"Buk saya mohon, percaya sama saya!"
"Saya sama dia enggak ngapa ngapain. Harus berapa kali saya-"
"Ssstt"
Sakha menatap Kanaya.
Gadis itu melepas jari telunjuknya dari bibir dan kembali bertompang dagu. Yang pusing bukan hanya Sakha tapi dia juga pusing. Kalau Sakha terus mengoceh meminta penjelasannya di dengar pusing di kepala Kanaya malah dobel dobel.
"Nay, lo tau gak sih kita ada di situasi darurat sekarang"
"Gue tau Sakha gue tau" jawab Kanaya masih dengan posisi yang sama.
"Tapi lo mau gimana hah! Sedari tadi lo ngoceh tuh enggak ada faedahnya. Bu Erlin tetep enggak percaya loh sama kita. Jadi udaah mending kita diem"
"Lo nyuruh gue diem?"
Gadis itu menatap sakha sekilas, dan menganggukan kepalanya.
"Lo waras nay? Orang tua kita mau ke sini nay. Dan lo masih bisa sesantai itu"
Braaakk
Dua manusia itu sama sama terkejut akibat gebrakan Bu Erlin.
"Bisa diam!" Gertaknya menatap sakha dan Kanaya bergantian.
Lelaki itu mengambil nafas berat dan kembali menyenderkan tubuhnya dengan mata yang sengaja dia tutup. Sungguh Sakha tidak menyangka jika niat baiknya untuk menolong Kanaya malah berbuah seperti ini.
•••
"Ni-kaaah!"
Dua anak manusia itu saling tatap setelah sama sama terkejut.
Kanaya membuang pandangannya, selang beberapa detik dia kembali menatap sakha.
"Ini gimana sih? Yang mau di nikahin itu aku ... Sama Sakha?"
"Ma ... Pa" panggilan itu nyaris tak dengar karna Sakha begitu syok. Yang benar saja dia harus menikah dengan Kanaya.
"Kalian becanda kan?"
"Ini beneran Sakha, kami enggak becanda" ujar sang mama yang juga prihatin dengan kondisi mereka. Meskipun beliau percaya jika Kanaya dan Sakha tidak mungkin berbuat aneh aneh seperti yang di tuduhkan tapi mereka bisa apa selain menuruti kemauan kepala sekolah. Ini pun menjadi jaminan jika mereka masih mau mengikuti Ujian nasional.
"Nay, maafin Sakha ya. kamu mau kan menikah sama anak tante"
"Tan ini naya enggak mimpi kan?"
Ibu Sakha membawa gadis itu ke dalam dekapannya. Ia usap lembut rambut Kanaya.
"Tante tau kamu pasti sedih, tapi kita juga enggak bisa berbuat apa apa sayang. Secepatnya kalian harus menikah"
Gadis itu mendongak, mencoba menatap wajah ibu Sakha.
Apa beliau mengira Kanaya sedih karena insiden yang sudah menimpanya dengan Sakha?
"Nay enggak sedih kok tante, malah nay seneng. Akhirnya impian Naya ada yang terwujud meskipun baru satu"
"Emang impian lo apaan,"
"Jadi istri lo"
Sakha tersedak mendengar pengakuan Kanaya.
sedang kedua orang tua gadis itu, mereka sama sama cengo!
kemudian menutup wajah mereka dengan satu tangan.
"Jadi kamu enggak sedih nay" Rizal selaku Abangnya ikut bertanya.
Lagi, gadis menjawab tidak seperti yang di perkirakan orang orang.
"Ngapain sedih coba, nikah ya tinggal nikah"
"Lo"
"Mau sekarang?" Tanya Kanaya, yang mana tangan Sakha langsung terkepal erat. Lelaki itu menatap geram Kanaya tapi yang di tatap malah tersenyum lebar.
"Gue gak sabar deh kha pengen cepet cepet jadi istri lo"
Dan semua yang ada di ruangan itu menggaruk tengkuknya kecuali Sakha.
