"Mari kita putus saja mas, hubungan kita tak bisa lagi dipertahankan."
, kataku sembari menahan tangis.
"Tapi kenapa? Apa salah mas, Ran? Bukankah selama ini mas pikir ngga ada yang salah dengan hubungan kita ini?"
"Semua baik-baik saja bukan, lalu kenapa kamu ingin kita mengakhiri semua ini?"
"Lima tahun Ran, lima tahun kita bersama, itu bukanlah waktu yang singkat!"
"Tolong dipertimbangkan lagi baik-baik!"
"Tidakkah Kiran merasa sakit setelah sekian lama kita berjuang ,kita mau mengakhiri semuanya saat ini? Hanya begitu saja?"
"Lalu untuk apa selama ini kita berjuang bersama dan saling menguatkan ,kalo pada akhirnya kamu menyerah begini?"
"Apa alasanmu menyerah Ran?"
"Apa Kiran sudah mulai bosan dengan mas?"
"Atau jangan-jangan Kiran sudah ada lelaki lain?"
"Benarkah begitu Ran?"
"Jangan hanya diam saja dan menangis Ran."
"Jawab pertanyaanku sekarang ,kenapa?", tanya mas dayat sembari mengepalkan kedua tangannya erat.
Aku tau dari nada bicaranya, mas Dayat pasti begitu emosi, tapi mau gimana lagi, aku hanya lelah, hubungan kami memang baik-baik saja, hanya saja kedua orang tua mas Dayat sedari awal memang sudah terlihat tak begitu menyukaiku.
Terutama ibunya.
Aku lelah terus berada diposisi seperti ini.
Aku lelah dengan hubungan yang seolah tak memiliki ujung.
Aku lelah dengan banyaknya pertanyaan yang terlontar dari rekan kerjaku, meski sebenarnya mereka tak terlalu banyak berkata.
Aku juga ingin melihat seberapa seriusnya mas Dayat dalam hubungan kami.
Apakah dia benar mencintaiku selama ini atau aku hanyalah pengisi diwaktu luangnya saja?
Sebenarnya aku sendiri sudah lama ingin menyerah.
Tak kuat bila terus-terusan begini.
Selama ini aku selalu mencoba kuat hanya karna mas dayat yang tak pernah menyerah mempertahankan hubungan kami.
Dan mas dayat juga yang selalu meyakinkanku bahwa suatu saat kedua orang tuanya pasti akan luluh pada akhirnya.
Tapi kenyataan berkata lain bukan?
"Lima tahun mas, lima tahun sudah aku menunggu kepastian darimu, menunggu restu orang tuamu, tapi apa yang Kiran dapat?"
"Orang tua mas masih saja terlihat tak menyukaiku terutama ibu mas",
" Sebenarnya apa salah Kiran mas? Kiran lelah."
"Kiran tak bisa terus-terusan digantung begini!"
"Banyak sudah omongan buruk tetangga tentang kita, mas!"
"Tentang mas yang tak kunjung melamar Kiran!"
"Aku ini wanita mas, usia Kiran juga sudah cukup bila kita menikah."
"Kita sudah sama-sama dewasa mas ,dan usia kita bakal semakin bertambah setiap tahunnya, sudah bukan waktunya untuk terus berpacaran."
"Kamu paham bukan maksudku mas?"
"Bahkan kedua orang tuaku sudah sangat mengenal mas dengan baik."
"Mereka terus menanyakan kapan mas akan melamar Kiran!"
"Kiran mesti beri jawaban apa bila mereka bertanya begitu?"
"Bila mas memang benar tak yakin dengan Kiran, bukankah lebih baik kalo kita akhiri saja hubungan kita ini?"
"Kiran tak ingin terjerat dalam ketidakpastian begini, Kiran cape!"
"Lebih baik Kiran menerima lamaran dari pria pilihan abah, daripada Kiran terus-terusan digantung begini sama mas."
"Lima tahun mas! Lima tahun sudah mas Dayat seolah tak pernah memikirkan mau dibawa kemana hubungan kita ini!"
"Lima tahun sudah mas, apa bagi mas Kiran masih belum cukup sabar?"
"Kiran lelah mas, benar-benar lelah."
