NovelToon NovelToon

Tak Selamanya Selingkuh Indah

Melamar pekerjaan

Di sebuah rumah kontrakan kecil di sudut kota Jakarta, terdapat dua anak manusia yang saat ini terlihat tengah berbincang di teras depan rumah yang tak lain adalah Aqila Anggraini dan adik satu-satunya yang bernama Aldo Pramuditya.Dngan tatapan penuh kasih sayang Aqila menatap adik kesayangannya yang saat ini tengah duduk dengan menselonjorkan kakinya di atas kursi panjang yang terbuat dari bambu.

"Bagaimana dengan sekolahmu Al? Oh ya Al, Kakak ada kabar baik untukmu. Besok kakak ada interview di sebuah perusahan besar Anugrah Jaya, doakan kakak semoga bisa diterima bekerja di sana! Semua orang selalu berharap bisa bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang lumayan tinggi. Semoga kakak besok bisa langsung di terima disana dan mempunyai gaji yang lebih banyak dari pekerjaan part time yang selama ini kakak lakukan."

"Kamu tau sendiri kan kalau gaji kakak hanya cukup untuk kita makan dan biaya sekolahmu saja sehingga kita tidak pernah punya tabungan? Kalau kakak bisa bekerja di sana, tentu saja nanti kita bisa pindah ke tempat yang lebih layak dari kontrakan ini, kakak juga bisa menabung untuk biaya kuliah kamu."

Aldo yang daritadi mendengarkan perkataan kakaknya langsung merasa sedih karena merasa telah menjadi beban di kehidupan kakak satu-satunya yang di sayanginya itu. "Apa kakak yakin bisa di terima di sana? Mungkin nanti banyak pelamar dengan gelar yang lebih tinggi karena kakak hanya mempunyai gelar diploma, meskipun bila nanti kakak tidak di terima bekerja di sana kakak tidak perlu berkecil hati karena aku akan membantu kakak mencari uang."

"Sepulang les, aku bisa bekerja mencari kerja part time untuk memenuhi semua kebutuhan kita, aku tidak ingin terus-terusan menjadi beban kakak. Setelah kedua orangtua kita meninggal dalam kecelakaan satu tahun yang lalu, kakak bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan kita dan membiayai pendidikanku. Aku ingin jadi berguna dengan membantu kakak mencari uang."

Aqila sontak berkaca-kaca mendengar ucapan Aldo yang seolah menyayat hatinya. Apa yang kamu katakan Al? Kamu tidak boleh berpikiran untuk mencari pekerjaan, tugas kamu sekarang hanya belajar dengan baik agar mendapatkan nilai yang tinggi hingga nanti kamu bisa kuliah di fakultas kedokteran sesuai dengan cita-cita kamu selama ini."

"Bukankah kakak masih muda, jadi kakak masih kuat bekerja untuk membiayai semua kebutuhan kita. Doakan saja kakak agar besok interview kakak berjalan dengan baik dan kakak bisa langsung di terima bekerja di perusahaan Anugrah Jaya!"

"Mulai sekarang, buang pikiranmu untuk bekerja, kakak ingin kelak kamu menjadi orang sukses sehingga nanti kamu bisa mengangkat derajat kita. Sekarang lebih baik kita tidur, lagipula hari sudah malam! Jangan sampai kita kesiangan besok!"

Aqila menepuk pelan bahu Aldo, lalu mengangkat tubuhnya yang ramping dari kursi bambu yang di dudukinya seraya menghela adiknya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Dengan muka sedikit di tekuk, Aldo mau tidak mau mengikuti arahan Aqila. Lalu beranjak masuk ke dalam rumah sambil mengungkapkan nada protesnya. "Aku kan belum selesai bicara Kak? Kenapa kakak selalu saja melarangku bekerja?"

"Bukankah tadi kakak sudah jelaskan padamu, nanti saat masanya tiba tentu kamu akan bekerja dan membantu kakak memenuhi semua biaya hidup kita. Kakak tidak mau kamu membantah perkataan kakak,bsekarang lebih baik kita segera tidur! Kakak besok harus berangkat pagi-pagi karena jarak perusahaan dari rumah lumayan jauh. Lebih baik sampai di awal daripada harus datang terlambat."

Aldo yang masih merasa kecewa dengan kakaknya hanya menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Aqila.

Aqila mulai menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perilaku Aldo yang terlihat kecewa padanya. Dia pun melangkahkan kaki memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum pergi tidur, tak berselang lama Aqila keluar dari kamar mandi lalu masuk ke dalam kamar menuju ranjang nya yang hanya seukuran tubuhnya. Aqila mulai merebahkan tubuhnya lalu menatap langit-langit kamarnya. "Semoga nanti aku bisa di terima bekerja di perusahaan anugrah jaya. Ayah, Ibu doakan aku dari surga agar aku bisa menjaga Aldo dengan baik."

