dan berjalan cepat memasuki restoran. Namun tanpa sengaja seorang gadis yang tengah asik fokus ke layar ponselnya keluar dari restoran yang sama menabrak Bertrand membuat tas kecil berisi tablet yang ada di tangannya terjatuh ke lantai, dan tanpa sengaja saat gadis itu mundur dia malah menginjak tas berisi tablet tersebut sampai menimbulkan bunyi "Krakkk".
"Maaf, mas gak sengaja, nih tasnya!" Ucap gadis itu sambil menyerahkan tas berisi tablet tersebut dan berlalu pergi menuju ke mobilnya.
"Kalau jalan lihat-lihat jangan sambil main ponsel!" Gerutu Bertrand sambil mengambil tas tabletnya yang tergeletak di lantai dan habis di injak oleh gadis itu.
Bertrand buru-buru membuka tas tabletnya dan dia sangat shock melihat kondisi layar tabletnya yang pecah seribu. Bertrand berteriak memanggil gadis tadi.
"HEI!!! KAMU!!! SINI!!" Teriak Bertrand Sambil menunjuk gadis yang tadi menabraknya.
Gadis itu menoleh dan mengernyit.
"Saya?" Katanya sambil menunjukkan dirinya sendiri.
"Iya, kamu! Cepat sini!" teriak Bertrand marah. Tapi anehnya wajah gadis tersebut biasa saja, tidak takut dengan wajah merah Bertrand.
"Apa lagi mas? Saya kan udah minta maaf!" Ucap gadis itu berani.
"Kamu lihat? Tablet saya pecah gara-gara kamu injak!" Ucap Bertrand marah.
"Loh kan saya gak sengaja nginjaknya, masnya juga ngapain tabletnya sampai jatuh? Kan bukan salah saya."
"Bukan salah kamu, yang nabrak saya siapa?"
"Iya saya yang nabrak, tapi kan yang menjatuhkan tablet itu ya mas-nya sendiri, kenapa ga dipegang yang erat?"
"Kamu ya, benar-benar! Kamu tau gak ini tablet mau saya gunakan untuk presentasi sama Klien di dalam! di sini ada file-file penting! Sekarang kalau rusak gini gimana saya mau presentasi?!!!"
"Ya udah saya ganti, berapa rekeningnya? Tablet gitu mau selusin juga sini saya beliin!" Ucap gadis itu sambil mengeluarkan ponselnya.
"Cepat berapa rekeningnya? Bukan mas aja yang punya urusan, saya juga!!!" Ucap gadis itu lagi.
"Kamu!!! Kamu pikir saya gak bisa beli tablet ini lagi? Sama pabriknya juga kalau mau bisa saya beli!" geram Bertrand.
"Ya udah, kalau bisa beli lagi ngapain buang-buang waktu ngobrol disini bareng saya?! Saya juga ada urusan penting tau!!!
"Saya ini lagi di tunggu calon partner bisnis saya di dalam, tapi gimana saya mau presentasi kalau tablet saya rusak? Semua file saya ada di sini? Apa kamu bisa tanggung jawab?"
"Ya ampun, mas ganteng-ganteng tapi otaknya gak pinter yaa? Masa gak punya file cadangan? Minta dong temannya kesini bawa laptop sama file cadangannya, gitu aja repot!!!"
"Kamu???!" Obrolan Bertrand terhenti saat ponselnya berbunyi.
"Iya pak Andrew, saya sudah di depan, ada sedikit trouble, sebentar lagi saya masuk ke dalam!" Ucap Bertrand di telepon.
"Awasss kamu!!! Saya akan ingat wajah kamu!!! Kali ini kamu selamat! Lihat nanti! Saya akan balas!"
"Ya udah terserah mas, saya buru-buru pergi! Mas juga sudah ditunggu kan?? bye!!!" Ucap gadis itu. Dia segera buru-buru pergi dari hadapan pria tersebut.
Gadis itu masuk ke dalam mobilnya. "Oh, iya tadi katanya dia ketemu siapa? Pak Andrew? berati dia mau ketemu kak Andrew dong? kasian juga kalau presentasinya gagal." Gumam gadis itu.
Dia menelpon kakak kandungnyanya itu.
"Iya, Marsha! Apa lagi?" Terdengar suara seseorang di speaker ponselnya.
"Tadi aku nabrak seseorang terus gak sengaja menginjak tabletnya sampai rusak. Kayaknya dia mau presentasi sama kakak! Tolong di kasihani ya, Kalau gak, aku bakal merasa bersalah sama tu orang." Ucap gadis itu kepada seseorang di ponselnya, lalu dia memutuskan panggilan begitu saja. Membuat seseorang di seberang sana mendengus kesal.
...***...
Bertrand akhirnya bisa bernafas lega. Setelah trouble yang menjengkelkan tadi di depan pintu restoran, Ia akhirnya bisa mendapatkan projects kerjasama dengan perusahaan besar milik keluarga Andara Adiwijaya. Salah satu orang hebat pemilik perusahaan terbesar di negeri itu.
