BUAT KALIAN YANG HOBI REBAHAN DAN GA ADA PENGHASILAN, KALIAN BISA CEK IG AUTHOR @_imrsya.
SELAMAT MENCOBA!!
☆
"Sah!"
Pernikahan sederhana di gelar di kediaman Gautama, walaupun hanya mengundang orang terdekat tetapi dekorasi yang cukup mewah di pasang sedemikian rupa oleh sang pemilik acara.
Nathan-sang mempelai pria memasangkan cincin di jari manis Deva, begitupun juga sebaliknya. Deva mencium punggung tangan Nathan, di lanjut dengan Nathan mencium kening Deva.
Setelah semua rangkaian acara selesai, Deva pamit terlebih dulu ke kamar.
"Nathan, susul Deva gih. Kamarnya ada di deket tangga, pintu warna coklat" Suruh Lily–Bunda Deva
"Iya" Nathan melangkah ke lantai dua, tepatnya ke kamar gadis yang sekarang berstatus sebagai istrinya
Nathan masuk ke dalam dan melihat Deva baru saja keluar dari kamar mandi menggunakan baju santai
"Mandi dulu" Tegur Deva ketika Nathan ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur, "Nggak ada baju ganti" Jawab Nathan
"Pinjem baju bang Adnan" Kata Deva sibuk mengeringkan rambutnya, "Gue nggak biasa minjem" Balas Nathan lagi
"Terus? Lo mau tetep pake baju itu" Tanya Deva menatap sebentar Nathan dari pantulan cermin, Nathan menghembuskan nafasnya kasar. "Lo pinjemin deh, gue mau mandi"
Deva memutar kedua bola matanya malas, lalu beranjak keluar dari kamar menuju ke kamar sang kakak.
"Deva, kamu perlu apa?" Tanya Arinda–Istri Adnan.
"Pinjem baju bang Adnan" Jawab Deva
"Buat Nathan?" Deva mengangguk
"Sebentar, Kakak cariin dulu. Ayo masuk" Arin masuk diikuti Deva di belakang
"Ini. Buruan kasih ke Nathan, kasian dia kedinginan" Ujar Arin memberikan sepasang pakaian kepada Deva, "Makasih, Deva balik ke kamar" Pamit Deva diangguki Arin.
Deva meletakkan baju tadi di atas kasur dan beralih memainkan ponselnya. Tak berapa lama, Nathan keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju
"Tinggal di rumah mama atau di mana?" Tanya Deva mengalihkan matanya ke Nathan, "Gue udah siapin rumah buat kita" Jawab Nathan
"Oh"
Tok tok tok
"Tuan/Nona, ini sudah waktunya makan siang. Tuan dan nyonya besar sudah menunggu di meja makan" Ucapnya dari luar
"Ya!"
Nathan dan Deva berjalan menuruni tangga ruang makan, mereka menggeser kursi untuk mereka duduki.
Karna sudah biasa melihat sang Bunda menyiapkan makan siang di piring sang Ayah, Deva tanpa di minta langsung menirunya.
Mereka yang berada di meja makan hanya tersenyum melihat kepekaan Deva di balik wajah dinginnya.
Usai makan siang, seperti biasa anggota keluarga berkumpul bersama di ruang santai.
"Rencana mau tinggal di mana? Udah di rundingin?" Tanya Adnanda–Ayah Deva.
"Rumah Nathan, dan Deva setuju" Jawab Nathan, "Nathan, jaga baik-baik menantu Mama. Awas aja kalau sampe lecet" Ancam Zoya–Mama Nathan.
"Iya."
Malam hari, Deva sudah berganti dengan baju tidurnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur memunggungi Nathan yang masih sibuk dengan iPad-nya.
"Ssh.." Deva membalikkan badannya ketika mendengar suara desisan Nathan
"D–darah? Lo mimisan?" Dengan cepat, Deva mengambil box tisu dan memberikannya ke Nathan. "Sakit?"
"Nggak, udah biasa" Kata Nathan, "Ke dokter, gue nggak mau jadi janda muda" Celetuk Deva, "Yang mau mati siapa, gue cuma kecapean. Makanya mimisan, udah tidur" Dengus Nathan
"Bilang"
"Lo khawatir?"
"Nggak, PD banget"
"Ceh"
Deva bernafas lega melihat Nathan baik-baik saja, bukan karna ia menyukai pemuda itu. Melainkan ia khawatir kalau kejadian di mana kekasihnya pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya terulang, rasa sakit masih begitu membekas di hatinya.
Frans, itu nama kekasih Deva. Pemuda itu tiada karna sakit, ia tidak memberitahu Deva karna tidak ingin Deva khawatir. Sampai akhirnya ia harus pergi dengan senyuman tulus setelah melihat Deva yang berdiri di ambang pintu ruangan di mana ia di rawat.
...»»——⍟——««...
👤 : "Iseng-iseng nyoba bikin cerita anak SMA, kalo ada kesalahan? monmaap"
Mobil kesayangan Nathan berhenti tidak jauh dari gedung sekolah SMA Merah Putih, dari awal kedua manusia itu ingin berangkat menggunakan kendaraan mereka sendiri-sendiri. Tetapi karna perintah bunda Lily untuk berangkat bersama, Deva maupun Nathan tidak bisa menolak.
