NovelToon NovelToon

Aku Lelah,Cintai Aku

Awal

Hallo Reader,

Salam kenal, saya ibu 2orang putra. Yang hobby membaca novel saat menjelang tidur malam, dan mulai memberanikan diri untuk menulis sedikit demi sedikit.

Maaf jika terdapat banyak tulisan yang salah dan kurang berkenan ☺️,

Happy Reading Para Readers tercinta

9tahun yang lalu….

“Bagas,aku hamil” sambil menggenggam test pack aku menangis,

“……..”

“Bagas,aku harus gimana sekarang?” Aku bertanya dengan penuh kebingungan

“Kamu periksa dulu ke dokter Rhey,tapi aku gk bisa temenin kamu,hari ini aku ada urusan Rhey” jawab Bagas terdengar sedikit ada ke khawatiran

“Kita harus nikah segera Bagas,sebelum perutku makin membesar” suara Ku terdengar lirih yang di iringi derai air mata

Bukan karena tak cukup umur karena aku saat itu berusia 25tahun, karena aku tahu bahwa aku telah mengecewakan kedua orang tua ku, karena aku telah hamil di luar nikah,rasa bersalah menyelimuti batin ku,kecemasan dan ke khawatiran ku karena takut Bagas akan lari dari tanggung jawab. Bukan tanpa alasan aku khawatir berlebihan tapi karena selama 3tahun menjalin hubungan dengan Bagas,selama itu pula Bagas hanya menjanjikan akan menikahi ku, tetapi tidak ada bukti nyata.

“Kalau kamu gk mau bertanggung jawab,aku bisa besarin anak ini sendiri, tapi jangan harap suatu saat kamu bisa ketemu dia lagi” aku putus asa karena aku takut kalau Bagas akan lari.

“Aku tanggung jawab Rhey, kamu periksa ke dokter dulu, chek bagaimana kondisinya dulu, selagi kamu chek aku akan memikirkan cara untuk ngomong sama ayah bunda, baru setelah itu kita menghadap mama papa kamu”. Jawab Bagas berusaha untuk menenangkan

“…….” Aku tak mampu berkata apa pun lagi

“Ya udah Rhey aku tutup dulu ya teleponnya,nanti aku hubungi kamu lagi” Bagas mengakhiri percakapan kami.

***

“Ya Rhey?” suara di seberang telepon itu memberikan salam,

“Retno”

“Heeemmm”

“Retno sore ini kamu ada acara gak sama udin?”

“Gk ada Rhey,kenapa?”

“Temani aku ke dokter mau gk ret?”

“Mau lah Rhey,kamu sakit Rhey?”

hikss hikss hikss

“Hei Rhey di tanya malah nangis ni bocah,sakit banget ya? Yuk aku anter sekarang aja kalau udah gk kuat Rhey”

“Aku hamil ret….” Hiksss hiksss hiksss

“Haaaa? Jangan becanda Rhey!” Ujar Retno tak percaya sama apa yang dia dengar barusan

“Temenin aku ret,nanti juga kamu tau sendiri aku becanda atau serius” jawab ku berusaha meyakinkan Retno.

“Ok ok aku jemput kamu jam 5 nanti,tenang ya Rhey,semua akan baik-baik aja” jawab Retno berusaha memberikan semangat pada ku.

***

Pukul 16.30

Dreet…Dreett….Dreeettt

Suara getaran ponsel yang aku letakkan di atas meja kerjaku berbunyi,

Retno calling…

“Ya ret…”

“Buruan turun,aku udah di depan rumah mu nih” ucapan Retno membuatku kaget dan berlari ke arah jendela,dan benar saja mobil putih itu sudah terparkir di depan rumahku,

“Jam berapa ini ret? Kok udah di jemput?” Tanyaku bingung

“Jam setengah 5 ini,maju 30menit gak papa lah ya,dah gak sabar aku Rhey”

“Tunggu bentar ya aku siap-siap bentar aja” ucapku mengakhiri telepon dari Retno dan bergegas bersiap-siap agar Retno tidak menunggu lama.