Aqila mulai memeluk guling yang ada di sampingnya lalu perlahan memejamkan kedua mata. Tak butuh waktu lama, dia pun mulai terbuai dengan bunga tidur yang menghiasi alam bawah sadarnya.

••••••

Saat ini Aqila sudah berdiri di depan perusahaan "Anugrah Jaya", saking semangatnya dia sudah sampai di perusahaan sangat awal. Setelah selesai dengan semua pekerjaan rumahnya, Aqila langsung berangkat ke perusahaan dengan memesan jasa ojek online yang ada di ponselnya. Jaman yang semakin maju membuat sebagian orang lebih di mudahkan dalam segala hal dengan memanfaatkan kemajuan teknologi era digital. Aqila melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. "Syukurlah aku bisa sampai di perusahaan tepat waktu. Lebih baik aku segera masuk dan menunggu di dalam!"

Aqila pun mulai merapikan baju serta rambutnya sebelum memasuki perusahaan karena menaiki sepeda motor tentu saja penampilannya sedikit berantakan karena terkena angin. Setelah di rasa cukup rapi dengan penampilannya, dia pun mulai berjalan melangkahkan kakinya memasuki loby perusahaan dan langsung bertanya kepada resepsionis yang ada di sana.

"Maaf mbak, saya mau bertanya ruangan interview ada di mana ya?"

Resepsionis dengan nama Aisyah tersenyum ramah pada wanita yang ada di hadapannya.

"Maaf mbak langsung saja naik lift ke lantai tiga, tadi juga sudah ada beberapa pelamar yang sudah datang dan menunggu di sana".

"Oh...terima kasih mbak kalau galau begitu saya langsung kesana saja."

Aqila mulai menganggukkan kepalanya kepada resepsionis tersebut lalu berjalan ke arah lift. Dia pun berdiri di depan pintu kotak besi yang saat ini ada di hadapannya menunggu pintu lift tersebut terbuka,tak berselang lama pintu pun terbuka.

Dengan segera Aqila melangkah masuk, beberapa saat sebelum lift sempat tertutup aqila melihat ada sosok laki-laki yang berlari ke arahnya dan melambaikan tangannya.

tentu saja Aqila langsung paham dengan lambaian tangan laki-laki yang tengah berlari itu, dengan menahan pintu lift tersebut dia menunggu laki-laki itu sampai masuk ke dalam lift. Laki-laki itu pun dengan tergesa masuk ke dalam lift, dengan menetralkan nafasnya yang masih memburu dia pun menatap Aqila dengan wajah datarnya.

"Oh...terima kasih karena sudah menahan pintunya?!"

Seolah terpesona dengan wajah tampan laki-laki di depannya, Aqila menatap wajah tampan laki-laki di depannya tersebut tanpa berkedip sedikit pun.

"Astaga... kenapa wajah pria ini sangat tampan! Aqila membatin dalam hatinya mengungkapkan rasa kekagumannya pada pria yang saat ini masih menatapnya tajam.

Laki-laki yang berada di hadapan Aqila langsung memalingkan wajahnya begitu melihat perempuan itu hanya diam saja saat dirinya mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Bunyi denting lift membuyarkan lamunan Aqila, sesaat seolah dirinya telah terhipnotis dengan pesona dari laki-laki yang berada satu lift dengannya. Dengan menganggukkan kepalanya pada laki-laki tersebut, Aqila perlahan keluar dari lift. Setelah pintu lift kembali tertutup, Aqila berdiri mematung dan sedikit menyandarkan bahunya pada dinding di sebelah lift sambil memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Apa ini? Kenapa dengan dadaku. Kenapa jantungku berdetak cepat seperti ini, apakah karena laki-laki yang tadi! Aku mungkin telah jatuh cinta padanya pandangan pertama! Ah...tidak...tidak...! Tidak mungkin aku langsung jatuh cinta pada laki-laki yang baru pertama kali aku temui."

Aqila menggeleng-gelengkan kepalanya serta menepuk-nepuk keningnya mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Saat Aqila sibuk dengan pikirannya, ada seorang wanita yang menyapa dengan menepuk bahunya.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Kamu juga hari ini ada interview?" Tanya seorang wanita cantik berpakaian seksi.

Aqila langsung tersadar dari lamunannya, lalu menatap perempuan cantik yang ada di depannya.

"Maaf mbak, tadi bicara apa?" Ma-maaf karena saya lagi banyak pikiran jadi tidak mendengar perkataan dari mbak!"

