NovelToon NovelToon

KASIH TIADA BATAS

Bab 1 kesialan Nara

Dalam derasnya air hujan, seorang gadis berlari dengan baju yang compang camping tak karuan.

Airmatanya terus mengalir membasahi pipi yang hilang tersapu tetesan hujan. Hatinya terasa tercabik cabik, sepanjang jalan ia terus mengingat apa yang baru saja dialaminya. Beberapa saat yang lalu, saat ia menerima tawaran dari sahabatnya, bekerja disebuah club malam terbesar dan ternama di kota S.

Biaya hidup yang cukup besar tak mencukupi gajinya yang hanya seorang pelayan toko di sebuah mini market. Karena ia harus menanggung kebutuhan kedua adiknya yang masih kecil, setelah kepergian kedua orang tuanya.

Yang hanya mementingkan ego mereka sendiri sendiri. Ayahnya menikah lagi dengan wanita yang masih muda, sedangkan ibunya kembali pada kekasih pertamanya setelah mengetahui perselingkuhan suaminya, mereka meninggalkan tanggung jawab pada putri sulung nya yang harus menghidupi kedua adiknya.

Saat itu Kinara merasa hidup ini tak adil untuknya, namun karena rasa cinta dan sayangnya pada ibu, ia merelakan kepergian ibunya meraih kebahagiaannya sendiri.

Meninggalkan mereka dalam kemiskinan yang tak berujung.

Dan kini ia harus berjuang melawan takdir untuk kesembuhan adiknya yang bungsu. Tanpa mereka sadari, ternyata Kirana gadis cilik berusia 8 tahun ini mengidap penyakit leukimia stadium akhir, dan Kinara tak mau kehilangan untuk kedua kalinya, karena rasa sayangnya, ia rela melakukan apa saja untuk kesembuhan adik tercintanya. Termasuk bekerja di club malam yang tak pernah ia inginkan.

Dan hari ini begitu naas baginya. Sebenarnya ia hanya jadi tenaga bantuan di Club Night. Karena malam ini ada pesta pemilik Club tersebut, yang membutuhkan tenaga kerja bantuan, Kinara yang membutuhkan uang cukup banyak untuk berobat adiknya pun menerima tawaran dari teman kerjanya yang bekerja di mini market bersamanya.

Mulanya ia ragu untuk mengambil pekerjaan itu, namun temannya bisa meyakinkan dirinya akan baik baik saja jika Kinara berbuat sopan juga, karena tugas mereka hanya memberkan minuman pada pelanggan saja, bukan menemani mereka untuk minum dan bersenang senang.

"Gimana, kamu mau kan, ini kesempatan yang bagus Nara, kapan lagi dalam semalam kita dapat uang sebesar 5juta, kamu juga butuh uang banyak bukan untuk pengobatan Rana?"

Bujuk teman Rana yang bernama Risma.

"Tapi Ris, aku takut, ini pertama kalinya aku bekerja di tempat itu, aku takut buat kesalahan."

Tuturnya sambil menata barang dagangan di rak toko.

"Kita hanya bertugas memberikan minuman pada tamu yang datang, itu saja, bukan menemani mereka, ayolah ,, temani aku juga, kan ini juga yang pertama buat aku, meski kekasihku bekerja disana."

Setelah berpikir sesaat akhirnya mereka sepakat dan berangkat bersama ke Club Night.

Setelah bertemu dengan Manager Club dan diijinkan untuk bekerja, mereka pun mengganti pakaian mereka dengan seragam karyawan Club Night.

Kinara sedikit tak nyaman, baju seragam itu terlalu ketat dan menunjukkan tiap lekuk tubuhnya, ya,,,meski tanpa polesan make up, ia memang sudah terlihat cantik, kulitnya yang putih bersih dengan tinggi badan 160cm, rambut hitam lurus tergerai indah, hidungnya yang mancung, mata yang teduh dan bibir yang merah merona menambah pesona cantiknya.

Banyak teman sekolahnya yang jatuh cinta padanya, juga pelanggan toko dimana tempatnya bekerja, namun gadis berusia 18 tahun itu hanya cuek menanggapi mereka. Cinta baginya sudah mati untuk pria, setelah pengkhianatan ayah pada ibunya, karena ia tau dulu mereka saling mencintai dan memilih untuk menikah meski tanpa restu kakek dan neneknya.