Dia sudah lama berharap mendapatkan kesempatan untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan Adiwijaya Corp. Ini merupakan tantangan sekaligus untuk membuktikan ke papa nya dia juga bisa berbisnis. Sejak dulu, papa nya selalu marah-marah karena dia hanya bisa meminta uang untuk memenuhi gaya hidupnya yang suka hura-hura. Sampai akhirnya papa nya marah dan mencabut semua fasilitas yang papa nya berikan. Dan papanya baru akan mengembalikan semua fasilitas jika ia mau bekerja di perusahaan papanya dan berhasil menunjukan bahwa ia mampu dan bisa bekerja dengan baik. Jadi selama fasilitas itu di cabut, Bertrand hanya mempunyai uang dari gaji yang ia terima di perusahaan papa nya itu.
"Yesss!!!! Akhirnya gue bisa dapatkan project ini!!!" Ucap Bertrand senang. Dia segera melajukan mobilnya kembali ke kantor.
...***...
"Kenapa terlambat?" Tanya Reynald Adiwijaya yang tak lain adalah papa Marsha.
"Maaf pa, tadi ada trouble. Ini Filenya." Kata Marsha sambil menyerahkan sebuah flashdisk kepada papa nya.
"Kamu tau kakek kamu sudah menunggu dari tadi, dia bisa saja marah karena kamu gak tepat waktu." Ucapnya lagi.
"Ya ampun pa, aku cuma telat lima menit, dan itu karena ada trouble. Bukannya aku sengaja. Aku sudah berusaha ngebut untuk sampai ke sini." Kata Marsha lagi.
"Tapi dalam bisnis semua bisa saja terjadi dalam lima menit. Kamu harus bisa menghargai waktu nak!"
"Iya pa, aku tau kok! Aku beneran gak sengaja. Ini diluar kendali aku. Aku udah berusaha untuk bisa sampai secepatnya kok." Kata Marsha lagi.
"Sudah Rey, papa sudah tau apa yang terjadi. Tadi Andrew sudah cerita ke papa!" Ucap Ayah Reynald yang berarti adalah kakek Marsha yang baru saja masuk ke ruang kerja Ayah Marsha.
"Ah, Kakek. Terima kasih sudah mengerti!" Ucap Marsha senang sambil memeluk kakeknya.
"Eits, tapi kakek tetap akan menghukum kamu karena keterlambatan kamu ini."
"Kakek!" Ucap Marsha memelas.
"Kamu harus lebih banyak belajar, dan kakek akan memberi kamu tanggung jawab yang lebih besar lagi."
"Siap, Kek!" Jawab Marsha.
"Sudah, kamu balik ke kantor. Hindari dan jangan membuat masalah!" Pesan papanya.
"Oke pa! Tenang aja!" Jawab Marsha. Dia segera bergegas untuk kembali ke kantor.
...***...
Marsha Ariana Adiwijaya. Merupakan Anak dari Reynald Adiwijaya yang juga cucu dari Andara Adiwijaya. Bersama Kakaknya, Andrew Adiwijaya, mereka akan menjadi penerus perusahaan Adiwijaya corps yang sangat besar, Memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang.
Marsha gadis yang pintar, ceria, rendah hati dan sedikit keras kepala. Dia baru saja lulus kuliah, dan oleh kakeknya dia diperintahkan untuk masuk dan bekerja di perusahaan keluarganya dengan menyembunyikan identitasnya. Dia bekerja di bawah pengawasan Andrew kakaknya. Diperusahaan, terutama di depan anak buah dan rekan kerjanya yang lain, Andrew akan bersikap keras terhadap adik satu-satunya itu. Tapi diluar dari itu, dia tak pernah bisa menolak apapun keinginan adik semata wayangnya. Marsha yang dibesarkan dalam keluarga berada, tegas dan disiplin tapi sangat di sayang dan di manja oleh semua orang yang ada di rumahnya. Dan itu membuat dirinya sedikit bossy, dan nyolot saat berhadapan dengan siapapun. Bukan sedikit, mungkin Banyak. Hehe..
Dia akan bersikeras dan bertahan saat ada sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya atau bertentangan dengan apa yang menurutnya benar. Tapi mungkin dari situlah kepercayaan diri dan pendirian yang kuat terhadap dirinya sendiri terbentuk. Marsha selalu mendapat prestasi dan posisi terbaik di organisasi apapun yang dia ikuti. Dia juga disenangi banyak orang, yah walaupun banyak orang juga yang tidak menyukai karena sifat bossy dan nyolotnya itu.
Tapi diluar sikapnya yang seperti itu, Marsha adalah gadis cantik yang baik hati, penurut, dan sangat menghormati orang tua. Dia sangat menyayangi keluarganya.
...***...
Sementara, Bertrand Merupakan anak tunggal Harry Hutama. Dan cucu dari Wisnu Hutama. Pemilik dari perusahan Wisnu Hutama Corp yang juga merupakan perusahaan terbesar di negara ini. Bahkan bisnisnya juga sudah merambah hingga ke mancanegara.
