NovelToon NovelToon

Young Mother

Paras mengagumkan

Pagi ini seorang perempuan cantik tengah duduk disalah satu kursi taman ditemani dengan kabut pagi yang sangat menyegarkan.

Yap kenalkan dia Ciara Devania Eveline. Gadis cantik yang berusia 18 tahun. Yang setiap paginya ia akan menyempatkan waktunya untuk sekedar jalan jalan pagi sebelum memulai aktivitas kuliahnya yang sangatlah padat. Ia baru masuk kuliah tahun ini namun namanya juga dunia perkuliahan tak ada jam kuliah pun tetap padat dengan tugas yang di berikan dosen.

Ciara menggerakkan tangan kesamping kanan dan kiri guna merenggangkan otot-ototnya.

"Huh, andaikan udara di Jakarta selalu begini tambah betah aku disini," ucap Ciara sembari melanjutkan langkahnya menuju rumahnya kembali.

Sesampainya di rumah ia sudah di sambut dengan aroma masakan sang Mama yang menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Ciara melangkahkan kakinya mendekati sang Mama dan memeluknya dari belakang.

"Pagi Ma," sapa Ciara.

"Pagi juga sayang," jawab Mama Mila sembari tersenyum manis kearah Ciara yang masih setia memeluknya dan menaruh dagunya di bahu sang Mama.

"Kamu gak kuliah nak?" tanya Mama Mila pasalnya Ciara masih bergelayut manja tak seperti biasanya yang hanya menyapa sembari mengecup pipi Mamanya kemudian Ciara akan pergi bersiap untuk kuliah.

"Nanti siang Ma." Mama Mila pun hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus ke masakannya.

"Ya udah Ciara ke kamar dulu ya Ma," ucap Ciara sembari melepas pelukannya dan berlalu dari hadapan Mama Mila.

Waktu kini terus berjalan. Pagi telah menjadi siang. Ciara yang sudah siap dengan aktivitas kampusnya kini menuruni tangga satu persatu hingga sampai di ruang tamu. Ia menghampiri Mamanya yang kebetulan sedang bersantai sembari menonton sinetron kesukaannya.

"Ma, Ciara berangkat dulu ya." Ciara mencium kedua pipi Mama Mila dilanjut dengan mengecup telapak tangan beliau.

"Hati-hati," ucap sang Mama sembari mengelus lembut rambut Ciara.

Ciara segera melangkahkan kakinya pergi ke luar rumah menuju Whexham University yang tak jauh dari rumah keluarganya.

Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di depan gerbang kampus ternama tersebut. Ia segera turun dari mobil.

"Terimakasih ya Pak. Hati-hati," tutur Ciara setelah turun dari mobil dan ia melambaikan tangan ke sopirnya yang senantiasa mengantar dan menjemput dirinya selama ini dari waktu ia sekolah menengah hingga saat ini.

Ciara memasuki koridor kampus dengan santainya, hingga teriakan seseorang menghentikan langkahnya.

"Ciara tungguin," teriak Rahel sembari berlari menghampiri Ciara yang saat ini tengah menatap dirinya.

"Capek," keluh Rahel setelah sampai di depan Ciara.

"Udah tau capek. Kenapa malah lari-lari begitu?" ucap Ciara sembari tersenyum manis kearah Rahel yang masih mengatur nafasnya.

"Dah yuk ke kelas bentar lagi dosen killer masuk," ajak Ciara dengan memegang tangan sahabatnya itu.

"Tapi aku haus Cia, ke kantin dulu lah bentar habis itu ke kelas," ajak Rahel sembari memperlihatkan wajah memelasnya.

"Gak bisa Rahel ini tinggal 10 menit lagi di mulai lho. Jangan jadikan kehausan kamu untuk berlari dari mata kuliah ini dan ujung ujungnya bolos," tutur Ciara yang sudah hafal betul dengan kelakuan Rahel yang sering melarikan diri dan hanya titip absen saja.