Perempuan seksi yang berada di depan Aqila itu bernama Rena, dengan mengernyitkan kedua alisnya sambil mengamati penampilan Aqila yang mengenakan kemeja putih dengan rok sepan hitam yang terlihat sangat biasa. Berbeda terbalik di bandingkan penampilannya yang terlihat luar biasa karena memakai baju bermerk yang tentunya harganya cukup mahal.

"Apa hari ini kamu mau interview?"

"Iya, hari ini aku ada interview, apa mbak juga sama?"

"Mbak? Rubah lah panggilan nya dan kita terlihat seumuran, Jadi jangan panggil saya mbak. Panggil saja aku Rena!" Rena mengulurkan tangannya dan mengamati wajah Aqila.

Aqila langsung membalas jabatan tangan dari Rena sambil tersenyum dan menyebutkan namanya. "Aku Aqila, senang bisa berkenalan dengan kamu Rena. "Lebih baik kita duduk di sana saja sambil menunggu panggilan nama kita!"

Rena menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ucapan perempuan yang menunjuk ke arah kursi yang berjejer rapi di depan sebuah ruangan yang tak lain adalah ruangan interview.

Kini Aqila dan Rena, sudah duduk bersama beberapa wanita lainnya sambil menunggu panggilan dari pihak HRD untuk mewawancarai mereka. Satu persatu nama para pelamar mulai di panggil untuk masuk ke dalam ruangan yang lebih terlihat seperti ruangan eksekusi bagi mereka.

Terlihat beberapa orang yang keluar dari ruangan tersebut dengan ekspresi yang berbeda-beda, dari ekspresi lega sampai ekspresi frustasi terlihat di raut wajah beberapa orang yang sudah kembali duduk di kursi tunggu Kini tiba giliran Aqila dan Rena yang kebetulan di panggil secara bersamaan karena mereka adalah orang terakhir yang tersisa.

"Kita itu harus semangat ya Aqila, agar kita bisa sama-sama di terima di perusahaan ini, fighting!"

Aqila mengangkat tangannya untuk menyemangati diri sendiri dan menetralkan rasa gugup nya. "Iya... Iya kamu juga. Mudah-mudahan kita bisa di terima bekerja di perusahaan ini. Bismillahirrahmanirrahim!"

Hari pertama bekerja

Aqila dan Rena bersorak kegirangan dan saling berpelukan setelah mengetahui bahwa mereka berdua di terima bekerja di perusahaan Anugrah Jaya.

"Aku bersyukur banget kita bisa di terima bekerja di perusahaan ini Rena! Meskipun aku hanya di tempatkan di divisi humas dan hanya sebagai karyawan kontrak, aku sudah sangat senang. Semoga saja nanti aku bisa menjadi karyawan tetap seperti kamu!"

"Meskipun kamu saat ini adalah karyawan kontrak, kamu harus tunjukkan kemampuan terbaikmu agar para senior bisa melihat kesungguhan dan keseriusanmu bekerja. Dengan begitu, siapa tahu kamu nanti bisa menjadi karyawan tetap di perusahaan ini."

"Terima kasih Rena, kata-kata kamu adalah penyemangat ku. Semoga nanti aku bisa menyusulmu menjadi karyawan tetap di perusahaan ini."

"Tentu saja Aqila, tetap semangat ya!"

Disaat Aqila dan Rena saling memberi semangat, muncul sosok perempuan paruh baya yang terlihat ramah menyapa mereka berdua.

"Apa kalian sudah siap bekerja? Saya akan antarkan kalian ke divisi kalian masing-masing!"

Aqila, Rena dan ketiga lainnya yang di terima bekerja di perusahaan langsung menjawab siap serentak lalu mengikuti wanita tersebut. Wanita paruh baya yang bernama Susi, mulai mengantar satu persatu pegawai baru ke bagian masing-masing. Kini yang tersisa hanya Aqila seorang karena dia satu-satunya karyawan kontrak yang di terima bekerja di perusahaan besar tersebut.

"Kamu Aqila kan? Karyawan kontrak yang akan membantu di divisi humas?"

Aqila menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ramah kepada wanita paruh baya bernama ibu susi tersebut. "Iya Bu, saya Aqila!"

Ibu Susi memandang penampilan sederhana Aqila dari atas sampai ke bawah. "Meskipun kamu hanya karyawan kontrak, kamu harus menunjukkan kinerja yang terbaik. Kamu harus ringan tangan membantu bila ada yang menyuruhmu agar kamu bisa di angkat menjadi karyawan tetap di perusahaan ini! Kinerjamu selama tiga bulan akan dinilai oleh para senior, bila kamu memenuhi kriteria, mungkin kamu bisa saja diangkat menjadi karyawan tetap setelah tiga bulan. Apa kamu paham Aqila?"

