Pertemuan dan perpisahan adalah hal yang telah digariskan oleh takdir masing-masing setiap orang.
...----------------...
Happy Reading...
"Saya terima nikah dan kawinnya Alisha Lavanya binti Risman hadid dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata seorang Pria yang telah mengucapkan ijab qabul dengan lancar dihadapan para saksi yang hadir di sana.
"Bagaimana saksi sah?" tanya Pak penghulu kepada orang-orang yang ditunjuk sebagai saksi pernikahan kedua orang tersebut.
"Sah," Kata para saksi.
Ya, saat ini di sebuah kamar perawatan di salah satu rumah sakit ternama di kota itu, sedang diadakan sebuah pernikahan yang sangat sederhana tidak ada riasan, gaun pengantin atau apapun yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan karena pernikahan itu terjadi secara mendadak.
Setelah Pak penghulu membacakan doa-doa untuk kedua pengantin itu Pak penghulu pun mempersilakan kepada pasangan pengantin baru itu untuk memakaikan cincin pernikahan yang sudah di siapkan oleh orang tua si Pria.
Setelah memasangkan cincin si wanita yang bernama Alisha itu tersenyum kepada suaminya dan mencium tangan suaminya.
Pria bernama Nevan yang baru saja sah menjadi suami Alisha itu mencium kening Alisha dengan memasang wajah yang dingin dan datar tidak terlihat sedikit pun binar kebahagiaan di wajah si pria itu.
Alisha kemudian tersenyum kearah ranjang rumah sakit, dimana ayahnya sedang terbaring lemah dengan berbagai alat sebagai penunjang hidupnya, Ayah Alisha yang bernama Risman itu merasa senang karena bisa menyaksikan pernikahan anak perempuan satu-satunya itu.
"Yah, Ayah lihat 'kan Alish sudah menuruti keinginan Ayah menikah dengan pria yang Ayah inginkan," kata Alisha duduk di tepi ranjang tempat Ayah-nya berbaring.
Bibir Alisha membentuk sebuah senyuman tapi air mata tidak berhenti mengalir di pipinya. Ayah Alisha hanya sedikit menganggukkan kepalanya.
"Jadilah istri yang baik nak, jangan membantah perkataan suamimu selama itu berada di jalan yang benar," Kata Ayah Alisha dengan suara yang pelan dan terbata.
"Iya yah, Alish janji Alish akan menjadi istri yang baik," Kata Alisha dengan air mata yang semakin berjatuhan seperti sungai yang mengalir.
"Ayah bisa pergi dengan tenang sekarang," kata Ayah Alisha pelan dan tersenyum tipis.
Ayah Alisha kemudian melihat kearah kedua mertua Alisha, kedua mertua Alisha mendekati Ayah Alisha seolah tahu arti tatapan Ayah Alisha.
"Kamu tenang saja kami akan menganggap Alisha anak kami sendiri," Kata Pak Harry yang tak lain adalah Mertua Alisha dia mengusap punggung tangan Ayah Alisha, sahabat dari kecilnya itu.
"Alis ayah mau mencium kening kamu nak," Kata Ayah Alisha dengan suara yang nyaris berbisik.
Alisha pun menganggukkan kepalanya dan mendekatkan keningnya ke bibir Ayah-nya.
"Ayah mau istirahat ya, Alish jangan nangis sesulit apapun kehidupan yang kamu jalani kelak jangan lupa untuk selalu tersenyum," Bisik ayah Alisha kepada Alisha.
Alisha hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Ayah-nya yang menatapnya sendu.
"Tidur lah yah, Alish akan nungguin Ayah di sini," kata Alisha kepada Ayahnya. Alisha mengira Ayah-nya pamit karena ingin tidur saja bukan untuk pergi selamanya.
Ayah Alisha tersenyum dan memejamkan matanya tak lama kemudian tubuh Ayah Alisha kejang-kejang untuk beberapa saat, dan kemudian berhenti kejang di susul dengan monitor pendeteksi jantung yang berbunyi dan menjadi bergaris lurus.
