NovelToon NovelToon

Oh, My Young Man

The Lion and The Rose

(Aline POV)

Namaku Aline Putri Dirgantara. Usiaku tahun ini 22, tepatnya nanti di bulan Oktober. Aku adalah mahasiswa semester akhir jurusan Matematika. Aku sejak SMA suka dengan pelajaran matematika. Dan aku berharap bisa menjadi dosen matematika nantinya.

Kali ini sudah di semester akhir, hanya sedikit pekerjaan yang harus kulakukan dan itu seputar tugas penelitian ku untuk bahan menulis skripsi. Namun ada satu hal yang membuatku kepikiran. Aku dimintai tolong oleh teman baik bunda. Dia adalah Tante monita.

Tante monita ingin aku menjadi guru les privat untuk putranya yang duduk di kelas dua belas SMA. Ini juga karena bunda yang banyak membicarakan aku dan terlalu tinggi membanggakan nilai-nilai ku selama kuliah

Sebenarnya aku masih kurang percaya diri untuk mengajar. Tetapi karena bujuk rayu bunda, akhirnya aku pun mencoba sekalian belajar mandiri mencari duit. Lagian tugas ku di kampus tidak sebanyak dulu lagi.

Sore ini aku sudah berada di kediaman rumah Tante Monita. Rumah Tante monita jauh lebih besar dibandingkan rumah ku. Makhluk saja, suami Tante monita adalah seorang pengusaha sukses. Dan kudengar-dengar yang hendak kuajar adalah putra tunggalnya.

"Sebentar ya Aline, dia masih di kamar. Tante panggil dulu ya." Tante monita meninggalkan ku di ruang tamu.

Anak laki-laki itu turun dari lantai tas. Penampilannya biasa saja tapi aku tahu bahwa ia sangat tampan. Wajahnya kayak aktor ternama Korea. Bahkan aktor Hyun bin pun kalah ketampanan nya dengannya.

"Sayang, ini Aline. Ia Putri Tante Anita. Ia akan menjadi guru les matematika mu sampai kamu lulus nanti,"ujar Tante monita mengenalkan putra nya itu kepadaku.

"Hai, kenalkan namaku Aline," ucapku mengulurkan tangan. Namun anak lelaki itu hanya diam saja tidak menyambutnya. Tante monita tampak kesal dengan mencubit lengan Kenzo sampai sedikit mengaduh.

Lalu Kenzo pun mengulurkan tangannya menyambut tanganku.

"Hai." cukup singkat begitu saja jawabnya.

Aku tidak menyangka anak lelaki itu sangat cuek.

"Kita belajar di kamar ku saja." Dia pun langsung beranjak ke kamarnya tanpa memperdulikan persetujuanku. Hei, anak ini sombong sekali.

"Maaf ya, sayang. Tante harap kamu tidak kapok dan tetap mau mengajar untuk Kenzo,"ucap Tante monita dengan nada memohon. Melihat reaksi Tante monita akupun kasihan. Biarlah aku mencoba dulu bagaimana menghadapi anak Badung itu.

"Iya, Tante tidak apa-apa. Aline permisi ke atas dulu ya, tan."

Dasar anak bengal. Lihat saja nanti apa yang akan kulakukan padamu.

**

(Kenzo pov)

Malas sekali dengan guru les ini. Orangnya protektif sekali. Memang sih dia cantik, namun cukup bawel dan selalu melarangku melakukan ini dan itu. Sudah semirip mama saja.

Aku ingin sekali menyingkirkan nya dan membuatnya menyerah menjadi guru lesku. Aku memiliki sebuah ide untuk membuatnya merasa jijik padaku. Lalu dengan sendirinya dia akan menyerah dan mengundurkan diri sebagai guru lesku.

Seperti siang ini, aku tahu dia akan mengajar. Aku sengaja mengajak cewek teman sekolahku, namanya Lina. Ia sejak dulu sangat nge fans padaku.

Aku memang sengaja membawanya ke kamar ku dan mengajaknya bermain peran sedikit. Dia yang memang suka padaku sejak dulu, mau-mau saja ku begitu ku ajak mengelabuhi guru les ku ini.

Lina sebenarnya adalah gadis yang cantik. Ia memiliki body yang aduhai. Tidak salah bila banyak cowok yang nge fans padanya. Tetapi dia justru tergila-gila padaku.

