NovelToon NovelToon

Lihat Aku, Mela!

Bab 1 : Mimpi buruk

Namaku Mela, aku baru saja lulus SMA. Aku tinggal bersama keluarga angkatku yang mengadopsiku sejak SD dari panti asuhan. Ya, aku adalah anak yatim piatu yang sejak bayi tinggal di panti asuhan. Namun hidupku mulai berubah ketika keluarga Brahmana mengadopsiku. Aku yang saat itu berkulit bersih, mempunyai gingsul serta mempunyai lesung pipi membuat mereka dengan yakin mengadopsiku.

Pak Adi dan Ibu Ami mengadopsiku saat mereka sudah berumur, ia hanya mempunyai satu anak laki-laki yang kini berumur 40 tahun dan menduda sejak lama. Namanya Kak Darsen, ia sudah mempunyai anak berumur 5 tahun yang begitu imut. Dia jarang sekali mengobrol denganku, ya... sifatnya sangat dingin dan tidak mudah di tebak.

Kami semua memang tinggal satu rumah karena bapak dan ibu angkatku sudah sepuh membuat Kak Darsen harus satu rumah dengan mereka.

Sudah 10 tahun lebih aku tinggal di rumah mereka dan hanya hitungan jari saja ia berbicara dengan Darsen karena orang itu benar-benar susah diajak berbicara. Namun, tepat dihari kelulusanku ia melempar sebuah baju haram atau disebut lingerie sebagai hadiah kelulusan. Aku sangat bingung, namun dengan tatapan dingin ia membisikan sesuatu padaku.

"Aku sudah memberi makan dan menyekolahkanmu hingga lulus. Jadi aku minta kau membayarku malam ini. Kau harus pakai baju seksi ini dan ke kamarku nanti pukul 10 malam!" ucap Darsen.

"T--ttapi kak, aku 'kan adikmu."

"Adik? Cih... Aku ini anak tunggal. Jika kau tidak mau maka angkat kakilah dari tempat ini!"

Aku langsung menuju ke kamarnya dan membawa satu set baju haram dan langsung melemparnya. Aku menangis tatkala harus melakukan hal yang tidak pantas bersama orang yang sudah ku anggap kakak sendiri.

Aku harus bagaimana? Kenapa Kak Darsen melakukan itu? Jika ingin memuaskan nafsunya kan bisa saja mencari wanita lain. Kenapa harus aku?

Aku terus-terusan menangis tak jelas, ia ingin melapor pada kedua orang tua angkatnya namun karena mereka sudah sepuh dan memiliki riwayat penyakit jantung membuatku enggan untuk melaporkan anak bejatnya

Jam demi jam silih berganti sampai tepat jam 10 malam waktunya tiba. Aku mencoba membaringkan tubuhku di ranjang namun ponselku terus berbunyi yang ternyata dari Kak Darsen. Aku menutup kupingku rapat-rapat dan aku mulai ketakutan.

Ceklek...

"Kau masih bangun kenapa tidak mengangkat telponku?" tanya Darsen.

Aku berdiri lalu memohon padanya untuk tidak melakukan itu kepadaku yang baru saja lulus sekolah. Aku ingin hidup nyaman tanpa ada rasa takut jika aku sudah tidak perawan karena kakak angkatku sendiri.

Bagaimana jika calon suamiku bertanya kenapa aku sudah tidak perawan?

Kak Darsen menatapku dengan santai, ia mendekatiku lalu menekan keningku sangat kuat sehingga menimbulkan rasa nyeri.

"Kau tidak sadar jika selama ini aku banting tulang untuk memberi makan dan menyekolahkanmu? Sekarang di umurmu yang 18 tahun ini sudah saatnya untuk mengganti kerugianku selama ini."

"Kakak bisa menyuruhku bekerja dan melunasi seluruh biaya hidupku selama tinggal disini tapi jangan juga dengan kehormatanku, kak!"

Kak Darsen semakin mendekatiku, ia menarik wajahku dengan kasar lalu ******* bibirku. Aku tidak bisa bergerak karena kedua tangan Kak Darsen mencengkeramku. Kami berciuman sangat beringas, maksudku dia menciumku sangat beringas. Badanku yang mulai lemas hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan dari duda tampan 40 tahun ini.

"Kak Darsen, ku mohon! Aku akan bekerja keras untuk mengganti kerugian kakak. Tapi jangan dengan ini!" pinta Mela menangis setelah mereka berciuman.