"Ayah," kata Alisha pelan dia kemudian melihat kearah Dokter yang menangani Ayahnya.
"Biar saya periksa," kata dokter yang menangani Ayah Alisha.
Setelah selesai memeriksa Dokter melihat kearah Alisha dan menggelengkan kepalanya pertanda bahwa Ayah Alisha sudah tidak ada.
"AYAH!" Teriak Alisha dan langsung memeluk tubuh dingin Ayahnya.
"Kenapa harus secepat ini Yah, kenapa tidak memberikan Alish waktu lebih lama lagi untuk bisa bersama Ayah, kenapa Ayah secepat ini menyusul ibu, Alish masih butuh ayah, Alish masih ingin merasakan hangatnya pelukan Ayah!" Jerit Alisha sambil memeluk tubuh Ayahnya dan terisak.
Mamanya Nevan yang baru saja beberapa menit menjadi mertuanya mendekati Alisha dan memeluk tubuh rapuh Alisha.
"Alish kamu harus kuat dan ikhlaskan kepergian Ayah kamu ya, dia pasti sedih dan tidak tenang kalau melihat kamu seperti ini nak," kata Mama Nevan menenangkan Alisha.
Alisha memeluk tubuh Mamanya Nevan dan menangis di pelukan mertuanya itu.
"Tante, sekarang Alish sendirian tidak akan ada yang mengomeli Alish lagi kalau Alish pulang telat, Tidak akan ada yang mengantar dan menunggu Alish di depan pintu dengan senyumannya lagi Tante, sekarang Alish sendiri Tante Alish tidak punya siapa-siapa lagi selain Ayah, Tante." Tangis Alisha semakin pecah di pelukan mertuanya itu membuat semua orang yang ada di ruangan itu ikut terhanyut dalam kesedihan gadis yang baru saja kehilangan satu-satunya orang tuanya.
Begitu pun dengan Mamanya Nevan dia ikut menangis melihat kerapuhan gadis yang selalu tersenyum dan selalu ceria itu.
"Alish dengarkan Mama, saat ini kamu tidak sendiri Nak, ada Papa dan Mama sebagai orang tua kamu sekarang dan apa kamu lupa kalau kamu baru saja menikah dengan Nevan dia suami kamu sekarang, dia yang akan mengomeli kamu nanti saat kamu pulang telat, dia yang akan menjagamu nanti, kamu tidak akan sendiri sayang," kata Mama Nevan mengusap air mata di pipi Alisha.
"Tapi kenapa Ayah pergi secepat ini bukankah dia sudah berjanji akan menemani Alish meskipun Alish sudah menikah, dia bilang dia mau lihat Alish lulus kuliah dan menjadi dokter. tapi, kenapa sekarang dia ninggalin Alish sendirian," kata Alisha terisak.
Disaat semua orang terhanyut dengan kesedihan yang Alisha rasakan, Nevan pria yang baru saja resmi menjadi suami Alisha hanya memasang wajah datarnya menyaksikan pemandangan yang ada di depannya itu.
Terlihat dari wajahnya kalau dia sudah ingin segera pergi dari situasi yang menurutnya sangat membosankan itu. Tapi, dia tidak bisa pergi karena Papa dan Mamanya pasti akan marah kalau dia pergi sekarang.
"Alish dengarkan Mama, Allah lebih sayang sama Ayah kamu makanya dia memanggil Ayah kamu sekarang agar dia tidak pernah merasakan sakit lagi, memangnya Alish tega gitu lihat Ayah Alish terus-menerus sakit seperti itu," kata Mama Nevan.
"Sekarang kamu yang tenang ya kamu ingat 'kan apa kata Ayah kamu tadi kamu jangan bersedih, sekarang sebaiknya kita mengurus jenazah Ayah kamu agar bisa segera di makamkan." Mamanya Nevan masih berusaha menenangkan Alisha.