"Dan lalu bagaimana dengan orang tuamu mas?"
"Sampai saat ini mereka, terutama ibu mas, masih tak mau menerimaku, sebenarnyaapa kurang Kiran mas?"
"Tanpa alasan yang jelas kedua orang tuamu membenci Kiran!"
"Apa karna Kiran hanya anak seorang buruh tani? Atau karna status pendidikan Kiran yang lebih rendah dari mas?",
"Kiran tau Kiran hanyalah tamatan smk, tapi hanya karna itukah kedua orang tua mas jadi merendahkan Kiran, merendahkan pekerjaan abah, pekerjaan orang tua Kiran?
"Dan berpikir Kiran ini tidak layak bersanding dengan mas Dayat? Begitukah mas?"
"Atau memang orang tua mas berpikir bahwa karna Kiran anak tunggal, jadi Kiran dianggap anak yang pastinya manja seperti wanita diluar sana?"
"Mas perlu tau! Abah dan umi sekalipun tak pernah mengajarkan Kiran untuk jadi gadis yang manja!"
"Kiran, cukup! Kiran tau bukan ,sedari awal hubungan kita, mas selalu memperlakukanmu dengan baik!"
"Apa pernah mas melihat status diantara kita?"
"Apa pernah sekali saja Kiran mendengar mas merendahkan Kiran? Membahas pekerjaan orang tua Kiran?"
"Sekalipun tidak pernah bukan! Mas tulus menyayangi dan mencintai Kiran, itulah kenapa mas mau menerima Kiran apa adanya tanpa melihat perbedaan yang jelas terlihat diantara kita!"
"Ibu mungkin memang tak menyukai Kiran, bila Kiran memang sudah terlanjur berpikir begitu!"
"Tapi bukan berarti orang tua mas tak mau menerimamu!"
"Mas masih butuh waktu sedikit lagi, semua mesti berproses Ran, tak bisa instan begitu saja!"
"Mengertilah keadaan mas ini! Mas tau Kiran lelah, mas minta maaf."
"Mas hanya ingin memintamu bersabar sedikit lagi, mas janji akan merayu orang tua mas agar segera merestui hubungan kita!"
"Dan ingat Ran, ibu tak seperti yang Kiran pikirkan! Mas yakin itu."
"Mas mohon, bertahanlah sebentar lagi Ran."
"Semua demi hubungan kita! Mas tak ingin semua ini menjadi sia-sia!"
Mas dayat memeluk tubuh ini begitu erat, aku sendiri sebenarnya tak ingin berpisah ,karna akupun begitu menyayangi sosok mas Dayat ,belum pernah kukenal lelaki sebaik dirinya.
Bagaimana mungkin aku mau kehilangan sosok sesempurna dia?
Aku berusaha menjernihkan kembali pikiranku.
Entah kenapa hatiku yakin bahwa suatu hari nanti mas Dayat pasti menepati janjinya.
Selama ini mas Dayat sekalipun tak pernah mengingkari janjinya padaku.
Jadi tak salah rasanya bila aku mencoba memberinya satu kesempatan lagi.
Aku hanya berharap pilihanku saat itu tak salah.
"Baik mas, karna mas juga telah berjanji, Kiran akan beri mas satu kesempatan terakhir!"
"Kiran akan tunggu hingga dua tahun lagi mas, kalo dalam waktu dua tahun tetap tak bisa merubah pemikiran kedua orang mas tentang Kiran, maka mari kita benar-benar akhiri hubungan kita ini!"
"Kiran tak ingin membuang waktu Kiran lebih lama lagi untuk pria yang ternyata bukan jodoh Kiran!"
"Baiklah Ran, mas janji dalam dua tahun ,mas tak akan membuat Kiran kecewa."
"Tunggu mas yah, mas akan membawa Kiran ke jenjang yang lebih serius, dan saat itu tiba, tak akan ada seorang pun lagi yang bisa memisahkan kita, mas janji!"
"Iya mas ,pegang kata-katamu mas, semoga tuhan memberikan kita kemudahan untuk bersatu."
Itulah sepenggal ingatanku akan janji mas Dayat dimasa lalu.
Aku hanya berharap mas Dayat akan benar-benar menepati janjinya.