***

“Wah selamat bu,ini ada kantung janinnya nih,usianya baru 4minggu ya bu,bagus kok ini sehat juga ini” ucapan dokter bagai tamparan keras untuk ku,aku bahagia tapi disisi lain aku menangis karena mengecewakan orang tuaku,

Wajah Retno yang ikut melihat ke arah monitor alat USG itu menggambarkan keterkejutannya,ia baru yakin bahwa aku benar-benar sedang hamil.

“Terima kasih dokter” jawab Ku yang masih bingung harus berkata apa. Aku sungguh takjub karena ada yang sedang tumbuh di dalam rahimku.

“Ini kehamilan pertama ya bu? Suaminya dimana bu kok gk ikut mengantar?” Pertanyaan dokter membuat ku teringat akan Bagas, “suami saya masih tugas di luar kota dok” jawab ku sambil tersenyum untuk menutupi rasa kecewa ku karena Bagas gak mau ikut mengantarkan ku chek kehamilan.

“Ini saya resepkan beberapa vitamin ya bu, diminum sesuai dosisnya saja”

“Baik dokter”

“Ada lagi yang ingin di tanyakan bu?”

“Ti..tidak dokter” aku tak tahu apa lagi yang harus aku tanyakan

“Baik bu,biasanya di usia awal kehamilan adalah usia rentan,sebisa mungkin di jaga agar tidak kelelahan ya bu” dokter seolah memahami kebingunganku dan akhirnya memberikan sedikit penjelasan padaku,

“Baik dokter,akan saya ingat itu”

“Baiklah,silahkan menebus vitaminnya di bagian obat ya bu,semoga sehat selalu” kata dokter mengakhiri konsultasi dan pemeriksaan ku.

“Baik,terima kasih dokter” aku dan Retno keluar dari ruang pemeriksaan

“Rhey,kok bisa jadi gini sih?” Tanya Retno antara percaya dan gak percaya

“Bagas yang waktu itu maksa aku ret” Aku kembali murung menceritakan kejadiannya pada Retno sambil menunggu vitamin yang diresepkan

“Kok kamu mau sih Rhey?”

“Dia janji bakal nikahin aku Ret,kalau terjadi apa-apa sama aku”

“Terus sekarang mana Bagas? Dia aja gk mau anterin kamu periksa Rhey”

“Dia lagi sibuk Ret” jawabku masih membela Bagas

“Kamu terlalu mudah di bodohi Rhey” jawab Retno seolah memahami seperti apa Bagas.

“Ibu Rheyna Aurora,silahkan ke pengambilan obat” melalui pengeras suara nama ku di panggil,

Setelah mengambil vitamin-vitamin yang diresepkan aku kembali pulang bersama Retno.

“Aku gk mampir ya Rhey,mau langsung balik aja,ikutan pening aku Rhey mikirin kamu”

“Iya gak papa Ret,makasih ya udah ditemenin”

“Sama-sama Rhey,jaga kesehatan pikirin janin yang dikandunganmu,jangan terlalu capek”

“Iya bawel” jawabku sambil tertawa.

Aku turun dari mobil dan bergegas masuk kerumah,kemudian menyimpan semua vitamin dalam lemariku.

***

Keesokan Harinya saat makan malam Bagas aku suruh datang kerumah supaya bisa membicarakan perihal pernikahan kami dan juga memberi tahu mama papa ku tentang kehamilanku.

“Masuk gas,udah di tunggu mama papa di ruang makan” kata ku setelah menguruh Bagas masuk

“Heem” jawab Bagas singkat,aku melihat ada sebaris rasa takut tergambar di wajahnya.