"Hehehe hari ini aku gak bolos kok beneran deh suer. Aku cuma pengen minum aja bener-bener kering nih tenggorokan." Rahel mengelus dramatis leher jenjangnya. Ciara meraih tas yang sedari tadi di gendongnya dan mengambil sebotol minuman dari dalam tasnya.

"Dah gak ada alasan lagi. Minum tuh punyaku. Ayo ah tar kena semprot sama Pak Didi." Ciara menggandeng tangan Rahel supaya tak melarikan diri dari kampus ini.

Setelah menaiki beberapa tangga mereka sekarang sudah Sampai di depan kelas dan untungnya sang dosen belum masuk. Ciara melanjutkan jalannya hingga tepat di bangkunya.

Sedangkan Rahel dengan ogah-ogahan ia mendudukkan tubuhnya tepat di belakang Ciara dan dengan segera menengguk setengah botol minuman yang tadi Ciara beri.

Tak berselang lama Pak Didi pun masuk ke kelas mereka dan segera memulai materinya.

Waktu telah berlalu, kini kelas mulai sepi karena mata kuliah sudah sedari tadi berakhir. Hanya tersisa beberapa orang saja yang masih enggan untuk pulang termasuk Ciara dan Rahel yang masih duduk manis di tempat masing masing.

"Kamu udah nyiapin baju belum buat acara malam Minggu besok?" tanya Rahel antusias.

"Udah dong dari kemarin aku udah siapin bajunya," jawab Ciara. Rahel mendengus kasar.

"Aku belum dapet baju nih," ucap Rahel lesu.

"Hah kok belum? Acaranya tinggal tiga hari lagi lho Hel."

"Aku bingung Cia mau pakai apa sedangkan bajuku gak ada yang bagus semua lagi, udah pada buluk. Mau ke mall gak ada yang nemenin jadinya kan males kalau keluar sendiri," gerutu Rahel yang membuat Ciara tertawa.

"Ngomong aja kalau kamu mau minta tolong buat temenin cari baju. Ya udah yok sekarang aja keburu malem." Ciara beranjak dari duduknya diikuti dengan Rahel yang mengintil di belakang Ciara sampai mereka di parkiran mobil Rahel. Namun ketika mereka hendak mendekati mobil, Rahel meraih tangan Ciara hingga membuat Ciara berhenti.

"Oh my God. Pangeranku, pacarku, suamiku disana. Ya ampun gantengnya," ucap Rahel kegirangan. Ciara pun mengikuti arah pandang Rahel yang ternyata ia tengah menatap seorang most wanted Whexham University. Siapa lagi kalau bukan Devano Belvix Rodriguez, pemilik kampus ini dan ayahnya seorang pebisnis terkenal hampir di seluruh Asia.

Ciara dengan cepat menepuk jidat Rahel.

"Bangun hoy, mimpi terus jadi orang. Kak Devano gak akan suka sama kita yang modelannya kentang kayak gini. Dan satu lagi kita harus sadar diri saingan kita itu Dewi kecantikan di kampus ini," tutur Ciara.

"Ya kan siapa tau kak Devano khilaf gitu terus suka sama aku. Kan gak ada yang tau," ucap Rahel sembari terus menatap Devano yang tengah berkumpul bersama teman-temannya.

"Dahlah jangan halu mulu," tutur Ciara. Ia menyeret Rahel untuk bergegas melanjutkan langkahnya menuju mobil Rahel yang tak jauh dari jangkauan mereka.

Mereka bergegas untuk masuk kedalam mobil dan segera Rahel melajukan mobilnya ke tempat tujuan mereka tadi. Namun tanpa mereka ketahui, Devano sedari tadi mengamati gerak gerik dari dua wanita cantik tadi.

"Cantik kan Dev," tutur salah satu teman Devano yang bernama Zidan yang ternyata dari tadi mengetahui tatapan Devano yang tengah mengarah ke Ciara dan Rahel.