"Iya Bu, saya akan berusaha bekerja dengan baik karena saya sangat berharap bisa di angkat menjadi karyawan tetap di perusahaan ini!"

"Bagus, saya suka semangat kamu.

sekarang ikut saya!" Bu susi mulai melangkahkan kakinya menuju lift lalu memasuki pintu besi itu di ikuti Aqila yang mengekorinya.

Tak lama berselang, mereka berdua telah sampai di lantai tujuh, mereka berdua pun keluar dari lift menuju divisi humas. Disana terlihat beberapa orang yang sedang sibuk melaksanakan pekerjaannya masing-masing.

Bu Susi mengetuk pintu, setelah ada jawaban dia pun membawa Aqila masuk ke ruangan menemui seorang laki-laki yang saat ini tengah duduk di kursinya dengan pandangan berfokus pada beberapa dokumen di atas meja kerjanya.

"Selamat pagi Pak Manager, saya membawa pegawai baru yang akan membantu di divisi ini. Namanya Aqila Anggraini, dia hari ini di terima bekerja sebagai karyawan kontrak dan di tempatkan di sini sesuai permintaan Bapak!"

Laki-laki yang bernama Arya Atmadja mulai mengangkat pandangannya menatap sosok karyawan baru yang ada di belakang ibu Susi, dia pun menahutkan kedua alisnya lalu memandang penampilan Aqila dari ujung kaki hingga rambutnya yang menurutnya sangat kuno karena memakai baju yang terlihat jelas di beli dari pasar yang tentu saja dengan harga yang sangat murah.

"Waah... lucu sekali penampilan wanita ini, bagaimana mungkin ada seorang wanita yang berpakaian tidak modis seperti dia. Pantas saja dia terpilih sebagai karyawan kontrak, dengan wajah pas-pasan serta gaya berpakaiannya yang kuno seperti itu membuatnya terlihat seperti orang bodoh dan pasti dia sangat miskin."

Arya tidak mengungkapkan penilaiannya pada Aqila karena dia hanya membatin di dalam hati.

Sedangkan Aqila yang menyadari sosok laki-laki yang ada di hadapannya tak lain adalah pria yang tadi di jumpainya di dalam lift di lantai satu sontak terlihat berbinar-binar begitu menatap sosok pria tampan yang daritadi sudah menarik hatinya itu.

"Mungkin ini yang di sebut jodoh tidak akan kemana, di perusahaan sebesar ini ternyata aku bisa satu divisi dengan pria tampan yang sedari tadi telah mengusik ketenangan hatiku. Kenapa wajahnya bisa setampan itu di padu padankan dengan rahangnya yang tegas serta hidung mancung dan bibir tebalnya juga tubuhnya yang terlihat sangat atletis meskipun saat ini sedang di balut kemeja lengkap dengan jasnya. Mimpi apa aku semalam hingga bisa bertemu seorang pria yang langsung memporak-porandakan hatiku."

Aqila tersadar dari lamunannya saat Bu Susi menepuk lengannya.

"Aqila... Aqila?!"

"Eeh... iya Bu?" Aqila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil memandang Bu Susi.

"Pagi-pagi malah melamun, kamu harus fokus. Dari tadi pak Arya memanggil namamu tapi kamu sama sekali tidak menyahuti panggilannya."

"Maafkan saya pak Arya." Aqila menundukkan kepalanya mencoba memohon maaf pada manager yang ada di hadapannya.

"Ehm ... bukankah kamu perempuan yang tadi menghalangi pintu lift dan menungguku sampai aku masuk ke dalam lift? Jadi kamu pegawai kontrak yang akan membantu di sini? Lebih baik kamu fokus pada pekerjaanmu, jangan sampai kamu mengacaukan semuanya dengan lamunan tidak jelasmu itu! Kalau kau hanya ingin melamun lebih baik kembali saja ke rumahmu sana!"

"Ma-maafkan saya Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi. Meskipun saya hanya karyawan kontrak, saya akan berusaha keras untuk bekerja sebaik mungkin dengan tidak mengecewakan bapak karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini!"

Arya hanya memandang datar Aqila dengan tatapan sinisnya. "Aku pegang kata-katamu itu, kalau sampai kamu mengecewakanku, mungkin aku akan langsung memecatmu dari perusahaan ini ! Sekarang pergilah, biar Bu Susi menunjukkan meja kerjamu. Bu Susi, tolong anda tunjukkan meja kerja untuknya dan jelaskan padanya apa yang harus di kerjakan nya!"