“Eh Bagas,sini gas duduk dulu yuk” sapa mamaku pada Bagas

“Iya tante” jawab Bagas sambil tersenyum

Papaku hanya menatap Bagas dengan beribu tanya,karena tidak biasanya Bagas ikut makan malam bersama kami

“Permisi ya Om” Bagas meminta ijin papaku untuk duduk

“Ya..” jawab papa singkat,seolah tahu sedang terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya.

Makan malam berlangsung dengan kesunyian,hingga kami selesai makan dan papa mulai membuka pembicaraan.

“Tumben kamu kesini pas jam makan malam gas?” Tanya papa dengan nada curiga

“Em… Iya Om itu …… ada yang mau saya bicarakan dengan Om dan Tante” jawab Bagas kebingungan

“Soal apa itu gas?” Tanya mama mencoba menengahi pembicaraan Bagas dan papa

“Soal saya dan Rheyna tante” jawab Bagas sambil menggosok-gosokan tangannya pada pangkuannya,aku tahu dia khawatir dan bingung,sedangkan aku hanya bisa diam dan menunduk sambil menahan air mataku yang sudah berkumpul ingin keluar

“Ada apa memangnya gas?” Tanya mama mulai sedikit khawatir,papa hanya diam saja sambil memandang kami berdua secara bergantian

“Saya berencana ingin menikahi Rheyna dalam waktu dekat Om,Tante” jawab Bagas membuat mamaku terkejut,

“Apa?” Jawab mama kaget

Belum sempat mama melanjutkan pertanyaannya papa sudah menyela,

“Sudah berapa bulan Rhey?”tanya papa yang langsung membuat ku kaget,

“A..a…apa pa?” Jawabku tergagap

“Kamu tahu apa yang papa maksud Rhey” jawab papa dengan wajah datar tetapi tersimpan rasa kecewa di matanya

“Empat minggu pa” jawabku dengan di iringi air mataku yang tak mampu lagi di bendung

“Ampuni aku pa,ma aku sudah mengecewakan kalian” lanjutku dengan air mata yang semakin banyak

“Apa maksudnya ini Rhey?” Tanya mama dengan wajah yang kebingungan dan khawatir

“Dia hamil ma” jawab papa sambil menggenggam tangan mama untuk menguatkan mama,walaupun aku tahu papa pun terluka

“Kenapa bisa gini Rhey” tangis mama mulai pecah

“Maaf ma…maaf….ampuni Aku…” hikz hikz hikz tangisku semakin kencang

Bagas hanya mampu terdiam,

“Ini juga yang membuat kamu resign dari pekerjaanmu Rhey?” Tanya papa

“Iya pa aku malu” jawabku

“Dari mana papa tahu aku resign?”tanyaku kemudian

“Om Bambang yang bilang,karena dia kaget tiba-tiba kamu mengajukan surat resign dengan alasan papa menyuruhmu kuliah lagi” jawab papa menjelaskan

“Maafkan aku pa” hanya kalimat maaf yang bisa aku ucapkan

“Bawa orang tuamu kesini segera,untuk membicarakan kelanjutannya”kata papa pada Bagas

“Baik Om,kalau begitu saya pamit dulu” jawab Bagas

“Ya” jawab papa singkat,mama masih setia dengan tangisnya yang kemudian di gandeng papa untuk masuk ke kamar.

***

2hari setelah Bagas menemui papa dan mama,Bagas kembali kesini bersama kedua orang tua nya,untuk membicarakan akad nikah ku dan Bagas.

“Acara akad harus segera dilaksanakan,tidak perlu mengundang banyak orang,cukup keluarga dekat saja” kata papaku

“Lho pak apa tidak perlu di adakan resepsi?”tanya bunda Bagas pada papa

“Tidak perlu,karena hanya akan membuat aib semakin tersebar” jawab papa dingin.

Sedangkan mama lebih memilih untuk diam,mendengarkan semua yang papa dan orang tua Bagas bicarakan.