•••
WELCOME di cerita "Dear Sakha"
Jadi gais, ini masih tentang Sakha dan Kanaya ya, mohon maaf Karna authornya kemarin lagi males nulis alhasil "Dear ImamKu" di hapus dan sekarang di ganti jadi "Dear Sakha"
tentunya beda alur, tapi di usahakan agar kalian yang membaca ini tetap terhibur.
Jangan lupa like dan komennya!
komen Nyleneh juga gapapa kok, semisal mau protes karna author PHP terus, gapapa kok gapapa🙃😂.
serius gapapa.
biar Authornya juga sadar ya kaann, nunggu itu pekerjaan yang di hindari banyak orang hahaha.
Btw buat kalian yang mau Follow Instagram saya boleh Bangett
@Verliatin_08
Di sana nanti kalian bisa tau kapan Cerita "Dear Sakha" akan Update.
See you
Kanaya tidak bisa berkedip saat tangan kekar milik Sakha menangkup kedua pipinya. Badan itu kian codong menuju ke arahnya dan tidak berlangsung lama, kedua mata Kanaya tertutup bersamaan dengan bibir Sakha yang mendarat pada kening gadis tersebut.
Keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri.
itu berarti mulai saat ini, Kanaya adalah istri Sakha dan Sakha adalah suami Kanaya.
Dua anak manusia itu terjebak dalam hubungan sakral bernama pernikahan hanya karna tuduhan yang tidak di gali kebenarannya.
•••
Ibarat nasi sudah menjadi bubur, Sakha tidak bisa berbuat apa apa saat kedua orang tuanya pulang sedang dia harus tinggal di rumah Kanaya dan mirisnya lagi, 2 pelajar SMA itu nantinya akan satu kamar.
"Pesen gue, lo berdua jangan ngapa ngapain meskipun uda halal. Karna lo pada masih sekolah"
memang mereka mau berbuat apa? Kanaya memutar bola matanya jengah, sebab ini bukan kali pertama Rizal sok sok an bijak menasehati mereka, sejak selesai ijab Kabul tadi yang Rizal katakan tidak lebih dari "Cuma boleh tidur bareng," seolah olah Sakha dan Kanaya mau berbuat lebih dari itu.
"Bang, lo kira gue sama Sakha gak di anugrahi otak gitu? minggir minggir" gadis itu menyingkirkan bahu Rizal dan menarik tangan Sakha untuk masuk ke dalam.
Kanaya menutup pintu kamarnya rapat, lalu berjalan ke bibir ranjang. di rebahkan tubuh lelahnya itu di sana. di susul Sakha dan keduanya sama sama terlentang sambil memejamkan mata.
"lo tidur?"
"cuma merem" jawab Sakha yang masih memejamkan matanya.
Kanaya tersenyum. Sebenarnya dia kasihan dengan Sakha, pasti lelaki itu tertekan karna pernikahan ini. Berbalik dengan Kanaya yang terima terima saja, sebab gadis itu sudah lama mengagumi Sakha.
"Maafin gue ya Kha,"
"Bukan sepenuhnya salah lo nay, mungkin uda takdirnya begini"
Sakha tiba tiba beranjak dari posisi tidurnya. kemudian berjalan ke arah sofa dengan selimut milik Kanaya yang sengaja dia bawa.
"Selimut lo gue pinjem" kata Sakha seperti orang yang sudah siap untuk tidur.
Kanaya hanya bisa mengangguk melihat Sakha yang kini beralih ke sofa. Dia tidak boleh berharap lebih. mungkin Sakha menikahinya agar bisa mengikuti ujian nasional setelah itu siapa yang tau dengan hubungan mereka, entah pernikahan ini akan berlanjut atau sebaliknya, berhenti seperti yang tidak Kanaya inginkan.
•••
"Nay, bangun"
"Nay ..."
Entah ini panggilan yang ke berapa, dan gadis itu belum juga bangun. Sakha sampai bingung harus mengapakan Kanaya agar dia bisa membuka mata dan Sakha bisa langsung sholat ke masjid.