"Iya Ma." Alisha akhirnya menganggukkan kepalanya kini dia merasa lebih tenang, dia melihat tubuh kaku Ayahnya yang sedang dibawa oleh para perawat laki-laki untuk dibersihkan.
"Nevan coba kamu hibur Alisha, siapa tau kalau kamu yang menghiburnya dia bisa sedikit melupakan kesedihannya," kata papanya Nevan kepada Nevan.
Nevan tidak menghiraukan perkataan Papanya itu, dia hanya diam menyandarkan punggungnya ke dinding dan memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Jangankan menghiburnya melihat wajahnya saja aku malas," Kata Nevan dalam hatinya.
Nevan Gajendra adalah Pria yang baru saja menjadi suami Alisha Lavanya. Dia sama sekali tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia langsung dipaksa menikah dengan wanita yang sama sekali tidak diharapkannya.
'Kita lihat saja nanti aku akan membuat kamu pergi dari kehidupanku dengan suka rela dan orang tuaku tidak bisa memaksa aku lagi nantinya,' kata Nevan dalam hatinya sambil menatap tajam Alisha yang sedang menangisi tubuh kaku Ayah-nya itu.
Ponsel Nevan bergetar pertanda ada yang menelponnya, dia pun menjauh dari ruangan itu untuk mengangkat telponnya terlebih dahulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....
Hai kakak-kakak semuanya yang mampir ke cerita remahan aku ini kalau kalian suka dengan cerita ku ini jangan lupa tinggalkan jejak ya dengan cara Like dan komentarnya agar aku lebih semangat lagi buat lanjutin cerita remahannya ini terima kasih🙏😁🥰
Ucapan Kata selamat tinggal adalah hal yang terkadang tidak di sukai, karena di setiap kata itu mengandung makna yang menyedihkan bagi yang meninggalkan atau yang ditinggalkan..
...----------------...
Happy Reading.......
Langit yang mendung dan angin yang bertiup dengan lumayan kencang seolah menambah kesan suasana haru di sebuah pemakaman umum dimana saat ini sudah banyak orang yang berkumpul untuk mengantarkan tubuh dingin nan kaku itu ketempat peristirahatan terakhirnya.
Alisha saat ini sedang melihat Ayahnya untuk yang terakhir kalinya sebelum tubuh Ayahnya di masukkan ke liang lahat tempat peristirahatan terakhirnya.
Air mata sudah seperti aliran air sungai yang tidak pernah surut di pipi Alisha meski dia berusaha menguatkan hatinya tapi ternyata air mata itu seolah enggan untuk berhenti mengalir.
Kehilangan satu-satunya orang tua yang sudah menghabiskan waktu 20 tahun bersamanya tidaklah mudah Alisha melihat tubuh ayahnya perlahan dimasukkan ke dalam tanah.
Alisha Lavanya tidak menyangka hari ini akan datang begitu cepat padahal dua minggu yang lalu dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 20 tahun bersama Ayah-nya itu.
"Selamat tinggal ayah, selamat beristirahat, Ayah pasti senang 'kan karena akan bertemu dengan ibu, Ayah tenang saja Alis akan hidup dengan baik, Alis akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Nevan, Ayah dan Ibu berbahagialah di sana Alisha sayang kalian," Kata Alisha dalam hatinya. Bibir Alisha tersenyum tapi air mata juga tidak berhenti mengalir di pipinya.
Saat acara penguburan jenazah sudah selesai dan para pelayat sudah mulai pulang Mama Nevan pun mengajak Alisha untuk pulang karena hari sudah mulai sore dan sepertinya akan turun hujan.
"Alis kita pulang sekarang ya, kita 'kan harus segera mengadakan pengajian di rumah untuk mendoakan Ayah kamu," kata Mama Nevan mengusap pundak Alisha.
Alisha masih bergeming di tempatnya dia masih asik mengusap papan yang tertuliskan nama Ayah-nya itu.
Pria yang menjadi cinta pertamanya kini telah berada jauh darinya, Bahkan dia belum sempat membalas setiap kebaikan yang telah di lakukan oleh Ayah-nya itu untuknya.