Kudengar suara Aline memanggil ku dari bawah. Aku sudah bisa menebak saat yang kulakukan ini tepat. Sengaja aku tak menyahut panggilannya.

Aku asyik menggoda Lina yang kini berada di bawah tubuhku. Aku sengaja melakukan ini agar terkesan serius bukan bercanda.

"Kenzooo.." suara itu mendekat ke arah pintu kamarku.

Ku tarik tubuh Lina hingga kini posisi kami sangat dekat bahkan sudah saling menempel.

"Arhkkk...Kenzo apa yang kau lakukan!" suara itu adalah suara Aline yang terkejut saat menemukan ku dan Lina sedang berduaan di dalam kamar.

**

(Aline pov)

Gila anak ini. Aku menemukannya akan bercinta dengan seorang cewek di rumahnya sendiri.

Aku meneriakinya yang sedang asyik bermain dengan kekasihnya itu. Ia hanya tersenyum melihatku masuk ke kamarnya. Sedang ceweknya sudah pergi entah kemana. Sepertinya begitu aku masuk, si cewek sudah buru-buru pergi.

"Rapikan dirimu. Aku menunggumu di bawah dalam waktu lima belas menit."

Aku segera keluar dari kamar Kenzo dan menunggunya di ruang keluarga di rumah nya.

"Hei, tunggu dulu."

Kenzo menarik tanganku. "Kamu tidak ingin mencobanya denganku?"

"Apa?" pekikku. Gila memang pemikiran anak ini.

Ku jitak kepalanya. "Awwww...," dia mengaduh kesakitan. Rasakan!

"Kau pikir aku semesum dirimu, hah!"teriakku kesal.

Aku melangkah dengan sebal menuruni tangga ke ruang keluarga.

Dasar anak sinting. Pikiran nya kemana seusia dia sudah mau melakukan hal-hal seperti itu.

**

(Kenzo pov)

Sengaja memang aku berlama-lama saat mandi agar dia merasa kesal. Waktu yang 15 menit diberikan olehnya, kini sudah 30 menit berlalu.

Tapi cewek ini tangguh juga. Sudah kubuat menunggu selama itu, dia dengan santainya menghadap laptopnya sambil meminum secangkir teh hijau.

Tangguh juga ya dia. Aku akan tetap membuatnya tidak betah menjadi guru les ku. Biasanya guru lain sudah langsung mengundurkan diri begitu melihatku melakukan seperti tadi yang kulakukan di kamar. Tapi kali ini kenapa dia tenang sekali.

"Ayo duduk sini, Ken" dia memanggil ku saat melihatku berdiri di depan pintu.

Aku sengaja memilih duduk di sampingnya.

"Kamu mau belajar yang bagian mana?" tanyanya sambil membuka buku paket matematika ku.

Aku sengaja mendekatkan wajahku dan meniupi lehernya yang jenjang. Ya saat itu dia hanya menguncir rambut sebahunya dan kemeja yang dikenakannya dengan kancing atas terbuka satu. Membuat lehernya tampak indah di sana.

Dia terkejut saat aku melakukan hal itu. Dia bahkan tampak merinding. Tunggu apa dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya.

"Eh..apa yang kau-" ia bicara terbata-bata.

"Aku mau belajar tentang logaritma. Bisa kau terangkan padaku rumus yang ini." aku memotong pembicaraannya dan fokus pada materi di buku pelajaranku.

Meskipun awalnya dia ingin protes tetapi melihatku serius dia akhirnya langsung menjelaskan materi logaritma tersebut. Aku melihatnya serius sekali mengajariku.

Dia memang bukan wanita yang mudah untuk dilawan. Namun aku juga tidak akan putus asa dalam berusaha menyingkirkan dia. Semakin dia bertahan, semakin aku ingin terus menyerang sampai dia memutuskan untuk pergi.

***

Iklan Author

Novel ini mengalami beberapa perubahan dari versi pertamanya. Mohon maaf bila ada yang kebingungan membaca.

Jangan lupa like, vote dan juga kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya.

Terimakasih 😁

Kedatangan Tidak Diduga

"Aline, ayo bangun sayang. Nanti kamu telat ke kampus." itu suara bunda Aline, Anita Dirgantara. Janda kaya dari keluarga Dirgantara ini memiliki usaha yang tidak bisa dianggap remeh. Beberapa butik, salon kecantikan dan juga restoran. Meskipun begitu dia tidak melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Entah mengapa putrinya justru tidak menyukai dunia fashion seperti dirinya. Justru Aline menyukai bidang mengajar. Namun Aline masih mau memegang usaha restoran milik Anita.