"Nara,,, ayo kita sudah ditunggu temen yang lain."

Ucapan Risma membuyarkan lamunan Nara. Ia pun mengangguk dan mengikuti langkah Risma bergabung dengan rekan kerja yang lain dan memulai pekerjaan mereka.

Akhirnya pesta pun berlangsung dengan meriah, semua tamu undangan nampak terhibur dengan pesta ini, berbeda dengan Nara yang seperti berada di dalam neraka. Berulang kali ia beristighfar melihat ulah para tamu dengan wanita penghibur disana, yang tak malu justru terang terangan mengumbar nafsu mereka.

Ingin sekali Nara meninggalkan tempat itu, namun perjanjian kontrak tak boleh keluar Club sebelum acara selesai kalau tidak denda 10jt, membuatnya mengurungkan niatnya.

Acara semakin meriah dan heboh setelah orang yang mereka tunggu tunggu sudah datang, pemilik Club Night yang merupakan pengusaha muda berusia 28 thn, yang sudah menjadi seorang Presdir di perusahaan ternama dan merupakan orang terkaya no 3 di negeri ini, perusahaan yang bergerak disemua sektor, hingga merajai pasaran dalam dan luar negri, yaitu PT ADITAMA GROUP.

Sekilas Nara terpesona oleh kharisma dan ketampanan CEO muda itu, hingga ia tak sadar telah menumpahkan minuman tepat di depan CEO itu saat sedang berjalan melewatinya.

Tatapan tajam membunuh terarah kepadanya.

" Maaf Tuan, maafkan saya, saya tidak sengaja."

Dengan wajah yang pucat pasi dengan bibir yang bergetar menahan takutnya Nara meminta maaf sambil menundukkan wajahnya.

Sejenak CEO itu melihat kearah Nara," cantik alami dan masih lugu," bisik hatinya.

Senyuman penuh kelicikan terbit di bibir CEO itu. Tanpa bicara apa pun ia pun pergi meninggalkan tempat itu menuju ruang VVIP miliknya.

" Matilah aku Ris, gimana kalau orang itu tidak memaafkan aku."

Bisik Nara pada Risma yang juga ikut takut jika Nara kenapa napa.

"Kamu pergi dari sini sekarang, soal 10juta itu nanti aku yang bayar, yang penting kamu selamat Nara."

Bisik Risma yang kemudian membawa Nara ke tempat ganti baju, setelah Nara mengganti bajunya mereka pergi lewat pintu belakang Club.

Namun belum sempat Nara keluar dari Club itu dua orang pria sudah menghadangnya, dan membawanya pada sebuah ruang yang cukup besar dan terlihat disana tempat tidur big size.

Hati Nara mulai menciut saat ia tau kamar siapa itu. Kakinya melangkah mundur, tubuhnya seakan lemas tak bertenaga melihat pria itu menghampirinya.

Dengan kode tangannya dua pria itu pun meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya.

Nara ingin berlari keluar namun tangan itu sudah mencekalnya, menariknya hingga ia masuk dalam dekapan pria ini.

Tubuhnya menggigil ketakutan saat pria ini membelai wajahnya.

" Tuan, saya mohon, lepaskan saya, saya akan melakukan apa saja asal anda melepaskan saya, tolong maafkan saya."

Airmata sudah mengalir dari pelupuk matanya.

" Kau sendiri yang bilang akan melakukan apa saja asal aku melepasmu, baiklah sekarang aku melepasmu, pergilah, dan kau punya hutang janji padaku."

Tutur CEO itu sambil melepas Nara dari pelukannya.

Tanpa berpikir panjang Nara segera berlari menuju pintu dan membukanya. Namun sayang pintu itu tak mau terbuka. Dia semakin ketakutan setelah sadar dibelakangnya sudah berdiri CEO itu dan dengan cepat ia mengangkat tubuh Nara dan membantingnya diatas tempat tidur yang empuk itu lalu menindihnya.

" *Tuan jangan,,, saya mohon,, jangan,,, akh,,,,"

bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹*

Bab 2 hilangnya kesucian

"Argh,,"

Teriak Nara saat CEO itu merobek baju usangnya. Hingga baju itu robek bagian atas dan bawahnya, menunjukkan kulit putih Nara yang mengundang hasrat sapa saja untuk menikmatinya.