"Aku tak butuh uangmu. Jika kau memang ingin bermain kasar apa boleh buat. Itu yang kau mau."

POV AUTHOR

Darsen melepas kaosnya, baru kali ini Mela melihat kakaknya bertelanjang dada. Mela mundur perlahan namun ia malah terjatuh ke lantai. Dia berusaha melempar semua barang ke arah kakaknya itu namun Darsen dengan mudah menepisnya.

Dia menarik paksa tangan Mela lalu mendorongnya ke ranjang. Dia berteriak keras tapi ia lupa jika tembok kamarnya sudah diberi peredam suara oleh Darsen sekitarbeberapa hari yang lalu. Mungkin memang ini sudah direncanakan oleh kakaknya.

"Kakak bejat! Aku benci... Kembalikan aku ke panti asuhan!!!!" teriak Mela.

Darsen mulai menindih Mela, Mela terus memukul bahu kakaknya namun pukulannya tak terasa bagi Darsen yang mempunyai bobot 20 KG lebih berat darinya.

"Aku mencintaimu," bisik Darsen.

"Cinta? Dasar tidak waras!!!!"

Darsen merobek baju Mela, Mela menutupi bagian dadanya. Dia terus memberontak sampai tenggorokannya serak. Tenggorokkannya benar-benar sakit membuat Darsen menutup mulut Mela dengan mulutnya melalui ciuman panas.

Mela hanya bisa menahan nafas, ia sudah lelah untuk berteriak bahkan memangis. Apakah ia akan berakhir seperti ini? Lebih baik dia bunuh diri saja dari pada menyerahkan harga dirinya kepada pria sialan itu.

Setelah lama berciuman, Darsen memandang wajah Mela yang sudah acak-acakan. Darsen menghela nafas panjang.

"Kak Darsen pedofil," ucap Mela.

"Pedofil? Kau sudah dewasa mana bisa aku disebut pedofil. Bahkan kau memakai bra dengan ukuran yang paling besar," jawab Darsen.

"Ampun kak, Lepaskan aku! Aku takut calon suamiku kecewa."

"Aku calon suamimu. Aku akan menikahimu besok. Aku akan bilang pada orang tuaku."

Mela menggeleng membuat Darsen semakin tertarik, ia menciumi leher Mela dengan penuh sensual.

"Kak Darsen, ku mohon! Aku..."

"Kau memang menyebalkan, ya?" ucap Darsen dengan nada marah.

"Ingat Velino, kak! Dia anak kakak yang kini menunggu papanya untuk kembali ke kamar," ucap Mela.

Darsen tidak memperdulikan ucapan Mela, ia melorotkan celana yang dipakai Mela lalu melemparnya ke lantai. Mela semakin histeris, ia berusaha memberontak lagi sekuat tenaga.

"Aku tidak akan menyakitimu jika kau menuruti perkataanku," ucap Darsen.

"Nikahi aku dulu! Nikahi aku dulu sebelum menggauliku... setidaknya aku bukan wanita yang kotor sebelum menikah," jawab Mela sambil menangis terisak.

Darsen terdiam, ia bangun dari atas tubuh Mela yang ditindihnya. Ucapan Mela membuatnya sangat senang. Dia mengelus kepala Mela.

"Kau mau menikah denganku?"

Mela mengangguk dengan terpaksa, ini lebih baik dari pada diperawani oleh yang bukan suaminya.

"Aku mencintaimu, Mela. Besok kita bilang ke orang tua kita. Mereka pasti setuju," ucap Darsen sambil memeluk Mela.

Mela hanya bisa pasrah dengan situasi ini. Dia ingin setelah lulus bisa bekerja tapi apakah dengan menikahi kakak angkatnya ia masih bisa merasakan bekerja dan bermain dengan teman-temannya? Dia harus mencari cara supaya bisa kabur dari tempat ini dan terhindar dari pernikahannya. Baginya, Darsen hanya kakak angkatnya dan mereka tak boleh melakukan hal itu bahkan sampai menikah. Apa kata orang lain jika mereka menikah? Mela akan merasa malu sekali.

***

Bab 2 : Hanya Mimpi

Pagi hari, aku melihat Kak Darsen sangat marah kepada orang tua kami. Saat aku menghampiri bapak dan ibu, Kak Darsen langsung merangkulku.

"Aku akan menikahi Mela walau tanpa restu kalian."