Atau akankah pada akhirnya aku harus menerima lamaran dari pria pilihan abah?
Bersambung............
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.
Tenggang waktu yang kuberikan nyatanya berhasil membawa sedikit perubahan.
Ya, calon mertuaku mulai sedikit terbuka padaku.
Walaupun sedikit tapi itu lebih baik ketimbang aku yang dulu selalu diabaikan tiap dibawa mas Dayat berkunjung ke rumahnya.
Sejak terakhir kali aku berargumen dengan mas dayat, dia pun tak pernah berubah, tetap sabar menghadapi kepribadianku, aku sangat bersyukur.
Meski orang tuanya mulai berubah, namun entahlah, dalam pandanganku orang tuanya tentu belum bisa sepenuhnya menerimaku.
Karna perbedaan status dan harta jelas amat terlihat.
Mas Dayat adalah keluarga yang cukup mampu, ayahnya seorang pensiunan TNI sedang ibunya seorang pensiunan PNS.
Mas Dayat adalah anak lelaki satu-satunya, anak pertama bernama Yani, sudah menikah dan ikut serta suaminya dikota yang berbeda, mas Dayat adalah anak kedua, sedang yang bungsu Sofia namanya, juga seorang perempuan dan tengah bekerja diluar kota.
Sekalipun aku belum pernah bertemu dengan kakak serta adiknya.
Hanya sekilas melihat difoto keluarga mereka karna memang terpajang tepat diruang tamu.
Mas dayat bekerja sebagai manager disalah satu mall terkemuka ditempat kami.
Awal perkenalan kami pun karna secara tak sengaja. Kami bertemu dicafe tempatku mengais rejeki. Kebetulan aku bekerja sebagai kasir dicafe tersebut, dan mas dayat adalah pelanggan tetap dicafe kami. Dari situlah kami mulai akrab, dan mulai saling berbagi nomor telepon. Dan berlanjut bersahabat diluar cafe.
Lalu pada suatu hari, pada akhirnya mas dayat memberanikan dirinya menyatakan perasaannya padaku, dan akupun juga memiliki rasa yang sama untuknya.
Mas dayat orang yang loyal ,dia tak segan membawakan makanan untukku ketika bekerja, bahkan bukan hanya untukku, tapi juga untuk teman-teman kerjaku, oleh karenanya mereka pun mendukungku untuk bersamanya karna mas Dayat bukan hanya baik padaku saja. Itu pula yang membuatku jatuh hati padanya, selain sikapnya yang lembut, tutur katanya pun tak pernah menyakiti hati.
Hari ini kebetulan aku libur, mas Dayat mengajakku berkencan keluar.
"Ran, ada sesuatu yang mau mas katakan, kamu libur bukan hari ini? Mari kita bertemu, nanti lepas maghrib, bersiaplah dandan yang cantik, nanti mas jemput begitu mas selese kerja." katanya dari seberang telvon.
"Baiklah mas, Kiran tunggu yah, mas hati-hati nanti kesininya."
"iya sayang", ucapnya mengakhiri obrolan kami.
***
Bada maghrib akhirnya lewat. Aku pun sudah tak sabar menantikan mas Dayat datang, dengan make up natural, aku mematut diriku sekali lagi didepan cermin, dan berharap mas Dayat menyukai tampilanku ini.
Dengan dres putih panjang dengan sedikit manik dibagian atas dan bawah dres dengan model kerutan dibagian tengah baju, lalu kupadukan jilbab berwarna senada. Terlihat anggun dalam pandanganku.
"Tin tin", bunyi klakson diluar rumah sebagai pertanda bahwa sang pangeran pujaanku akhirnya datang juga.
Aku mematut sekali lagi diriku didepan cermin ,mengambil tas selempangku hadiah dari mas dayat dulu, lalu perlahan melangkah keluar ,menuju mas Dayat tengah berada.
Diruang tamu mas dayat rupanya sedang bercengkrama dengan ibu dan bapak, entah apa yang mereka perbincangkan, tapi dari raut kedua orang tuaku, jelas terlihat mereka amat bahagia, entah apa yang membuat mereka begitu.