"Tuan,,, saya mohon,,, lepaskan saya,,,hikss,,, hikkss,,,"

air mata Nara terus membanjiri pipinya, tubuhnya menggigil ketakutan berada dibawah kungkungan pria yang tak dikenalnya juga tak diharapkannya.

" Tenanglah Nara,,, aku juga tidak suka memaksakan kehendakku pada wanita, apalagi gadis macam kamu."

Tutur CEO itu sambil memainkan rambut Nara yang semakin takut dan meremas sprei.

CEO itu hanya tersenyum tipis melihat wajah Nara yang sudah pucat pasi dengan airmata yang tak berhenti mengalir dari pelupuk matanya.

" Sebenarnya aku tak tega dengan gadis ini, tapi mungkin inilah jawaban Tuhan untuk doaku."

Bisik hati CEO itu dengan menatap lekat ke arah Nara.

" Hapus air matamu, aku tak suka melihatnya, kalau kau terus menangis aku tak segan segan untuk memakanmu sekarang juga."

Mendengar ucapan pria itu segera Nara menghapus airmatanya dan berhenti menangis.

" Gadis baik,,, jadilah penurut seperti ini,,, sungguh manis,,,"

Tuturnya yang masih berada di atas tubuh Nara.

"Kinara,,, aku tau kamu sekarang sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi adikmu bukan, aku bisa membantumu dengan syarat kau harus memuaskan aku malam ini."

Bisik CEO itu tepat ditelinga Nara, hingga hembusan nafasnya pun terasa hangat ditelinga Nara.

Mendengar ucapan pria di depannya Nara segera teringat kalau hari ini adalah hari terakhir pelunasan administrasi operasi adiknya, jika tidak Rana tak dapat dioperasi dan pasti tau konsekwensinya apa.

Sekilas di mata Nara terbayang penderitaan Rana yang berjuang melawan penyakitnya. Ia tak sanggup melihat adiknya tersiksa karena sakitnya.

" Apa benar Tuan akan membantu saya melunasi semua biaya operasi Rana?"

Dengan ragu ragu dan bibir yang bergetar Nara menatap lekat ke arah CEO itu.

Segera CEO itu menelpon seseorang lalu menunjukkan bukti transfer sejumlah uang ke Rumah Sakit dimana Rana kini dirawat.

Nara hanya terpaku melihat bukti transfer itu, jumlahnya melebihi apa yang seharusnya dibayarkan.

"Itu biaya untuk merawat adikmu sampai benar benar sembuh, sekarang kamu tak perlu memikirkannya lagi."

CEO itu memegang pipi Nara dengan tatapan tak dapat diartikan.

"Kewajibanku sudah kupenuhi, sekarang tinggal kewajibanmu untuk membayarnya."

Pria itupun bangun dari posisinya, turun dari tempat tidur melangkah ke meja kerjanya.

Mengambil berkas berkas lalu menyerahkan pada Nara.

" Baca dan tanda tangani jika kamu setuju."

Ia pun mengambil pena lalu diberikan pada Nara.

Dengan gemetaran Nara mengambil berkas dan pena itu, sejenak ia memandang berkas berkas itu lalu membacanya. Matanya membulat sempurna saat mengetahui isi berkas itu,," pernikahan kontrak,,?"

Ucapnya lirih namun bisa terdengar oleh pria di depannya sekarang. Setelah itu ia membaca lembar kedua, matanya pun tak bisa lepas dari berkas itu, mulutnya menganga membacanya, namun tertutup oleh telapak tangannya.

Ya,, karena isi perjanjian itu adalah pernikahan hanya untuk 1 tahun, dan Nara harus memberi keturunan pada pihak 1, jika dalam setahun itu dia tidak bisa memberi keturunan, maka pernikahan berakhir dan Nara harus meninggalkan CEO itu tanpa pembagian harta.

Namun jika Nara berhasil memberi keturunan tuk CEO itu, maka ia akan mendapat uang sebesar 2milyar, dengan catatan memberikan hak asuh sepenuhnya pada CEO itu dan menghilang dari kehidupan mereka.

Untuk sesaat Nara hanya bisa termenung, otaknya berpikir keras antara setuju atau tidak.