"Biasa aja," ucap Devano. Ia hanya melihat mereka berdua tadi tak sengaja dan hanya penasaran dengan gerak gerik mencurigakan dari Ciara dan Rahel tadi.

"Ck buta kayaknya mata lo Dev. Cakep gitu masih dibilang biasa. Gue aja pengen ngedeketin salah satu dari dua orang tadi tapi ya gitu lah mereka susah untuk di deketin," ucap Zidan lemah.

"Udah tau susah kenapa masih di deketin," tutur Devano ketus.

"Kan gue butuh tantangan dalam hubungan," ucap Zidan yang langsung mendapat geplakan di dahinya dari Devano.

Devano pun segera meninggalkan kumpulan beberapa pria tampan tersebut dan menuju mobilnya.

"Lah lo mau kemana?" tanya Kevin sahabat Devano sekaligus saudaranya.

"Ke kantor. Bokap udah neror dari tadi," teriak Devano yang sudah berada di dalam mobil.

"Terus nanti malam jadi gak?" tanya Zidan memastikan.

"Jadi, gue tar nyusul kalian." Devano segera menjalankan mobilnya meninggalkan kampus miliknya menuju kantor yang akan segera pindah ke tangannya.

Shopping

Disisi lain Ciara dan Rahel sudah sampai disalah satu mall ternama di ibu kota. Tanpa basa-basi lagi mereka masuk kedalam mall tersebut dan langsung menuju boutique yang ada di dalam sana.

Ciara lebih dulu memasuki dan mencari baju untuk Rahel, sedangkan sang empu yang membutuhkan baju tersebut hanya enak-enakan duduk di salah satu sofa yang sudah di sediakan dari pihak boutique tersebut.

Ciara sudah memilih beberapa potong dress untuk Rahel dan segera mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Ck, yang butuh baju siapa yang ribet siapa dan yang leha-leha siapa, dasar," cibir Ciara yang mendapat cengiran dari Rahel. Rahel pun berdiri setelah mendengar ucapan Ciara tadi.

"Udah dapetkan bajunya?" tanya Rahel basa-basi. Padahal tanpa ia bertanya pun dia sudah tau jika Ciara sudah menemukan baju yang sekiranya cocok untuk dirinya.

"Seperti yang kamu lihat. Nih dicoba dulu sana," usir Ciara sembari menyodorkan baju yang ia bawa tadi ke tangan Rahel. Rahel pun dengan segera menerima dan pergi ke ruang ganti untuk mencoba baju pilihan Ciara.

Setelah kepergian Rahel, Ciara bergantian duduk manis sembari bermain sosial media hanya sekedar menghilangkan kegabutan dirinya saat ini dan tentunya mencari informasi mengenai aktor, aktris, penyanyi yang ia idolakan.

Hingga suara nyaring Rahel mengalihkan tatapan mata Ciara.

"Cia, bagus gak hoy," tutur Rahel ngegas.

"Aku masih denger Hel. Disini juga bukan hutan jadi kalau kamu mau cosplay jadi Tarzan di hutan aja jangan di sini. Malu di lihatin orang." Rahel yang mendengar ucapan Ciara pun mengerucutkan bibirnya.

"Ck biarin lah, mereka juga punya mata. Jadi gimana ini bagus gak," ucap Rahel. Ciara menatap sahabatnya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Coba mutar." Tanpa membantah Rahel menuruti ucapan Ciara. Ia memutarkan tubuhnya hingga berkali-kali.

"Udah belum, pusing nih," tutur Rahel yang masih setia memutar tubuhnya. Ciara memutar bola matanya.

"Siapa suruh muternya berkali-kali kayak gitu, satu kali aja Rahel," ucap Ciara lembut.

"Kenapa gak bilang dari awal sih?" gerutu Rahel setelah berhenti dari acara putar memutar tubuhnya tadi dan segera duduk di samping Ciara yang sudah acuh tak acuh padanya.

