Audrey yang mengenakan celemek memasak, masih sibuk di dapur apartemen milik Kyle. Berkutat dengan banyak bahan makanan untuk membuat hidangan makan malam istimewa, karena hari ini memanglah hari istimewa untuk Audrey dan Kyle.
Hari ini tepat satu tahun usia pernikahan Kyle dan Audrey.
Ponsel Audrey berdering nyaring dengan nada panggilan khusus yang sengaja Audrey pasang, agar ia tahu kapan saat Kyle menghubunginya.
"Halo, Sayang!" Sambut Audrey riang.
"Halo, Sayang! Aku merindukanmu. Kau sudah di apartemen?"
"Ya! Semua masakannya hampir siap, dan aku hanya tinggal menatanya di atas meja. Kapan kau pulang?" Cerita Audrey sangat antusias.
"Aku sudah di jalan dan sedang menunggu lampu merah. Entah mengapa hari ini jalanan sedikit macet."
"Jangan buru-buru, oke! Aku akan menunggumu di apartement!" Pesan Audrey seraya memeriksa kuenya di dalam oven yang ternyata sudah matang.
Segera Audrey mengangkatnya masih sambil berbicara pada Kyle di telepon.
"Aku baru saja dari toko mengambil hadiah untukmu."
"Hmmm! Kau memberiku apa kali ini? Bukan lingerie lagi seperti saat ulang tahunku kemarin, kan?" Tebak Audrey sedikit terkekeh. Mengingat hadiah lingerie dari Kyle yang benar-benar membuat Audrey merasa malu untuk memakainya.
"Yang sekarang lebih istimewa! Kau akan menyukainya, Sayang!"
"Ah, sial!" Terdengar umpatan dari Kyle dari seberang telepon.
"Ada apa, Kyle?"
"Hadiahmu terjatuh. Aku ambil sebentar."
"Aku sungguh tak sabar melihat hadiahmu untukku kali ini," ucap Audrey yang kini ganti memeriksa satu persatu masakannya yang sudah siap.
Hanya tinggal menyusunnya di atas meja.
"Sembilan, delapan, tujuh, aku sedang menghitung mundur lampu merah sialan ini."
"Sebaiknya kau tutup sekarang teleponnya, Sayang!" Ucap Audrey masih dengan senyum merekahnya.
"Aku mencintaimu, Sayang! Aku akan segera pulang, dan-"
"Braaak!!"
Tuuut! tuut!
Telepon dari Kyle terputus begitu saja, bersamaan dengan mangkuk kaca yang mendadak terlepas dari pegangan Audrey.
"Kyle! Halo, Sayang!" Audrey mencoba menghubungi nomor Kyle sekali lagi, namun tidak dapat tersambung.
Audrey menatap bingung pada sekelilingnya.
Tadi Audrey mendengar suara benturan yang keras, sebelum telepon dari Kyle terputus.
Tidak mungkin!
Tidak mungkin!
Kyle!
****
Audrey berjalan tergesa melintasi halaman parkir rumah sakit dan segera menuju ke ruang UGD dimana para korban kecelakan beruntun hari ini ditangani.
Audrey baru menerima kabar tentang kecelakaan yang menimpa Kyle, setelah istri Kyle tersebut melihat berita di televisi. Mobil Kyle yang ringsek di bagian belakang, serta kaca depannya yang hancur benar-benar membuat hati Audrey mencelos.
Ada sebuah truk kontainer yang hilang kendali dan mengalami rem blong, menabrak beberapa mobil, termasuk mobil Kyle yang sedang berhenti di lampu merah. Cukup banyak mobil yang terlibat dalam kecelakaan tersebut. Dan sialnya, mobil Kyle yang pertama diterjang oleh truk hilang kendali tersebut.
Audrey baru saja akan masuk ke ruang UGD saat sebuah brankar di dorong keluar dari ruangan tersebut. Kyle yang bagian kepalanya terluka cukup parah, terbaring tak sadarkan diri di atas brankar yang di dorong tersebut.