Namun disela sela kebingungannya ia terkejut karena pria itu sudah memegang jarinya dan mengarahkannya pada berkas itu lalu membuat coretan disana.

" Aku tidak menerima penolakan,"

Bisiknya di telinga Nara, lalu mengambil berkas dan pena itu, membawanya ke ruang kerjanya, saat itu Nara seakan tersadar, ia pun bergegas turun dari ranjang, menuju ke arah balkon, ia berusaha turun namun sepasang tangan sudah menariknya hingga jatuh di pelukan orang itu.

" Sudah kubilang aku tak menerima penolakan, kamu sudah jadi milikku sejak ku transfer uang biaya berobat adikmu, jangan macam macam sama aku, kalau tidak ingin melihat kedua adikmu tak bernyawa lagi."

Tutur CEO itu sambil melempar tubuh Nara yang berada dalam gendonganya ke tempat tidur.

Mendengar kedua adiknya akan dibunuh, membuat Nara pasrah dengan apa yang dilakukan pria itu padanya.

Ia hanya bisa menangis saat tubuhnya menjadi bahan mainan pria itu.

" Akhh,,,, sakit,,,"

Ucapnya tertahan dengan derai airmata saat pria itu memasukinya, merobek selaput daranya hingga darah keperawanan pun keluar, Nara hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan mencengkram sprei menahan sakit yang tak terkira.

Entah untuk berapa lama CEO itu bermain main dengan tubuh Nara hingga akhirnya mereka mencapai klimaksnya bersama.

Dan CEO itu menanamkan benihnya di rahim Nara.

bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

bab 3 operasi Rana

Sementara itu di Rumah Sakit Medika, dalam ruang operasi, seorang anak berusia 8 tahun sedang berjuang melawan penyakitnya. Sudah hampir dua jam operasi berlangsung, namun belum ada tanda tanda selesai juga.

Di kursi tunggu depan ruang operasi itu sudah menunggu seorang anak perempuan berusia 14 tahun, namanya Kanaya.

Ia nampak cemas karena Kakaknya belum juga datang meski hari menjelang pagi.

Operasi ini terkesan mendadak, karena pengaruh dari CEO itu, maka jadwal operasi yang akan dilakukan besok, akhirnya malam ini pun dilaksanakan.

Dokter dan perawat yang lain tidak mau ambil resiko dengan kemarahan CEO Raffi.

Mereka melakukan pekerjaan dengan semaksimal mungkin, untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu, jika tidak ingin di depak dari Rumah Sakit ini.

Ya,,, karena Rumah Sakit ini adalah milik dari CEO Raffi, yang terkenal dingin dalam menghadapi rekan dan lawan bisnisnya. Hingga banyak yang takut dengan sepak terjangnya.

Kanaya pun mondar mandir di depan ruang tunggu operasi. Ia nampak bingung, di satu pihak dia cemas dengan kondisi adiknya yang berjuang melawan maut di dalam sana, dan di satu sisi yang lain dia cemas karena Kakaknya belum juga terlihat batang hidungnya.

Apa lagi tadi ponselnya mati saat Naya menghubunginya.

Iya,,, Kanaya adalah adik dari Kinara yang pertama. Dialah yang menjaga Kirana selama Kinara pergi bekerja.

Akhirnya penantian Naya berakhir sudah, Dokter yang menangani operasi adiknya pun keluar. Segera Naya berlari kecil menghampiri Dokter tersebut.

" Gimana dengan operasi adik saya, Dok?"

Naya menatap penuh tanya kearah Dokter tersebut.

"Selamat Naya,,,operasi Nara berjalan dengan baik, kamu boleh menemaninya di dalam dengan baju khusus tentunya yang tersedia di dalam."

Ucap Dokter tersebut sambil tersenyum, menepuk pelan bahu Naya.

Sebenarnya mereka sudah saling kenal dan dekat, karena Dokter itu yang menangani penyakit Rana selama ini, jadi mereka sering bertemu.

"Terima kasih Dok,,, moga Tuhan yang akan membalas semua kebaikan Dokter juga yang lain."

Ucap Naya sambil tersenyum bahagia mendengar operasi adiknya berhasil.

Tanpa menunggu lama ia pun segera masuk ke dalam ruang ICU dimana Rana berada, setelah memakai baju steril, ia pun duduk di sebelah brankar adiknya.