Mereka berdua memang sengaja di masukkan ke sekolah biasa karna para orang tua mereka tidak ingin anak mereka menjadi besar kepala, selain itu mereka juga bertujuan agar Deva dan Nathan sering bertemu di sekolah.
Saat Deva hendak keluar dari mobil, Nathan menahan gadis itu. Deva yang tak mengerti maksud Nathan menahannya hanya menaikkan sebelah alisnya
"Salim dulu" Ucap Nathan menyodorkan tangan kanannya
"Ceh" Deva meraih tangan Nathan lalu menciumnya, setelah itu ia segera keluar dan berjalan menuju sekolah.
Melihat Deva sudah berjalan cukup jauh, Nathan kembali menjalankan mobilnya.
Seperti biasa, Deva masuk ke area sekolah dengan wajah dingin. Tak sedikit dari kaum adam yang memandang Deva dengan tatapan kagum, tapi juga tak sedikit dari kaum hawa yang menatap kurang suka. Asal tidak mengganggu ketenangannya, ia tak akan melakukan apapun. Deva hanya menganggap mereka semua hanya angin lalu.
Tak berselang lama, teriakan dari kaum hawa terdengar ketika Nathan keluar dari mobil. Dengan wajah tanpa ekspresi, Nathan masuk ke dalam tanpa memperdulikan para gadis-gadis yang meneriakkan nama-nya
"Deva!" Seorang gadis berlari menghampiri Deva, gadis itu adalah Intan. Hanya gadis itu yang bertahan dengan sikap Deva selama hampir tiga tahun bersama
"Tumben" Cibir Deva melihat temannya sudah sampai di sekolah sebelum dirinya
"Hehe, tadi bangun kepagian" Intan memeluk lengan Deva dan mereka pun berjalan beriringan
"Ohya, nanti katanya ada murid baru. Cewek katanya" Ucap Intan
"Oh."
Saat pelajaran berlangsung, seorang kepala sekolah masuk bersama seorang gadis di belakangnya. Semua mata tertuju pada gadis yang berdiri di belakang kepala sekolah tersebut.
"Maaf mengganggu waktu belajar kalian sebentar, Bapak kesini ingin memberitahu kalau sekolah kita kedatangan murid baru dan akan belajar di kelas kalian. Nak" Jelas kepala sekolah mempersilahkan murid tersebut untuk memperkenalkan diri
"Hai, aku Rissa. Aku pindahan dari kota sebelah, semoga kalian berkenan berteman denganku" Ucapnya tersenyum
"Bu Arum, sisanya saya serahkan kepada anda. Saya permisi" Pamit kepala sekolah, kemudian melangkah keluar dari kelas
"Baik, Rissa. Perkenalkan saya Bu Arum, wali kelas disini. Kamu bisa duduk di sebelah Nathan, kebetulan Sadam lagi sakit. Nathan, angkat tanganmu" Suruh Bu Arum, dengan malas Nathan mengangkat tangannya
"Rissa, silahkan duduk di sebelah Nathan" Gadis itu mengangguk lalu mendekat ke meja Nathan
"Hai, aku Rissa" Ucapnya mengulurkan tangan
"Hm" Nathan memilih memperhatikan Bu Arum yang kembali menjelaskan materi. Dengan canggung, Rissa menurunkan tangannya.
Jam istirahat pun tiba, semua murid beranjak keluar dari kelas menuju kantin.
Seperti biasa, Deva ke kantin bersama Intan. Deva hanya menjadi pendengar setiap Intan yang lumayan cerewet menurutnya.
"Gue aja yang pesen" Ucap Deva, "Nggak usah, lo disini aja. Bakso sama es teh manis kan?" Deva mengangguk
Kepergian Intan, Deva memilih memainkan ponselnya. Tak butuh waktu lama, Intan kembali dengan membawa pesanan mereka.
"Thanks" Intan mengangguk
Kepekaan Deva terhadap sekitar begitu tajam, ia menghentikan kegiatan makan siangnya lalu mengalihkan pandangannya
Matanya cantiknya bertumbuk dengan mata elang milik Nathan, ternyata Nathan sedang memerhatikan dirinya.
Ting
...Nathan...
...Online...
"Kenapa nggak protes tadi?"
^^^"??"^^^
"Anak baru"
^^^"Oh"^^^
"Serius!"
^^^"Terus"^^^
"Ga jadi"
Read
Deva kembali menyimpan handphone nya dan melanjutkan makan siangnya yang tertunda.
Sepulang sekolah, Nathan dan Deva langsung meluncur ke rumah yang sudah Nathan siapkan. Sesampainya di sama, terlihat rumah berukuran cukup besar untuk di tinggali dua orang.
