NovelToon NovelToon

Syaheera (Antara Dendam Dan Cinta)

Syaheera yang Malang

"Kakak... Lepaskan kakak ku!" Teriak seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun yang berlari mengejar sebuah mobil ambulance yang membawa kakaknya pergi.

Sang ibu ikut mengejar Syaheera dan berusaha meraih tangannya agar berhenti.

"Sayang, sudah jangan dikejar lagi!" Seru sang ibu sambil menangis.

"Mereka menyakiti kakak Bu, kedua tangan kakak di ikat. Kita harus menolong kakak Bu!" Teriak gadis kecil itu.

Ibu Syaheera memeluknya dengan erat, dengan deraian airmata yang terus mengalir Halimah berusaha menahan Syaheera agar tidak mengejar ambulance yang membawa pergi Nirmala.

Zaelani, ayah Syaheera bahkan sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya pasrah dan terduduk lemas di lantai saat para warga memanggil ambulance dari rumah sakit jiwa untuk membawa Nirmala putri sulungnya.

Pandangan mata para tetangga membuat Zaelani merasa sangat kesal, tapi dia juga tak bisa membantah kalau selama satu Minggu ini Nirmala sudah membuat keributan dan membuat resah para tetangga.

Halimah mengajak Syaheera pulang kerumah, dia juga meminta Zaelani masuk ke dalam lalu menutup pintu mereka.

Syaheera masih terus menangis. Dan hal itu membuat Zaelani semakin emosi.

"Diam lah Hera, kenapa dari tadi kamu menangis? Memangnya semua akan kembali seperti dulu jika kamu terus menangis?" Tanya Zaelani kesal.

Syaheera segera menutup rapat mulutnya, dia tidak bisa dengan cepat berhenti menangis. Dia berusaha agar tangisannya tidak mengeluarkan suara.

Sementara itu Halimah sudah membereskan pakaian mereka di dalam koper.

"Hera, ayo kita pergi dari sini nak! Kita tidak bisa terus tinggal disini dengan rasa malu!" Seru Halimah.

"Apa maksudmu, ini rumah kita. Kita tidak akan pernah meninggalkan tempat ini." Bantah Zaelani.

Halimah melemparkan tasnya di lantai,

"Apa lagi yang kita tunggu, lihat apa yang terjadi pada Mala, lihat apa yang sudah bos real estate itu lakukan padanya!" Teriak Halimah.

Syaheera yang masih belum mengerti hanya menutup kedua telinganya saat ayah dan ibunya bertengkar.

Awalnya kehidupan mereka baik-baik saja bahkan sangat bahagia. Ayah Hera bekerja sebagai seorang petani bersama ibunya.

Mereka memiliki lahan perkebunan buah dan sayuran yang cukup luas, hingga bisa menguliahkan putri sulung mereka Nirmala.

Tapi beberapa Minggu yang lalu, di desa mereka kedatangan seorang pengusaha real estate yang membeli hampir semua tanah dan kebun di daerah itu untuk dibangun sebuah real estate.

Tak terkecuali lahan milik Zaelani, tapi Zaelani menolak dengan tegas dan bersikukuh tidak akan menjual lahannya pada mereka, selain harga yang ditawarkan tidak sesuai, karena itulah satu-satunya mata pencaharian keluarga Zaelani.

Para pengusaha itu tidak terima karena penolakan dari Zaelani, karena lahannya berada di tengah-tengah, jadi pembangunan belum bisa dilakukan jika Zaelani belum setuju.

Entah kebetulan atau memang sudah pada pengusaha itu rencanakan, tanaman di kebun Zaelani terbakar semua. Hingga Zaelani dan keluarga harus merugi.

Bahkan untuk membayar kuliah Nirmala, Zaelani harus meminjam ke tetangga.

Tapi tidak berhenti sampai disitu, Nirmala mengalami kejadian buruk saat pulang dari kampus.

Dia di culik dan dilecehkan, bahkan Nirmala di temukan keesokan harinya di tengah lahan milik Zaelani dalam keadaan pingsan dan tidak mengenakan pakaian.