"Nay bangun gak lo"
"eughh... " Gadis itu kian melilitkan selimutnya, ia hanya mendengus dan kembali tidur.
"Kanaya, bangun atau gue - "
"Gue uda bangun, cuma males buka mata!"
"Sejak kapan orang bangun matanya merem hah"
"Gausa bawel!"
Habis sudah kesabaran pria itu. Sakha mengambil gelas di nakas, meminumnya hingga tersisa sedikit, lalu menarik selimut Kanaya secara paksa. dan detik berikutnya,
"Sakhaaaaaaaa!!!!!"
"Mampus kan lo"
"Bangun" Kata Sakha, ia tidak peduli dengan wajah merah Kanaya yang menandakan gadis itu tengah meledak ledak karna ulahnya. lagi pula siapa yang salah, Sakha tadi sudah membangunkan dia dengan cara baik baik tapi Naya tidak juga bangun, akhirnya cara yang ini berhasil.
"Sholat sana gue mau ke masjid"
Kanaya mengucek ucek matanya, menatap sakha yang sudah siap dengan baju kokoh berwarna putih dan juga peci hitam di kepalanya
"Lo beneran mau ke masjid?"
"Iya lah"
"Yaudah sana berangkat,"
"Ya lo juga cepetan wudhu"
"Gue halangan"
"Halangan apa halangan" Ujar pemuda itu sambil memincingkan matanya, menatap curiga pada Kanaya.
"Terserah deh, orang gue beneran halangan"
Sakha aslinya tidak percaya, tapi mendengar suara Adzan sudah berhenti jadi mau bagaimana lagi, dia harus segera berangkat.
"Oh ya Nay, nanti jangan keluar dulu ya. tungguin gue pulang dari masjid"
"Kenapa emang?"
"Uda sih nurut aja sama suami"
•••
Banyak hal yang mau Sakha bicarakan hari ini, tentunya berkaitan dengan dia juga Kanaya. Tetapi sebelum berbicara pada semua keluarganya lebih baik Sakha bicarakan ini pada Kanaya terlebih dahulu.
"Gimana nay?"
"Oke aja gue"
Sakha menghembuskan nafasnya berat, bisa tidak jawaban Kanaya itu di sertai dengan alasan. dia tau Kanaya adalah tipikal gadis yang malas tapi ini tidak begini juga sampai mikir saja dia malas.
"Lo gak kasih alasan atau apa gitu, cuma gitu doang jawaban lo"
"Gue males mikir dalem, Kan lo suami gue nih, jadii ... apapun keputusan lo gue nurut, gue mah penurut orangnya"
"Kalau gue suruh bunuh diri mau juga lo?"
"Ya enggak lah, gila apa"
"Terserah deh terserah" kata Sakha terdengar frustasi, Kanaya, gadis itu malah terbahak melihat Sakha menyugar rambutnya hingga sedemikian berantakan.
"Jelek tau, sini sini gue rapiin"
tiba tiba gadis itu mendekati Sakha, menyisir rambut Sakha menggunakan jemarinya dan kembali merapikan rambut tersebut.
"Gue mau kok, lagian kan kita uda nikah masa mau numpang terus sama orang tua, nanti kita cari kontrakan deh yang enggak besar besar banget, biar biayanya juga murah"
Sakha sampai tidak berkedip melihat perlakuan Kanaya juga jawaban yang dia lontarkan. ini benar kan Kanaya? Queen malas yang Sakha kenal!
"Nay lo kesambet"
"gue Acak acak lagi mau?"
"jangan" Cegah Sakha, secepat mungkin dia menarik tangan Kanaya dari kepalanya, kedua sudut bibirnya tertarik, tanpa di rencanakan Sakha malah tersenyum dan balas merapikan rambut Kanaya
"Thanks buat jawaban plus persetujuan lo"
"HM"
"Yang kedua tadi gimana?"