"Kyle!" Audrey segera berlari mengikuti brankar tersebut dengan airmata yang sudah bercucuran di kedua pipinya.
Hati Audrey rasanya sudah tak karuan sekarang, melihat luka parah yang di alami oeh Kyle. Hingga akhirnya, brankar Kyle dibawa masuk ke sebuah ruangan dan pintunya segera ditutup rapat. Audrey tak boleh masuk ke ruangan tersebut.
Tubuh Audrey jatuh meluruh ke atas lantai dan tangisnya pecah sekarang.
Audrey takut!
Audrey takut hal buruk terjadi pada Kyle.
"Audrey!"
Itu suara Mom Bi yang datang bersama Dad Nick.
Audrey segera menghambur ke pelukan mama mertuanya tersebut dan menangis tersedu-sedu.
"Kyle ada di dalam, Mom!" Terbata-bata Audrey menyampaikan pada Mom Bi tentang keberadaan Kyle.
"Luka Kyle parah. Dan Kyle tak sadarkan diri," Audrey menceritakan kondisi Kyle msih sambil menangis tersedu-sedu.
"Audrey takut, Mom!"
"Kyle akan selamat dan baik-baik saja, Audrey!" Ujar Dad Nick berusaha menenangkan Audrey dan ganti memeluk menantunya tersebut karena kini Mom Bi juga sudah bersimbah airmata, mendengar tentang kabar Kyle dari Audrey.
Dad Nick juga sama cemasnya dengan Audrey dan Mom Bi.
Tapi ia tetap harus tenang sekarang.
Pria paruh baya tersebut membimbing Audrey dan Mom Bi untuk duduk di deretan kursi yang tak jauh dari ruangan tempat Kyle ditangani.
Dan di detik selanjutnya, waktu terasa berjalan dengan sangat lambat. Audrey dan Mom Bi sudah tenang dan berhenti menangis. Meskipun raut cemas di wajah keduanya belum juga hilang.
Dad Nick hanya mondar-mandir di depan ruangan menunggu seseorang kekuar dari ruangan tersebut dan menberitahu tentang kondisi Kyle.
Audrey memutar-mutar cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya sambil tak berhenti merapalkan doa untuk Kyle.
"Audrey Zivia Abraham, apa kau bersedia menikah denganku?" Kyle sedang berlutut di bawah guyuran hujan lebat dan menyodorkan sebuah kotak beludru warna biru yang terdapat cincin berlian di dalamnya.
Audrey yang berdiri di depan Kyle hanya berdiri mematung, menutup mulut dengan satu tangannya dan merasa kalau ini hanyalah mimpi.
Tapi ini bukan mimpi!
Kyle memang sedang melamar Audrey sekarang.
Melamar dengan suasana yang berbeda dan romantis tentu saja.
"Tolong berikan jawabanmu dengan cepat, sebelum kita berdua masuk angin disini, Audrey!" Ucap Kyle selanjutnya yang sontak membuat Audrey jadi tertawa.
"Ya! Aku mau, Kyle! Aku mau menikah denganmu," jawab Audrey lirih nyaris suara. Namun itu sudah cukup membuat seorang Kyle Aditya Arthur bersorak senang.
Pria dua puluh tujuh tahun itu, langsung menyematkan cincin ke jari manis Audrey, dan bangkit berdiri lalu memeluk serta menggendong Audrey demi meluapkan kebahagiaannya.
"Aku mencintaimu, Audrey! Aku mencintaimu!"
Ceklek!
Suara pintu ruang tindakan yang dibuka dari dalam menyentak lamunan Audrey. Wanita itu mengusap kasar airmata di pelupuk matanya dan segera bangkit berdiri menghampiri seorang dokter yang keluar dari ruangan tempat Kyle berada.