Rasa malu dan sedih teramat sangat dirasakan oleh Zaelani dan Halimah, apalagi setelah di visum, ternyata Nirmala mendapatkan kekerasan seksual bahkan diperkirakan pelukanya lebih dari lima orang dan membuat Nirmala harus di operasi.

Setelah sadar, Nirmala sangat depresi. Dia sering berteriak dan menagis tidak karuan.

Bahkan dia sering menyerang orang-orang yang lewat di depan rumahnya.

Hal itu membuat para tetangga memusuhi keluarga Zaelani.

Hingga seseorang datang kerumahnya dan kembali mengancam.

"Menyerah saja pak Zaelani, jika anda tidak juga mau menyerahkan lahan perkebunan itu kepada kami. Maka hal yang lebih buruk akan terjadi!" Seru pengusaha bernama Burhan itu.

Setelah kedatangan Burhan, Zaelani melaporkan apa yang menimpa putri sulungnya dan apa sabotase pada lahan perkebunan nya pada polisi.

Tapi apa yang dia dapatkan, mereka malah di tuduh melakukan pencemaran nama baik, bahkan Zaelani dituntut balik.

Dan hari ini tetangga datang dengan membawa sebuah mobil ambulance dari rumah sakit jiwa.

Mereka memaksa agar Nirmala di masukkan ke dalam rumah sakit jiwa karena sudah meresahkan para warga.

Syaheera yang baru saja pulang sekolah terkejut melihat kakaknya sudah di ikat dan dipaksa masuk ke dalam mobil ambulance.

Halimah masih berdebat dengan Zaelani.

"Kita pergi saja, biarkan mereka mengambil lahan perkebunan itu. Lihatlah apa yang mereka lakukan pada kita, pada Nirmala. Mereka itu penjahat, aku tidak ingin Syaheera celaka!" Jelas Halimah.

Zaelani nampak keberatan, tapi kemudian dia merasa mungkin ini adalah cara yang tepat untuk mengakhiri semua masalah mereka.

Zaelani dan Halimah beserta Syaheera pergi ketika malam sudah tiba, mereka membawa pakaian dan beberapa surat berharga.

Syaheera tertidur lelap ketika ayahnya menggendongnya masuk ke dalam mobil tua mereka.

Zaelani melihat ke belakang, air mata nya menetes ketika harus meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya.

Halimah mengelus lengan Zaelani, agar segera masuk ke dalam mobil.

Dua puluh menit kemudian, Zaelani sudah jauh meninggalkan desa mereka. Tapi dia merasa ada yang dari tadi mengikutinya.

Benar saja sebuah truk cold diesel dengan cepat melaju dari arah belakang.

"Bu, lompat Bu! Tarik Syaheera keluar!" Teriak Zaelani.

Halimah pun segera mendorong Syaheera keluar dari mobil, sesaat sebelum truk itu menabarak mobil Zaelani beserta Halimah dan Zaelani yang masih ada di dalamnya.

Syaheera terbangun keesokan harinya, dia terkejut karena sudah berada di rumah sakit.

Seorang saksi mata mengatakan bahwa truk itu langsung melaju kencang meninggalkan mobil Zaelani yang sudah ringsek.

"Ayah dan ibu!" Tanya Syaheera.

Seorang perawat rumah sakit memeluknya.

"Sabar ya nak, ayah dan ibu mu sudah di makamkan tadi malam!" Ucapnya.

Tangis gadis kecil itupun pecah, dia begitu terpukul. Dia berteriak meminta bertemu dengan ayah dan ibunya.

Perawat yang baik hati itu akhirnya membawanya ke makam ayah dan ibunya.

Syaheera menangis dan memeluk gundukan tanah itu, dia membaggil ayah dan ibunya.

Perawat itu tidak tega,

"Nak, kita pulang saja ya. Kamu bisa tinggal dengan bibi," ucapnya ramah.

Kemudian datang lah seorang pemuda yang kira-kira berusia dua puluh lima tahun an.

"Dia keponakan saya, saya akan mengurusnya. Anda bisa pergi. Terimakasih!" Ucap Bram pada perawat itu.

Bibi perawat yang baik hati itu akhirnya pergi karena sudah merasa tenang ada yang akan mengurus Syaheera.

Bram memegang pundak Syaheera, gadis kecil itu menoleh dan menyeka tangisnya.