Aku mulai menghampiri mereka dan langsung bertanya : "Mau pergi sekarang mas?" tanyaku.
Mas dayat menoleh, lalu memandangku dengan disertai senyum tipisnya, aahh rasanya ada yang berbeda, entahlah senyumnya hari ini terasa menawan sekali bagiku atau hanya halusinasiku saja.
"Kamu sudah siap Ran? Kalo begitu ayo kita pergi sekarang."
"Ibu dan bapak saya pamit mau bawa Kiran keluar sebentar kalo ibu bapak mengijinkan. Bolehkah?"
"Tentu ,pergilah, tapi ingat jangan pulang terlalu malam, jaga baik-baik nak Kiran ,nak Dayat, dan hati-hati dijalan tak perlu ngebut, yang penting selamat sampe tujuan."
"Baik bah, kami pergi dulu kalau begitu".
Mas Dayat berpamitan sembari mencium tangan kedua orang tuaku.
Aku juga melakukan hal yang sama.
Sepeda motor mas dayat perlahan mulai meninggalkan rumah, abah umi juga seperti biasa melambaikan tangannya.
Mas dayatpun mulai membawaku menembus gelapnya malam, ke suatu tempat yang katanya telah dia persiapkan.
"Mas kita mau kemana hari ini? Kok kayanya tadi Kiran lihat ngga biasanya abah umi terlihat begitu bahagia?"
"Apa yang mas bicarain tadi? Begitu liat Kiran keluar langsung pada diem."
"Ada yang mas sembunyiin yah? Apaan sih? Kiran jadi penasaran", tanyaku ditengah mas Dayat masih melajukan motornya.
"Rahasia atuh neng, masa mas mau bilang sekarang, nanti ngga jadi surprise dong."
"Iihh, apaan sih mas, nang neng nang neng, Kiran kan bukan gadis sunda, teh jangan dipanggil neng atuh", aku mencoba sedikit berkelakar.
Dari kaca spion mas Dayat hanya tersenyum kecil.
Dia sama sekali tak mau membahas kejutan apa yang dia telah persiapkan.
Katanya sudah memikirkannya begitu lama.
Yang aku ingat, hari ini memang tepat sekali dengan anniv kita yang ke tujuh tahun.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi, tak berhentinya mas dayat bercerita tentang aktifitasnya hari ini, kejadian apa yang terjadi ditempatnya bekerja dan masih banyak lagi, itulah yang jadi kebiasaannya sedari dulu, selalu terbuka mengenai apapun, begitupun denganku.
Entah kenapa dari awal, hatiku merasa begitu berdebar.
Entah apa yang akan mas Dayat tunjukan padaku.
Selama ini tak pernah sekalipun dia main rahasia-rahasiaan denganku.
Aku semakin penasaran dibuatnya.
Malam ini langit juga terlihat begitu bagus, cerah.
Aku hanya berharap serta berdoa dalam hati semoga malam yang bagus ini juga membawa pengaruh yang baik padaku.
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan kejutan apa yang ingin ditunjukan mas Dayat padaku.
Anganku jadi melayang kemana-mana.
Ahh mungkinkah itu......
Tidak-tidak, aku mencoba menghapus fikiran itu.
Takut anganku terlalu tinggi.
Yang ada nanti malah aku jadi semakin kecewa dengan mas Dayat.
Apalagi saat sekarang ini hubunganku masih lancar-lancar saja.
Aku tak ingin bermimpi yang nantinya membuatku berpikiran yang bukan-bukan.
Aku sungguh tak sabar ingin secepatnya sampai disana.
Waktu sungguh terasa lambat berjalan.
"Apa masih lama mas, kita sampai disana?"
"Kiran sungguh sudah tak sabar"
"Sebentar lagi Ran, tenanglah, yang jelas kejutan yang telah mas siapkan pasti akan membuat Kiran bahagia."
"Sabar yah yank".
Mas dayat makin melajukan motornya dengan kencang.
Aku semakin memeluk erat pinggang mas Dayat, karena takut terjatuh.
Mas Dayat juga pasti sudah tak sabar memperlihatkan kejutan yang sudah dia persiapkan untukku.