Mom Bi dan Dad Nick juga sudah menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana kondisi Kyle, Dokter?" Tanya Dad Nick tak sabar.
"Kyle mengalami cedera parah di kepalanya karena tidak mengenakan sabuk pengaman dengan benar, dan saat terjadi kecelakaan, kepala Kyle membentur kaca depan mobil hingga pecah."
"Apa?" Dad Nick dan Mom Bi raut wajahnya terlihat semakin cemas. Kedua orangtua Kyle tersebut tangannya saling menggenggam dan saling menguatkan.
"Ah, sial!"
"Ada apa, Kyle?"
"Hadiahmu terjatuh. Aku akan mengambilnya sebentar."
Kalimat terakhir Kyle sebelum kecelakaan mendadak menari-nari di kepala Audrey.
Mungkinkah Kyle melepas sabuk pengamannya karena ingin mengambil hadiah untuk Audrey yang terjatuh di lantai mobil?
"Kyle saat ini mengalami koma," ucap dokter lagi memberitahukan keadaan Kyle.
Tangis Mom Bi langsung pecah, dan dunia Audrey terasa berputar. Kaki Audrey seakan kehilangan pijakannya, dan Audrey tak ingat apa-apa lagi setelahnya.
.
.
.
Yang tulisannya dicetak miring berarti flashback atau kejadian di masa lampau sebelum kecelakaan Kyle.
Semoga paham😌
Spin Off dari cerita ini:
🧡 My Angel Valeria (Valeria & Argadiba)
🧡 Bukan Perebut Suami Orang (Will dan Teresa)
Terima kasih yang masih setia mengikuti cerita-cerita receh othor.
Jangan lupa like bab-nya biar othor tambah semangat UP.
Terima kasih.
Audrey membuka matanya saat mendapati Mama Hanni yang sedang berada di sampingnya.
Dimana Kyle?
"Kau sudah bangun, Audrey?" Tanya mama Hanni lembut.
Dan sesaat setelahnya, Audrey bisa melihat Papa Hans, Mom Bi dan Dad Nick, serta Sean yang berada di ruangan yang sama.
Dan di ranjang pearwatan ada Kyle dengan banyak alat medis yang terhubung ke tubuhnya.
Kyle koma.
Audrey akhirnya bisa mengingatnya.
Audrey segera bangkit dari kursinya, sedikit dibantu oleh Mama Hanni. Wanita itu menghampiri Kyle yang kini terbaring tak berdaya. Audrey meraih tangan Kyle dan menggenggamnya erat. Meletakkan tangan yang lunglai itu ke wajahnya dan mengecupjya berulang kali.
"Bangunlah, Kyle!" Ucap Audrey yang kembali menangis.
"Kyle sudah melalui masa kritisnya, Audrey! Jadi kita sama-sama berdoa saja, agar Kyle bisa bangun secepatnya," ujar mama Hanni yang sedari tadi terus berada di samping Audrey dan merangkul pundak putrinya tersebut.
Jemari Audrey terulur dan mengusap lekukan wajah Kyle yang terdapat beberapa luka.
"Bangunlah, Sayang! Cepatlah bangun!"
"Ups! Maaf!" Ucap Audrey karena ia tak sengaja menabrak seorang pria yang mengenakan setelan tuxedo warna hitam. Sama seperti yang dikenakan mayoritas tamu pria malam ini di resepsi pernikahan Valeria dan Arga.
"Ini sudah yang keempat kalinya kita bertabrakan, Nona Audrey."
Suara itu!
Suara dari mempelai pria yang batal menjadi suami Valeria.
Kyle Aditya Arthur!
"Mungkin yang kelima nanti akan berhadiah payung cantik," sahut Audrey sedikit berkelakar.
"Resepsi pernikahan yang sempurna!" Puji Kyle pada Audrey selaku pemilik Wedding Organizer yang mengatur pesta malam ini.