"Kenapa malah duduk? Ganti dulu sana!" Perintah Ciara tanpa menatap sahabatnya yang masih pusing tersebut.

"Iya iya bawel banget sih kayak emak-emak," tutur Rahel sembari beranjak dari duduknya dan segera mengganti pakaiannya.

Tak berselang lama Rahel sudah kembali dan membawa paper bag berisi dress yang sudah ia coba tadi.

"Makan yuk," ucap Rahel ketika mereka sudah keluar dari boutique tadi.

"Yuk, aku juga laper nih." Mereka berdua segera pergi kesalah satu restoran yang menyajikan beberapa menu makanan Jepang.

Ciara dan Rahel memilih tempat duduk yang tak jauh dari kasir dan segera memesan makanan yang mereka inginkan masing-masing. Tak lama dari mereka memesan, makanan pun sudah tersaji di depan mereka. Dengan mata berbinar Ciara melahap satu persatu sushi dihadapannya begitu pun juga Rahel yang sibuk memasukan dan mengunyah udon hingga tuntas.

"Mau kemana lagi habis ini?" tanya Rahel setelah mereka masuk kedalam mobil.

"Langsung pulang aja. Udah mau malem juga." Rahel mengangguk kepalanya lalu ia menjalankan mobilnya menuju perumahan elit yang merupakan tempat tinggal Ciara saat ini.

Tak butuh waktu lama. Rahel menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Ciara.

"Mampir dulu Hel," tawar Ciara sebelum keluar dari mobil Rahel.

"Untuk saat ini gak dulu deh, kapan-kapan aja." Ciara mengangguk mengerti kemudian ia keluar dari mobil.

"Hati-hati jangan ngebut-ngebut," teriak Ciara sebelum mobil Rahel pergi dari hadapannya. Rahel pun mengklakson mobilnya sebagai tanda pamitnya kepada Ciara dan segera Rahel menjalankan mobilnya.

Ciara memasuki rumahnya yang nampak sepi. Mungkin Papa dan Mamanya sedang keluar, pikir Ciara. Ia segera menaiki anak tangga satu persatu hingga ia sampai di lantai atas, tempat kamarnya berada. Namun ketika Ciara ingin membuka pintu kamar, teriakan seseorang menghentikan aktivitasnya.

"Kakak baru pulang?" tanya adik Ciara yang hanya terpaut 2 tahun darinya itu. Ciara membalikan badannya menghadap ke arah sang adik yang bernama Kiara.

"Heem, tadi nemenin Rahel dulu ke mall. Oh ya Papa sama Mama kemana?" tanya Ciara.

"Tadi katanya mau ke rumah temen Mama yang lagi sakit," jawab Kiara yang hanya mendapat anggukan dari Ciara.

Kemudian Ciara membuka kamarnya dan memasuki ruangan yang dominan dengan warna cat biru dengan wallpaper rusa, pohon dan seorang perempuan yang tengah memainkan piano.

Ciara merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya. Merilekskan tubuhnya terlebih dahulu sebelum membersihkan dirinya.

Setelah ia rasa lelah ditubuhnya berkurang, Ciara bergegas untuk membersihkan dirinya yang sudah sangat lengket itu.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam Ciara sudah keluar dari kamar mandi dan sudah rapi dengan piyama panjangnya.

Tok tok tok

"Kak, makan dulu," teriak Kiara yang sudah membuka pintu sang kakak yang kebetulan tak dikunci oleh Ciara tadi. Ia hanya memunculkan kepalanya tanpa berniat memperlihatkan badannya.

Ciara yang tengah mengeringkan rambut terpaksa ia hentikan ketika mendengar teriakan Kiara.

"Bentar Kakak lagi ngeringin rambut. Kamu duluan aja Kakak tar nyusul," ucap Ciara yang langsung mendapat anggukan kepala dari Kiara.