Bu Susi tersenyum ramah pada managernya lalu menganggukkan kepalanya seraya memohon ijin untuk keluar dari ruangan tersebut. "Baik pak, saya akan melaksanakan perintah dari Bapak. Kalau begitu saya mohon ijin untuk keluar.

ayo Aqila, ikut saya! Biar saya tunjukkan meja kerjamu dan apa tugasmu di sini!"

Arya hanya mengangguk sambil mengangkat sebelah tangannya untuk mengusir dua wanita yang ada di ruangannya itu.

Sedangkan Aqila yang masih menundukkan kepalanya tidak berani lagi menatap sosok manager yang membuatnya kehilangan akal sehatnya saat memandang wajah pria itu. Dengan langkah yang sedikit terlihat gontai, dia mengikuti Bu Susi yang sudah berjalan di depannya.

Bu Susi menghentikan langkahnya untuk mensejajarkan posisinya dengan Aqila. Dia pun menahutkan keningnya lalu memperhatikan Aqila yang terlihat sedikit lemas karena mendapat omelan dari pak manager.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Aqila? Kenapa kamu sampai melamun di depan atasan kamu? Bukankah tadi kamu sudah bilang akan berusaha bekerja sebaik mungkin, tapi kenapa kamu pagi-pagi malah membuat emosi pak Arya melambung tinggi. Kamu harus berhati-hati dengan pak manager."

"Karena dia itu type orang yang pemarah, dia tidak akan memaafkan keteledoran pegawainya karena dia orang yang sangat perfect dalam segala hal. Jadi di saat kamu ada di kantor ini, kamu harus fokus dengan pekerjaanmu. Jangan membawa urusan pribadimu ke kantor kalau kamu tidak ingin segera dipecat oleh pak arya karena kecerobohanmu itu."

"I-iya Bu Susi, saya mengerti. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya untuk yang kedua kali, karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk membiayai sekolah adik saya satu-satunya. Selama ini saya hanya bisa bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan adik saya, saya selalu berharap ingin bekerja di perusahaan besar. Dan sekarang impian saya sudah terwujud. Meskipun saya diterima hanya sebagai karyawan kontrak di sini, tetapi saya akan bekerja sebaik mungkin agar setelah tiga bulan saya bisa diangkat menjadi karyawan tetap seperti pegawai yang lain."

Bu Susi menepuk lembut bahu Aqila, lalu memberi semangat agar perempuan itu lebih bersemangat. "Ibu mengerti Aqila, mudah-mudahan keinginanmu untuk menjadi karyawan tetap bisa segera terwujud. Ibu bisa melihat rasa tanggung jawabmu dari kata-katamu tadi. Ini meja kerjamu, tugasmu disini adalah membantu semua pegawai yang membutuhkan bantuan mu."

"Saat mereka menyuruhmu membantu mereka, kamu harus melaksanakan perintah mereka tanpa mengeluh maupun menggerutu. Kesabaran dan ketelatenan sangat di butuhkan di posisimu karena bila kamu sampai merasa menyerah, maka kamu akan segera di pecat dari sini dan perusahaan akan langsung mencari penggantimu. Apa kamu mengerti Aqila?"

Dengan bersemangat, Aqila langsung menjawab peetanyaan dari Bu Susi. "Saya mengerti, Bu Susi. Saya pasti kuat, karena selama ini saya sudah merasakan kerja yang lebih berat di tempat saya bekerja dulu!"

"Bagus, saya percaya pada ucapanmu. Sekarang saya akan memperkenalkanmu pada para pegawai yang ada di sini."

"Perhatian untuk semuanya!"

Seketika para pegawai yang tengah berfokus pada pekerjaannya mengalihkan pandangannya menandang Bu Susi saat berdiri dengan Aqila yang tengah berada di sampingnya.

"Mulai hari ini, ada pegawai baru yang akan membantu meringankan pekerjaan kalian, perempuan di samping saya ini adalah Aqila Anggraini. Hari ini dia di terima di divisi ini untuk membantu kesibukan kalian,kalian bisa meminta tolong padanya saat kalian sibuk dengan pekerjaan kalian.

Sontak beberapa karyawan merasa senang dan lega, karena akhirnya ada seseorang yang di tugaskan khusus untuk membantu karena akhir-akhir ini perusahaan benar-benar memforsir tenaga mereka sehingga membuat mereka benar-benar di dera kesibukan yang luar biasa.

"Terima kasih Bu Susi, untungnya pak manager berinisiatif mencari pegawai baru untuk membantu meringankan pekerjaan kami. Selamat datang Aqila, selamat bergabung bersama kami di divisi humas perusahaan Anugrah Jaya."

Salah satu perempuan bernama Nina yang tak lain adalah ketua tim menghampiri Aqila, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aqila, menunjukkan sambutannya mewakili teman-temannya yang lain.