"Kau dan Valeria yang merencanakannya, dan aku hanya mewujudkan sesuai konsep yang kalian ajukan."
"Tapi kenapa bukan kau yang menjadi mempelai prianya?" Lanjut Audrey yang kembali terkekeh.
"Semua hanya tentang jodoh. Aku rasa Valeria bukan jodohku, dan aku hanya bertugas menjaganya selama enam tahun terakhir." Jawab Kyle sok diplomatis.
"Wow! Enam tahun dan kandas begitu saja. Sayang sekali!" Gumam Audrey merasa prihatin.
"Bukan kandas! Aku hanya tak mau menyakiti dua gadis bernama Valeria itu. Valeria sudah menemukan jalan hidupnya bersama Arga dan Vaia. Jadi aku tak mau menjadi penghalang kebahagiaan mereka," tutur Kyle yang langsung membuat Audrey berdecak kagum.
"Hatimu mulia sekali, Kyle! Kau pria yang baik!" Audrey menepuk bahu Kyle.
"Kau pasti akan mendapatkan gadis yang baik juga suatu hari nanti," sambung Audrey lagi mengulas senyum pada Kyle.
Senyuman yang manis dan hangat.
"Akan ku anggap ucapanmu itu sebagai doa yang baik," Kyle mengangguk-angguk pada Audrey, sebelum pria itu lanjut menatap dalam ke arah wajah Audrey yang cantik.
Jika dilihat sedekat ini dan diperhatikan dengan seksama, Audrey ternyata memang cantik.
"Masih banyak yang harus aku urus. Jadi, aku pergi dulu. Bye!" Pamit Audrey pada Kyle.
"Bye, Nona Audrey!" Kyle meraih tangan Audrey dan mengecupnya.
Terang saja hal itu membuat Audrey benar-benar kaget. Namun Kyle hanya tersenyum pada Audrey dan memasang raut wajah tanpa dosa.
"Aku duluan!" Pamit Audrey yang mendadak menjadi canggung.
Gadis itu segera berlalu dari hadapan Kyle dan kembali bergabung bersama tim Wedding Organizer-nya. Memantau jalannya pesta malam ini dan memastikan tak ada masalah.
****
Sudah hampir satu pekan sejak kecelakaan yang menimpa Kyle, dan suami Audrey itu masih belum bangun dari koma-nya. Keluarga Abraham dan keluarga Arthur bergantian datang ke rumah sakit, untuk menemani Audrey yang memang tak pernah mau beranjak dari sisi Kyle sejak sepekan yang lalu.
Ayah Satria dan Bunda Naya juga beberapa kali datang untuk menjenguk Kyle bersama dengan Emily yang merupakan adik perempuan kesayangan Kyle. Semuanya sayang pada Kyle. Tapi kenapa Kyle tak kunjung bangun?
"Pagi!" Sebuah sapaan terdengar dari arah pontu ruang perawatan, bersamaan dengan pintu yang dibuka dari luar.
Sean datang sendiri pagi ini dan sudah mengenakan kemeja serta dasi. Sepertinya adik ipar Audrey itu hendak pergi ke kantor.
"Pagi, Sean! Kau datang sendiri?" Balas Audrey yang segera menyambut Sean dan mengambil alih tas kain yang dibawa oleh Sean.
Biasanya setiap pagi, Mom Bi memang mengirimkan makanan untuk Audrey.
Ya, meskipun selera makan Audrey sudah menguap pergi beberapa hari ini, namun Audrey tetap harus makan agar ia tidak sakit dan tetap bisa menjaga Kyle.
"Mom dan Dad mungkin datang sedikit siang, Kak. Karena sedang ada urusan," lapor Sean pada sang Kakak ipar.
Audrey hanya mengangguk paham.
"Bagaimana kondisi Abang?" Tanya Sean selanjutnya yang kini sudah mendekat ke arah tempat tidur Kyle.