Tanpa terasa lagi-lagi air matanya mengalir di pipinya sekuat apapun dia berusaha menahan air matanya ternyata tidak bisa air matanya seolah enggan untuk berhenti mengalir.
"Alisha ayo kita pulang nak, kita 'kan harus mengadakan pengajian untuk almarhum Ayahmu biar beliau bisa beristirahat dengan tenang," Bujuk Papa Nevan mengusap punggung Alisha.
Alisha akhirnya mau bangun dan menganggukkan kepalanya dia berdiri tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dan mereka pun berjalan menuju mobil mereka yang ada di parkiran pemakaman umum itu.
"Alis kamu satu mobil sama Nevan saja ya," Kata Mama Nevan yang berusaha membuat Nevan dan Alisha lebih dekat.
"Baiklah Ma," Jawab Alisha singkat dia pun mengikuti langkah Nevan dan masuk ke mobil Nevan.
Selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara baik Nevan maupun Alisha mereka sama-sama sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.
Alisha kembali ingat kenangan antara dirinya dan ayahnya, bagaimana ayahnya menemani setiap waktunya semenjak ibunya meninggal saat di baru berusia 9 tahun Ayah-nya lah yang menjadi sosok ibu sekaligus Ayah selama ini.
Mengingat hal itu Alisha kembali menangis bahkan sampai terdengar oleh Nevan isakkan tangisnya. Nevan yang melihat itu hanya memutar matanya jengah dia menganggap kalau Alisha benar-benar cengeng yang hanya bisa nangis dan nangis saja.
Nevan berpikiran seperti itu karena dia tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan sosok orang tua dalam hidupnya.
Dia belum pernah merasakan betapa sedihnya kehilangan sosok yang paling berharga dalam hidupnya.
Nevan hanya fokus pada setir mobilnya dia sama sekali tidak merasakan sedikit pun perasaan iba di hatinya saat melihat Alisha bersedih seperti itu.
Beberapa saat kemudian mobilnya telah sampai di rumah yang tidak terlalu mewah tapi terlihat nyaman itu adalah rumah orang tua Alisha.
Alisha turun dari mobil di rumah itu sudah ada para pelayan Mamanya Nevan yang sudah mempersiapkan untuk acara pengajian yang akan di adakan beberapa saat lagi.
"Kamu dan Nevan bersih-bersih dulu ya, Mama sama Papa juga mau bersih-bersih di kamar tamu," kata Mama Nevan kepada Alisha.
"Iya ma, Alisha ke kamar duluan ya," Pamit Alisha kepada mertuanya.
"Iya, Nevan kamu juga bersih-bersih ya, Mama sudah bawakan baju ganti untuk kamu dan sudah Mama simpan di kamar Alisha," Kata Mama Nevan kepada Nevan.
"Iya ma, Makasih kalau gitu Nevan ke kamar dulu," Kata Nevan dan langsung pergi menuju kamar yang tadi dimasuki oleh Alisha.
Karena merasa lelah Nevan pun merebahkan tubuhnya di ranjang Alisha dan beberapa saat kemudian dia pun tertidur dengan pulas di sana.
Alisha yang baru keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap melihat Nevan terlelap di ranjangnya dia mendekati Nevan dan memakaikan selimut kepada Nevan dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Nevan.
"Aku tau ini bukan murni keinginan Kita tapi walau bagaimanapun aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untukmu seperti janji ku pada ayahku sebelumnya, aku berharap rasa cinta diantara kita segera datang sehingga kita bisa menjalani kehidupan rumah tangga seperti pasangan pada umumnya," Kata Alisha sambil menatap wajah suaminya yang sedang terlelap itu.
Alisha berpikir mungkin tidak akan sulit baginya untuk bisa mencintai suaminya itu karena suaminya memiliki wajah yang tampan tidak kalah dengan artis-artis korea yang di sukai nya.
Setelah puas menatapi suaminya yang sedang terlelap itu Alisha pun ikut merebahkan tubuhnya di sisi lain ranjang itu dia juga merasa lumayan lelah.