Bertrand merupakan penerus satu-satunya dari keturunan Wisnu Hutama. Bertrand yang terlalu di manja oleh kakeknya dengan kasih sayang dan limpahan materi tumbuh menjadi anak lelaki angkuh, sombong dan suka menyepelekan banyak hal. Hobinya adalah berfoya-foya dan memiliki banyak teman wanita. Dan dia kurang bisa bertanggung jawab. Walaupun diluar itu Bertrand adalah anak yang pintar dan cerdas juga berprestasi dalam pendidikannya.
Untuk merubah sikap Bertrand yang suka seenaknya dalam memakai fasilitas yang sudah diberikan, juga untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, Akhirnya dengan terpaksa kakeknya harus menuruti keinginan orang tua Bertrand untuk mencabut semua fasilitas yang sudah diberikan, dan memerintahkan anak itu masuk ke dunia bisnis, belajar mengelola perusahaan milik kakeknya itu.
Bertrand menerima tantangan itu. Dia berusaha menunjukkan kepada keluarganya dia juga bisa bekerja dan melanjutkan bisnis keluarganya.
...***...
*Terima kasih sudah membaca, mohon dukungan dengan klik like dan berikan vote ya😊🙏💐
"Hai, lagi ngapain!" Tanya Andrew saat dilihatnya adik semata wayangnya berkutat dengan layar persegi di hadapannya, sementara beberapa kertas berserakan di atas tempat tidurnya.
"Tidur!" Jawab Marsha cuek.
Andrew mendekat melihat apa yang dikerjakan adiknya itu.
"Bikin proposal?"
"Dihukum kakek!"
"Kenapa?"
"Gara-gara telat ngantar File yang aku ambil sama kakak tadi."
"Perlu bantuan?"
"Gak usah, aku coba sendiri, nanti kalau gak bisa baru aku minta tolong kakak!"
Andrew mengacak gemes rambut adik semata wayangnya itu, walaupun sering kali nyebelin dan suka seenaknya, adiknya itu tetap adik manis yang penurut dan sayang keluarga.
"Oiya, gimana tadi orang yang mau presentasi sama kakak? Bener gak orang yang aku tabrak?"
"Iya. Udah kakak minta dia presentasi lisan, Sepertinya prospeknya bagus. Jadi kakak setujui!"
"Bagus deh, walaupun tu orang sengak banget, tapi aku akan merasa berdosa kalau usahanya gagal karena aku!" Jawab Marsha.
"Dia yang sengaja atau kamu yang Nyolot???" Ledak Andrew.
"Aku gak salah, ya aku Nyolot dong, itu namanya membela diri tau!!!! Udah ah sana, gangguin konsentrasi aja!!!" Usir Marsha sambil beranjak dan mendorong kakak nya itu keluar dari kamarnya.
...***...
"Gimana pa? Aku hebat kan!" Kata Bertrand Bangga. Papanya hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
"Ini belum apa-apa Bertrand, yang kita lihat itu proses akhirnya nanti akan seperti apa? Yakin gak kamu bisa menanganinya?" Ucap papa Bertrand.
"Papa jangan ngeramehin aku, meskipun aku ini bandel, urusan gini mah kecillllll!" Ucap Bertrand sok menyepelekan tantangan dari papanya itu.
"Ada apa ini?" Tanya Kakek Bertrand yang tiba-tiba muncul.
"Ini ni kek, proyek aku sama perusahaan Andara Wijaya mendapat respon baik. Tadi aku sudah presentasi secara lisan. Dan aku tinggal menunggu waktu untuk datang keperusahaan itu membicarakan poin-poin kerjasama ini nantinya."
"Awal yang bagus, kakek yakin kamu bisa!" Ucap Kakeknya sambil tersenyum penuh arti.
...***...
Marsha tengah sibuk mengecek laporan perusahaan satu persatu sambil membuat rekapan datanya. Dia tampak serius menyelesaikan pekerjaannya sampai melupakan jam makan siang nya.
"Makan dulu non!"
tiba-tiba seseorang datang dan menaruh sekotak bento dan secup juice jeruk di meja Marsha.
"Eh, Mario! Apa ini? buat aku?" Tanya Marsha.
"Ya, tadi aku lihat kamu sama sekali gak bergerak dari depan komputer. Jadi aku inisiatif bawain kamu makan siang." Jawab Mario, rekan kerja yang berada dibawah divisi yang sama dengan Marsha.
"Thank you, you're so sweet!" Kata Marsha. Dia menghentikan sesaat pekerjaannya. Menikmati makanan yang dibawa oleh Mario untuknya. Lalu kembali fokus kembali ke pekerjaannya tanpa mengindahkan Mario yang terus memperhatikannya hingga seluruh staf karyawan kembali ke meja masing-masing melanjutkan pekerjaannya.
"Mbak Marsha, laporannya di tunggu satu jam lagi untuk rapat pimpinan ya!" Kata salah satu staf yang tiba-tiba berdiri di samping Kanya.
"Oke, nanti biar saya antar sendiri rekap laporan nya!" Kata Marsha. Dia lalu kembali fokus ke layar yang ada di hadapannya. Marsha melihat jam yang ada di layar komputernya. 15 menit lagi. Dan File terakhirnya sudah selesai di cetak.
"Oke!!! Gak ada yang salah!!!" Gumam Marsha, dia segera bangkit dan akan menyerahkan rekap laporan tersebut ke kepala divisi yang menaunginya.