Dokter itu hanya tersenyum melihat tingkah Naya.

"Andai usiamu lebih dewasa seperti Kakakmu, aku pasti jadikanmu kekasihku, Naya."

Bisik Dokter itu dalam hatinya.

Iya,,,ia sudah jatuh hati pada Naya saat pertama kali bertemu, postur tubuh Nara yang tingginya hampir sama dengan Nara juga wajahnya yang terlihat dewasa menyamarkan usianya yang baru 14tahun. Namun kecantikannya tak kalah dari Kakaknya, mereka bagai pinang dibelah dua.

Namun Naya lebih pandai bergaul dari pada Nara yang cenderung pendiam. Naya sangat lincah dan supel, itulah yang membuat Dokter Rendra jatuh hati padanya, karena senyum Naya, candaannya,gurauannya yang ceria mampu mencairkan hati beku seorang Dokter Rendra yang terkenal cukup dingin di kalangannya.

Di dalam ruang ICU, Nara yang duduk disebelah brangkar Rana, hanya bisa menjatuhkan air matanya, melihat kondisi adiknya saat ini.

Begitu banyak selang yang terpasang, membuatnya tak mampu untuk menahan tangisnya. Buliran bening itupun jatuh membasahi pipinya yang cubby.

"Adik,,, kamu harus kuat demi kami, nanti kalau kamu sembuh, aku akan mengabulkan apa pun permintaanmu, aku akan membantu Kakak bekerja, biar kita punya banyak uang dan bisa membeli apa pun yang kamu mau, kau harus kuat lawan semua ini demi kami, kita akan selamanya bersama berjanjilah sayang,, jangan pernah tinggalkan kami,,,"

Dengan derai air mata Naya menggenggam tangan Nara.

Karena lelah dan kantuk yang menyerangnya, akhirnya Naya tertidur dengan posisi kepalanya berada di brankar adiknya, tangannya tetap menggenggam tangan Rana.

Sementara itu, Nara hanya bisa menahan sakit di bawahnya, dengan tertatih tatih dia turun dari tempat tidur, dengan balutan selimut dia berjalan ke kamar mandi, setelah melihat Raffi tertidur, untuk sekejab Nara terpesona akan ketampanan pria yang telah mengambil kesuciannya, namun segera ditepisnya perasaan itu mengingat apa yang telah dilakukan Raffi padanya.

Segera ia membersihkan dirinya, lalu memakai kembali bajunya yang telah sobek tadi. Dengan derai airmata, ia pun berjalan keluar kamar setelah memasukkan kartu akses kamar yang diberikan oleh Raffi sebelum dia tidur tadi.

Suasana sudah sunyi dan lengang saat Nara keluar dari Club itu, hanya ada beberapa bodyguard saja yang berjaga jaga disana.

Melihat Nara keluar dari Club, salah satu dari mereka segera mengambil mobil dan berhenti di depan Nara.

" Nona, silahkan,,, saya akan mengantar anda pulang."

Ucap pria itu sambil mengangguk hormat, membukakan pintu mobil untuk Nara.

"Tidak perlu Pak, biar saya pulang sendiri,,, terima kasih,,"

Nara hendak meninggalkan tempat itu, namun bunyi ponsel pria ini menghentikan langkahnya.

Karena pria itu memberikan ponselnya pada Nara, dengan ragu ragu Nara mendengarkan suara diseberang sana saat ia menatap pria itu yang sudah menganggukkan kepalanya pertanda Nara harus menerima sambungan tersebut.

"Masuk dalam mobil, biarkan Pak Mamad mengantarmu, ingat aku tak menerima penolakan!"

Belum sempat Nara menjawab, ponsel itu sudah mati.

Nara hanya bisa mendesah pelan, lalu mengembalikan ponsel itu pada yang punya.

" Silahkan Non,," tutur pria yang diketahui Nara bernama Mamad itu.

Nara pun masuk ke dalam mobil, diikuti Pak Mamad yang kemudian melajukan mobil memecah kesunyian malam menuju rumah kontrakan Nara.

"Oh Tuhan,,, maafkan dosaku,,,ampunilah hamba mu ini,,, telah melanggar laranganmu mesti itu bukan mauku,,,"

Bisik hati Nara yang terus menangis dalam diam sepanjang perjalanan.

bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!