"Boleh deh, nanti gue bantuin ya"
"Enggak usa, lo di rumah aja, kan ada Tama juga"
Tama itu satu satunya teman lelaki Sakha, kalau teman perempuan mungkin hanya Kanaya dan yaaa kalian tau sendiri sekarang mereka bahkan menjadi teman hidup.
Sakha menarik tangannya, ia merogoh saku dan memberikan selembar uang 10.000 pada Kanaya
"apaan nih" Ucap Kanaya saat uang itu Sakha daratkan pada telapak miliknya.
Sakha berdecak sebal "Lo gak tau kalau itu namanya uang"
"Bocil juga ngerti kali kalau ini duit" Balas Kanaya tak kalah sinis.
"Maksut gue buat apaan"
"Ya buat uang saku lah"
"Uang saku gue?"
"Sekarang itu gue suami lo, lo tau kan?"
Kanaya mengangguk.
"Jadi yang kasih lo nafkah bukan papa lagi tapi gue. gue tau yang gue kasih cuma gopek tapi Yaudah lah lo terima aja, uang gue tinggal itu. nanti Kalau gue uda kerja gue kasih lebih banyak lagi, lo hemat hemat ya nay"
"Nanti kita ke kantin bareng"
"Lha kenapa" Heran Sakha. biasanya Kanaya akan ke kantin bersama teman temannya.
gadis itu tersenyum lebar "Lo mau mati kelaperan karna gak bisa beli jajan, udah ini nanti kita bagi dua, lo lima ribu gue lima ribu"
•••
Jangan lupa like, komen dan Vote.
boleh juga kalau mau share cerita ini, bantu meramaikan😂
Menikah bukan hanya soal dua orang yang saling mencintai, sama seperti mencintai yang tidak harus memiliki, terkadang memiliki juga tidak harus mencintai.
Tidak tau kenapa rasanya berbeda meskipun berjalan dengan orang yang sama, apa ini karna status mereka? kemarin mereka masih berteman dan sekarang! keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Untuk Kanaya yang masih SMA, ini sangatlah rumit.
terlebih mereka akan tinggal berdua, Bagaimana bisa dia melayani Sakha seperti para istri lainnya yang melayani suami mereka.
Gadis itu menatap sakha dari kejauhan, berbeda dengan dia yang masih diam di tempat, Sakha sudah mulai berjalan. Dia berencana untuk membuka usaha kecil kecilan bersama Tama,
Dan juga, meskipun Sakha tidak menginginkan pernikahan ini tapi dia tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai suami.
aishh ini semua salahnya Bu Erlin, gumamnya saat tak sengaja melihat Bu Erlin. Meski dia mencintai Sakha bukan berarti dia juga mau menikah dengan sakha pada usia semuda ini.
"Oii"
"Ngelamun baee, mikir apaan dah"
Kanaya berdecak sebal, kakinya kembali berjalan tanpa menjawab pertanyaan Laras
sedang gadis itu, buru buru ia menyusul Kanaya.
"Lo bener bener ya! hobi banget ninggalin gue"
"Diem deh, gue pusing nih"
"Kenapa?"
"Gara gara ulangan harian matematika" Tebak Laras, tak berselang lama dia kembali bersuara, "Itu mah gampang nay, rumusnya juga enggak ribet. Emang lo aja yang gak mau ngehitung"
"Bukan Laras bukaan" Jawab Kanaya berusaha sabar. Memang temannya ini selalu sok tau. Kalau hanya perihal matematika Kanaya tidak mungkin bisa sepusing ini.
gadis itu menghela nafasnya, pikirannya kembali di penuhi dengan status dia yang kini menjadi istri dan Sakha yang berstatus sebagai suaminya.
•••
Sore ini keduanya akan mencari kos kosan. tidak usa di tanya yang seperti apa, yang jelas murah dan nyaman untuk di tinggali dan kalau bisa kamarnya lebih dari satu.
sebenarnya malam itu, saat Sakha membicarakan niatnya dengan Kanaya tentang ingin hidup sendiri juga tentang dia yang mau membuka usaha kecil kecilan, orang tua mereka tidak menyetujui. sebab mereka menikah tanpa persiapan dan juga mereka masih pelajar, sudah sepatutnya mereka fokus dengan pendidikan mereka terlebih dahulu.