***

1minggu setelah orang tua Bagas datang menemui orang tuaku,di sinilah kami saat ini, di depan penghulu KUA yang di panggil ke rumah Ku untuk melangsungkan akad nikah mereka ku dan Bagas.

“SAH…”

“SAH…”

“SAH…” jawab para saksi

Acara yang di hadiri oleh keluarga dan tetangga dekat saja itu berlangsung lancar,semua yang hadir tersenyum memberikan ucapan kepada ku dan Bagas,serta kepada kedua orang tua kami.

Tetapi entah apa yang sedang aku pikirkan,karena aku merasa bukan kebahagiaan tetapi seperti tekanan,aku merasa seperti salah memilih,harusnya aku bahagia tetapi mengapa aku merasa seperti akan terjadi luka yang besar.

Bersambung…..

Putri

Aku dan Bagas adalah teman semasa kami sekolah Dasar, kami dipertemukan kembali di sebuah acara reuni 4tahun yang lalu, saat itu aku masih kuliah semester 6.

Bagas adalah ketua panitia acara reuni tersebut. Awalnya aku tidak begitu mengingat Bagas, aku hanya mengingat wajah tampannya saja,tetapi saat itu Bagas berusaha mendekati ku karena aku duduk sendirian saat itu.

“Hai,kamu Rheyna kan?” Tanya Bagas berusaha mengajak aku bicara

“Iya,kamu…..?” Jawabku berusaha mengingat-ingat siapa pria yang di depan ku saat ini

“Bagas,lupa ya Rhey?”

“He..he..he.. maaf” jawabku sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal.

Percakapan kami berlangsung dengan sangat akrab,saling bertukar nomor ponsel,hingga akhirnya kami menjalin hubungan.

***

2bulan berlalu setelah pernikahan ku dan Bagas. Tanpa sengaja Aku menoleh pada benda pipih yang tergeletak di atas nakas,sedang berkedip menyala,tertera tulisan “𝙿𝚞𝚝𝚛𝚒 𝙲𝚊𝚕𝚕𝚒𝚗𝚐", Bagas masih tertidur saat ada panggilan masuk itu,Aku kebingungan karena tidak biasanya Ponsel Bagas tidak ada suara dan getar,Aku mencoba untuk berpikiran Positif,mungkin Bagas lupa mengaktifkan nada nya setelah meeting dengan Big Bos.

From : Putri

Jadi kesini kah gas?

Notifikasi di Ponsel Bagas tanpa sengaja nampak saat Aku masih menatap ke arah nakas.

Perasaan Ku berkecambuk,apakah dia harus membuka Ponsel Bagas? Ataukah dia harus membiarkan saja tanpa tau siapa Putri? Bukan tanpa sebab,Bagas tidak pernah menceritakan tentang Putri dan Bagas juga pernah bilang tidak ada temannya yang wanita akan menelepon atau menghubungi dia, tidak terkecuali teman kerjanya.

Rasa penasaran yang besar membuat Ku membuka Ponsel Bagas dan membaca pesan-pesan di sana, dimulai dari pesan yang dikirimkan Putri,Aku membaca semua chat antara Bagas dan Putri. Tidak ada pesan yang lain yang aku baca karena pesan dari Putri lah satu-satunya pesan dari wanita di ponsel Bagas.

Aku menahan air mata yang sudah mendesak ingin terjun dari mataku, bagaimana tidak menangis jika aku melihat chat mesra suamiku dan Putri, Bagas memanggil Putri dengan panggilan “sayang”, Putri sering mengirimkan foto sexy ke Bagas, dan kata-kata mesra lain yang membuat Ku terluka. Aku menutup layar ponsel Bagas dan mengembalikannya di atas nakas, kemudian aku berlari ke kamar mandi dan menyalakan shower dan menangis di bawah guyuran air, aku ingin melupakan semua yang ku baca beberapa menit lalu, tetapi hatiku terlanjur terluka. Lelaki yang baru 2bulan menikahiku tega bermesraan dengan wanita lain, ayah dari anak yang sedang ku kandung saat ini tega bermain hati.