"Masuk" Nathan berjalan terlebih dahulu dan Deva mengikuti dari belakang
"Ntar gue kasih peta rumah ini, jadi gue nggak capek-capek ngejelasin" Ujar Nathan, "Kamar, gue capek" Kata Deva
"Di atas kamar nomor dua samping kamar deket tangga" Jawab Nathan
"Oke" Deva menapakkan kedua kakinya di anak tangga, sampai di atas ia masuk ke kamar yang beritahukan oleh Nathan tadi
Deva menghempaskan badannya di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong
"Frans, apa kau bahagia di sana? Aku merindukanmu, seharusnya kau yang mengucapkan ijab atas namaku. Kau membiarkan kekasihmu di miliki orang lain, Frans?"
Deva menghela nafasnya. "Mungkin ini semua sudah jalan untuk kita berdua. Aku tak akan pernah melupakanmu, dan aku harap kau juga tak akan melupakan ku."
Sore hari, Deva terbangun dari tidurnya. Ia beranjak masuk ke kamar mandi menyegarkan dirinya. Selesai dengan ritual nya di kamar mandi, Deva keluar dari kamar menuju dapur
Gadis itu menghela nafasnya melihat kulkas tak ada bahan makanan sama sekali. Ia melirik ke pemuda yang sibuk dengan laptopnya di ruang tv
"Nathan"
"Ya"
"Belanja"
"Hm" Nathan meletakkan pekerjaannya, dan segera mengganti pakaiannya.
"Mau makan apa" Tanya Deva, mereka sekarang sudah berada di mall untuk berbelanja kebutuhan pokok. Nathan mengajak kesana karna menurutnya di sana lebih fresh.
"Gue makan semua, terserah lo mau masak apa" Jawab Nathan setia mendorong troli, Deva mengangguk lalu mengambil bahan-bahan makanan yang akan di simpan untuk beberapa hari kedepan
Sebenarnya ia kurang mengerti mengenai hal rumah, dengan bantuan bunda Lily jadi ia bisa mengatasi nya.
Selesai berbelanja, mereka berdua langsung pulang ke rumah.
Ting
...Bunda...
...Online...
"Deva, nanti bunda sama mama akan datang ke rumah"
^^^"Oke"^^^
^^^Read^^^
Setelah membalas pesan dari bunda Lily, Deva menyimpan ponselnya di tas.
Sampai di rumah, Nathan membantu Deva membawa barang belanjaan mereka.
"Butuh bantuan?" Tawar Nathan melihat Deva tengah sibuk menata bahan makanan, "Nggak, kerjaan lo kelarin dulu" Jawab Deva tanpa menoleh ke Nathan, "Dan, bunda sama mama mau kesini. Ntar bantuin gue masak"
"Hm."
Beruntung makan malam sudah siap dan di tata rapi di meja makan, karena kurang sepuluh menit lagi bunda Lily dan mama Zoya sampai.
Deva maupun Nathan pergi ke kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri setelah berkutat di dapur menyiapkan makan malam.
Setelah selesai, mereka berdua turun ke bawah dan melihat dua wanita paru baya sudah duduk di meja makan.
"Bunda, Mama" Pasangan itu mencium punggung tangan kedua wanita itu secara bergantian
Kedua wanita tersebut saling pandang, dan tersenyum. Tersenyum? Karna mereka melihat pasangan baru di depan mereka dengan keadaan rambut basah
Padahal yang sebenarnya terjadi, mereka berdua sempat saling lempar kecil tepung terigu saat ingin membuat gorengan.
"Ada yang salah?" Tanya Nathan menyadari gelagat Ibu dan Ibu mertuanya yang berubah, "Tidak ada, boleh kita makan?" Kata Zoya
"Tentu, kita tadi masak cukup banyak" Jawab Nathan menggeser kursi untuk nya duduk, diikuti yang lain
"Kamu nggak bawa maid dari rumah, rumah segede ini Deva yang harus bersihin sendiri?" Tanya Zoya, "Nathan udah siapin buat yang bersih-bersih rumah" Balas Nathan.
Usai makan malam, mereka berempat duduk di ruang tengah.
"Ohya, Deva/Nathan. Ini Bunda sama Mama bawain ini buat di pasang di rumah, cocoknya di pasang di mana?" Ujar Lily memperlihatkan foto pernikahan Nathan dan Deva di dalam figura besar
"Kalau di pasang di ruangan ini, cocok sih. Tapi kalau temen-temen kalian datang gimana? Bukannya pernikahan kalian mau di rahasiakan dulu sampai nanti kalian lulus?" Tambah Zoya beruntun
"Gimana kalau di pasang di kamar kalian?" Usul Lily menatap keduanya bergantian
"Hm" Walau sebenarnya mereka khawatir karena kamar mereka berdua berbeda. Kalau kedua ibu itu masuk ke kamar Nathan dan tidak melihat barang-barang Deva, bisa berbahaya.
Nathan di bantu dengan Deva membawa figura tersebut masuk ke kamar Nathan diikuti para Ibu.
"Kamar mu masih sama, Sayang. Tapi..ada yang kurang, di mana barang-barang Deva?" Tanya Zoya heran, "Ada, Mah. Kita urus foto ini dulu, capek tau" Keluh Nathan mengalihkan pembicaraan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!