"Masih belum ada perkembangan," jawab Audrey lesu.
Audrey membuka rantang susun yang tadi dibawa oleh Sean dan memeriksa isinya.
"Kau sedang buru-buru, Sean?" Tanya Audrey yang kini ganti mengambil baju ganti dari dalam koper kecil miliknya di sudut ruangan.
"Tidak!"
"Kakak bisa membersihkan diri dulu. Biar Sean yang menjaga Abang Kyle," jawab Sean yang masih duduk di samping ranjang perawatan Kyle.
"Baiklah! Aku tidak akan lama," ucap Audrey sebelum waniga itu menghilang ke dalam kamar mandi yang masih menyatu dengan kamar perawatan kelas president suite yang kini ditempati Kyle.
Sean masih mengutak-atik ponselnya, saat tiba-tiba pria itu merasakan tangan Kyle yang bergerak sedikit.
Buru-buru Sean menyimpan ponselnya dan memperhatikan dengan lebih seksama. Jemari Kyle memang bergerak-gerak sekarang, meskipun madih terlihat lemah.
"Bang!" Sean meletakkan jarinya di telapak tangan Sean dan langsung digenggam erat oleh abangnya tersebut, bersamaan dengan kedua mata Kyle yang perlahan terbuka.
"Abang!" Panggil Sean sekali lagi pada Kyle yang masih mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Ada apa, Sean?" Tanya Audrey yang baru selesai mandi.
"Sean rasa Abang Kyle mulai sadar. Sean akan memanggil dokter." Sean sudah beranjak dari dudukmya dan menghubungi dokter lewat interkom yang ada di dalam kamar.
Audrey sudah mendekat ke arah Kyle yang masih mengerjapkan matanya, dan beberapa kali merintih seakan sedang menahan sakit di tubuhnya.
"Kyle, kau sudah bangun?" Tanya Audrey lirih dengan sejuta kelegaan yang menyeruak di hatinya.
Kyle masih diam dan tak menjawab pertanyaan Audrey.
Dokter dan beberapa perawat sudah datang untuk memeriksa kondisi Kyle.
Semuanya baik dan stabil, kecuali Kyle yang masih diam dan menatap bingung pada Audrey.
"Bang!"
"Sean senang karena akhirnya Abang sudah bangun," Sean memeluk Kyle demi meluapkan rasa syukurnya.
"Sean," panggil Kyle lirih pada Sean yang masih berada di dekatnya.
"Iya, Bang!"
"Mom dan Dad mana?" Tanya Kyle pada Sean.
"Masih di perjalanan. Mereka akan tiba tak lama lagi," jawab Sean yang langsung membuat Kyle mengangguk.
"Kyle!" Audrey ganti memeluk Kyle dan meluapkan kegembiraan karena akhirnya Kyle bangun dari koma.
Namun bukannya membalas pelukan Audrey, Kyle malah menyentak tangan istrinya tersebut dan sedikit mendorong Audrey agar menjauh.
"Bang, ada apa?" Tanya Sean bingung karena sikap Kyle yang mendadak ketus pada Audrey.
"Siapa wanita ini, Sean? Kenapa tiba-tiba dia memelukku?" Tanya Kyle seraya menuding pada Audrey.
"Dan dimana Valeria? Dia tidak menjengukku?" Tanya Kyle lagi menatap serius pada Sean.
Audrey mematung di tempatnya saat Kyle tidak mengenali Audrey dan malah bertanya tentang Valeria.
"Bang, ini Kak Audrey! Istri Abang!" Jawab Sean yang sudah merangkul Audrey dan membawanya mendekat ke arah Kyle.
"Istri?" Kyle bergumam tak percaya.
Sebelum pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku belum menikah! Dan calon istriku adalah Valeria! Bukan wanita ini!" Jawab Kyle tegas.
Airmata Audrey lolos meluncur di kedua pipinya mendengar pernyataan Kyle yang sama sekali tak ingat kepadanya.
