NovelToon NovelToon

True Love Bad Boy

ABYAN ABRAHAM

"Halo..hari ini kumpul dimana?"

(...)

"Ok..Aku jalan......." Kataku menutup panggilan.

Namaku ABYAN ABRAHAM,inilah keseharianku kumpul bersama teman-teman tidak peduli apapun.Tinggal berpindah - pindah dari rumah teman yang satu ke rumah teman yang lain,dan lebih sering aku menginap di rumah nenekku -orangtua dari ibuku.Tidak punya rumah?tidak punya orangtua?jawabku punya...

Orangtuaku masih lengkap, dan semoga akan tetap begitu hingga aku bisa membahagiakan mereka. Aku anak pertama dari 8 bersaudara, banyak yah? Padahal ibuku termasuk berhasil dalam KB karena jarak setiap saudaraku cukup jauh. Mungkin, karena ibuku menikah di usia yang masih sangat muda. Maklum saja orang jaman dulu seperti itu, dinikahkan di usia muda. Itu sedikit tentang keluargaku.

Aku tidak betah di rumah bukan karena perlakuan kedua orangtuaku, tapi aku merasa kasian kepada mereka yang hidup pas - pasan dengan banyak anak. Jadi, karena itu -aku dan adik pertamaku lebih memilih tinggal berpindah - pindah. Selain untuk bekerja, kami juga menganggap hal itu bisa mengurangi beban orangtua, jika kami berdua tidak di rumah.

Pekerjaanku serabutan -tidak tetap -lebih sering menjadi buruh bangunan. Alhamdulillah hasilnya lumayan, setidaknya bisa memenuhi kebutuhanku sendiri. Serta bisa memberikan sedikit tambahan uang belanja dapur untuk mama, panggilanku pada ibuku.

Hari ini aku lagi santai, sedang tidak ada tawaran pekerjaan, lebih tepatnya menikmati penghasilan yang aku dan teman-temanku dapatkan minggu kemarin setelah kerja keras banting tulang tentunya.

"Halo bro...mana yang lain?" Sapaku pada Roy yang sedang asyik bermain hp di teras rumahnya.

"Tadi katanya sudah on the way....."Sahut Roy sahabat karibku,kami sedang berkumpul di rumahnya.

"Mau makan apa kita? Ikan bakar atau ayam bakar?" Tanya adikku Ansel. Ya, kami memang bagai anak kembar dimana ada aku pasti ada Ansel. Selisih usiaku dengannya hanya dua tahun, itulah jarak paling dekat usia saudara - saudaraku. Dan mungkin, karena itu juga aku sangat dekatnya, karena hampir seumur.

"Tuak(minum keras khas daerahku) ada kan?" Tanyaku pula pada Roy sambil membakar sebatang rokok.

Inilah kebiasaan buruk kami, berkumpul mengadakan pesta minuman yang di larang oleh agama dan hukum negara. Aku memang bukan laki - laki yang baik, pergaulanku bebas dan nak*l, itu salah satu kesalahan yang kubuat.Terpengaruh dengan lingkungan yang berawal dari coba-coba, memberi contoh yang tidak baik pada adikku, Ansel. Hingga dia mengikuti jejakku seperti sekarang.

"Iya,Dion dan Roni yang beli sambil jalan kesini katanya..." Jawab Roy kembali sambil menghisap dalam rokok di tangannya.

"Kalau soal makanan sesuaikan saja dengan uang yang terkumpul nantinya..." Sambungnya lagi. Aku dan Ansel hanya mengangguk menyetujui ucapannya.

Tidak terlalu lama menunggu, teman-temanku mulai berdatangan, dan acara pun kami mulai. Kami sepakat pesta ayam bakar, karena Sahid membawa dua ekor ayam. Katanya ayam ibunya yang dia ambil di kandang. Ya, itulah kawan-kawanku. Mengambil sesuatu yang kadang bukan hak kami -selalu seenaknya.

Tidak ada hal baik dari diriku, si pembuat onar, banyak tingkah dan meresahkan masyarakat. Apa kata orangtuaku? Jelas malu... Mereka hanya bisa diam melihat ulahku dan adikku yang kadang sampai pernah keluar masuk penjara. Aku tau mereka kecewa tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang di kenal keras kepala dan pembangkang. Ansel, adikku jangan ditanya pastinya sama sepertiku. Lingkungan benar-benar membentuk kami menjadi sangat buruk.