Masalah kos mungkin bisa di toleransi tapi masalah Sakha yang katanya ingin bekerja, Ayahnya justru sangat menentang.
"Ayah tetep enggak setuju Kha, kalian itu masih muda, kami enggak bisa melepaskan kalian sampai benar benar lepas seperti itu" Ujar ayah pada saat itu.
"Pa, Kanaya itu tanggung jawab Sakha sekarang. Sakha ini suaminya, Dan menurut Sakha, sakha uda bisa bertanggung jawab atas pernikahan ini"
"Tolong pa, biarin Sakha memegang tanggung jawab Sakha"
"Sakha, boleh om bicara?" Tanya Ayah Kanaya. dan Sakha tentu mempersilahkan,
"Sebelumnya om sangat berterimakasih pada kamu, dan om juga minta tolong. Tolong jaga anak om ya, bimbing Kanaya, tegur dia saat dia melakukan kesalahan, terus dampingi langkah dia yang memang belum bisa lurus, jadilah suami yang baik, suami yang tegas dan juga suami yang bertanggung jawab. Jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan kami, biar bagaimanapun ini terlalu berat untuk kamu Sakha, jadi jangan di paksakan"
Sakha menyungingkan senyumnya, "Pasti om, pasti"
"Kalau sudah begini, papa bisa apa" Ujar papanya, lelaki 40 an itu mengurut pelipisnya, mungkin ini memang waktu yang tepat untuk Sakha memegang tanggung jawabnya.
Sakha dan Kanaya sampai di depan kos kosan yang Tama rekomendasikan. Merek turun dari motor dan melihat lihat bagaimana kondisi kos kosan itu jika di lihat dari luar.
"Lo pasti nyesel kan karna uda nikah sama gue"
"Nyesel?"
Sakha mengangguk dengan mata masih menyipit. Ya bukan hanya Kanaya, gadis mana pun juga pasti akan menyesal jika di ajak tinggal di kos kosan se-sempit ini.
"Yang ada lo kali"
Kanaya tertawa, "Secara lo kan di mata cewek cewek Masya Allah banget, lha gue!"
"Tapi gue miskin"
"Gue juga miskin"
"Kita sama sama miskin jadi jangan sok menjadi yang paling miskin, aisshh" gadis itu menepuk bibirnya.
"Ngomong apaan dah gue"
Sedang Sakha terkekeh melihat kelakukan Kanaya
"Lo hobi banget ya nay nyakitin diri sendiri, heran gue"
"spontan hehe, btw langsung masuk yuk temui Bu kos nya"
"Yuk"
keduanya langsung berjalan, tidak ada acara bergandengan tangan seperti pasangan pada umumnya. pasangan ini hanya berjalan berdampingan, sesekali keduanya terkekeh menertawakan sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki nilai lucu, kalian bisa menyebutkan dengan ketidak jelasan. tapi memang itulah keajaiban Kanaya, Gadis itu bisa membuat orang orang di sekitarnya selalu tersenyum, dengan tingkahnya yang selalu absurd juga dengan cara bicaranya yang memang sering ceplas ceplos.
•••
Selesai sholat isya' Sakha dan Kanaya menyiapkan barang barang yang akan mereka bawa, mulai dari baju, buku juga yang lain.
Setelah ini mungkin akan lebih menyulitkan, sebab mereka harus menata semua barang yang semula memenuhi kamar Kanaya ini di dalam kos kemarin yang luasnya saja lebih luas kamar Kanaya.
"Lo kalau capek mending tidur, biar gue yang ngelanjutin" kata Sakha yang masih sibuk melipat lipat bajunya. Kanaya menjeda kegiatannya, gadis itu merenggangkan otot ototnya dan kembali mengikuti Sakha yang tengah melipat baju.