"Apa yang kau lakukan, Darsen? Dia itu adikmu walau hanya adik angkat," ucap Bapak.

Darsen menarik tangan Mela dan Velino, ia membawanya pergi. Ibu dan bapak mengejarnya namun mereka sudah pergi naik mobil yang dikendarai Darsen sangat kencang.

Aku yang di paksa ikut dengannya hanya bisa menangis.

"Kak kita mau kemana?" tanyaku.

Kak Darsen hanya diam dan fokus memperhatikan jalanan yang ramai lancar. Sampai kita berada di sebuah tempat yang nampak asing bagiku. Sebuah rumah sederhana dengan dinding cat kuning, kita terhenti di depannya.

Kak Darsen turun sambil menggendong anaknya. Dia mengetuk pintu lalu dibuka oleh wanita yang seperti seumurannya.

Didalam mobil aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan namun Kak Darsen kembali ke mobil tanpa anaknya.

"Velino mana, kak?"

Dia hanya diam, ia melajukan mobilnua lagi menyusuri jalanan yang ramai ini. Kami hanya saling terdiam dan tidak bertanya satu sama lain. Jam demi jam berlalu, rasa lapar tiba-tiba menyerang. Aku meminta Kak Darsen untuk mencari tempat makan namun ia hanya bungkam.

Aku hanya bisa meminum air putih yang berada di depannku sampai benar-benar habis. Sungguh Kak Darsen sangat kejam.

***

Aku terbangun dengan keadaan sangat lapar, kurasa air putih yang ku minum mengandung obat tidur. Jika tidak, mengapa aku bisa tertidur sampai malam?

Gelap, benar-benar gelap. Aku di dalam mobil sendirian, diluar seperti hutan yang mencekam. Aku berteriak memanggil nama kakak ku, aku sangat ketakutan.

"Kak Darsen....."

Aku mencoba keluar dari mobil, aku menyalakan lampu senter yang ada ponselku. Aku mencoba mencari keberadaan Kak Darsen dan bertanya kenapa dia membawaku ke tempat ini. Namun tiba-tiba seseorang menarikku dari belakang, aku sangat terkejut.

"Maaf membuatmu takut, ayo masuk ke rumah kita."

Rumah kita? Batinku

Kak Darsen mengajakku berjalan ke sebuah rumah kecil di tengah hutan. Apa yang ia akan lakukan? Aku takut, sangat takut. Aku dibawa masuk ke rumah yang kecil itu. Apa mau Kak Darsen?

"Kita akan tinggal disini. Kau milikku," ucap Kak Darsen.

Dia menarik wajahku lalu mencium bibirku dengan beringas. Aku memberontak dan berteriak kencang. Namun apa daya, disini tengah-tengah hutan dan tidak ada seorangpun kecuali kami.

Aku meminta ampun kepadanya namun ia tidak menghiraukanku.

Aku di dorong kearah tembok lalu ia mengunci tubuh dan ia raba. Aku menolak namun Kak Darsen malah melepas paksa pakaianku. Aku menangis, ingin rasanya aku pukuli kakak bejatku itu. Aku mencoba menendang kakinya.

DUAAAAK...

Kak Darsen menatap tajam kearahku namun ia tersenyum menyeringai. Dia mendorongku pada kursi kayu dan ia memaksa melepas celanaku, aku berteriak kencang namun tak mungkin ada yang menolongku di tengah hutan ini.

"Akkh..." aku berteriak kesakitan tatkala sesuatu yang keras masuk.

Aku meringis kesakitan, perih... rasanya perih...

Aku menangis kencang namun ia malah menutupi raunganku dengan ciumannya. Kak Darsen menciumku dengan beringas bahkan membuat bibir bawahku robek sedikit. Aku tahu dia sudah lama berpuasa tapi kenapa dia malah melampiaskan semuanya padaku? Apa salahku? Di umurku yang ke 18 ini aku harus di perawani oleh kakak angkatku. Aku sudah kotor dan aku berjanji pada diriku tidak akan menikah dengan pria manapun.

Tangannya mencengkeram kedua lenganku sehingga aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Air mataku terus berjatuhan dan ia tak mempedulikannya.

"Kak, sudah," ucap ku lirih sambil menahan hentakan dari Kak Darsen yang beringas.