"Ikutlah denganku, aku akan membantumu membalas semua rasa sakit yang mereka berikan padamu dan keluargamu!" Seru Bram dengan tenang.

Sepuluh Tahun Kemudian

Bram membawa Syaheera pergi jauh dari kampung halamannya itu.

Bram membawa Syaheera ke rumahnya, rumah yang begitu besar dan mewah.

Syaheera menarik ujung lengan baju yang Bram pakai.

"Om, ini rumah siapa?" tanya Syaheera polos yang baru pertama kali melihat rumah sebagus dan semegah itu.

"Ini rumahku, oh ya berapa umurmu?" tanya Bram.

"Sepuluh tahun!" jawab Syaheera.

Bram tersenyum dan mengangguk.

"Kalau begitu benar, kamu bisa panggil aku dengan sebutan itu!" seru Bram.

"Sebutan apa?" tanya Syaheera kecil.

"Om, kamu bisa panggil aku om. Mulai sekarang kamu adalah keponakan ku. Jadi ingat ya, jika ada yang bertanya apa hubungan mu dengan ku, maka jawablah kamu adalah keponakan Bram Sadewa. Mengerti!" seru Bram lagi.

Syaheera menganggukkan kepalanya paham.

Bram memperlakukan Syaheera dengan sangat baik, menyekolahkannya, memberinya pakaian makanan dan tempat tinggal jauh diatas layak.

Bram menambahkan nama Sadewa di belakang nama Syaheera.

Tahun demi tahun Bram mendidik Syaheera menjadi gadis yang pandai dalam segala hal, akademik dan non akademik.

Bram bahkan mengajarkannya menembak dan memanah saat usia Syaheera baru lima belas tahun.

Perlahan Syaheera melupakan kesedihan masa kecil yang sangat malang itu. Bram juga memberikan perhatiannya walau hanya sekedar menemaninya sarapan dan makan malam.

Sepuluh tahun kemudian.

Gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang sangat anggun dan mempesona.

Syaheera berlari tanpa alas kaki dan keluar dari kamarnya ketika mendengar suara mobil Bram masuk ke area rumah.

Syaheera membawa sebuah formulir agar bisa magang di perusahaan milik Bram.

Tapi ketika dia membuka pintu, Syaheera terkejut melihat Bram berjalan dengan seorang perempuan cantik dan sexy bergelayut manja di lengannya.

"Selamat malam Sya!" sapa Bram.

Perempuan di samping omnya itu berbeda dari perempuan yang dibawa kemarin.

"Malam om, Sya masuk duluan!" ucapnya canggung lalu berlari ke arah kamarnya.

"Siapa gadis itu sayang?" tanya Nisya manja.

"Dia keponakan ku!" jawab Bram singkat.

Bram membawa Nisya ke dalam kamarnya. Kamar Bram bersebalahan dengan kamar Syaheera. Ada sebuah pintu yang Bram rancang khusus agar bisa terhubung dengan kamar Syaheera.

Syaheera menutup kedua telinganya dengan dengan bantal ketika dia mulai mendengar suara-suara aneh yang hampir setiap malam dia dengar dari kamar Bram.

Suara wanita meracau dan mendesah yang seharusnya bisa membuat Syaheera merasa tidak nyaman sudah tidak lagi mempengaruhi nya.

Syaheera sudah terbiasa mendengar hal itu, bahkan terkadang suara rintihan itu berubah menjadi teriakan di tengah malam. Dan Syaheera sudah mendengar itu selama satu tahun terakhir ini.

Syaheera hanya merasa terganggu karena suara itu terlalu berisik dan membuatnya sulit tidur.

Tapi Bram tidak pernah memperbolehkan nya keluar dari kamar setelah jam sepuluh malam.

Dan Syaheera selalu mematuhi setiap perintah dari Bram.

Hampir tengah malam, Syaheera belum bisa terlelap karena suara erangan Bram makin menjadi-jadi saja.

Syaheera membanting bantal yang tadi dia pakai untuk menutupi telinganya lalu meraih ponselnya yang berada di meja belajarnya, dia juga mencari headset lalu memasangkan kabel nya pada ponselnya.