"Permisi, maaf pak, ini rekap laporannya!" Kata Marsha saat masuk ke ruang pimpinan divisi.
"Oke! terima kasih Marsha. Ini sudah kamu cek kan?"
"Sudah pak, semua sudah saya teliti dengan baik, tapi jika bapak berkenan, bisa dikoreksi kembali dan saya akan segera perbaiki!" Ucap Marsha.
"Saya percaya sama pekerjaan kamu! Nanti kamu tolong dampingi saya saat rapat!" Perintah bos Marsha.
"Saya pak? Tapi apa gak pa-pa saya ikut rapat?"
"Iya kamu. Karena kamu yang mengerjakan laporan ini, kamu tentu menguasainya dengan baik. Oke kamu siap-siap! masih ada waktu 10 menit lagi."
"Baik pak, saya permisi dulu!" Kata Marsha sambil menundukkan punggungnya dan keluar dari ruangan bosnya dan kembali ke mejanya bersiap-siap untuk mengikuti rapat rutin untuk mengevaluasi kinerja setiap divisi perusahaan.
Ini pertama kalinya Marsha ikut rapat, dia sama sekali tidak mengerti bagaimana jalannya rapat nanti. Tapi dia sangat percaya diri jika dia pasti bisa.
"Lagi pula, paling juga rapatnya sama Andrew, papa, atau kakek sekalian!!!" Kekeh Marsha.
"Aku udah biasa ngomong sama mereka. Nyantai lah!" gumamnya lagi.
Marsha meraih cermin yang ada di laci mejanya. Dilihatnya penampilannya, masih rapi. Dia segera meraih agenda, pulpen, berkas file dan laptopnya, lalu segera kembali ke ruangan bos nya.
Ponselnya berdering. Dari bos nya yang memintanya segera ke ruang rapat di lantai atas.
Marsha segera ke atas, tak lupa membawa pulpen, agenda, dan laptop beserta berkas yang dia perlukan. Beberapa orang sudah berada di ruang rapat menyiapkan berkas dan laptopnya masing-masing yang mereka miliki. Marsha tidak terlalu mengenal tapi dia beberapa kali pernah berpapasan di lift. Karena kantor ini sangat besar dan memiliki banyak karyawan di setiap bagiannya.
Dia juga mempersiapkan laptop dan filenya. saat bersamaan tim direksi masuk. Salah satunya Andrew dan kakeknya.
...***...
"Saya minta laporan keuangan bulan ini!" Kata Andara Adiwijaya selaku pimpinan tertinggi di perusahaan tersebut.
Atasan Marsha menyerahkan laporan yang tadi di olah Marsha.
"Ini laporan kapan?" Tanya Andrew.
"Laporan terbaru pak." Jawab Marsha.
"Kenapa berbeda dengan laporan sebelumnya?"
"Laporan sebelumnya bukan saya yang membuat pak, baru kali ini saya diperintahkan membuat laporan. Dan saya sudah mempelajari laporan sebelumnya, memang ada kesalahan dalam penginputan data. Tapi sudah saya perbaiki dengan kondisi laporan terkini."
"Kamu sudah berapa lama bekerja di perusahaan?"
"Baru enam bulan pak!"
Andrew memandang atasan Kanya.
"Bagaimana bisa anda mempercayakan laporan kepada anak baru? Apa dia bisa dipercaya?" Tanya Andrew.
"Saya yakin dia dipercaya pak, walaupun masih baru Marsha cepat belajar, dan dia tidak segan untuk mengungkapkan ide atau apapun yang mengganjal di fikirannya mengenai masalah perusahaan. Dia juga sangat tegas dan berani. Karena itu saya yakin untuk menyerahkan data dan laporan penting perusahaan kepadanya pak. Jika terjadi sesuatu, saya yang akan bertanggung jawab." Kata Bos Marsha.
Ya, tidak ada yang tau jika Marsha dan Andrew adalah kakak adik dan mereka keturunan Andara Adiwijaya. Bahkan untuk masuk keperusahaan sendiripun mereka melewati seleksi yang ketat.
Andrew mengangguk mendengar penjelasan Bos Marsha. Dia sangat tau kemampuan adik perempuannya itu. Apalagi dia memang lulusan bisnis terbaik di universitas nya.
"Jadi apa benar laporan yang lama ada kesalahan dalam penginputan atau memang unsur kesengajaan?" Tanya Adiwijaya.
Bos Marsha terdiam, sementara kepala bagian yang lain tampak gugup.
"Menurut saya, sistem di kantor ini sangat baik, apalagi didukung dengan sumber daya manusia yang memang berkualitas dan di seleksi secara ketat. Semua sudah mendapat pelatihan dan training sesuai bidang masing-masing. Jadi seharusnya kesalahan dalam penginputan itu kecil sekali kemungkinannya." Ucap Marsha tegas.
Andrew tersenyum dalam hati. Dia tau akan berbahaya membawa Marsha dalam rapat seperti ini, ternyata bos Marsha benar-benar belum mengenal anak ini.
Bos Marsha memberi kode kepada gadis itu. Tapi anak itu malah membalas kode dengan gerakan tangannya. Hal itu diperhatikan oleh Adiwijaya.