Pacar? Jangan meragukan aku, pastinya banyak. Wajahku tidak jelek - jelek amat cukup membuat cewek - cewek antri. Ansel pun sama, itu pula yang kadang membuatku dan teman-temanku berselisih bahkan dengan adikku sendiri. Meskipun aku lebih banyak mengalah bila soal wanita. Aku masih punya hati bila melihat cewek yang mereka sia - siakan meskipun itu hanya wanita panggilan. Iya, wanita panggilan.

Terkadang teman - temanku memanggilnya untuk menyemarakkan acara kumpul - kumpul kami tapi aku lebih sering hanya memandang kasian pada mereka. Kasian loh bukan n*fsu.

Karena setelah di ajak cinta semalam oleh teman-temanku, kadang mereka sudah tidak peduli dan tidak ambil pusing, dengan kehadiran gadis - gadis itu. Malah membiarkannya merengek meminta ongkos pulang atau sekedar minta diantarkan pulang. Hingga, selalu membuatku kadang harus turun tangan mengantarkan mereka, atau sekedar memberinya ongkos pulang. Mungkin karena sifatku yang seperti itu, membuat cewek - cewek lebih nyaman dan ingin dekat denganku.

Malam ini kami semua benar - benar menghabiskan waktu dengan minuman terlarang lagi, tidak terasa sudah hampir pagi. Mataku sudah tidak bisa kutahan, aku tertidur di balai teras rumah Roy, yang lain jangan ditanya semua sudah pada posisi tidak karuan terlelap dengan mimpi masing - masing.

Hari berikutnya pun sama, tapi di rumah teman yang berbeda, tak jarang pula semuanya berkumpul di rumahku. Orangtuaku tidak masalah karena sering kalah debat dengan aku dan Ansel. Mereka lebih sering meninggalkan rumah kala aku sedang berkumpul dengan teman - temanku. Tak jarang pula aku berkumpul di rumah nenekku. Namun, jika di rumah nenek -kami tidak berani macam - macam, hanya sekedar berkumpul biasa saja, menikmati jajanan dengan minuman dingin atau snack biasanya. Nenek lebih tegas, yang membuatku dan Ansel segan pada beliau. Aku sangat hormat padanya. Meski apapun nasehatnya tidak perna aku hiraukan. Setidaknya dengan tidak berulah di rumahnya, beliau masih mengizinkan kami menginap bila sedang tidak ada kerjaan.Ya, aku dan adikku lebih betah menginap di rumah orangtua mamaku itu. Dikarnakan rumahnya cukup luas dengan penghuni yang sedikit, lebih lega daripada rumah orangtuaku.

***

"Assalamualaikum..." Terdengar suara dari balik pintu,yang sempat mengalihkan perhatianku yang awalnya ingin tidur.

Siang ini aku lagi malas - malasan di kamar, di rumah nenek. Aku hanya mendengar tanpa mau menawab atau keluar melihat yang datang.

"Waalaikumsalam.. siapa yah?cari siapa?" Terdengar jawab dari nenek yang melangkah dari arah dapur.

" Saya Melly... Abyan,ada nek...?"Jawab Melly dengan senyum manisnya.

" Sini masuk, duduk dulu. Aby nya mungkin sedang tidur, sebentar nenek lihat dulu." Jelas nenek ramah, Melly menggangguk sungkan.

Mendengar itu, aku buru-buru keluar -rasanya hari ini aku tidak ada janji dengan siapa pun, apalagi dengannya.

"Eh,kamu...Ada apa kesini? Tahu dari mana alamatku?" Aku langsung bertanya bertubi - tubi pada Melly saat berada di hadapannya.

Nenek sudah cemberut melihat ke arahku, aku tau dia kesal, bukan sekali ini ada cewek datang mencariku dan terkadang pula mencari adekku Ansel. Beliau tidak suka dan menganggap kami mepermainankan mereka.

"Tahu dari Riyan, tadi aku mampir di rumahnya sebelum kesini."Jawab Melly masih dengan senyum manisnya.

Aku hanya bisa menarik nafas panjang mendengarnya, berlalu masuk kembali ke kamar untuk mengambil jaket kesayanganku.

"Ayo, pergi...." Ajakku saat kembali lagi di hadapannya.