Aqila dengan tersenyum ramah menjabat tangan Nina. "Terima kasih sambutannya senior!"

"Panggil saja saya Nina, kamu bisa berkenalan dengan yang lainnya saat jam makan siang nanti karena hari ini banyak pekerjaan jadi semua orang harus melanjutkan pekerjaan. Aku yang akan membantu menjelaskan pekerjaanmu disini!"

"Baiklah Nina, saya serahkan Aqila padamu. Bantu dia menjelaskan apa pekerjaannya di perusahaan ini, sekarang saya akan kembali ke ruangan saya."

"Tentu saja Bu Susi, serahkan saja Aqila pada saya karena saya yang akan membimbingnya disini!"

Bu Susi pun mengangguk, lalu berjalan memasuki pintu lift untuk kembali ke ruangannya. Sedangkan Aqila mendengarkan dengan seksama apa yang dijelaskan Nina di hari pertamanya bekerja.

Buka matamu!

"Aqila, tolong kamu buatkan kopi untuk kami semua karena semua orang terlalu sibuk hingga tidak sempat membuat kopi sendiri. ruang pantry ada di sudut timur sana!" Nina mengarahkan telunjuknya pada ruangan pantry yang berada di sudut sebelah timur dari tempat duduknya berada saat ini.

Aqila langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung melaksanakan perintah dari pegawai senior yang bernama Nina tersebut. "Baik, Nona Nina. Saya akan segera membuatkan kopi untuk semua orang."

Dengan tergesa-gesa Aqila melangkahkan kakinya untuk menuju ruang pantry, mungkin karena terburu-buru Aqila tidak sengaja menabrak Arya yang baru keluar dari dari ruang pantry membawa gelas yang berisi kopi. Seketika gelas yang berada di tangan Arya jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping, sepatu mengkilat milik Arya menjadi korban kecerobohan Aqila karena terkena tumpahan kopi yang jelas saja mengotori sepatu mahalnya.

Dengan muka merah padam Arya menatap tajam Aqila serta mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk memarahi kecerobohan pegawai baru yang baru bekerja satu hari di sana.

"Dasar bodoh! Apa kamu tidak punya mata haah! Bukankah tadi aku sudah bilang padamu untuk bekerja dengan baik? Baru satu hari bekerja di sini saja kamu sudah membuat kekacauan. Apa kamu mau dipecat haah!"

Raut gugup serta ketakutan terpatri jelas di wajah polos Aqila, dengan menundukkan kepala tidak berani menatap atasannya yang sedang di liputi kemarahan. "Ma-maafkan saya, Pak Arya. Saya tidak sengaja. Biar saya yang bersihkan sepatu, Bapak."

Aqila buru-buru mengambil kain lap yang ada di pantry lalu duduk berjongkok membersihkan sepatu Arya yang terkena tumpahan kopi. Dengan sangat berhati-hati, Aqila mengelap sepatu mahal milik pria yang saat ini tengah berdiri menjulang di hadapannya.

Sedangkan Arya yang masih berdiri tak bergeming dari tempatnya, membiarkan Aqila membersihkan sepatunya. Perlahan dia menundukkan kepalanya memperhatikan Aqila yang masih fokus berkutat membersihkan sepatunya. Lalu ia mengeluarkan kata-kata kasarnya kepada Aqila.

"Apa kamu tahu harga sepatuku ini? Gaji satu bulanmu saja tidak akan cukup untuk membeli sepatu ini,buntung saja tadi aku membuat kopi tidak terlalu panas. Karena kecerobohanmu ini bisa-bisa kulitku yang bagus ini bisa melepuh terkena kopi panas. Lain kali kalau berjalan itu pakai mata kamu, jangan pernah lagi mengulangi kecerobohan mu! Apa kamu mengerti?"

"Me-mengerti Pak Arya, lain kali saya akan berhati-hati. Ini ... sepatu Bapak sudah selesai saya bersihkan. Sekali lagi saya minta maaf Pak Arya."

Dengan posisi masih berjongkok di bawah kaki Arya, Aqila berbicara dengan masih menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap wajah atasannya yang berdiri menjulang tinggi di depannya.

Karena merasa sangat kesal dengan kecerobohan pegawai baru yang masih berada di bawahnya dengan menundukkan kepalanya, Arya tidak menanggapi permintaan maaf Aqila.

"Cepat kamu bereskan pecahan kaca ini, jangan sampai ada yang tertinggal karena saya tidak mau ada salah satu pegawai saya yang terluka gara-gara terkena pecahan kaca ini! Jangan lupa kamu buatkan kopi dan bawa ke ruangan saya, saya tidak suka manis jadi jangan buat kopi terlalu manis untuk saya!"