"Bagaimana pak Ronald? Anda setuju dengan staf anda?" Tanya Adiwijaya kepada bos Marsha yang bernama pak Ronald tersebut.
"Sebenarnya memang ada ketidak seimbangan data dari laporan bulan lalu, saya sudah mencoba untuk mempelajari. Tapi saya belum menemukan jawabannya. Karena itu saya meminta staf saya untuk mencoba memasukan dan mengecek kembali data dan laporan beberapa bulan terakhir, ternyata memang terjadi kesalahan penginputan dari divisi produksi dan pemasaran dengan stok di gudang."
"Jadi anda yakin ini adalah kesalahan penginputan?" Pak Ronald terdiam. Tiba-tiba Marsha mengangkat tangannya meminta waktu untuk berbicara.
"Sebenarnya pak Ronald tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam hal ini pak, Karena pak Ronald sendiri hanya menerima data kemudian merekapnya. Dan data yang diinput pak Ronald sesuai dengan yang diterimanya. Dan untuk lebih jelas apakah ada kesengajaan atau memang karena kesalahan input perlu dibentuk tim investigasi untuk menelusurinya. Dan maaf sebelumnya, ini hanya pendapat saya." Kata Marsha yakin. Membuat kepala Divisi dan manajer yang ada di ruang rapat menjadi tegang.
Andrew bertepuk tangan. "Sebagai staf baru, kamu cukup berani. Bagaimana dengan bapak manajer siap untuk diinvestigasi?" Tanya Andrew. Suasana tegang. Hanya Marsha yang terlihat tenang.
"Pak Ronald, tolong siapkan Tim audit dan investigasi untuk semua divisi, libatkan staf anda ini di semua kegiatan dimaksud saya tidak mau ada yang bermain-main di perusahaan ini. Ingat jika sampai ada yang main-main, Silahkan siap-siap di depak dari perusahaan ini dan kredibilitas anda juga akan hancur." Ancam Adiwijaya. Beliau lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang rapat.
"Saya rasa semua sudah mengerti apa yang dikatakan bapak Andara Adiwijaya. Untuk itu semua harus bersiap-siap. Lebih baik, jika ada kesalahan katakan dari sekarang sebelum terlambat. Dan untuk pak Ronald dan Marsha, saya tunggu secepatnya laporan mengenai tim audit dan investigasi. Saya minta semua bergerak cepat. Jika ada hal yang diluar kendali, segera informasikan kepada saya. Terima kasih!" Ucap Andrew jelas dan tegas.
"Keren banget sih Andrew!" Ucap Marsha tapi hanya di dalam hati. Dia tersenyum, tanpa menyadari beberapa sorot tajam sedang menghujam kepadanya.
"Pak Ronald, kita kembali ke ruangan sekarang?" Tanya Marsha.
"Ayo, rapatnya sudah beres. Kita ada tugas yang harus segera dilaksanakan." Ucap Ronald. Dia segera keluar dari ruang rapat tanpa perlu berbasa-basi dengan rekannya yang lain.
...***...
"Kakek gak nyangka jika Marsha seberani itu!" Ucap Andara Adiwijaya saat hanya dia dan Andrew yang ada di ruang kerjanya.
"Aku gak heran sih kek, Dia itu kalau benar kan emang gitu, dia bakal bilang, bahkan akan terus berkeras dan adu ngotot!"
"Tapi kakek juga khawatir jika ada yang tidak senang dengan keberanian Marsha, apa lagi dia perempuan!"
"Kakek tenang aja, Marsha kan juga sudah dibekali bela diri. Dia pasti bisa jaga diri."
"Tolong kamu awasi adik kamu! Kakek takut ada yang macam-macam sama dia."
"Iya kek! Oh iya, itu Marsha kemarin kakek suruh buat apa? Katanya di hukum buat proposal. Tapi aku gak tau proposal apa."
"Kakek minta dia buat proposal perencanaan. Dia bebas memilih apa saja untuk proposal nya. Sebenarnya bukan sembarang hukuman, jika dia benar-benar serius dalam memberikan ide dalam proposal tersebut, prospek nya bagus dan jelas, kakek akan wujudkan isi proposal itu!"
"Aku rasa dia gak asal-asalan kek, dia benar-benar berfikir keras dan gak ingin diganggu saat aku ingin melihat apa yang dia kerjakan!"
"Kita lihat saja, tapi kamu rahasiakan dulu hal ini dari Marsha."
"Siap Kek!"
"Oya, bagaimana pertemuan kamu dengan cucu Wisnu Hutama kemarin?"
"Oh, masalah itu, aku gak tau ceritanya seperti apa, tapi Marsha minta aku untuk menerima kerja samanya dengan Bertrand, cucu kek Wisnu. Entah bagaimana Marsha merusak tablet yang dibawa Bertrand, dan sepertinya mereka sempat bersitegang juga."
"Oya? Kalau begitu sangat kebetulan sekali."
"Maksud kakek?"
"Kakek berencana menjodohkan Marsha dan Bertrand!"
"Appaaa???" Teriak Andrew kaget. Membuat kakeknya mengelus dada.