“Yank bangun yuk, kamu kan harus kerja” Aku mencoba untuk membangunkan Bagas, sejak menikah aku dan Bagas menggunakan kata “yank” untuk memanggil satu sama lain.

“Yank ayo bangun, ntar terlambat low ngantornya” Aku masih berusaha membangunkan Bagas, pikiran dan hatiku sangat terluka namun aku harus menahan semua itu,aku ingin membicarakan semuanya secara baik-baik dengan Bagas.

“Eeemmmm, iya yank ini mau bangun” jawab Bagas, tangannya sambil meraba-raba atas nakas mencari ponsel nya, setelah mendapatkan ponselnya Bagas terkejut dan kebingungan menatap Ku.

“Ada apa yank? Mandi dulu gih, aku siapin sarapan kamu dulu” Aku berlalu meninggalkan kamar kami dan menutup pintu.

Aku berdiri di balik pintu yang sengaja tidak ku tutup dengan rapat, berdiri disana selama beberapa detik sampai akubmendengar suara sayup-sayup,

“Sayangggg, kamu telepon aku tadi?”

“……..”

“Iya sayang maaf aku masih tidur tadi, Aku mandi dulu ya terus ke tempat kamu”

“……..”

“Jangan berangkat kerja dulu, nanti aku yang antar”

“……”

“Jangan ngambek ya sayang, miss you”

Air mata Ku mengalir dengan deras, aku berlari ke dapur dan menangis disana.

15 menit berlalu setelah puas menangis aku bangkit dan mencuci mukaku, kemudian aku bergegas menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan. Aku membuat sarapan sayur sup dan bakwan udang.

30menit berlalu akhirnya Bagas keluar dari kamar menuju meja makan, ia duduk dan hendak sarapan tetapi pandangannya tertuju pada mata ku yang membengkak, “yank kamu habis nangis? Kok bengkak matanya?” Tanya Bagas bernada khawatir, “oh ndak yank ini td nangis gara-gara ngupas bawang hahahaha” jawab ku sambil pura-pura tertawa, tetapi yang terjadi selanjutnya adalah tawa ku berubah menjadi tangis,aku tak sekuat yang aku pikirkan,hatiku terlalu sakit.

“Hikss… Hiksss”

“Ada apa yank? Kok kamu malah nangis gini?” Tanya Bagas khawatir

“Apa kamu mencintaiku?” Aku bertanya sambil menangis

“Pertanyaan apa ini?” Jawab Bagas dengan nada kebingungan

“Apa karena anak ini kamu mau hidup sama aku?” Sambil mengelus perutku yang sedikit membuncit

“Jelaskan ada apa yank, tiba-tiba kamu menangis dan mengucapkan kata-kata yang aku gak tau arahnya” kata Bagas mulai gak sabar

“Siapa Putri itu yank?”

“Pu_putri? Putri siapa yang kamu maksud?” Tanya Bagas dengan raut wajah terkejut

“Putri yang kamu panggil sayang,Putri yang sering kamu temui, Putri yang mau kamu datangi sebentar lagi,atau masih ada Putri Putri yang lain?” Aku menjawab dengan penuh emosi,menggambarkan bagaimana terlukanya hatiku

“……”

“Tinggalkan aku Bagas,aku akan merawat anak ini tanpa kamu,aku masih mampu membesarkan anak ini sendiri” degan air mata yang berderai aku berusaha untuk menguatkan hati

“Gak Rhey aku gak mau ninggalin kamu dan anak kita” Bagas menolak permintaan ku

“Siapa Putri? Apa artinya dia untuk kamu?”