Sungguh aneh, angin malam terasa semakin dingin, namun hatiku sendiri merasa begitu hangat entah kenapa.
Sepanjang jalan, aku berdoa semoga kejutan yang disiapkan mas Dayat benar membuatku bahagia seperti ucapannya.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya sampailah kami ditempat tujuan.
Sebuah taman yang ternyata didalamnya juga terdapat sebuah cafe yang cukup besar, cafe tersebutlah yang telah dipesan mas dayat jauh-jauh hari katanya.
Begitu kami masuk ke dalam, seorang pria langsung menggiring kami ke meja disebuah ruangan yang cukup lebar ,aku yakin itu pasti aula dalam restoran tersebut, karna ruangan lainnya tak selebar itu.
Kulihat disetiap sisi restoran telah dihias dengan begitu apik.
Entah memang konsep yang dimiliki resto tersebut begitu, atau memang dihias karna mengikuti pesanan pelanggannya.
Desain restonya benar-benar berbeda dari cafe pada umumnya.
Aku sendiri heran kenapa cafe secantik ini hanya ada kami berdua.
Tak ada tamu lain didalamnya.
Semakin aku masuk, semakin aku terpesona.
Dengan bunga bertebaran dibentuk hati yang besar, lampu kerlap kerlip diatasnya, dan balon yang dibentuk sedemikian rupa ,makin membuat ruangan makin terasa suasana romantisnya.
Yang bikin aku terharu adalah sikap mas Dayat yang terus saja menggandeng kedua tanganku dengan erat.
Aku tak kuasa menahan airmata saat membaca tulisan didinding yang jelas terpampang makin membuat batin ini bergejolak tak karuan.
"Will You Marry Me, My Love, Kiran?"
Rasanya hati ini berdebar begitu hebatnya ,senang dan terharu merasuk menjadi satu.
Adegan selanjutnya membuatku terpana.
Mas dayat memegang jemariku, lalu duduk bersimpuh, dikeluarkannya kotak beludru kecil dari dalam saku kemejanya. Dengan perlahan dibukanya kotak kecil tersebut, terlihatlah sebuah cincin yang manis, dengan ukiran seperti hati ditengahnya dan mutiara kecil disamping kanan dan kirinya, makin membuat cincin itu terlihat cantik.
Seketika airmataku menyembul keluar, tapi coba kutahan.
Dengan binar mata yang jelas terlihat itu mas dayat mengucapkan kata-kata yang selama ini telah aku tunggu ,kata-kata dimana hanya akulah tempatnya ingin berbagi dalam suka maupun duka.
"Kiran sayangku, terima kasih atas kesabaranmu selama ini dalam menjalani hubungan kita."
"Mas tau tujuh tahun bukanlah waktu yang mudah untuk kita menghadapi berbagai rintangan yang ada."
"Mas salut akan kesetiaan kiran pada mas sampai saat ini, mas amat bersyukur."
"Mas begitu merasa beruntung Kiran dapat hadir dihidup mas saat ini."
"Mas tau mungkin ini saat yang tepat bagi mas untuk membuktikan cinta mas selama ini."
"Mas juga tau, saat inilah yang paling Kiran tunggu dalam hidup Kiran."
"Mas tak mau menjanjikan banyak hal, karna mas tak ingin membuat Kiran terlalu berharap."
"Maafkan mas, karna mas Kiran mesti menunggu sampai selama ini."
Aku semakin tak sabar dengan ucapan-ucapan mas Dayat selanjutnya.
"Kiran, tak banyak yang bisa mas ucapkan pada kesempatan hari ini, tapi mas hanya ingin kiran tau ,bahwa hanya kiran yang selalu ada dalam pikiran dan hati mas selama ini."
"Mas pun tau sedikit banyaknya, Kiran pasti tau apa kekurangan dan kelebihan mas!"
"Kalo kiran berkenan, maukah Kiran menerima mas jadi suami Kiran kelak dalam suka maupun duka?"
"Dalam sakit maupun sehat?"
"Dalam segala keadaan kita nantinya entah baik maupun buruk, bersediakah Kiran menerima itu semua?"
"Mas akan berusaha menjaga Kiran dengan sekuat mas."