"Mau kemana? Aku sengaja kesini cuma mau kenalan dengan orang di rumahmu." Sahut Melly sedikit terkejut karen aku menarik tangannya ke luar rumah.

"Lain kali saja..Ayoo...!!! Ada yang mau aku bicarakan, tidak enak bicara disini banyak bocah...." Balasku kembali dan masih menggenggam tangannya sambil melangkah.

Melly hanya menurut setelah meletakan kresek yang ia bawa, entah apa isinya. Biar adik-adik kecilku yang memeriksanya nanti.

"Kemana....?" Tanya kembli saat kami sudah berada di tepi jalan.

"Tunggu angkot dulu..." Balasku singkat, baru tersadar sejak tadi mengenggam erat tangannya. Melly hanya diam mendengar ucapanku, mungkin terlalu hanyut menikmati genggaman tangan kami.

Yah, aku memang tidak punya kendaraan. Jangankan motor, sepeda saja aku tidak punya. Tapi herannya, kenapa semua cewek-cewek itu mau jadi pacarku. Melly bukan siapa-siapa bagiku, aku hanya menganggap dia sebatas teman saja. Namun, sepertinya dia salah mengartikan keramahan dan kebaikanku padanya. Dan yang aku tahu, Ansel sangat tertarik padanya.

Tidak berapa lama menunggu, akhirnya angkot yang kami tunggu sudah nampak, aku melambaikan tangan menghentikannya. Kami naik dalam diam, selang 10 menit kami tiba di pasar -tempat pemberhentian terakhir angkot yang kami gunakan. Setelah turun, aku mencari warung yang bisa kami tempati untuk duduk dan ngobrol dengan nyaman.

Pilihanku jatuh pada warung gado-gado, yang tidak jauh dari tempat kami turun, aku masuk lebih dulu, lalu Melly menyusul mengikutiku dalam diam. Setelah memesan makanan,aku kembali fokus bertanya padanya.

"Ada apa mencariku?" Ucapku memulai obrolan.

Melly hanya menunduk dalam diam, entah apa yang sedang dia pikirkan, mencari jawaban yang tepat atau sedang ada masalah.

"Mel...."panggilku lagi, karena cukup lama menunggu, tapi Melly masih diam dan malah terlihat melamun.

Melly mengangkat kepala menatapku,meski sedikit tersentak dengan panggilanku.

Sambil berucap dengan lirih Melly berkata " Aku suka sama kamu..."

( Bersambung)

KESALAHANPAHAMAN ANSEL

" Mel... " panggilku.

Melly mengangkat kepalanya sambil berucap dengan lirih " Aku suka sama kamu...."

" Kamu paham kan,By maksud aku. Aku sayang sama kamu, lebih dari sekedar teman atau adik ke kakaknya." Jelas Melly dengan napas naik turun menahan luapan rasa yang ia rasakan.

Aku menarik nafas dalam sebelum mejawabnya ucapannya. Bangga?Jelas... Lelaki mana yang tidak merasa tersanjung, tidak memiliki apa - apa tapi bikin cewek-cewek klepek - klepek. Bahkan berani nembak langsung seperti ini, tapi aku tidak egois dengan memanfaatkan mereka, aku tahu tidak bisa memberi harapan pada semua cewek yang mendekatiku. Aku punya saudara perempuan, yang selalu membuatku sedikit menjaga sikapku pada sesamanya. Tak ingin ada yang menyakiti adik - adikku kelak.

" Maaf, Mel.. Maksudnya apa yah? Aku tidak mau membuatmu salah paham dengan sikapku padamu selama ini, karena jujur saja -aku hanya menganggapmu sebagai teman, kamu pahamkan?"Jelasku panjang lebar pada Melly, dengan hati - hati, takut Melly sakit hati.

" Byan, apa tidak bisa lebih? Kita sudah kenal lama? Dan rasa yang aku punya padamu sepertinya cukup jelas untuk kita menjalin hubungan yang lebih serius? Apalagi kita sama - sama masih sendiri." Ucapan Melly serius dan penuh harap padaku.

Aku kembali menarik nafas dalam kembali, aku menatap manik mata indah Melly, dia juga sedang menatapku. Cantik, iya tapi aku tidak bisa memberinya harapan lebih dari teman dan hanya menganggapnya sebagai seorang adik karena Ansel punya rasa padanya.