Syaheera menyetel lagu Rockabay dari Clean Bandit, dia menyetelnya agar lagu itu terus berulang.

Syaheera memasang dengan volume sedang agar suara-suara dari kamar sebelah tidak lagi terdengar olehnya.

Syaheera perlahan mulai memejamkan matanya dan tertidur.

Sekitar jam tiga malam, Bram terbangun dari tidurnya yang hanya sekitar dua jam yang lalu. Bram menoleh ke sebelahnya dan melihat Nisya sudah tertidur pulas setelah di garapnya selama hampir dua jam.

Bram memakai jubah tidurnya lalu berjalan mengambil rokok nya diatas meja. Dia menyalakannya dan mulai berjalan ke arah pintu yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Syaheera.

Bram membuka pintu itu dan menghampiri Syaheera yang sudah lelap tertidur dengan memakai headset. Bahkan musiknya masih menyala.

Bram tersenyum lalu membenarkan posisi tidur Syaheera. Dia juga melepaskan headset dari kepala Syaheera dan mematikan musik dari ponsel gadis itu.

Ketika Bram menaikkan selimut Syaheera hingga ke lehernya, Syaheera menggeliat dan berpindah posisi hingga rambutnya berantakan menutupi wajahnya.

Bram membenarkan rambut Syaheera yang berantakan dan mengecup kening Syaheera.

Cup!

"Selamat tidur princess ku!" ucapnya pelan.

Bram lalu kembali ke dalam kamarnya.

Keesokan paginya, Syaheera terbangun dan membuka matanya perlahan. Dia menggeliat dan meregangkan otot-otot tubuhnya.

Dia melihat headset dan ponselnya sudah tergeletak diatas meja. Syaheera sudah tahu pasti Bram yang melakukannya.

Syaheera segera pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian. Dia menyisir rambutnya dan memakai riasan tipis di wajahnya.

Syaheera kembali mengambil formulir magang yang ada di laci meja belajarnya.

Dan bergegas ke kamar Bram.

Tok! tok! tok!

"Om, sudah bangun kan?" tanya Syaheera dari luar.

Syaheera tahu kalau Bram terbiasa bangun pagi, jam berapa pun dia tidur.

Bram membuka pintu dengan masih memakai jubah tidurnya.

"Morning Sya!" sapa Bram.

Syaheera mengintip ke arah tempat tidur Bram, dia melihat Nisya masih tertidur pulas dan sepertinya belum berpakaian.

"Om, ini!" ucap Syaheera menyerahkan formulir magang nya pada Bram.

Bram meraih kertas itu dan membacanya.

"Kamu ingin magang di Perusahaan?" tanya Bram.

Syaheera tersenyum dan mengangguk dengan cepat.

"Iya, om kan tahu nilai ku sangat baik. Aku tidak akan mengecewakan om!" sambungnya.

Bram membelai lembut kepala Syaheera.

"Kamu benar, kamu seharusnya memang tidak akan mengecewakan om, ikut om!" seru Bram mengajak Syaheera ke ruang kerjanya.

Syaheera mengikuti langkah Bram sambil menundukkan kepalanya, tiba-tiba Bram berhenti. Syaheera tanpa sengaja menubruknya dari belakang.

Bruk!

Bram berbalik dan melihat syaheera sedang memegang hidungnya.

Bram mencubit hidung Syaheera karena gemas.

"Om, sakit!" pekik Syaheera.

Bram malah tersenyum.

"Jangan melamun saat berjalan, ingat Sya! kemana pun dan dimana pun kamu harus selalu waspada!" seru Bram.

'Tapi ini kan di rumah om, ada om lagi. Kenapa aku harus waspada!' batin Syaheera.

Bram masuk ke dalam ruang kerjanya di susul Syaheera.

Bram mengambil selembar kertas dari tumpukan dokumen yang ada di atas meja kerjanya.

"Ini adalah formulir magang mu di perusahaan Anggara grup." tegas Bram.

Syaheera meraih kertas itu, bahkan sudah diputuskan bahwa besok dia harus mulai magang bekerja di perusahaan itu.

Syaheera juga tidak kecewa pada Bram. Karena dia yakin segala keputusan Bram adalah yang terbaik untuknya.