"Kamu ini. Nanti kakek akan jelaskan. Tapi awas, kamu harus rahasiakan hal ini dari adikmu!" Ancam Adiwijaya.
Andrew hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tidak bisa membayangkan reaksi adiknya itu saat tau akan dijodohkan.
...***...
Terima kasih sudah berkenan membaca dan mengikuti novel ini. Mohon klik suka dan berikan vote untuk mendukung novel ini yaa, Terima kasih😊🙏💐
"Kakak salut sama kamu, berani banget sih dek?" Kata Andrew saat dia dan Marsha sedang nongkrong di kamar Marsha.
"Aku kan cuma mau ngomong yang bener kak, lagi pula itukan perusahaan keluarga kita. Masa aku diam aja saat melihat sesuatu yang aneh?"
"Bukan begitu, tindakan kamu itu bisa saja membawa masalah nantinya. Kakak hawatir kamu mendapat tekanan dan ancaman!"
"Emang mereka berani? yah walaupun aku gak pernah cerita aku siapa, semakin mereka menekan aku bakal semakin vocal!" Ucap Marsha sambil mencomot coklat yang ada di tangan kakaknya.
"Jadi, kamu beneran yakin ada faktor sengaja?"
"Ya yakinlah kak, perusahaan keluarga kita ini perusahaan besar, semua bagian sudah dibekali teknologi untuk mempermudah pekerjaan mereka. Semua akan terbaca pada komputer yang terhubung. Dan kesalahn penginputan itu cuma alasan yang dibuat-buat. apalagi selisihnya cukup besar, dan semua digit angka berubah jauh. Jadi, aku yakin ada yang bermain-main, hanya saja caranya tidak cantik!"
"Tapi, kamu yakin pak Ronal tidak terlibat?"
Marsha mengangguk.
"Tapi pak Ronal di tekan. Dia pernah ingin melakukan investigasi langsung saat terjadi kesalahan data, tapi saat dia bertanya ke staf audit, katanya datanya normal, gak ada yang salah dan pak Ronal tidak bisa bergerak, padahal dari neraca terlihat jelas perbedaan signifikan, Jadi staf audit aku yakin ada yang terlibat."
"Terus kamu dan Pak Ronal apa rencananya?"
"Seperti yang kakak minta, kami akan membentuk tim audit dan investigasi sendiri. Tapi aku harap kakak berkenan mengeluarkan surat wewenang untuk kami bisa menembus divisi lain untuk kasus ini."
"Oke, nanti kakak akan minta persetujuan kakek juga."
"Oiya, kakek lagi ngapain kak? Kakek marah gak ya?"
"Ya gak lah, kakek malah kaget melihat kamu begitu berani!"
"Hmm, kak, nanti bantuin ya masalah audit dan investigasi itu, paling gak aku butuh poinnya, biar gak salah langkah."
Andrew tersenyum, dia mengacak pelan rambut adik semata wayangnya itu.
"Tenang aja, kakak pasti bantuin!"
"Ahh, Terima kasih! Kakakku yang paling baik sedunia!" Kata Marsha sambil memeluk kakak tersayangnya.
"Iya adikku yang manis pas ada maunya doang!" Kata Andrew sambil tertawa. Marsha juga tertawa.
"Tau aja!!!" Katanya.
Marsha dan Andrew bukan anak kecil lagi, Marsha yang berusia 22 tahun, dan Andrew yang berusia 28 tahun. Tapi mereka terbiasa untuk saling bermanja-manja dan bercerita. Sudah kebiasaan mereka sejak kecil. Mereka akan saling bertandang ke kamar saat salah satu tampak tak terlihat, dan akan bercerita selama berjam-jam saat ada waktu luang. Marsha dan Andrew memang sama-sama jomblo. Setau Andrew, setelah cinta monyetnya, Marsha tidak pernah berpacaran. Sama halnya seperti yang Marsha tau Andrew sudah beberapa tahun ini jomblo, karena dia sulit menemukan kekasih yang tulus mencintai dia. Jadi tak heran jika kedua kakak adik ini begitu dekat.
...***...
"Marsha, kakek minta kamu hati-hati dan waspada ya nak, Kakek akan membayar orang untuk menjaga kamu. Kakek benar-benar khawatir!"
"Ga perlu kek, aku bisa menjadi diri, aku juga bisa bela diri!"
"Gak bisa! Jangan buat kakek kepikiran kamu!" Kata Adiwijaya menekankan jika ucapannya adalah suatu keputusan.
"Ya udah, aku nurut apa kata kakek!" Kata Marsha pasrah. Andrew hanya tersenyum melihatnya. Saat itu mereka berkumpul di meja makan pada waktu sarapan.
"Memang ada apa pa? Kenapa Marsha harus ada bodi guard?" Tanya mama Marsha khawatir.
"Hanya ada sedikit masalah di kantor, papa gak mau Marsha ada yang mengusik!" Kata Adiwijaya tak berniat memberitahu menantunya itu agar tidak khawatir.