" Mel, kamu sudah bertemu Ansel? Aku yakin kamu sudah tau bagaimana perasaannya padamu, tanpa Ansel mengatakannya secara langsung." Tanyaku kembali, tidak menggubris ucapannya.

" Belum, Ansel selalu menelpon mengajakku bertemu tapi aku selalu mencari alasan untuk menolaknya." Ucap pelan Melly dwngan wajah sendu.

" Hai, katanya sibuk?" Sapa Ansel tiba - tiba. Iya aku memang sempat mengirim pesan padanya tadi sebelum mengajak Melly pergi.

" Dapat kaosnya?" Aku mengalihkan perhatian Ansel agar tidak melihat wajah terkejut Melly terlalu lama. Ya, Ansel memang sempat mengajakku ingin membeli beberapa baju ,-kebiasaannya setiap memperoleh penghasilan, pasti akan membeli beberapa potong pakaian.Namun aku menolak, karena sangat malas untuk kemana - mana sampai akhirnya Melly datang.

Ansel hanya mengangguk sambil tersenyum dan kembali mengajak Melly berbicara. " Dari mana kok bisa sama Kak Byan?" Tanyanya masih penasaran.

" Tadi ke rumah nenek, aku langsung ajak kesini saja supaya bisa bertemu dengan kamu." Ucapku cepat. Aku takut Melly mengatakan yang sebenarnya kalau dia ingin bertemu denganku bukan bertemu Ansel.

" Yah, sudah aku duluan. Masih ada urusan." Kataku segera lalu berdiri, aku melihat ketidakrelaan Melly karena aku meninggalkannya bersama Ansel.

Aku hanya tersenyum dan segera berlalu, lega sudah mempertemukan mereka, semoga tidak ada masalah. Akhirnya, aku berjalan ke arah pasar. Ya, aku ingat parfumku habis sekalian beli dulu sebelum pulang mumpung sudah berada disini.

Cukup lama ternyata aku memilih wangi parfum yang kuinginkan, tidak terasa 2 jam berlalu begitu cepat -hampir memasuki waktu magrib. Aku bergegas menunggu angkot yang arah menuju ke rumahku. Setiba di rumah aku buru-buru membersihkan diri sebelum larut malam, aku harus ke rumah Riyan. Malam ini kami semua janjian kumpul disana.

Setelah mandi, aku sudah bersiap - siap untuk keluar lagi, aku mencari Ansel, karena sempat berpapasan tadi depan pintu -saat aku hendak masuk ke dalam rumah.

" Ansel mana dek?" Tanyaku pada Davina, adik perempuan pertamaku yang sedang duduk di ruang tengah.

" Kak Ansel sudah pergi, kak. Tadi hanya mengganti baju saja." Sahut Davina tanpa menoleh padaku, dia sedang serius mengerjakan tugas sekolahnya.

Aku hanya tercenung mendengarnya, kuusap kepala adikku dan berlalu. Mungkin Ansel menungguku di rumah nenek. Aku melangkah dengan terburu-buru dan menyuruh Davina menutup pintu. Aku berjalan menyusuri jalan di kegelapan, rumah nenekku tidak begitu jauh dari rumah orangtuaku cukup dengan berjalan kaki. Rumah teman-temanku pun sama, aku hanya berjalan kaki bilang ingin kesana.

Sampai di rumah nenek aku juga tidak menemukan Ansel, aku langsung ke dapur dan mengambil segelas air putih untuk melepaskan dahagaku saat berjalan tadi. Sepertinya tadi aku berlari, tidak mungkin sehaus ini bila aku berjalan santai. Tanpa menegur penghuni rumah, kulanjutkan perjalananku menuju rumah Riyan.

" ABY .... ABYAN ....." Baru beberapa langkah, aku mendengar ada suara yang memanggil. Tampak Beny terburu - buru memarkir motornya lalu berlari ke arahku.

" Ada apa?" Tanyaku heran.

" Kamu dari mana, aku barusan ke rumahmu kata adikmu, kamu ke rumah Riyan. Aku juga kesana tapi kamu tidak ada?" Ucapnya cemas,dengan napas yang memburu.

" Ini Aku baru mau ke rumah Riyan, ada apa kamu mencariku?" Tanyaku heran.