"Tapi Kak Audrey istri Abang! Bagaimana Abang bisa lupa?" Sean bertanya dengan bingung.
Dokter yang sejak tadi masih berada di dalam ruangan kembali memeriksa Kyle. Dan ternyata Kyle ingat pada semua keluarganya dan teman-teman lamanya.
Kecuali Audrey!
Kyle sama sekali tidak ingat pada wanita bernama Audrey yang merupakan istri sahnya.
Kyle bahkan tidak ingat kalau ia sudah menikah dengan Audrey satu tahun ini.
Hancur dan sakit!
Mungkin seperti itulah perasaan Audrey saat ini.
Audrey memilih keluar dari ruang perawatan Kyle karena pria itu terus melempar tatapan tidak senang pada Audrey.
Kenapa Kyle bisa tidak ingat pada Audrey?
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Satu setengah tahun sebelumnya....
Gedung Arthur Company.
"Siang, Boss!" Sapa Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan Kyle membawa beberapa berkas.
"Siang, Daniel! Sudah selesai yang makan siang bersama anak dan istrimu?" Tanya Kyle tanpa menatap ke arah asistennya tersebut.
Daniel hanya meringis, sedikit prihatin dengan hidup Kyle yang tak jadi menikah dengan Valeria beberapa bulan yang lalu.
Dan Valeria malah menikah dengan pria lain yang umurnya lebih tua dan statusnya duda.
Kyle yang malang!
"Ada sedikit masalah dengan EO langganan perusahaan. Mereka tidak bisa mengurus acara peresmian proyek baru kita minggu depan," lapor Daniel pada Kyle yang langsung membuat Kyld mengerutkan kedua alisnya.
"Kenapa baru memberitahu sekarang Daniel! Akan sulit mencari EO baru untuk acara minggu depan," Kyle berdecak dan merasa pesimis.
"Maaf, Kyle! Tapi aku juga baru saja mendapat info." Jawab Daniel dengan raut wajah menyesal.
Kyle mengetuk-ngetukkan penanya ke atas meja kaca dan terlihat sedang berpikir.
"Aku sudah menghubungi beberapa EO. Tapi mayoritas menolak," ujar Daniel lagi menyampaikan info pada Kyle.
"Sudah menghubungi EO milik Audrey?" Tanya Kyle tiba-tiba yang langsung membuat Daniel mengerutkan kedua alisnya.
Audrey punya EO?
Sejak kapan?
Bukannya adik kandung Zayn itu hanya mengurusi acara pernikahan?
"Bukannya EO milik Audrey itu khusus pernikahan saja?" Tanya Daniel sedikit ragu.
"Tidak! Mereka mengurus acara selain pernikahan juga beberapa bulan terakhir," jawab Kyle seraya mengambil ponselnya di atas meja, dan melesakkannya ke dalam saku celana.
"Biar aku yang ke kantor Audrey dan bicara dengannya," ucap Kyle lagi yang sudah bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah pintu.
"Tumben!" Daniel bersiul dan merasa aneh dengan sikap Kyle kali ini.
Biasanya pria itu begitu bossy dan selalu menyuruh-nyuruh Daniel jika harus pergi ke suatu tempat atau menemui seseorang yang bukan klien penting.
Jadi, ada apa sebenarnya dengan Kyle dan seorang wanita bernama Audrey itu?
****
Kyle menghentikan mobilnya di depan kantor EO milik Audrey yang tidak terlalu besar. Kantor Audrey yang bernuansa serba hijau di bagian depannya, membuat gedung kantor tersebut sedikit mencolok dibandingkan beberapa bangunan di kiri kanannya.
Kyle segera turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam gedung kantor tersebut, saat pria itu berpapasan dengan Audrey yang sepertinya hendak pergi keluar, karena wanita itu menenteng handbag di tangannya.