Kening papa Marsha berkerut, dia tidak tahu apa yang terjadi, karena semalam dia tidak stay di kantor karena mengawasi proyek perusahaan yang lainnya. Lagi pula Marsha masih di posisi staf, dan tidak ada yang tau jika dia cucu Andara Adiwijaya. Papa Marsha menatap anaknya meminta penjelasan. Marsha hanya nyengir.
"Ya udah, aku berangkat duluan ya, kek, pa, ma, kak Andrew!" Kata Marsha sambil menyalami satu persatu keluarganya.
...***...
"Marsha, Kita akan bertemu pak Andrew untuk menanyakan perihal pembentukan Audit dan Investigasi kemarin, apakah membentuk orang dalam atau merekrut pihak ke tiga?"
"Saya fikir tim kita bentuk sendiri dari orang dalam sih pak, Kita yang memilih dari staf yang kompeten di bidang audit, jujur dan berani. Karena angka yang hilang juga untuk ukuran perusahaan sebesar ini bukanlah angka yang besar dan membuat perusahaan akhirnya bangkrut. Hanya saja kalau dibiarkan tanpa diberi efek jera, kejadian ini akan berlanjut. Tapi biar tidak salah sangka tidak ada salahnya juga kita bertemu dan konsultasi langsung ke pak Andrew pak!" Jawab Marsha.
"Baik, nanti biar saya yang menghubungi sekretaris pak Andrew. Saya kagum sama kamu Marsha, kamu sangat berani dan tegas. Saya sebenarnya sangat khawatir dengan hal ini, karena jika terjadi sesuatu saya pasti akan terseret walaupun saya tidak tahu apa dan bagaimana sebenarnya laporan ini bisa kacau." Kata Pak Ronal.
"Saya rasa bapak harus lebih tegas lagi, Perusahaan pasti akan melindungi bapak jika bapak benar!" Jawab Marsha.
"Marsha, kita ini bukan siapa-siapa disini, kita tak punya kekuatan apapun. Aah, terkadang saya sangat khawatir saat melakukan kesalahan."
"Pak Ronal tenang saja, selagi bapak jujur dan benar, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Iya pak, saya sama Mario izin dulu kami akan mengambil laporan sekaligus mengecek gudang 105, apa sesuai data atau tidak." Kata Marsha.
"Iya, silahkan, kalau bisa ponsel kamu harus dalam keadaan On, jadi saya bisa segera menghubungi kamu saat akan menghadap pak Andrew."
"Siap pak! Kalau gitu saya permisi dulu." Pamit Marsha.
...***...
"Oke, kita jalan sekarang! Pake motor gak Keberatan kan? Biar gak terjebak macet?" Tanya Mario.
"Iya, gak pa-pa! Tapi kamu bawa helm kan?"
"Ada kok, ni!" Kata Mario sambil menyerahkan sebuah helm kepada Marsha. Dengan berboncengan mereka segera berangkat ke tempat tujuannya. Butuh waktu hampir 30 menit untuk mereka menuju kesana. Kanya merasakan ponselnya dari tadi bergetar. Begitu turun dari motor dia segera membuka ponselnya. Dan Ponsel itu kembali berdering.
"Kamu dimana? Bareng siapa tadi boncengan?" Ternyata Andrew.
"Aku di gudang 105 kak, bareng temanku Mario, Biasalah cek kerjaan. Kenapa?"
"Kakak fikir kamu kemana, Ya sudah hati-hati. Kerja yang bener!" Pesan Andrew. Dia lalu mematikan ponselnya.
"Dari siapa?" Tanya Mario penasaran karena Marsha menyebut namanya.
"Kakak ku, mungkin tadi dia lihat kita di jalan. Jadinya di tanyain."
"Oh, Kakak kamu cewek apa cowok?" Tanya Mario penasaran. Mereka berbicara sambil berjalan menuju ruang administrasi gudang.
"Cowok, kenapa? Mau di kenalin?" Tanya Marsha.
Mario terkekeh.
"Kalau cowok gak perlulah, kalau cewek bolehlah!" Ucapnya.
"Huh, Dasar!" Gerutu Marsha. Lalu mereka tiba di ruang administrasi gudang, dan segera fokus dengan tujuan mereka untuk ke tempat ini. Hampir dua jam mereka di tempat itu. Setelah selesai mendapatkan data dan laporan yang mereka inginkan. Mereka kembali menuju kantor utama. Tapi ditengah perjalanan Mario mengajaknya untuk minum es dan menikmati semangkok Bakso.
"Tadi kok elo lama banget di ruang pak Ronal?" Tanya Mario.
"Iya, ada yang dibicarakan tentang kelanjutan rapat kemarin."
"Eh, emang waktu rapat ada apaan si? Gue juga ada dengar sedikit kehebohan, tapi gak terlalu menanggapi. Ada kejadian apa?" Tanya Mario.
"Biasa, tentang laporan yang kemarin aku buat, dan angkanya berbeda dan terlalu jauh selisihnya dari data sebelumnya. Katanya ada kesalahan input dari beberapa divisi, tapi tau deh!"
"Kesalahan input di sistem kita itu kecil banget, paling juga sengaja!" Kata Mario sambil menyeruput kuah baksonya.
"Nah, itu dia yang gue ungkap pas rapat! Jadinya pak Andrew meminta pak Ronal untuk melakukan audit dan investigasi tentang data tersebut."