" Ansel rese, sepertinya dia mabuk berat. Sekarang dia ada di rumah Yudi, menantang semua orang yang ada disana dengan par*ng." Jelas Beny panik.

" Astaga.... Ayoo, cepat kesana...!!" Seruku kaget, aku menarik paksa Beny untuk menaiki motornya kembali, agar segera mengantarku ke rumah Yudi.

" SIAPA YANG BERANI!!! MAJU SATU PERSATU KALAU KALIAN JANTAN...!!!!" Suara teriakan Ansel sudah terdengar olehku dari kejauhan.

Aku melihatnya sudah mengacungkan sebilah par*ng. Semua orang terlihat ketakutan, tidak ada yang berani mendekat pada. Tampak Yudi berusaha membujuknya tapi sia - sia.

" ANSEL!!!" Teriakku sambil berjalan ke arahnya.

Ansel menoleh melihatku dan malah tertawa " HAI KAKAKU SAYANG, SENANG KAN MELIHATKU SEPERTI INI. KENAPA KEMARI? MAU PAMER KAMU, KAK?"

" SELAMAT YA KAKAKKU SAYANG." Ucapannya kembali sambil tertawa - tawa.

Aku mendekatinya secara perlahan, lalu mencoba menarik tangannya, mengamankan senjata tajam yang berada di tangannya, untunglah dia mau lepaskannya.

Ansel kembali tertawa dan berkata "Bangga kamu kak, Melly lebih memilihmu daripada aku."

" Malah kalian sudah jadian, iya kan?" Katanya lagi dengan suara pelan,sambil menatap sendu padaku.

Aku kaget dengan ucapannya " Siapa yang bilang?"

Ansel tersenyum sinis " Dion, dia melihat kalian tadi pegangan tangan naik di angkot,lalu makan bersamaan di warung tadi." Katanya ketus padaku.

" Astaga,Ansel!! Dion kamu percaya, seperti kamu baru mengenal dia saja. Itu anak kan memang biang gosip, persis ibu-ibu rumpi."Jelasku gemes.

"Aku tadi mengajak Melly ke warung dekat pasar karena aku tahu kamu sedang disana. Bukannya tadi aku mengirimkan pesan untuk menemui kami?" Kataku kembali panjang lembar.

Ansel hanya tersenyum sinis kembali berdiri dan berbicara tidak jelas -ingin menjauh. Aku segera memanggil Beny untuk membantuku menyeret membawanya pulang.

"Ben, antar kami ya, ke rumah nenek saja. Sepertinya terlalu malam untuk pulang ke rumah." Kataku dan di sambut anggukkan oleh Beny.

"Yud,kami pulang.Terimakasih ya,maaf Ansel sudah merusuh." Kataku pula pada Yudi yang di jawab anggukan olehnya.

Akhirnya aku dan Ansel di bonceng Beny ke rumah nenek. Aku memapah Ansel berjalan masuk ke rumah nenek. Kebetulan om Irwan, yang tinggal bersama nenek belum tidur, membukakan pintu untuk kami. Ansel sudah tidak sadar, waktu kubaringkan di tempat tidur.

*****

Keesokan harinya aku terbangun, Ansel sudah tidak ada di sampingku. Tanpa banyak berpikir aku begegas bangun ingin ke kamar mandi membersihkan diri. Namun, baru berapa langkah aku keluar kamar tiba-tiba sebuah pukul mengenai pipiku dari arah samping,membuat tante dan sepupuku yang melihatnya berteriak histeris. Aku jatuh tapi berusaha bangun mencari siapa pelakunya.

"KENAPA,APA SALAHKU?"Tanyaku pada Ansel,sedikit berteriak karena tidak terima di perlakuan seperti itu. Ansel masih mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Kakak tahu aku suka sama Melly kenapa kakak masih mendekatinya juga?" Ucapnya geram dengan tatapan tajam.

"Tidak,sel. Kamu salah."Sanggahku cepat.

"Aku tidak ada hati sama dia, aku hanya menganggapnya adik saja. Aku tahu kamu suka sama dia, kenapa kamu selalu lebih percaya orang lain daripada aku sih, sel?" Lanjutku frustasi dan juga mulai kesal. Rasa sakit di pipiku tidak dihiraukan, Ansel masih ingin menyerangku untung nenek langsung muncul melerai kami.