"Alin, segera bangun, kakakmu sudah di meja makan,"seketika ucapan sang bunda membuat Aline bangun. Memang kalau kakaknya yang turun tangan bisa habis nanti Aline.

"Benarkah Bun?"tanya Aline sambil mengucek-ucek matanya.

"Lihat saja sendiri kalau tidak percaya,"sahut sang bunda. Aline pun bergegas ke kamar mandi dan bergegas berganti pakaian.

Aldo Putra Dirgantara, putra tertua dari keluarga Dirgantara. Sejak sang ayah meninggal dunia. Semua urusan bisnis di handle oleh nya. Dia bekerja keras demi menstabilkan usaha sang ayah. Dia tidak ingin perusahaan yang telah susah payah dibangun sang ayah jatuh begitu saja.

Ketika sang ayah baru saja meninggal. Kondisi perusahaan tidak cukup baik. Anita mencari cara agar perusahaan tidak sampai jatuh bangkrut. Saat itulah pertolongan dari sahabat baiknya, Monita dan juga Keanu membuat Anita dan anak-anaknya bisa bertahan sampai sekarang.

Dan kini Aldo sudah bisa mengendalikan perusahaan dengan baik. Semakin bertambah usia kemampuan yang aldo dapatkan juga bertambah. Kini perusahan sudah berada dalam kendalinya.

Oleh karena itu, ketika monita bercerita tentang putranya yang bermasalah dengan pelajaran matematika di sekolah. Seketika Anita meminta bantuan sang putri, Aline. Untuk mengajari Kenzo agar bisa mengerjakan matematika dengan baik. Dan berkat kebaikan keluarga Darmawan kepada keluarganya dulu, Aline juga tidak bisa menolak permintaan dari Monita.

"Selamat pagi, bunda," Aldo mengecup kening bundanya.

"Pagi juga, sayang,"sahut bunda Anita.

"Aline belum turun?" tanya Aldo.

Bunda Aline menarik napas panjang," kamu seperti tidak tahu kelakuan adikmu saja. Dia masih mandi."

Aldo tersenyum, adik perempuan satu-satunya itu memang suka terlambat bangun.

Aline tampak terburu-buru menuruni tangga.

"Pelan-pelan sayang, kamu bisa jatuh nanti." Bunda aline tampak khawatir karena melihat anak nya menuruni tangga dengan terburu-buru padah sedang menggunakan sepatu berhak tinggi.

"Maaf Bunda, Aline terburu-buru. Aline baru ingat kalau harus mengumpulkan revisi skripsi ke dosen pembimbing,"ujar Aline sambil meminum susu tanpa duduk terlebih dahulu.

"Biar Pak Ardan yang mengantar mu,"ujar kakak nya, Aldo.

"Tidak perlu, kak, aku naik taksi online saja."

"Vazo tidak menjemputmu?" tanya Aldo.

Aline hanya nyengir saat di singgung kakaknya soal Vazo Aldriansyah, kekasihnya.

"Dia sibuk sepertinya kak. Tidak apa-apa, aku berangkat naik taksi saja,"jawab Aline.

"Tidak perlu, biar pak Ardan yang mengantar mu,"putus kakaknya.

"Tapi kak...."

"Aku bisa menunggumu. Lagian ini masih terlalu pagi juga,"kali ini Aline tidak bisa membantah lagi jika kakaknya sudah membuat keputusan maka Aline tidak akan pernah menang jika melawannya.

"Iya, lin. Biar diantar pak Ardan saja ya. Bunda takut ada kenapa-napa," sahut bunda Anita mengkhawatirkan kondisi putrinya.

"Baikah. Aku berangkat dulu ya Bunda, kakak." Aline berpamitan kepada bunda dan juga kakaknya.

**

Di kampus.

"Kamu sibuk sekali sepertinya, lin" tanya Sisil, teman baik Aline selama ini. Mereka kebetulan sekali mendapatkan pembimbing skripsi yang sama.

"Iya, aku tiap pulang kuliah mengajar les privat matematika pada anak teman bundaku,"ujar Aline apa adanya.