Arya lalu berjalan meninggalkan Aqila tanpa mau mendengarkan jawaban dari pegawai barunya tersebut. Sedangkan Aqila kini tengah membersihkan pecahan kaca tersebut dengan mengambil sapu yang ada di sudut ruang pantry.

Setelah merasa lantai sudah bersih dari pecahan kaca, Aqila mulai membuat kopi.

Tak butuh waktu lama untuknya membuat kopi, kini tangannya terlihat sedikit kerepotan karena membawa nampan yang berisi banyak kopi, dengan sangat berhati-hati Aqila menyerahkan satu-persatu kopi yang di bawanya ke meja para pegawai yang terlihat sibuk berkutat dengan pekerjaannya di depan komputer. Ucapan terima kasih dari para senior membuatnya merasa senang karena dirinya merasa telah di hargai.

Nina yang dari tadi memperhatikan Aqila di marahi oleh Arya segera menghibur perempuan yang baru memberinya kopi.

"Ucapan Pak Arya tadi jangan di ambil hati, meskipun sebenarnya Pak Arya orang yang pemarah tapi sebenarnya dia itu orangnya baik. Mungkin karena dia adalah type laki-laki yang selalu menyukai kesempurnaan, makanya dia selalu memarahi semua orang yang di anggapnya tidak sesuai dengan ekpektasinya. Semua orang disini pernah mendapat omelan dari Pak Arya, jadi kamu jangan mengambil hati semua kata-kata pak manager oke!"

"Iya nona Nina, saya akan mengingat kata-kata dari Anda. Kejadian tadi memang mutlak adalah kesalahan saya, jadi wajar saja saya kena marah oleh pak Manager. Sekarang saya mau mengantarkan kopi ini pada Pak Arya dulu, mungkin dia akan marah bila saya terlambat mengantar kopi untuknya. Saya permisi dulu Bu Nina!"

"Baiklah, segera antarkan kopi itu pada Pak Arya, jangan membuatnya terlalu lama menunggu!"

Aqila berjalan meninggalkan Nina setelah mendapat respon anggukan dari seniornya tersebut menuju ruangan Arya. Saat ini Aqila berdiri di depan pintu, sejenak dia pun menetralkan nafasnya dan mencoba menekan kegugubannya karena akan memasuki sebuah ruangan yang di anggapnya persis seperti sebuah ruang eksekusi.

Perlahan tangannya terangkat ke atas untuk mengetuk pintu, setelah mendengar sahutan dari dalam, Aqila pun membuka pintu lalu beranjak masuk ke ruangan Arya. Tidak ingin mengulangi kesalahannya, dengan hati-hati Aqila meletakkan gelas yang berisi kopi di meja kerja managernya yang terlihat masih fokus menatap dokumen di meja kerjanya.

"Ini kopinya, Pak Arya. Silakan diminum.

kalau ada yang kurang pas,nanti saya buatkan lagi untuk Anda."

Tanpa memandang wajah Aqila, Arya mengibaskan tangannya tanda mengusir Aqila yang masih diam di ruangannya.

Memahami perintah dari atasannya tersebut, Aqila segera keluar dari ruangan managernya dengan wajah sedikit di tekuk karena merasa di abaikan oleh laki-laki yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dengan lemas dia berjalan menghampiri meja kerjanya dan duduk di kursinya sambil membenamkan wajahnya di antara kedua tangannya di atas meja.

"Ada apa denganku? Kenapa aku bisa jatuh cinta pada cowok arogan seperti Pak Arya? Tidak ... tidak! Apa salahnya dengan cintaku? Cinta datang secara tiba-tiba tanpa memperdulikan keburukan dari orang yang di cintai karena cinta selalu menerima kekurangan masing-masing dengan besar hati."

"Meskipun aku sadar aku tidak akan mungkin bisa mendapatkan cinta Pak Arya karena pasti pria itu mempunyai kriteria wanita idaman yang pastinya mempunyai fisik dan sifat sempurna seperti dirinya. Mungkin cintaku akan selamanya bertepuk sebelah tangan karena aku hanya bisa menyimpannya di dalam hati.

"Pak Manager bagaikan langit tinggi yang tidak akan mungkin bisa aku raih dengan kedua tanganku, tapi aku bisa mencintainya secara diam-diam di dalam hatiku. Tidak ada yang tahu siapa jodoh kita, mungkin aku hanya perlu menunggu kapan jodohku akan tiba." Aqila hanya bisa menyimpan perasaannya tanpa berniat mengungkapkannya kepada Arya.