Karena mengingat waktu pengajian masih lumayan lama dia pun memejamkan matanya dan terlelap di samping suaminya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan pintu diluar kamar Alisha hingga membuat Nevan terbangun dari tidurnya.
Nevan bangun dan turun dari ranjang dia kemudian membuka pintu kamar itu dan melihat Mamanya sedang berdiri di depan pintu.
"Apa Ma?" Tanya Nevan.
"Kamu segera siap-siaplah sebentar lagi acara pengajiannya akan di mulai, mana Alis?" Kata Mama Nevan.
"Tuh lagi tidur," Kata Nevan sambil menunjuk kearah ranjang dimana Alisha masih tertidur.
"Bangunkan dia sekalian ya, acaranya akan di mulai," Kata Mama Nevan.
"Iya Ma," Jawab Nevan singkat.
"Cepatlah turun kita tunggu di bawah ya," Kata Mamanya Nevan lagi sebelum pergi.
"Iya Ma, Nevan mau mandi dulu," Kata Nevan setelah itu dia menutup pintu kamar itu dan menuju kamar mandi.
BRAAK, Nevan menutup pintu kamar mandi dengan keras bertujuan untuk membangunkan Alisha yang masih tertidur.
Dan benar saja Alisha terbangun karena mendengar suara pintu tertutup, Alisha duduk dan melihat jam yang ada di nakas.
"Sebentar lagi acara pengajiannya akan di mulai," Kata Alisha setelah itu dia turun dari ranjang dan mengambil kerudung di lemari pakaiannya.
"Aku wudhu dan shalat di kamar Ayah saja kalau gitu, kalau nungguin Mas Nevan takutnya masih lama," Gumam Alisha dia kemudian keluar dari kamarnya dan menuju kamar Ayahnya yang berada tepat di samping kamarnya.
Saat memasuki kamar Ayahnya itu aroma parfum yang biasa Ayahnya pakai menusuk ke indra penciuman Alisha membuat Alisha kembali merindukan Ayahnya itu.
"Baru saja beberapa jam Ayah pergi Alisha sudah sangat merindukan Ayah," Gumam Alisha mengambil figuran foto dia bersama Ayahnya yang ada di nakas samping ranjang Ayahnya.
"Ayah apakah Alis bisa menjalani semuanya sendiri? Apa Alis sanggup berjalan tanpa adanya petunjuk jalan lagi yah," Kata Alisha kembali menangis sambil memeluk figuran foto itu.
Beberapa saat kemudian Alisha teringat niat awalnya ke kamar itu dia kemudian menyimpan kembali foto itu ke tempat semula dan bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat setelah itu dia keluar dan bergabung dengan para tamu yang sudah hadir untuk mendoakan Almarhum Ayah-nya.
Ayahnya adalah sosok yang ramah dan mudah bergaul dengan orang sehingga banyak orang yang hadir untuk ikut mendoakannya.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....
Berpikir positif adalah cara terbaik untuk mengurangi kegundahan hati di saat kesedihan melanda.
...----------------...
Happy Reading.......
Seminggu kemudian.
Setelah selesai acara pengajian untuk mendoakan Ayahnya. Alisha mengikuti keinginan Nevan yaitu tinggal berdua di apartemen Nevan.
Alisha tidak menolak keinginan Nevan itu karena sekarang yang dia punya hanyalah Nevan sebagai suaminya, dia pun ingin berusaha menjadi istri yang baik dengan mengikuti kemanapun Nevan akan membawanya.
"Nevan ingat ya kamu harus memperlakukan Alis dengan baik karena dia adalah istri kamu sekarang," Nasehat Mama Ratih, Mamanya Nevan.
"Iya Ma," Jawab Nevan singkat dia kemudian menyalami Mamanya itu kemudian menyalami Papanya juga.
"Jaga istri kamu dengan baik, dia adalah tanggung jawab kamu sekarang, jangan pernah menyakiti hati istri kamu ingat hanya kita yang dia miliki sekarang," Nasehat Papa Harry kepada anak satu-satunya itu.