"Ouh..pantesan sekarang jarang banget ada waktu keluar. Anak usia berapa? TK? SD? Atau smp?" tanya Sisil penasaran.

"SMA sil, udah kelas dua belas,"Jawab Aline santai.

"Wow.. Tampan tidak , lin," Sisil tampak begitu penasaran.

"Biasa aja deh menurutku, malah dia itu cukup gila, masak dia mengajak seorang cewek berkencan di dalam kamar rumahnya saat aku akan mengajar."

"Hah!!" Sisil seakan tidak percaya mendengar cerita Aline.

"Gila juga ya itu bocah."

"Beneran, anak seusia itu coba bayangin, sil. Bagaimana kalau orang tuanya tahu dia berbuat seperti itu."

Sisil malah tertawa melihat sikap Aline atas ceritanya.

"Seharusnya kamu belajar dari dia, lin."

"Gila," aline menoyor lengan Sisil.

"Aku tidak gila, buat apa aku belajar hal-hal seperti itu padanya,"ujar Aline tidak sependapat dengan ucapan sahabatnya tersebut.

"Eh, tapi lin, katanya kalau kita melakukan hal itu dengan kekasih kita maka dia akan semakin sayang pada kita lho. Kamu beneran tidak mau mencobanya dengan vazo. Siapa tahu dia akan semakin sayang dan perhatian padamu,"saran sisil.

"Apa? Aku dan Vazo?" Aline menggeleng dengan cepat.

"Pemikiranmu aneh sil, iya kalau aku semakin dicintainya tapi kalau aku nanti justru ditinggalkan nya bagaimana? Sama saja dong aku telah merusak hidupku sendiri,"sahut aline tegas.

"Kamu emang parno, lin." Sisil tertawa mendengar jawaban Aline.

"Biar saja, sil. Aku emang parno, tetapi aku ingin menyerahkan ini kepada suami ku yang sah," ujar Aline mantap.

"Eh, kamu sudah hubungi Vazo belum? Katanya tadi mau pulang bareng dia."

"Ouh iya, aku lupa," Aline nyengir di depan Sisil. Sisil hanya tertawa melihat tingkah sahabat nya itu.

Kring... kring...

"Halo."

"Halo, vazo. Apa kamu jadi menjemputku siang ini?"tanya Aline penuh harap.

"Maaf, sayang, aku tidak bisa. Aku masih sibuk."

"Ouh,begitu ya,"ujar Aline tampak kecewa.

"Lain kali aku usahakan bertemu ya, sayang. Maafkan aku."

"Ya, tidak apa-apa."

"Maafkan aku ya, sayangku."

"Oke, nggak masalah. Met kerja ya."

Saluran telepon pun sudah dimatikan keduanya setelah tidak ada kesepakatan yang terjadi.

"Bagaimana? Dia tidak bisa lagi, ya," tebak Sisil sejak melihat wajah Aline yang manyun.

"Iya, dia sibuk ada meeting katanya."

"Dia sudah sering memberikan alasan yang sama padamu. Apa kamu tidak curiga?"tanya Sisil.

"Curiga tentang apa maksudmu, sil,"tanya Aline tidak paham.

"Apa kamu tidak curiga, misalnya saja vazo memiliki kekasih lain di luar sana, tetapi bilangnya padamu dia sedang meeting."

Aline menggeleng, dia tidak mau berpikir jelek. Karena bisa saja dari pemikiran kita yang buruk. Suatu hari nanti justru akan menjadi sebuah kenyataan.

"Aku berpikir positif saja, sil."

"Ya, sudah kalau begitu, aku pergi dulu ya, Lin. Aku ada janji dengan mamaku untuk belanja,"pamit Sisil.

"Ya, hati-hati, sil."

"Oke. Oya, salam untuk berondongmu itu."

"Siapa?"tanya Aline bingung.

"Itu muridmu yang masih muda,"ujar Sisil sambil tertawa.

"Kamu apaan sih, sil."

Kini Aline hanya sendirian duduk di taman kampus. Dia sedang merevisi beberapa kesalahan skripsinya. Sampai handphone nya bergetar. Sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

"Halo."

"Aku di depan kampusmu."

"Kamu..."

"Aku tunggu di pintu gerbang kampusmu."

"Apa? Halo? Halo?" Aline tidak percaya sambungan teleponnya sudah dimatikan oleh si bocah bengal itu.