"CUKUP..!!!Hanya karena wanita kalian seperti ini. Bikin malu, pertengkaran kalian sampai terdengar di tetangga. Kalau masih mau lanjut, tidak usaha ada yang menginap disini lagi." Ucapnya tegas menatap kami satu persatu.

Syukurlah ucapan nenek bisa menahan emosi Ansel untuk menyerangku lagi. Aku hanya diam dan berlalu ke kamar mandi, meninggalkan Ansel yang masih berdiri mematung dengan tangan yang masih mengepal menatap berang padaku , aku sudah tidak bisa menahan pipis.

Selesai menuntaskan hajat, aku keluar dari kamar mandi dan melihat sekitar mencari keberadaan Ansel untuk menyelesaikan permasalah kami. Tapi ternyata aku sudah tidak menemukan Ansel, kata tante Mirna dia pamit pulang ke rumah. Aku segera menghubungi Davina, adikku yang selalu bisa kuandalan untuk urusan rumah.

"Dek, kak Ansel ada di rumah?" Pesan yang kukirim.

"Iya, kak Ansel sedang tidur kak... Baru saja tiba di rumah. Kakak lagi dimana, kenapa tidak pulang bersama kak Ansel?" Balas Davina disertai pertanyaan.

"Aku di rumah nenek,dek. Ya, sudah kabari kakak kalau kak Ansel keluar rumah lagi." Balasku kembali.

"Siap,bos.." Balas Davina singkat.

Aku menghela nafas dan membaringkan tubuhku kembali di tempat tidur melayangkan pikiran dengan kejadian tadi. Entah apa yang dipikirkan Ansel hingga berani memukulku seperti itu.

Aku lega karena Ansel benar-benar pulang ke rumah. Aku sangat khawatir, kalau dia sampai keluyuran kemana - mana lalu cari gara - gara dengan orang-orang yang bertemu dengannya. Dengan kondisi emosi yang seperti itu, adikku itu kadang sedikit tidak waras.

Aku juga tidak ingin pulang ke rumah bila kondisi Ansel seperti itu, yang ada kami akan ribut lagi. Biarlah untuk beberapa waktu seperti ini, membiarkannya tenang dulu sebelum kembali bertemu denganku.

Happy Reading......

(Bersambung)

KESALAHANPAHAMAN ANSEL 2

** Flasback on **

"Dari mana, Mel? Kok bisa bareng kak Abyan?" Tanya Ansel tersenyum manis menatap Melly, saat Abyan sudah menghilang dari pandangannya.

"Iya, tadi aku ke rumah nenek kalian. Riyan yang memberiku alamat."Jawab Melly sedikit gugup.

Ansel hanya mengangguk mendengarnya "Lalu bagaimana, Apa kamu sudah punya jawaban atas pertanyaanku? Aku harap jawabanmu tidak mengecewakan aku?" Tanya Ansel to the poin dengan senyum manisnya.

Melly diam, seakan mencari jawab yang tepat, dia tak ingin menjadi pokok masalah untuk dua orang kakak beradik itu.

"Maaf,Sel. Aku hanya menganggapmu teman tepatnya seperti saudaraku. Iya,aku sayang padamu tapi hanya sebatas itu. Bukan sayang antara lelaki dan perempuan. Maafkan ya, Sel?" Ucap Melly pelan, dia takut menyinggung Ansel.

"Apa mungkin kamu dan kak Abyan sudah jadian tapi menutupinya dariku?" Tanya Ansel curiga,dan sedikit tersulut emosi dengan jawab Melly.

Ansel memang tidak perna suka dengan kedekatan Melly dan Abyan selama ini. Abyan tahu itu dan selalu menarik diri dari Melly, tapi Ansel tidak perna menyadarinya karena dibutakan oleh rasa cemburunya.

"Tidak,sel.Kami tidak perna jadian." Seru Melly kembali meyakinkan.

"Dan Abyan hanya menganggapku teman saja, dia tidak perna memandangku lebih dari sekedar teman." Sambungnya pelan tapi masih di dengar oleh Ansel.

Melly sebenarnya merasa sedih dengan penolakan Abyan tapi dengan adanya Ansel di depannya dia menyembunyikan rasa sedihnya itu.