"Iya Pa, Nevan pergi dulu ya," Kata Nevan setelah itu dia pergi lebih dulu dan masuk ke dalam mobilnya sambil membawa barang bawaan Alisha.
"Alish kalau ada apa-apa kamu jangan sungkan hubungi Mama atau Papa ya, kalau Nevan berbuat hal yang menyakitimu kamu harus memberitahukannya kepada Mama atau Papa ya," Kata Mama Ratih sambil memeluk Alisha.
"Iya Ma, kalau begitu Alish pamit ya Ma, Pa," Pamit Alisha sambil mencium tangan kedua mertuanya.
Tin,, Tin,, Tin,, Nevan membunyikan klakson mobilnya dengan tidak sabar karena menunggu Alisha.
Alisha bergegas masuk kedalam mobilnya dan memakai sabuk pengaman dia membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangannya kepada mertuanya yang masih melihatnya.
"Maaf lama mas," Kata Alisha kepada Nevan dengan tersenyum manis tapi Nevan hanya menanggapinya dengan wajah yang datar dan mulai menjalankan mobilnya.
"Semoga mereka bisa menjadi suami istri yang bahagia ya dan saling menerima satu sama lain meski pernikahan mereka terpaksa," Kata Mama Ratih.
Sebenarnya Mama Ratih khawatir dengan Alisha dan Nevan, terlebih dengan Nevan mengingat Nevan sangat tidak setuju untuk menikah dengan Alisha sebelumnya.
Mama Ratih sudah meminta Nevan dan Alisha untuk tinggal di rumah mereka untuk beberapa saat sampai mereka bisa saling menerima satu sama lain tapi Nevan menolaknya dan mengatakan ingin mandiri akhirnya mau tidak mau Ratih dan Harry pun menyetujui keinginan anaknya itu.
"Aamiin, sekarang sebaiknya kita pulang," Kata Papa Harry Mama Ratih pun menganggukkan kepalanya dan mengikuti suaminya masuk ke dalam mobil meninggalkan rumah Almarhum besannya itu.
Rumah itu kini di biarkan kosong Alisha tidak akan menjualnya karena rumah itu adalah rumah orang tuanya, rumah yang penuh dengan kenangan dirinya dan orang tuanya.
Mama Ratih dan Papa Harry berjanji kepada Alisha kalau mereka akan menyuruh pelayannya untuk membersihkan rumah itu dua hari sekali.
...************...
Setelah sampai di parkiran apartemennya Nevan turun begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Alisha.
Alisha pun ikut turun dari mobil Nevan dan berbicara kepada Nevan.
"Maaf Mas, barang-barang Alish masih di bagasi," Alisha menahan langkah Nevan yang akan memasuki lobby apartemennya Alisha hanya menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah Nevan.
Nevan kembali membuka kunci mobilnya dan membiarkan Alisha mengeluarkan dua koper berisi barang-barangnya sendirian.
Setelah Alisha selesai mengeluarkan barang-barangnya dia mengunci lagi mobilnya dan pergi begitu saja meninggalkan Alisha yang kesusahan membawa barang-barangnya.
Alisha mengejar langkah Nevan dengan kesusahan karena takut tertinggal karena dia tidak tau dimana letak Unit Apartemennya.
Saat lift telah berhenti Nevan keluar dari lift dengan langkah santai sambil memainkan ponselnya tidak memperdulikan Alisha sama sekali yang sedang kesusahan membawa barang-barangnya.
Saat memasuki Apartemennya yang lumayan luas Nevan baru mengeluarkan suaranya berbicara kepada Alisha.
"Itu kamar kamu dan yang di atas adalah kamar aku, kamu jangan pernah sekalipun menginjakkan kaki kamu di lantai atas karena itu adalah bagian privasi ku," Kata Nevan dingin dia menunjuk sebuah pintu yang katanya adalah kamar Alisha.