Gila, dasar gila! Bisa-bisanya si bejat ini bilang begitu padaku? Aku tidak mau, aku berusaha menutup mulutku dan memejamkan mata supaya permainan ini cepat berakhir. Namun aku mulai merasakan jika milikku sangat basah. Aku harus menahan gejolak nafsu ini, aku tidak mau membalas nafsu pada kakak bejatku.

Aku berdoa semoga permainan ini cepat berakhir namun aku merasakan rasa hangat di dalam milikku dan ketika aku membuka mata, Kak Darsen sudah lemas di sampingku. Aku segera bangun dan memegang area sensitifku, aku menangis seketika. Pasti aku akan hamil.

"Besok aku akan menikahimu, Mela. Kakak sudah membuatkan adik untuk Velino."

"Aku gak mau!!!! Aku lebih baik mati dari pada menikah dengan si bejat sepertimu."

"Kau akan mengandung anakku, kau tidak bisa menghindar."

"TIDAAAAAAAAAK ....."

POV AUTHOR

Melalui berteriak keras lalu terbangun di ranjang empuknya. Matanya melihat jika dirinya masih di dalam kamar. Dia terasa ngos-ngosan dan bahkan sangat kelelahan. Saat melirik sebuah kalender yang bertuliskan wisuda, ia sadar jika siang ini adalah wisuda kelulusannya.

Huh ... ternyata hanya mimpi tapi mimpi ini rasanya sangat nyata.

"Mel ... bangun! Katanya mau ke salon dulu? Ibu sudah sewakan kebaya buat wisuda nanti," teriak ibu angkat Mela.

"Iya, bu. Aku mau mandi dulu," jawab Mela yang langsung bergegas ke kamar mandi.

Mela mandi menggunakan air dingin, saat akan menyiram ia malah teringat akan mimpi buruknya. Bagaimana bisa ia bermimpi di perkosa kakaknya sendiri? Mela menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuang pikiran negatifnya. Dia melanjutkan mandi dengan tenang tanpa berpikiran macam-macam.

Setelah selesai mandi, ia langsung bergegas menuju meja makan. Mela saat itu rambutnya masih basah dan ia keringkan menggunakan handuk. Sang kakak yaitu Darsen yang menganggap Mela tidak sopan langsung memarahinya.

"Tidak bisakah kau mengeringkan rambut sebelum duduk di depan banyak makanan? Kau sudah tinggal cukup lama di rumah ini tapi belum tahu sopan santun dan tata krama," ucap Darsen.

Darsen memang tak menyukai adik angkatnya itu. Duda berumur 40 tahun itu seolah menaruh kebencian dengan Mela yang baru lulus SMA. Bagi Mela, Darsen sudah mengajaknya mengobrol saja membuatnya sudah senang.

"Maaf, Kak. Aku akan mengeringkan rambutku dulu," ucap Mela.

"Tidak perlu! Duduk dan cepat makan!" jawab Darsen.

Bapak dan ibu hanya menghela nafas, putra satu-satunya itu memang bersikap keras. Darsen sendiri adalah putra semata wayangnya dan karena sang ibu di vonis memiliki kanker rahim membuat beliau tidak bisa hamil lagi dan memilih mengadopsi Mela sebagai putri angkat mereka. Namun, Darsen seolah tak menyukai Mela dan selalu ketus padanya.

"Darsen, nanti jam 11 ada wisuda adikmu. Kau dan Velino harus datang!" ucap bapak.

"Tidak bisa, aku ada pertemuan dengan para artisku dan ini sangat penting ketimbang mendatangi wisuda," jawab Darsen.

Darsen adalah orang yang mendirikan agensi Ars, agensi itu mendebutkan artis-artis berbakat.

Bab 3 : Hadiah wisuda

Mela mendengar ucapan kakak angkatnya hanya bisa tersenyum kecil. Tidak mungkin jika

Darsen si pria dingin nan angkuh itu datang ke wisudanya. Alih-alih untuk datang, Darsen mungkin lebih suka pergi memancing ikan di laut dengan menikmati

ketenangan yang ada atau Darsen lebih suka berburu burung dengan senapan di hutan.

“Darsen, kau tidak boleh seperti itu! Kau harus datang ke wisuda adikmu, adikmu sangat

membanggakan, dia juara kelas dan mendapat beasiswa,” ucap ibu.

“Hanya juara kelas? Aku bahkan bisa juara nasional tapi kalian biasa saja?” jawab Darsen.