"Dasar Kenzo!"

***

Iklan Author

Jangan lupa like, vote dan juga kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya.

Terimakasih 😁

Sesuatu Yang Disembunyikan

Aline berjalan dengan terburu-buru sambil menggendong tas ransel nya yang berisi laptop dan juga berkas revisi yang sudah dicoret-coret oleh dosen pembimbing nya.

Aline cukup kerepotan berjalan karena dia sedang menggunakan sepatu berhak tinggi. Aline sebenarnya malas sekali menemui bocah tengil itu. Namun dia tahu bocah itu cukup nekat juga. Dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi jika dia tidak segera sampai di pintu gerbang kampus. Tempat di mana Kenzo sedang menunggunya.

Aline melihat seorang anak lelaki duduk di atas sepeda motor sport nya. Dia mengenakan seragam putih abu-abu. Meskipun dia memakai atasan jaket hitam.

Kenzo duduk menunggu Aline dengan melepas helm nya sehingga dia menjadi pusat perhatian setiap cewek-cewek yang lewat. Mereka tampak mengagumi ketampanan yang dimiliki Kenzo. Dan Kenzo rupanya juga menikmati dirinya dipuja oleh cewek-cewek yang lewat.

"Dasar Playboy,"gerutu Aline sambil bergegas menuju ke tempat Kenzo menunggunya.

"Ada apa datang kemari?"tanya Aline tanpa basa-basi begitu berada di dekat Kenzo.

"Oh, kamu sudah datang rupanya,"Kenzo berdiri dari duduknya. Dia melihat penampilan Aline sejenak kemudian dia menyodorkan sebuah helm kepada Aline.

"Apa ini?"tanya Aline.

"Helm lah, kamu pikir apa?"sahut Kenzo seketika.

"Bukan itu, maksud kamu apa memberiku helm segala?"tanya Aline menjelaskan.

"Menjemput mu, sekalian belajar,"jawab Kenzo sambil mengenakan helmnya. Aline masih saja tidak segera memakai helm membuat Kenzo menjadi kesal.

Dia mengambil helm yang dipegang Aline dan langsung memakaikan nya kepada Aline tanpa ijin terlebih dahulu.

"Hei!"pekik Aline kesal. Membuat mereka berdua menjadi perhatian orang-orang yang lewat di sana.

"Sudah diam saja kalau tidak mau menjadi tontonan banyak orang di sini,"kode Kenzo agar Aline segera naik ke motornya.

"Lagian kalau bukan karena mama yang menyuruh, aku juga tidak akan mau jauh-jauh jemput kamu segala,"ujar Kenzo dengan nada kesal. Dia merasa Aline ini terlalu pemilih. Sudah untung di jemput kalau tahu reaksinya akan seperti ini lebih baik dia tadi menolak perintah mamanya.

"Ya dah ayo, gitu aja saja marah-marah. Lain kali kalau tidak ikhlas tolak saja. Jangan ngomel-ngomel segala,"kata Aline tidak kalah sengitnya. Kenzo hanya terdiam, begitu Aline naik motornya. Dia langsung gas laju motornya membuat Aline hampir saja terlonjak. Untung dengan cepat dia berpegangan di pinggang Kenzo. Sehingga dia tidak sampai terjatuh.

Aduh kenapa aku malah memegang dia segala. Batin Aline menyesal dengan apa yang barusan dia lakukan.

Ketika Aline hendak melepaskan pegangannya di pinggang Kenzo. Justru Kenzo tiba-tiba menarik kembali tangan Aline.

"Kalau jatuh jangan salahkan aku!"ancam Kenzo membuat Aline mengurungkan kembali niatannya untuk melepaskan pegangannya di pinggang Kenzo.

Mendengar ancaman kenzo kenapa niatanku malah menciut, batin Aline merasa aneh.

Mereka telah sampai di kediaman keluarga Darmawan. Aline turun dari motor dan membuka helmnya. Dia melihat Kenzo yang bergegas masuk ke dalam rumah setelah memarkir motornya di garasi. Aline pun mengikuti langkah Kenzo.

"Ah, sayang akhirnya kamu datang juga,"sambut Monita, mama Kenzo dengan nada bahagia.

"Selamat siang Tante,"sapa Aline dengan sopan.