Kiara pun kembali menutup pintu sang kakak dan segera pergi menuju ruang makan.

Sedangkan Ciara ia telah menyelesaikan aktivitasnya. Ia bergegas menyusul Kiara di lantai bawah yang saat ini tengah khusyuk memasukan makanan di dalam mulutnya.

Ciara mendekati sang adik dan mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi didepan Kiara.

"Mama sama Papa nanti pulangnya jam berapa?" tanya Ciara sembari menaruh makanan kedalam piringnya.

"Gak tau," jawab Kiara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Ciara yang melihat lahapnya Kiara makan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Di telan dulu baru jawab," tutur Ciara memperingati yang hanya mendapat jawaban jari jempol oleh Kiara.

Ciara dan Kiara pun memutuskan untuk melanjutkan makan mereka hingga tuntas.

Setelah selesai dengan makan malam, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing.

Ciara merebahkan tubuhnya di kasur dengan ponsel yang bertengger ditangannya. Melihat-lihat berita yang sedang hot belakang ini. Hingga sebuah pesan masuk di ponselnya. Ciara pun segera membaca isi pesan tersebut yang ternyata dari sang Mama.

📨Mama : Kak, Mama sama Papa malam ini gak pulang.

📨To Mama : Emang Mama sekarang dimana?

Ting

📨 Mama : Lagi dirumah Oma sama Opa. Tadi habis jenguk temen Mama yang lagi sakit dan sekalian jungukin Oma sama Opa juga. Nanti pagi jangan lupa bangunin Adik kamu dan hati-hati kalau mau berangkat.

📨To Mama : Siap Ma.

Ciara menaruh ponselnya kembali diatas nakas setelah membalas pesan dari sang Mama tadi dan segera mencari posisi ternyaman untuk memulai mimpinya malam ini.

Diantar pulang

Nyanyian burung di pagi buta dan embun yang memadati udara pada pagi ini menemani Ciara yang tengah berlari menuju rumahnya setelah melakukan aktivitas seperti biasa yang ia lakukan di pagi buta.

Ciara memasuki rumahnya yang nampak sepi tak seperti biasanya jika sang Mama ada dirumah.

Ciara pun bergegas menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama Ciara sudah rapi dengan pakaian santai sebelum nanti ia ganti dengan pakaian kuliah karena ia ada mata kuliah pagi.

Ciara keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke kamar Kiara untuk membangunkan Kiara dari tidur cantiknya.

"Dek, bangun udah pagi," ucap Ciara sembari menggoyangkan tubuh Kiara. Hingga sang empu menggeliatkan tubuhnya.

"Lima menit lagi Kak." Kiara menarik kembali selimut yang tadi sempat Ciara lepas dari tubuh Kiara.

Kiara menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebalnya. Ciara yang melihat tingkah Adiknya itu refleks menggelengkan kepalanya. Ciara dengan cepat menarik kembali selimut Kiara dan membuangnya jauh dari jangkauan Kiara saat ini.

"Bangun Kiara. Sekarang udah jam setengah tujuh lho. 30 menit lagi bell masuk pelajaran dimulai," ucap Ciara.

Kiara membelalakkan matanya yang masih sayu dan segera mendudukkan tubuhnya.

"Setengah tujuh?" tanya Kiara memastikan. Ciara pun menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Kiara. Dan tanpa aba-aba lagi Kiara berlari kencang ke arah kamar mandi hingga ia sempat menabrak pintu kamar mandi tersebut dengan cukup keras.

"Aduh, ini pintu siapa sih yang naruh disini," gerutu Kiara sebal.

"Yang naruh disitu ya tukang lah Dek," jawab Ciara sembari tertawa tak henti-hentinya menertawakan nasib sial adiknya dan terlalu percayaannya seorang Kiara yang saat ini sedang di kerjain oleh Ciara yang tadi mengatakan pukul setengah tujuh padahal jam baru menunjukkan pukul setengah enam kurang sepuluh menit.