"Otak gue lebih capek sih di banding badan gue, rasanya kayak mau meledak"
"Lebai, kayak pernah mikir aja lo"
"Yehh, diem diem gini juga ada aja yang gue pikir" Sunggut anak tersebut dengan tatapan sinisnya, belum tau saja sumber pusing di kepala kanaya itu apa.
"Oh ya Kha, lo kan katanya mau jualan martabak sama Tama, modalnya dari mana?"
"Patungan sama Tama, Alhamdulillah gue masih ada tabungan sih nay"
"Gue juga ada kok, Kalau mau lo boleh pake"
Sakha hanya tersenyum, setidaknya menikah dengan Kanaya bukanlah sesuatu yang buruk. Kanaya gadis yang baik dia juga pengertian. Dan lagi, Sakha sudah lama mengenal Kanaya, jelas dia tau bagaimana gadis itu.
"Lo bisa simpen duit itu, buat jaga jaga kalau kita butuh uang banyak, soal modal, semua uda beres nay, tinggal di mulai kapan"
Jujur kanaya lega, tapi dia juga tidak enak kalau apa apa Sakha harus mengurusnya sendiri.
"Kenapa muka lo?"
"Gue sedih tau" Gadis itu mengerucut kan bibirnya, membuat Sakha menatapnya lekat lekat.
"Nay, apa gara gara gue? sorry ..." Sakha langsung memeluk gadis itu. "Apa kata kata gue tadi uda buat lo sakit hati, serius gue enggak tau nay, maafin gue"
"Tapi perasaan gue enggak ngomong aneh aneh deh, sedari tadi yang kita bahas kan cuma uang"
"Ya emang bukan Karna itu gue sedih"
"Terus?"
Kanaya mendongak menatap wajah Sakha, begitupun Sakha yang saat ini sedikit menunduk agar tau bagaimana ekspresi Kanaya.
"Gue tuh sedih liat lo uda mulai menjalani peran lo sebagai suami Kha, sedang kan gue, buat paham sama situasi ini aja enggak!"
lagi lagi Sakha mengulas senyumnya. ia masih memeluk Kanaya.
"Lo butuh waktu bukan hanya untuk sekedar paham nay, tapi juga menerima. santai aja, lagian kan ada gue. gue juga enggak keberatan kok dengan peran gue dalam rumah tangga ini. Kita jalani semua ini sama sama"
"aaaah, gue stress lama lama" Kanaya balas memeluk Sakha. dan tanpa gadis itu sadari, Sakha sempat mendaratkan kecupan di pucuk kepalanya, "setelah ini lo langsung tidur, biar gue yang beresin, enggak usa ngebantah takutnya besok lo enggak bisa bangun" kata Sakha, dan gadis itu langsung menganggukan kepalanya.
"Malam ini gantian gue yang tidur di sofa"
"Ngapain coba, gak, biar gue"
"Lo kemarin uda ya Samsuri, sekarang gue dong" Gadis itu melepaskan dirinya dari rangkulan Sakha dan dengan cepat mengambil selimut. meski was was jika dia akan jatuh nantinya, sebab tidur pun anak itu tidak bisa diam. tapi tidak papa, Dia kasihan dengan Sakha.
"Nay, pindah gak?"
"Gak, gue pengennya di sini"
"Pindah, gue bilang pindah Kanaya!"
"No"
"Kanaya!"
"HM"
"Pindah!"
"Gak mau Sakha, enggak mau, Uda ya, semoga mimpi indah"
Sakha menghela nafasnya melihat Kanaya sudah terpejam. lelaki itu tidak tau lagi harus bagaimana, masa iya dia menuruti kemauan Kanaya, suami macam dia jika membiarkan istrinya meringkuk di sofa sedang dia tidur nyaman di atas ranjang.
Akhirnya Sakha lebih memilih tidur di lantai.
-
-
Jangan lupa like, komen dan Vote gais
Terimakasih sudah mampir
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!