"Masuklah, nak, kemarilah,"ajak mama Kenzo sambil menarik tangan Aline. Sedangkan Kenzo, jangan ditanya, anak itu sudah hilang entah kemana. Mungkin lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.

"Nak Aline, Tante mau minta tolong padamu,"ujar mama Kenzo memohon.

"Ada apa Tante?"tanya Aline.

"Tante tadi dipanggil ke sekolahnya Kenzo. Nilai matematika nya buruk sekali. Padahal matematika itu mata pelajaran yang masuk Ujian Nasional. Tante minta tolong padamu, Lin. Tolong bantu Kenzo agar nilai nya bisa membaik. Para guru di sekolah Kenzo sudah putus asa menghadapi tingkah anak satu itu. Tetapi Tante melihat, dia cukup baik dengamu,"kata mama Kenzo penuh harap.

"Eh, sebenarnya saya juga kurang dekat dengan kenzo, Tante,"jawab Aline jujur. Dia merasa agak bingung dengan ucapan mama Kenzo yang mengatakan kalau hubungan diantara dia dan Kenzo cukup baik. Baik dari mananya?

"Tante mohon, nak. Hanya kamu yang bisa Tante mintai tolong saat ini. Sudah banyak guru les privat yang minta berhenti dan tidak sanggup menghadapi sikap Kenzo. Papanya juga sudah kesal menghadapi sikap Kenzo selama ini. Tante tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa?"ujar monita sambil meneteskan air matanya. Putra semata wayangnya ini sungguh membuatnya dan juga sang suami kewalahan.

"Mungkin ini semua juga karena kesalahan kami sebagai orang tuanya yang terlalu memanjakan nya. Sehingga dia menjadi sulit dikendalikan seperti ini. Kami juga merasa bersalah karena terlalu sibuk bekerja sehingga tidak memperhatikan keadaan Kenzo. Ini semua juga salah Tante dan om."

Aline hanya bisa menghela napas. Dia juga pernah berada di posisi Kenzo dahulu saat SMA dia pernah protes dengan sang ibu dan kakaknya, Aldo. Aline tidak suka melihat keduanya hanya sibuk bekerja tanpa peduli akan dirinya.

"Saya akan bantu sebisa saya Tante, semoga bisa membawa perubahan bagi Kenzo,"jawab Aline sambil menenangkan mama Kenzo.

"Terimakasih, nak. Kamu adalah anak yang baik. Sungguh beruntung nantinya yang bisa menjadi mertua kamu,"sahut mama Kenzo spontan membuat Aline cukup terkejut sekaligus geli sendiri. Dia saja belum kepikiran menikah di usianya saat ini.

Setelah berbincang dengan Tante monita. Aline menuju ke lantai dua. Lebih tepatnya ke kamar Kenzo. Aline hendak mengetuk pintu kamar kenzo. Namun sayup-sayup dia mendengar suara Kenzo sedang menyanyi sambil memetik gitar.

Aline diam sebentar mendengar kan lagu yang sedang dinyanyikan oleh Kenzo.

"Suaranya bagus juga,"puji Aline perlahan. Dia kemudian mengetuk kamar kenzo. Begitu mendengar suara yang memperbolehkan dia masuk maka dia segera masuk. Pintu kamar Kenzo sengaja Aline buka. Memang kalau mereka belajar di kamar Kenzo maka Aline akan selalu membuka pintu kamarnya.

"Sudah selesai sesi curhatnya?" tanya Kenzo dengan nada dingin.

"Kamu ini kenapa memang benar-benar tidak bisa dengan pelajaran matematika?"tanya Aline merasa curiga. Dia melihat sepertinya Kenzo anak yang pintar. Apa benar dia tidak bisa hanya satu pelajaran saja.

"Itu bukan urusanmu,"jawab Kenzo ketus.

"Ya, sudah ayo belajar kalau begitu,"kali ini Aline malas sudah membahas masalah Kenzo. Dia di sini untuk membantunya belajar. Eh, malah diketusin seperti ini.

"Belum saat nya kamu tahu,"ujar Kenzo tiba-tiba.

"Baiklah, aku tunggu kamu cerita,"ujar Aline santai. Dia mulai merasa Kenzo ini ada sesuatu. Masalah itulah yang membuat Kenzo malas mengerjakan matematikanya.

Aline akan mencari tahu perlahan-lahan.

***

Iklan Author

Jangan lupa like, vote dan kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya.

Terimakasih 😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!