“Putriiii,dia temanku saat kuliah dulu, dia hadir kembali di hidupku sebulan sebelum kita menikah,awalnya aku dan dia hanya suka bercanda di chat saja,lama-lama kami semakin dekat,saat kita menikah aku kira Putri akan menjauhiku tetapi tidak,kami semakin dekat sampai saat ini,…..” Belum selesai Bagas menceritakan tentang Putri ponselnya berbunyi, Putri lah yang menelpon Bagas

“Sayanggg kok lama sih,kamu dimana?” Suara manja putri menggema di ruang makan,tempat aku dan Bagas menyelesaikan masalah kami,Bagas meloudspeaker panggilan dari Putri,

“Put,maafin aku ya…” jawab Bagas ragu

“Kenapa sih sayang?” Masih dengan suara manjanya Putri bertanya

“Hubungan ini harus di akhiri put,aku gak mau kehilangan istri dan calon anakku hanya karena perasaan sesaatku ke kamu” Bagas mencoba untuk memutuskan hubungannya dengan Putri,

“Ha? Are you Ok?” Jawab Putri kebingungan

“Istriku sudah tau hubungan kita put,maafkan aku semua ini harus di akhiri” ucap Bagas penuh penyesalan,

“Gila kamu gas!” Ucap Putri penuh emosi

tuttt tuttt tuttt Putri mengakhiri sambungan telepon secara sepihak.

“Hubungan ini tidak akan pernah kembali sama gas” aku mengatakan dengan penuh kehancuran

“Maafin kekhilafanku yank” Bagas memasang wajah yang memelas

“Aku memaafkanmu gas,tapi semua tak akan pernah kembali sama” Ucap ku mengakhiri percakapan kami dan berlalu pergi meninggalkan Bagas dan kembali ke kamar.

Bersambung…….

Janji

Sejak kejadian aku mengetahui hubungan Bagas dan Putri 3 hari yang lalu, sikapku berubah tak lagi sehangat dulu,mungkin karena luka di hatiku masih sangat terasa.

“Yank besok kan hari sabtu,jalan-jalan yuk?” Bagas mencoba mengajak aku bicara saat kami makan malam dirumah,

“Kemana?” Jawabku dengan rasa malas

“Gimana kalau kita ke Batu? Malang?Atau mau ke Joga aja yank?” Tanya Bagas mencoba menawarkan ke beberapa tempat

“Aku malas pergi” jawabku singkat

“Atau kita ngemall aja yuk yank? Nonton,makan,kamu bisa sekalian shopping juga yank?” Tanya Bagas masih berusaha menawarkan padaku untuk kami sedikit meluangkan waktu untuk refreshing

“Aku lelah,pergilah jika kamu ingin pergi” jawabku malas-malasan

Bagas meletakan sendok dan garpunya kemudian mencoba menggenggam tanganku yang sudah lebih dahulu menyelesaikan makanku,entahlah aku merasa tak ingin melanjutkan makan lagi saat Bagas berusaha berbicara padaku,

“Aku mohon maafkan semua kesalahanku yank,maafkan semua kekhilafanku selama ini,maafkan aku atas luka yang aku buat,aku mohon kembalilah seperti dulu yank,kembalilah seperti kekasihku yang ceria” permintaan maaf Bagas membuat aku menolehkan pandanganku pada matanya,berusaha mencari kebohongan disana tetapi aku tak menemukannya,atau aku yang tak mampu menyelami arti dari tatapannya?

“Aku sudah bilang sama kamu kan,aku memaafkanmu tapi semua tak akan sama lagi,sesuatu yang sudah pernah pecah akan selalu berbekas walaupun sudah kamu rekatkan kembali,bahkan sudah kamu tutup dengan cat sekalipun dia tidak akan sekuat sebelum pecah” aku mengatakannya dan kemudian mengangkat piring makanku dan berlalu meninggalkan Bagas aku menaruh piringku di tempat cucian piring dan bergegas ke kamar,meninggalkan Bagas di meja makan seorang diri. Kami tidak memiliki asisten rumah tangga karena aku yang tidak ingin ada orang lain dirumah sederhana kami ini,karena aku merasa mampu untuk mengurus semua urusan rumah tangga kami.