"Aqila tolong kamu copy berkas ini lalu kamu berikan kepada pak Arya ya!" Santi menghampiri Aqila dan menepuk bahu Aqila. "Kamu sakit Aqila?"

Aqila mengangkat kepalanya lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Aah ... tidak. Saya hanya sedikit bosan karena tidak ada pekerjaan seperti yang kalian kerjakan."

"Kamu tenang saja Aqila, sebentar lagi kamu akan kewalahan dengan pekerjaan kamu karena kamu akan mulai sibuk setelah semua orang mulai menyelesaikan satu persatu berkas mereka masing-masing! Untuk saat ini lebih baik kamu copy berkas ini dulu, lalu berkas yang asli nanti kamu serahkan pada pak Arya, sedangkan berkas yang sudah kamu foto copy nanti kamu serahkan padaku!"

"Baik, Nona Santi. Saya akan segera meng-copy berkas ini."

Dengan bersemangat Aqila membawa berkas yang di serahkan Santi padanya, dia pun mulai menyelesaikan tugasnya. Setelah itu Aqila beranjak pergi ke ruangan manager untuk menyerahkan berkas asli kepada Arya untuk di periksa dan di tanda tangani.

Setelah mengetuk pintu, Aqila masuk ke dalam ruangan Arya. Terlihat Arya telah melepaskan jasnya dan hanya memakai kemeja putihnya dengan lengan sedikit di gulung sampai ke siku. Seolah terpesona dengan makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat sangat sempurna berada di depannya, Aqila menelan salivanya sambil menatap wajah tampan di depannya yang masih serius memeriksa dokumen di atas mejanya tanpa menghiraukan dirinya yang tengah menatapnya.

Pak manager sangat terlihat seksi saat sedang serius dengan pekerjaannya. Astaga... kenapa dia terlihat sangat tampan dan gagah sekali saat ini ,batin Aqila.

Perlahan Arya mengalihkan pandangannya dari dokumen yang ada di mejanya beralih memandang Aqila yang masih asyik menatapnya dengan tatapan penuh takjub. Arya pun mulai berdehem dengan keras untuk menyadarkan Aqila yang masih menatapnya.

"Ehem ... apa yang kamu lakukan di situ? Apa kamu mau berdiri disana sampai besok? Kenapa kamu terus menatap wajahku, apa aku terlihat sangat tampan hingga matamu tidak bisa berhenti menatapku?!"

Aqila langsung terkejut dengan suara keras dari Arya. Tanpa sadar dia pun menganggukkan kepalanya mendapat pertanyaan tiba-tiba dari managernya. Setelah kesadarannya mulai terkumpul sempurna, Aqila mulai menyadari secara tidak langsung dia menunjukkan kebodohannya di depan pria yang telah membuatnya salah tingkah itu. Dengan terbata dia pun mencoba mengklarifikasi anggukannya yang membuatnya nampak bodoh di hadapan sang manager.

"Ti-tidak, Pak!"

Arya yang mendengar Aqila menjawab tidak, langsung merah padam wajahnya. Dia pun bangkit dari posisinya duduk untuk berdiri dan melangkah melewati meja kerjanya menghampiri Aqila yang masih terdiam di posisinya. Kini, ia telah berdiri di depan Aqila dan hanya berjarak beberapa centi hingga terlihat jarak keduanya semakin terkikis saat Arya mendekatkan wajahnya ke wajah Aqila yang saat ini sudah merah merona karena malu atas perbuatan managernya yang mendekatinya.

"Apa kamu bilang? Tidak? Jadi kamu mau bilang kalau aku tidak tampan, begitu? Buka mata kamu lebar-lebar dan tatap aku sekarang! Apakah menurutmu, aku ini tidak tampan di matamu?"

Dengan muka masih diliputi amarah, Arya tanpa sadar mendekatkan wajahnya dan semakin mengikis jarak di antara dirinya dan Aqila. Dan Aqila yang merasa terpojok karena perlakuan Arya, mencoba memundurkan wajahnya agar tidak bersentuhan dengan wajah tampan managernya namun Arya mengikuti gerakannya dengan tetap memajukan wajahnya.

Sontak Aqila langsung kehilangan keseimbangan dan naas tubuhnya langsung terhuyung ke belakang. Namun, refleks Arya memegang dan menahan pinggang Aqila agar tidak terjatuh ke lantai. Posisi keduanya saat ini terlihat romantis seperti seorang pasangan kekasih. Netra pekat Arya saat ini tengah menatap tajam netra bening milik Aqila.

Jantung Aqila saat ini berpacu dengan sangat kencang, tubuhnya seolah lunglai mendapat perlakuan manis seperti di film-film romantis yang pernah ditontonnya.

TBC ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!