Tak berselang lama Kiara sudah rapi dengan baju sekolah. Ia turun dan menuju meja makan menghampiri Ciara yang tengah menyiapkan nasi goreng untuk sarapan mereka. Kiara mendudukkan tubuhnya sembari mengerucutkan bibirnya menatap tajam sang Kakak.

"Sarapan yang banyak ya sayang," ucap Ciara dengan senyum mengembang.

"Kakak apa-apaan sih tadi bohongin Kiara. Jahat banget punya Kakak," gerutu Kiara tak terima.

"Hahaha, salah siapa kalau di bangunin pasti jawabnya lima menit lagi dan ujung-ujungnya sampai satu jam lebih." Kiara melirik Ciara yang sedang tertawa terpingkal-pingkal mengingat kejadian tadi.

"Ck dah lah, Kiara mau berangkat aja. Assalamualaikum," ucap Kiara setelah menghabiskan segelas susunya dan melahap beberapa sendok nasi goreng.

"Gak dihabisin dulu," teriak Ciara.

Kiara menghentikan langkahnya menatap malas Ciara di belakangnya.

"Kalau habisin tuh nasi goreng yang ada Kiara gak jadi ke sekolah malah terkapar kekenyangan yang ada nanti," ucap Kiara.

Ciara menatap nasi goreng di piring bekas Kiara tadi. Ternyata ia menaruh nasi goreng terlalu banyak buat porsi orang normal seperti dirinya dan Kiara, pantas saja Adiknya itu gak menghabiskan sarapannya.

"Hehehe ya udah sana berangkat. Hati-hati jangan ngebut-ngebut di jalan. Waalaikumsalam," tutur Ciara. Dan tak lama bunyi motor matic pun perlahan menjauh dari pendengaran Ciara.

🍃🍃🍃🍃🍃

Waktu pun terus berjalan kini pagi sudah berganti menjadi siang. Ciara pun segera berangkat menuju kampusnya dengan di antar oleh sopir seperti biasa. Kalau Ciara ditanya kenapa tidak pakai kendaraan sendiri tanpa antar jemput sopir? Ciara akan menjawab, Malas karena kepadatan di jalan yang sering membuat mood seketika berantakan dan jika moodnya gak baik itu bisa membahayakan dirinya dan pengendara lain nantinya.

Ciara keluar dari rumahnya dan menuju mobil yang sudah menunggunya tak lupa sebelum ia meninggal rumahnya. Ciara lebih dulu berpamitan dengan Mbok Irah yang tengah membersihkan pekarangan rumahnya.

Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di kampus. Ciara keluar dari mobil dan tak lupa juga berpamitan dengan sopirnya.

Ciara terus berjalan hingga sampai di depan kelasnya. Ciara mendudukan tubuhnya, tak lama kemudian dosen pun masuk dan segera memulai mata kuliah hari ini.

Kebetulan hari ini Ciara hanya mendapat jadwal dua mata kuliah. Dan saat ini Ciara sedang menunggu sopirnya di halte bus untuk datang menjemputnya.

"Kamu belum dijemput Ci?" tanya Rahel di dalam mobil yang sudah di depan Ciara saat ini.

"Belum. Tapi aku udah hubungin sopir buat jemput, kayaknya lagi kena macet di jalan," jawab Ciara.

"Bareng aku aja," ucap Rahel memberi tumpangan.

"Gak usah Hel. Bentar lagi paling juga sampai."

"Beneran nih?" tanya Rahel memastikan. Ciara pun mengangguk menjawab ucapan Rahel tadi.

"Ya udah aku duluan ya udah di tungguin Mama juga hehehe. Kalau kamu belum di jemput juga telfon aku secepatnya." Ciara kembali menganggukan kepalanya.

"Hati-hati," ucap Ciara sebelum mobil Rahel melaju dari hadapannya.