"Apa kita tidak tidur satu kamar Mas?" Alisha memberanikan diri untuk bertanya tanpa menatap wajah Nevan dia hanya menunduk.
"Tidak! Aku tidak mungkin tidur satu ruangan dengan orang yang baru aku kenal, kamu juga jangan terlalu berharap dengan pernikahan ini," Setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja menuju kamarnya yang ada di lantai atas.
Meninggalkan Alisha yang masih mematung karena mendengar perkataan Nevan barusan.
Setelah beberapa saat kemudian Alisha pun mulai melangkahkan kakinya dengan lunglai ke sebuah kamar yang di tunjuk oleh Nevan.
"Apa mas Nevan tidak bisa menerima pernikahan ini ya atau mungkin dia hanya butuh waktu untuk semua ini, Iya benar Mas Nevan hanya butuh waktu untuk menerima semua ini aku yakin setelah Mas Nevan menerima pernikahan ini dia pasti akan berusaha mencintaiku dan memperlakukan aku dengan baik nantinya," Kata Alisha berpikir positif bahwa Nevan akan menerimanya dan pernikahan itu suatu saat nanti.
"Yang perlu aku lakukan sekarang hanyalah bersabar dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Nevan," Kata Alisha dengan tersenyum dia menyemangati dirinya sendiri.
Setelah itu dia mulai membereskan barang-barangnya Alisha menatanya sesuai dengan keinginannya.
Setelah semuanya selsai dia melihat jam belum terlalu sore, karena merasa lelah dia pun merebahkan tubuhnya di kasur empuknya hingga akhirnya dia pun terlelap.
Sementara itu di kamar lain yaitu di kamarnya Nevan. Nevan yang baru saja selesai mandi mendengar ponselnya yang berada di kasurnya berbunyi.
Dia tersenyum saat melihat nama si pemanggil yang menelponnya, Nevan segera mengangkat telponnya itu.
"Iya ini aku baru selesai mandi tunggu sebentar lagi," Katanya dengan suara yang lembut.
",,,,,,,,,,,,"
"Iya kalau kamu terus menelpon ku seperti ini aku yakin baru sampai ke sana besok pagi," Candanya.
",,,,,,,,,,,,,"
"Ya sudah aku tutup ya telponnya aku mau pakai baju dulu setelah itu langsung meluncur ke sana," Kata Nevan.
",,,,,,,,,,,,,,"
"Iya oke, sampai ketemu nanti di sana," Kata Nevan lagi setelah itu dia mematikan sambungan telponnya.
Nevan melihat wallpaper di ponselnya kemudian dia menggelengkan kepalanya dan terkekeh, setelah itu memakai pakaiannya sambil bersiul senang.
Setelah memastikan penampilannya sudah rapi Nevan keluar dari kamarnya dan melihat sekeliling apartemennya yang sepi.
"Kemana perempuan itu," Gumam Nevan saat tidak melihat batang hidungnya Alisha di apartemennya.
"Tidur kali," Gumamnya lagi sambil mengangkat bahunya acuh dia kemudian keluar dari apartemennya untuk menemui seseorang yang berbicara dengannya di telpon tadi.
"Mau pergi lagi ya Pak Nevan?" Sapa Security di apartemen itu.
"Iya Pak," Jawab Nevan singkat sambil terus melangkah menuju mobilnya.
Nevan masuk kedalam mobilnya dan mulai menghidupkan mobilnya kemudian pergi dari parkiran Apartemennya.
Sementara itu Alisha membuka matanya dan saat melihat jam ternyata sudah hampir malam dia bergegas bangun dan turun dari tempat tidurnya.
"Karena kelelahan aku sampai tidur lumayan lama ternyata," Gumam Alisha.
Dia masuk ke kamar mandinya dan membersihkan dirinya dengan air yang mengalir dari shower.
Saat sudah selesai mandi dia memakai handuk dan keluar dari kamar mandi kemudian memakai baju tidur setelah itu dia mengeringkan rambutnya yang lumayan panjang dengan handuk.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!