Mela berusaha untuk tersenyum walau dalam hatinya sangat sakit, jika kakaknya sekali

berucap maka hati akan teriris-iris karena saking perihnya mendengar perkataan Darsen.

“Iya, Bu. Kata kak Darsen memang benar, wisuda ini hanya wisuda SMA saja jadi tidak

terlalu penting dan kakak juga punya pekerjaan yang lebih penting kok,” ucap Mela membuat suasana menjadi agak tenang.

Darsen beranjak dari kursi dan ia menggandeng putranya untuk segera berangkat. Namun Velino

ingin datang bersama kakek dan neneknya untuk menghadiri wisuda Mela. Darsen memandang wajah Velino yang memelas dan pada akhirnya Darsen harus meninggalkan

putranya untuk berangkat bekerja bersama kedua orang tuanya.

“Papa harus menyusul, ya? Nanti Tante Mela bakal tampil cantik kata nenek,” ucap Velino

dengan suara cadelnya.

Mela menunduk sedangkan Darsen menatapnya sekilas lalu membuang muka, ia segera

berangkat ke kantor agensinya menggunakan sopir pribadinya. Di dalam mobil, sang sopir yang bernama Pras terus melirik kaca spion atas memperhatikan wajah

sang bos yang sangat lesu.

“Ada apa, bos? Karena Mela lagi?” tanya Pras.

Darsen tak menghiraukan ucapan Pras namun pria itu tahu kegundahan hati sang bos. Darsen mulai tumbuh benih-benih suka pada adik angkatnya itu sejak Mela mulai tumbuh

menjadi gadis dewasa. Darsen berusaha bersikap ketus pada Mela supaya Mela menjaga jarak dengannya.

“Bos, kalau boleh aku kasih saran lebih baik bicarakan dengan bapak dan ibu bos saja.

Bilang jika bos menyukai Mela.”

Tatapan Darsen mendadak tajam, Pras langsung mengalihkan pandangan dan terfokus ke jalanan daripada harus kena marah dengan Darsen. Darsen membuka ponselnya yang memakai wallpaper foto Mela dan Velino. Semua orang tidak berani menyentuh ponselnya kecuali Velino yang sering bermain game dan juga yang mengganti

wallpaper dengan foto tersebut. Darsen segera menggantinya dengan fotonya dan dengan Velino. Dia tidak ingin orang lain salah paham atas wallpapernya itu.

“Bos, aku sudah membeli hadiah wisuda untuk Mela atas suruhan bos,” ucap Pras.

Darsen menaikkan alisnya. “Mana?”

“Itu di samping bos.”

Darsen melihat sebuah kotak kado berada di sampingnya, ia membukanya dan tersenyum

kecil. Itu hadiah wisuda untuk Mela darinya. Kado yang akan ia berikan untuk nanti malam.

Saat di kantor.

Darsen memandang aktrisnya yang terjebak dalam skandal besar. Darsen yang sebagai pemilik dari Ars Agency harus menanggung semua kerugian bahkan iklan-iklan dari wanita

bernama Laura itu sudah di hapus bahkan berhenti paksa dari iklan. Laura yang kini memakai rok minim dengan sengaja memamerkan auratnya supaya sang bos memaafkan kesalahannya dan tidak menuntut kerugian.

“Pergi!” ucap Darsen dengan nada datar.

Laura bersujud di bawah kaki Darsen untuk meminta pengampunan dan supaya tidak di berhentikan dari agensi. Di rasa tidak berhasil saat bersujud, kini Laura malah bergelayut pada leher Darsen dan mencoba menciumnya namun Darsen malah memalingkan wajah. Laura mencoba sekali lagi tapi Darsen malah mendorongnya dan ia membenarkan jasnya yang berantakan karena wanita ular itu.

“Apakah susah sekali untuk menuruti kontrak kerja? Jika memang susah maka silahkan

angkat kaki dari sini!” ucap Darsen.

Laura terus merengek namun saat bersamaan Pras datang untuk menyeretnya keluar. Kontrak sudah berakhir dan Darsen sudah tidak peduli dengan para artis yang membuat

onar di agensinya. Darsen kembali melanjutkan pekerjaannya, ia harus melihat

tawaran iklan dan audisi mencari artis baru. Harusnya Darsen yang harus menjadi artis karena dia sangat tampan, pandai bernyanyi bahkan akting tapi mengapa ia justru membangun agensi dan memilih membuat orang menjadi artis terkenal? Semua ini ia lakukan atas dasar mendiang istrinya. Istrinya dulu adalah artis terkenal dan bercita-cita membangun agensi sendiri untuk orang-orang yang  mempunyai mimpi menjadi terkenal.