Ciara kembali mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada disana. Satu jam, dua jam bahkan sampai empat jam ia menunggu sang sopir menjemputnya namun tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ciara berdecak sebal mengingat hari sudah mulai gelap. Tidak ada cara lain selain memesan taksi online untuknya saat ini.

Namun ketika ia baru saja mengotak-atik ponselnya tiba-tiba suara deruman motor berhenti di depannya. Ciara menengadahkan wajahnya melihat siapa orang yang berada di depannya saat ini.

Ciara mengedipkan mata cantiknya tak percaya dengan penglihatannya saat ini.

"Bukannya itu Kak Devano?" tanya Ciara pada dirinya sendiri.

Devano pun semakin mendekati dirinya yang masih setia menatap tubuh tegap sang idola kampus.

"Hai, kenapa belum pulang?" tanya Devano yang sudah berada di depan Ciara.

"Kakak tanya aku?" tanya Ciara sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya. Kan disini cuma ada kita berdua," ucap Devano.

"Eh ah hehehe," cengir Ciara sembari menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Jadi kenapa kamu belum pulang? Bentar lagi langit mulai tambah gelap lho," tutur Devano yang sudah mendudukkan dirinya disamping Ciara.

"Hmm tadi aku nunggu sopir buat jemput. Tapi sampai sekarang belum juga nongol dan gak ada kabar sama sekali," jujur Ciara.

"Kamu udah coba telfon sopir kamu?" tanya Devano.

"Udah. Bahkan udah sampai puluhan kali tapi nomornya gak aktif."

"Udah hubungin orang tua kamu?" tanya Devano lagi.

"Orangtuaku lagi di rumah Oma sama Opa," jawab Ciara. Devano pun mengangguk kepalanya mengerti.

"Oh ya, Kakak sendiri kenapa belum pulang bukannya udah pulang dari tadi ya? Karena aku tadi lihat Kak Zidan keluar kampus dua jam yang lalu," ucap Ciara kepo.

"Oh tadi kebetulan ada pembahasan tentang kampus ini dengan beberapa dosen dan para donatur," jawab Devano. Ciara mengangguk, sungguh hebat sekali laki-laki disampaingnya ini. Bisa mengatur waktunya untuk mengurus ini itu di saat umurnya masih 21 tahunan.

"Ya udah pulang bareng aku aja yuk. Keburu tambah gelap entar, gak baik anak gadis apalagi cantik kayak kamu masih disini sendirian." Ciara tampak berpikir sejenak.

"Tenang aja aku gak akan apa-apain kamu kok," ujar Devano meyakinkan.

"Tapi maaf ya Kak, Ciara malah jadi merepotkan Kak Devano," ucap Ciara merasa tak enak.

"Tak perlu minta maaf. Toh aku juga yang menawari kamu tumpangan bukan kamu yang meminta. Jadi gak ada yang direpotkan," tutur Devano sambil memperlihatkan senyum manisnya. Ciara sempat tertegun melihat keindahan yang langka ia dapatkan. Hingga sebuah helm menyadarkan dirinya. Yap Devano memberikan satu helm yang ia bawa tadi kearah Ciara.

Dengan segera Ciara menerima helm tersebut dan memakainya. Setelah itu Ciara menaiki motor sport milik Devano. Kemudian motor Devano pun melesat membelah jalanan ibu kota yang lumayan padat saat ini.

Tak berselang lama Ciara dan Devano pun sudah sampai di depan kediaman Ciara.

"Terimakasih ya Kak. Mau mampir dulu?" Tawar Ciara setelah turun dari motor dan membuka helmnya.

"Kapan-kapan aja. Udah malam gak enak sama tetangga kamu," ucap Devano.

"Ya udah kalau gitu aku pamit pulang dulu," sambung Devano.

"Hati-hati di jalan Kak," tutur Ciara. Devano pun membunyikan klaksonnya dan segera pergi dari hadapan Ciara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!