"Jadi benar,Mel. Kamu tidak mau menerimaku jadi pacarmu? Aku benar - benar serius sama kamu."Ucap Ansel kembali penuh keyakinan setelah terdiam beberapa lama.

"Maaf,Sel." Hanya itu yang bisa dikatakan Melly. Dia takut salah mengutarakan yang nantinya malah akan menyulut emosi Ansel.

Melly sudah lama mengenal Ansel dan Abyan, keduanya sama-sama mudah emosi. Abyan lebih pada pemendam bisa meledak setelah memakan waktu lama seperti bom, sedangkan Ansel akan terus berulah sampai merasa puas meluahkan emosinya. Abyan pembawaannya pendiam dan kalem, sedangkan Ansel lebih ceria dan banyak bicara.

Cukup lama mereka saling berdiam diri hingga akhir Ansel berucap "Baiklah, kalau itu keputusanmu."

"Biar bagaimanapun aku akan tetap berusaha agar kamu mau jadi pacarku karena aku benar-benar serius padamu,Mel. Akan kubuktikan." Tegas Ansel akhirnya sambil tersenyum, meski Ansel merasa kecewa karena Melly selalu menolaknya.

"Dan, aku harap setelah pembicaraan kita tidak ada yang berubah bila kita bertemu seperti biasa?" Sambung Ansel kembali.

"Iya, terimakasih Ansel atas pengertianmu. Aku sangat senang bila kamu berpikir seperti itu."Ucap Melly tersenyum tulus.

" Tapi aku mohon jangan terlalu memaksakan diri. Sungguh, aku menyayangi kalian berdua. Aku harap, jawabanku ini juga tidak merusak hubunganmu dengan Abyan. Aku sangat takut bila menjadi penyebab pertengkaran kalian. Tolong jangan membuat merasa bersalah, karena itu qkan membuatku menjauh dari kalian." Sambung Melly kembali meyakinkan.

"Baiklah, apa kamu masih ingin disini atau... Ayo,aku temani pulang?" Ajak Ansel akhirnya.

"Tidak usaha,Sel....Lagi pula rumah kita tidak searah,aku juga bisa pulang sendiri.Dan belum terlalu sore untuk pulang sendiri." Sahut Melly berusaha tersenyum manis.

"Aku duluan ya, sebelum benar-benar kemalaman."sambung melly kembali.

Di jawab Ansel dengan anggukan kepala dan berkata "aku temani tunggu angkot ya?"

Melly hanya tersenyum mengiyakan.

Akhirnya, mereka berdua berjalan menuju tempat yang digunakan orang - orang menunggu angkot dalam diam, masih kiku dengan pembicaraan tadi.

"Hai,Sel ngapain disini?"tanya Dion sambil memarkir motornya.

"Barusan temani Melly tunggu angkot." Jawab Ansel sambil menunjuk arah angkot yang sudah tak terlihat.

"Oh,ke rumah Roni yuk, disana lagi ada Yudi, Sahid dan Riyan."Sambung Dion kembali.

"Acara apa, bukannya janjiannya di rumah Riyan?"tanya Ansel lagi.

"Batal." Ucap Dion singkat.

"Kenapa?" Tanya Ansel penasaran.

Dion hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

Ansel masih ingin bertanya, tapi telah di tarik oleh Dion menuju motornya.

"Ayo, jangan banyak tanya."Kata Dion sambil menaiki motornya dan siap melaju.

"Ke rumahku dulu yah?Gerah, mau ganti baju." Kata Ansel sambil mengibaskan tangannya.

"Ok." Jawab Dion singkat.

Tidak berapa lama akhirnya mereka tiba dirumah Roni.

"Hai, Sel...Abyan mana?" Seru Sahid saat melihat Ansel.

"Sepertinya masih di rumah.Coba telpon saja sempat dia sudah di rumah nenek." Ucap Ansel.

"Yud, telpon dulu. Abyan dimana?" Sambung Riyan pula. Yudi hanya mengangguk dan mulai menelpon.

"Tidak diangkat." Seru Yudi setelah berapa lama.

"Coba kirim pesan saja.." Ucap Dion pula,disambut anggukan lagi dari Yudi.

"Bro, lagi dimana. Melunjur ke rumah Roni sekarang. disini sudah ada Ansel, Ajak Beny sekalian. Pesan yang di kirim Yudi ke Abyan.