15 menit berlalu setelah aku kembali ke kamar,aku duduk di atas tempat tidur dan menyandarkan punggungku pada headboard,memainkan ponselku mencari informasi seputar kehamilan,makanan apa saja yang sebaiknya tidak aku konsumsi,kehamilan ini membuat aku bahagia sekaligus mudah bersedih.

‘Ceklek’ terdengar suara pintu kamar di buka,Bagas memasuki kamar mematikan lampu utama,tinggal lampu diatas nakas saja yang menyala. Bagas berlalu menuju kamar mandi. Setelah 10menit berada dalam kamar mandi Bagas keluar dan menuju ranjang tidur kami, duduk disebelahku dan menatap lama ke arahku,sedangkan aku pura-pura serius membaca deretan tulisan dilayar ponselku, tiba-tiba Bagas menelusupkan tangan kanannya di belakang kepalaku dan menarik pundakku dalam pelukannya,aku yang kaget karena sikap Bagas yang tiba-tiba membuat aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya, “sssttttttt….” Kata Bagas berusaha membuat aku diam,kemudian tangan kirinya berusaha menyentuh bagian perutku dan mengelusnya perlahan sambil berkata “sayangnya papa tau gak kalau mamamu lagi ngambek sama papa nak” Bagas seolah-olah sedang berbicara dengan anak kami “Papa yang salah nak sudah membuat mamamu terluka,maafkan papa ya nak? Papa gak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.” Kemudian Bagas mencium ujung kepalaku dan berkata “Yank maafin aku,kamu berhak marah dan membenciku,tapi aku mohon jangan buat anak kita ikut bersedih yank,kamu boleh pukul aku sekeras yang kamu mau,tapi jangan siksa dirimu dengan bersedih yank” kata-kata Bagas membuat aku kembali menangis dalam diam, aku tak menjawab sepatah kata pun dari apa yang Bagas ucapkan, “menangislah yank,aku disini untuk menghapus air mata dan lukamu,maafkan aku yank” Bagas kembali menciumku dan mempererat pelukannya.

Terlalu lelah menangis tanpa sadar aku tertidur dalam pelukan lelaki yang aku cintai sekaligus aku benci.

***

Esok paginya saat aku terbangun dengan sedikit terkejut karena ternyata Bagas masih setia memelukku dan aku membalas pelukannya. Aku terdiam dengan posisiku sekarang, aku menatap wajah lelaki yang membuat aku jatuh cinta sekaligus lelaki yang yang menorehkan luka dalam hatiku.

Aku mencoba beranjak dari tempat tidur tetapi pelukan Bagas semakin erat memeluku “mau kemana yank? Disini aja aku masih kangen kamu yank,lanjutin dong memandangi suamimu yang tampan ini” kata-kata Bagas membuat aku reflek memukul dadanya perlahan “apa’an sih? Aku gak mandangi kamu kok” jawab ku sambil berusaha melepaskan pelukan Bagas,kemudian berlalu meninggalkan Bagas saat dapat melepaskan pelukannya,dan menuju kamar mandi untuk mandi dan menyiapkan sarapan untuk kami.

Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Bagas sudah bangun dan duduk bersandar pada headboard, “yank mau kemana?” Tanya Bagas saat melihat aku akan keluar kamar, “ke dapur, bikin sarapan” jawabku, “yank sini dulu bentar aja” kata Bagas kemudian, “ada apa?” Jawabku sambil berjalan mendekati ranjang kami, “sini sini yank duduk sini dulu” kata Bagas sambil menepuk-nepuk ruang kosong sebelah dia, aku duduk di tempat Bagas menepuk-nepuk tadi, “yank boleh minta sesuatu?” Kata Bagas saat aku sudah duduk, “ha? Minta apa?” Jawabku sedikit ketus, “boleh gak kalau pagi ini kita sarapan diluar? Aku tiba-tiba pengen banget bubur ayam yang biasa kamu beli buat sarapan itu low yank!” Jawab Bagas, “tumben banget minta bubur ayam? Biasanya ditawarin juga gak mau” tanyaku pada Bagas, “gak tau yank pengen banget rasanya,mau ya yank?” Kata Bagas sambil menunjukkan wajah yang memelas, “heeemmm iya deh, buruan mandi lah kalau gitu” jawabku menyetujui ajakan Bagas, “yeeeeyyyy asikkk,makasih yank” kata Bagas kegirangan sambil mencium keningku dan berlari menuju kamar mandi.

Selagi menunggu Bagas mandi aku membersihkan tempat tidur kami,kemudian aku berlanjut mengganti pakaianku dan sedikit memoles wajahku menggunakan pelembab dan bedak tipis serta sedikit lipbalm,kemudian aku menyisir rambut panjangku yang sedikit bergelombang dan mengikatnya menjadi satu seperti ekor kuda. Aku bukan wanita cantik,tetapi orang-orang yang mengenalku mengatakan bahwa aku manis,dengan kulitku yang sawo matang dan hidung mancungku banyak orang berpikir bahwa aku adalah keturunan Arab,padahal itu tidak benar karena kedua orang tua ku asli 100% Indonesia. Setelah aku selesai mengikat rambutku,Bagas pun keluar dari kamar mandi dan bergegas berganti pakaian.

“Yuk yank kita berangkat” kata Bagas sambil berjalan ke arahku yang masih setia duduk didepan cermin,

“Iya ayo” jawabku seraya berdiri dan mengambil tas mini yang sudah aku siapkan di atas meja rias, Bagas menggandeng tanganku dan kemudian menuntunku keluar kamar.

Kami berangkat pukul 08.30 menempuh perjalanan sekitar 30menit menuju bubur ayam yang Bagas inginkan tadi. Setelah membeli bubur ayam dan memakannya disana kemudian pukul 09.30 kami menuju toko roti yang lumayan besar di kota kami,Kota Surabaya. Toko roti yang berlambang kincir angin ini membuat aku kalap mata,banyak kue yang ingin aku beli,tetapi aku memutuskan untuk membeli kue blackforest kesukaanku,aku membeli kue dengan ukuran yang besar,hahaha aku sudah membayangkan jika kue itu akan ku makan seorang diri sambil kusendok,aku tak ingin memakannya jika dipotong,keinginanku memang aneh ya hehehe.

Setelah dari toko roti Bagas mengajakku berjalan-jalan ke mall. Dia mengajakku melihat-lihat baju ibu hamil,kemudian dia memilihkan beberapa baju untukku agar ketika perutku besar nanti aku tidak kebingungan memakai pakaian apa. Ya Bagas terlihat sangat bersemangat memilihkan aku pakaian hamil,sudah ada 10 pakaian yang ia belikan untukku. Keluar masuk toko pakaian hamil membuatku lelah,ketika Bagas akan mengajakku maemasuki toko yang lain aku mulai menolak karena aku sudah lelah. Akhirnya Bagas mengajakku untuk kembali ke mobil dan kami beranjak pergi dari mall ini,dan kembali pulang kerumah yang ternyata sudah menjelang sore hari.

***

Hubungan kami berangsur-angsur membaik,aku sudah mulai mengobati luka di hatiku dan Bagas membantuku dengan mencurahkan perhatiannya penuh kepadaku dan bayi yang berada di kandunganku.

Bagas tak lagi pulang larut malam,dia sering mengajakku berjalan-jalan,menghabiskan waktu berdua bersama saling bercerita dan bersenda gurau bersama.

Bersambung…..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!