"Kyle?" Audrey tampak terkejut dengan kedatangan Kyle di kantornya.
Terakhir kali Audrey bertemu pria ini adalah di resepsi pernikahan Valeria dan Arga beberapa bulan yang lalu.
"Hai! Aku sedikit ada perlu. Kau mau pergi? Aku akan kembali nanti jika kau tak sibuk lagi," ujar Kyle yang sedikit salah tingkah di depan Audrey.
"Mmmm, sebenarnya aku hanya ingin pergi makan siang di luar," Audrey melihat ke layar ponselnya.
"Ini sudah jam satu lebih. Kau belum makan siang?" Tanya Kyle heran.
"Tadi ada banyak pekerjaan. Jadi aku tak sempat makan siang," jawab Audrey sedikit terkekeh.
"Boleh aku menemanimu makan siang kalau begitu? Sekalian ada hal yang ingin aku bicarakan," tanya Kyle meminta persetujuan Audrey.
"Ya, tentu! Ayo!" Audrey menunjuk ke arah pintu utama kantornya dan wanita itu sudah berjalan menuju ke sana beriringan dengan Kyle yang terpaksa putar balik mengikuti langkah Audrey.
"Naik mobilku saja!" Kyle membukakan pintu untuk Audrey yang sontak membuat audrey sedikit tersipu malu.
Padahal Audrey juga bisa membuka pintu mobil sendiri.
Kenapa Kyle berlebihan sekali?
Setelah Kyle ikut masuk ke dalam mobilnya, pria itu segera melajukan mobilnya ke restorant yang ditunjuk oleh Audrey. Letaknya tidak terlalu jauh dari kantor Eo milik Audrey.
"Kau tidak ikut makan siang?" Tanya Audrey saat ia dan Kyle selesai menyebutkan pesanan. Kyle hanya memesan kopi dan tidak memesan makanan.
"Tadi sudah makan siang di kantor," jawab Kyle santai.
Audrey hanya mengangguk mengerti.
"Jadi, tadi mau bicara apa?" Tanya Audrey selanjutnya pada Kyle.
"Oh, iya. Jadi begini, kantorku akan menyelenggarakan sebuah acara akhir minggu ini. Tapi kami belum mendapat EO yang mau menangani acara mebdadak ini.
"Waktunya mepet sekali kalau akhir minggu ini," gumam Audrey yang sepertinya sudah paham arah pembicaran Kyle.
"Aku akan setia memakai jasa EO milikmu, jika kau mau menangani yang ini," rayu Kyle pada Audrey yang masih tampak berpikir.
"Apa kau sedang merayuku?" Tebak Audrey yang kini tertawa renyah.
Wanita itu terlihat semakin cantik saat tertawa lepas begini, dan Kyle baru menyadarinya.
"Ayolah, Audrey! Kau pasti bisa menanganinya! EO milikmu yang terbaik," rayu Kyle sekali lagi yang semakin membuat Audrey tertawa.
"Baiklah, karena rayuanmu sampai dua kali dan wajahmu terlihat memelas aku akan menanganinya." Jawab Audrey akhirnya yang langsung membuat Kyle bersorak senang.
"Kebetulan minggu ini jadwal juga sedang kosong. Jadi itu alasan lain aku menerima paksaanmu kali ini," sambung Audrey lagi mengulas senyum ke arah Kyle.
"Terima kasih banyak, Audrey! Kau memang yang terbaik!" Kyle sudah menggenggam erat tangan Audrey demi meluapkan kegembiran.
Namun deheman dari Audrey, membuat Kyle cepat-cepat melepaskan genggaman tangannya pada Audrey.
"Maaf! Aku hanya terlalu gembira," ujar Kyle salah tingkah.
Audrey hanya mengangguk.
Kopi dan makan siang Audrey sudah tiba dan Audrey segera menyantapnya masih sambil berbincang dengan Kyle membahas konsep acara.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!