"Siapa nih yang jadi sponsor?"Tanya Ansel setelah melihat semua makanan dan minuman yang terhidang di depannya.

"Yang punya rumahlah. Lagi menang lotre." Ucap Dion cengar-cengir tidak jelas.

"Lanjut tanpa Abyan nih?" Kata Yudi pula.

"Nikmati aja bro sambil nunggu Abyan. Tidak mungkinkan itu makanan dan minum dilihatin saja." Kata Roni ramah.

Lama menunggu, Abyan benar tak muncul, Ansel makin uring-uringan dan berpikiran macam-macam tentang peristiwa tadi siang, terlihat dari gelagatnya yang gelisah.

"Kenapa bro? sepertinya lagi banyak pikiran,sel. Atau di tolak lagi sama Melly?" Ucap Dion cengengesan, sepertinya sudah mulai mabuk,begitu pun dengan Ansel.

"Sok Tahu,Tau darimana kamu?" Tanya Ansel mulai sinis.

"Tadi, aku liat Abyan dan Melly naik angkot. Entah kemana? Kelihatannya mesra sekali saling pegangan tangan." Kata Dion kembali memanas-manasi Ansel.

Ansel diam dan terus minum tanpa henti, gelas kosong ditambahnya lagi. Pikirannya makin kalut mendengar kata-kata Dion. Sedikit limbung Ansel mulai berdiri dan hendak beranjak pergi.

"Kemana,sel?"Tanya Roni,melihat Ansel sudah melangkah.

"Pulang."ucap Ansel singkat.

Yudi pun ikut berdiri menahan Ansel "Tunggu,Sel. Pulang sama aku ya." Ajaknya. Ansel tidak merespon hanya terus berjalan sempoyongan.

"Yan, ikut yuk...Biar Ansel di tengah takut jatuh." Ucap Yudi pada Riyan sambil berjalan menuju motornya.

Ansel hanya menurut saat di tahan oleh Riyan agar menunggu Yudi men-statar motornya. Motor Yudi melaju mengantar mereka bertiga menuju rumah Abyan tapi saat melewati rumah Yudi.

"YUD,YUDI.....!!!"Terdengar suara teriakan memanggil Yudi.

Riyan yang mendengar jelas menyuruh Yudi berhenti.Akhirnya mereka bertiga singgah di depan rumah Yudi.

"Bantu bapak dulu, itu lagi kerepotan merapikan padi hasil panen tadi."Ucap Anton kakak Yudi.

"Tunggu sebentar, kalian masuk saja dulu di rumah."Ucap Yudi saat turun dari motor. Ansel hanya diam dan menurut pada Riyan yang tidak melepas merangkulannya.

Riyan hanya mendudukkan Ansel di teras rumah Yudi lalu menyusul Yudi untuk membantu. Entah karena kesadarannya pulih atau bagaimana tiba - tiba Ansel berteriak dan mengambil parang yang tergeletak di lantai dekat kakinya.

"SIAPA YANG BERANI....!!!MAJU SINI KALAU MENGAKU JANTAN...!!!" Teriak Ansel.

Riyan dan Yudi terkejut dan berlari ke arah halaman melihat Ansel yang mengayunkan senjata tajam itu kesana kemari.

"Cepat Yud, hubungi Abyan..."Seru Riyan panik.

"Aduh Abyan sedang apa sih sejak tadi susah di hubungi." Keluh Yudi pula setelah menelpon Abyan berulang kali,namun tak ada jawaban.

"Coba telpon Beny deh, suruh dia cari Abyan."Sahut Riyan lagi.

"Halo,Ben.Kamu sama Abyan tidak? Suruh kesini cepat di rumahku. Ansel ngamuk."jelas Yudi saat telpon diangkat Beny.

(......)

"Iya,ini lagi di rumahku.Cepat ya..." Sambung Yudi.

(........)

"Aduh,tidak usah banyak tanya deh. Cepat pokoknya."Sahutnya Yudi lagi dan menutup sambungan telpon.

"Bagaimana? Beny lagi sama Abyan kan?" Tanya Riyan penasaran.

"Tidak, ayo kita coba dekati Ansel. Semoga Ansel mau mendengarkan kita. " Ucap Yudi lagi. Riyan hanya mengangguk meski sedikit takut mendekati Ansel.

***Flasback off***

( Bersambung)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!