Berselang menit kemudian, Dico datang membawa dua gelas kopi. Dico adalah sepupu dari

Darsen dan selalu membuat Darsen sangat kesal.

“Darsen, hari ini wisudanya Mela ‘kan?” tanya Dico sambil menyodorkan kopi.

Darsen tak menghiraukan.

“Tadi aku melihat foto yang di unggah Mela, dia sangat cantik dengan riasan serta kebaya

nya. Adikmu sudah menjadi gadis dewasa,” ucap Dico.

Darsen masih diam tak bergeming.

“Bagaimana jika aku melamarnya? Wah ... pasti putriku sangat senang mempunyai ibu tiri yang imut dan manis,” ucap Dico.

BRAAAK...

Darsen menggebrak meja dan seketika membuat kopi yang akan di seruput oleh Dico

mendadak tumpah. Tatapan Darsen menjadi tajam seolah tidak suka.

“Jika kau berbicara lagi saat aku sedang bekerja maka aku tidak akan segan mencabut promosi film terbaru mu,” ucap Darsen.

Dico mendengus kesal, ia langsung pergi dari ruangan Darsen sebelum pria kaku itu

benar-benar mewujudkan ucapannya. Setelah Dico keluar, Darsen segera membuka

laptop untuk melihat foto yang di unggah Mela. Mela baru pertama kali mendapat riasan salon. Dia sangat cantik serta senyumnya begitu memikat hati bagi siapa

yang melihatnya. Debaran sangat terasa, Darsen segera menyimpan diam-diam foto

tersebut.

Tidak munafik jika aku memang

menyukai Mela. Kenapa aku bersikap sembrono sekali? Aku menyukai adik angkatku

sendiri.

“Pras ... Pras ...” Darsen memanggil sopir sekaligus asistennya itu.

“Ada apa, Pak bos?”

“Tolong nanti malam carikan hotel serta wanita untuk menemaniku tidur!”

Permintaan dari Darsen membuat Pras cukup terkejut. Darsen pertama kalinya meminta hal tersebut.

“Bos ada masalah apa?” tanya Pras.

“Kau sudah tahu masalah ku apa masih saja bertanya? Mela membuatku sangat tersiksa, aku

mencintainya namun kami tak mungkin bersama. Aku ingin melampiaskan ke orang

lain saja supaya aku bisa melupakan Mela. Tolong carikan wanita dan pastikan masih perawan! Aku akan menikahi dia dan aku akan menjadikannya istriku supaya bisa melupakan Mela,” jelas Darsen yang nampak matanya memerah.

Pras sangat tahu kesedihan sang bos. Cintanya harus terhalang status kakak adik apalagi

umur mereka terpaut sangat jauh.

Disisi lain.

Mela sangat cantik dengan kebaya brokat warna coklat muda, rambutnya di sanggul dengan hiasan bunga-bunga kecil di atasnya. Acara wisuda sudah di mulai sejak 3 jam

yang lalu dan kini detik-detik acara itu akan selesai. Bapak, ibu dan keponakannya duduk di sebelahnya menikmati acara band sekolah yang sedari tadi

menghibur kami. Tiba-tiba, Mela terasa ingin kencing. Dia memutuskan untuk ke kamar mandi dan saat berjalan di lorong matanya melihat pria tampan serta tinggi ada di depannya. Mela terhenti dan pria itu menyodorkan sesuatu padanya.

“Ini hadiah untukmu,” ucap Darsen.

Setelah hadiah itu di terima oleh Mela, Darsen langsung melewatinya dan berjalan ke

arah aula tempat wisuda itu di selenggarakan. Karena sudah terlanjut kebelet pipis, Mela segera masuk ke kamar mandi.

2 menit kemudian,

Mela melihat sebuah kotak kado, ia malah teringat dengan mimpi buruk itu. Di dalam mimpinya,

Mela mendapat sebuah baju haram nan seksi sebagai hadiah di hari kelulusannya.

Mela yang sudah sangat penasaran langsung membukanya, matanya seketika

terbelalak.

“Kak Darsen benar-benar memberiku ini?” gumam Mela seolah tak percaya.

:::::::

Note author : Hayo apa ya yg diberikan Darsen pada Mela?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!