"Hah, elo terang-terangan ngomong kesalahan data itu disengaja gitu?" Tanya Mario tak percaya.
"Gak gitu juga, tapi intinya gitu, kalau kesalahan sistem dan penginputan data itu kecil sekali resikonya, kecuali emang faktor sengaja. Apa lagi saat dilihat dari variasi angkanya yang jauh banget bedanya, rasanya gak mungkin."
"Berani banget sih lo? Elo kan anak baru!"
"Masa Bodoh!!!"
"Tapi jujur, gue dari awal elo gabung bareng kita, gue salut sama elo, sepertinya elo benar-benar paham seluk beluk perusahaan, apalagi bawaan elo yang tenang dan gak canggung sama sekali dengan apapun itu yang diberikan. ke elo, eh, jangan-jangan elo mata-mata ya?" Selidik Mario.
"Mata-mata apaan?? Orang gue juga masuk ke perusahaan pake ngantri, pake interview, pake di training dulu!!!" Kata Marsha.
"Eh, udah kelar kan? Kita balik lagi ke kantor yuk, takutnya pak Ronal nyariin lagi!" Lanjut Marsha.
"Udah, bentar aku bayar dulu!" Kata Mario sambil beranjak dari duduknya, dan membayar pesanan mereka tadi. Setelah itu merekapun kembali ke kantor.
...***...
Marsha terburu-buru masuk ke dalam kantor dengan tangan dan mata yang fokus ke layar ponselnya. Tanpa sengaja dia menabrak seseorang dari belakang.
"Maaf, saya gak sengaja!" Ucap Marsha. Dia mencoba melihat siapa orang yang barusan di tabraknya. Orang itu berbalik badan. Dia kaget saat melihat siapa orang yang sudah menabraknya.
"Kamu?!" Katanya sambil mengangkat tangan menunjuk Marsha.
"Kamu lagi - kamu lagi!" Kata orang itu. Marsha mencoba mengingat-ingat siapa orang yang di tabraknya.
"Ahh, Mas yang tabletnya rusak karena di lempar dan gak sengaja saya injek itu ya?" Kata Marsha.
"Jelas-jelas gara-gara kamu tablet saya rusak! bukannya minta maaf malah kabur!"
"Aduh, saya sudah minta maaf, tapi mas nya yang rese, betah nyari ribut sama saya. Udah ah, saya gak mau ribut, saya ada urusan penting! Bye!!!" Kata Marsha sambil meninggalkan Bertrand begitu saja.
"Kenapa sih gue ketemu lagi sama ni orang! ngerusak mood aja!" batin Bertrand. Dia kembali fokus ke tujuannya semula datang ke kantor ini.
...***...
"Oke pak Bertrand, Saya setuju, nanti kita atur waktu untuk bertemu, dan bawa tim ada yang akan melaksanakan projects ini, dan saya juga akan mempersiapkan tim dari perusahaan kami. Sekalian kita akan atur poin dan perjanjian kerjasamanya." Kata Andrew.
"Baik pak Andrew, kami menunggu kabar dari anda, kapanpun ada menghubungi kami, kami siap. Terima kasih pak Andrew atas kerjasamanya, senang bermitra dengan anda!" Kata Bertrand kalem.
"Sama-sama pak Bertrand, mungkin untuk kali ini cukup sampai di sini saja pembicaraan kita dan akan kita lanjutkan dipertemuan berikut nya!" Kata Andrew menutup obrolan mereka.
"Baik, sekali lagi terima kasih. Saya permisi dulu, saya tunggu kabar dari Bapak selanjutnya." Ucap Bertrand sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan. Andrew menyambut tangan tersebut. Lalu Bertrand segera keluar dari ruangan Andrew.
"Yesss!!!!" Teriaknya begitu sampai di depan pintu, dia sama sekali tidak melihat, bahwa tak jauh darinya ada orang lain yang juga ada di sana.
"Sehat, Mas?" Sindir Marsha yang melihat hal itu, sementara pak Ronal dan sekretaris Andrew hanya tersenyum melihat tingkah Bertrand.
Bertrand segera berpaling ke seseorang yang menegurnya.
"Elu?" Katanya sambil menunjuk Marsha.
"Kenapa?" Tanya Marsha.
"Sempit banget hidup gue dimana-mana ada elu, sengaja elu ngikutin gue?" tuduh Bertrand.
"Aku??? ngikutin kamu???? Gak ada kerjaan banget!!! dasar gak beres ni orang!!" Gerutu Marsha.
"Yuk pak Ronal, buang-buang waktu aja setiap kali ada ni orang!" Kata Marsha sambil berlalu dari hadapan Bertrand.
"Awas aja Lo ya kalo muncul di hadapan gue lagi!!!" dengus Bertrand. Dia segera pergi setelah menyapa sekretaris Andrew.
...***...
Terima kasih sudah bersedia mampir dan meluangkan waktu membaca novel karya saya😊💐🙏
Mohon dukung karya saya dengan klik suka, berikan vote dan tinggalkan saran dan kesan di kolom komentar ya kak😊😊😊
Sekali lagi, Terima kasih😊💐🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!