"Mas tak bisa berjanji membuat Kiran selalu bahagia, tapi mas bisa pastikan, mas tak akan biarkan air mata Kiran jatuh karna kesedihan, melainkan itu sebuah kebahagiaan."
"Maukah Kiran menerima mas sebagai pendamping hidup Kiran, sampai nanti hanya maut yang bisa memisahkan kita?"
Aku terdiam sibuk dengan pikiranku sendiri.
Rasanya sungguh tak karuan, aku tak menyangka mas dayat bakal melamarku begitu mendadak begini, tentu saja aku mau ,inilah yang selama ini aku bayangkan.
Tak aku sangka kalo ternyata mas dayat bisa seromantis ini.
Dengan gerakan pelan ,kuanggukan pelan kepala tanda setuju.
Dan mas dayat makin tersenyum lebar, dipakaikannya cincin tersebut dijari manisku.
Para pelayan yang melihat juga langsung memberi tepuk tangan meriah kepada kami.
Dan memberikan do'a baik agar hubungan kami kedepannya bahagia.
Aahh , rasanya malam ini malam terbaik dan terbahagia yang pernah kami lewati, rasanya tak ikhlas kalau waktu berlalu begitu saja, kalo bisa aku berharap waktu berhenti disini saja.
Aku merasa begitu bahagia.
Ternyata kejutan tak sampai situ saja.
Mas Dayat menutup kedua mataku dengan kedua tangannya.
Mas Dayat lalu menuntunku menuju meja yang sebelumnya juga telah dihias, disitu pula sudah tersedia makanan favorit kita berdua.
Perlahan, dia membuka kedua tangannya yang tadi menutupi pandanganku, seraya berkata :
"Makanlah ran, semua ini mas khusus sediakan untukmu, untuk memperingati hari jadian kita tepat 7 tahun bukan?"
"Hari ini juga mas menetapi janji mas dua tahun lalu untuk membawa hubungan kita ke jenjang yang lebih serius."
"Maaf bila kejutan malam ini mungkin membuat kecaewa karna tak sesuai dengan ekspetasi sayang selama ini."
"Waktu berlalu begitu cepat yah Ran, mas tak menyangka kita sanggup bertahan hingga saat ini."
"Tidak mas, kejutan malam ini benar-benar luar biasa bagi Kiran."
"Kiran benar-benar merasa amat bahagia malam ini."
"Kiran juga tak menyangka mas, saat-saat yang kiran tunggu akhirnya datang juga, terima kasih mas, karna sekali lagi mas dayat menepati janji mas."
"Kiran selalu yakin, bahwa mas Dayat tak akan mengingkari janji yang mas buat."
"Terima kasih banyak untuk surprise hari ini mas, ini merupakan surprise terbaik yang pernah ada dihidup Kiran."
"Sama-sama sayang, mas berharap acara kita tak terhenti sampai disini saja."
"Mas berharap ini awal yang baik agar acara lainnya nanti bisa lancar sampai hari-H kita menikah nanti."
"Bukankah mas bilang, bersabarlah, mas pasti akan perjuangkan yang terbaik untuk kelangsungan hubungan kita!"
"Sedikitpun tak ada niat mas untuk main-main dengan Kiran."
"Mas hanya mau mencari waktu yang tepat, dan juga lebih memantapkan diri mas untuk bersama Kiran."
"Mas benar-benar tak ingin kehilangan kiran, bagaimana mungkin mas membuat kiran membenci mas!"
"Mas memang yang terbaik, Kiran sayaangg banget sama mas Dayat!"
"Kiran juga ngga mau kehilangan mas Dayat dihidup Kiran, itulah kenapa Kiran mau bertahan sampai hari ini."
Setelah makan malam romantis itu mas dayat pun mengajakku untuk segera kembali pulang kerumah, dan bersiap-siap untuk hari esok, lamaran yang sesungguhnya.
Aku pun tak sabar melihat respon kedua orang tuanya, karna jujur hati ini masih tetap tak tenang bila menyangkut orang tua mas dayat.
Akankah mereka kembali mengekang, ataukah kali ini mereka memberikan restunya pada kami.
Karna tanpa restu dari kedua orang tua belah pihak, bukankah bakal kurang lengkap rasanya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!