"Oke om, aku akan magang disana saja!" seru Syaheera.

"Tidak bertanya kenapa Om mengatur magang mu disana?" tanya Bram.

Syaheera menggelengkan kepalanya,

"Tidak perlu, om selalu tahu semua yang terbaik untukku!" jawab Syaheera.

"Aku akan ke area memanah sekarang, aku pergi dulu!" seru Syaheera.

"Baiklah, terus semangat ya!" sahut Bram.

Syaheera mengangguk dan meninggalkan ruang kerja Bram.

...❤️❤️❤️...

...Jangan lupa tinggalkan jejak Like, Komentar dan Favoritnya ya ❤️❤️❤️...

...Terimakasih ❤️❤️❤️...

Liontin Merah Muda

Syaheera memakai pakaian khusus berkuda nya. Syaheera memakai sepatu boots khusus riding horse warna hitam dan celana dengan warna senada.

Dia juga memakai sarung tangan khusus dan helm berwarna hitam. Dia memakai baju berwarna putih.

Syaheera bersiap ke area memanah, dia memanggil seorang asisten penjaga rumah Bram.

"Pak Nurman, tolong keluarkan Arimbi dari kandangnya!" seru Syaheera pada penjaga yang umurnya sudah paru baya tapi kondisi fisiknya terlihat sangat kuat.

"Baik, non!" jawabnya.

Arimbi adalah kuda kesayangan Syaheera, jenis kuda tunggangan biasa. Arimbi merupakan hadiah ulang tahun dari Bram ketika Syaheera genap berusia tujuh belas tahun. Jadi si kuda hitam itu sudah menjadi tunggangan setia Syaheera selama tiga tahun.

Nurman sudah memasang pelana dengan baik dan teliti. Syaheera pun naik ke atas Arimbi dan mencoba untuk menjajal beberapa putaran tanpa latihan memanah.

Setelah dirasa pemanasan nya cukup, Syaheera meminta busur dan anak panah yang sejak tadi sudah di pegang oleh Nurman dan Syakir.

Syut!

Bidikkan yang sempurna. Anak panah itu menancap sempurna di titik target.

Syaheera belum puas dan meminta agar pak Nurman, meletakkan papan targetnya lebih jauh.

Syut!

Hasilnya masih sama, sempurna. Syaheera kemudian mulai mengulur tali kekang Arimbi dan mencambuk pelan kudanya itu.

Dengan kecepatan sedang, Syaheera berusaha untuk membidik papan target itu lagi.

Syut!

Dan anak panah itu menancap sempurna lagi di titik target. Syaheera menghentikan laju Arimbi dengan menarik tali kekangnya.

Terdengar suara tepukan tangan mendekati Syaheera.

Prokk! prokk! prokk!

Suara tepukan itu membuat Syaheera menoleh.

"Good job my little princess, kemampuanmu semakin baik!" puji Bram.

Bram lalu mengulurkan tangannya meminta Syaheera turun dari Arimbi.

Syaheera pun turun, dengan Bram memegang pinggangnya untuk mempermudah Syaheera turun.

"Ada apa Om?" tanya Syaheera sambil melepas helm khusus yang dia pakai dan menyerahkannya pada Syakir.

Tangan Bram melambai pada Syakir, mengisyaratkan agar dia pergi. Bram menarik ikatan rambut Syaheera, dan merapikan rambut Syaheera.

Syaheera tersenyum senang, Bram sangat baik dan perhatian padanya. Melihat Syaheera tersenyum, Bram menatapnya dan dengan cepat dia menarik tangannya dari kepala Syaheera.

"Om, harus pergi selama dua hari. Ada pekerjaan penting!" jawab Bram.

Bram mengambil sesuatu dari kantong jas yang dia pakai. Kemudian menyerahkan benda itu pada Syaheera.

"Kalung dan liontin ini? bukankah om bilang kalau kalung dan liontin ini sudah lama hilang?" tanya Syaheera.

"Kamu kesal pada Om?" tanya Bram balik.

"Ah.."

Syaheera menundukkan wajahnya, lalu terdiam sejenak.

"Tidak Om, apa aku harus memakai kalung ini?" tanya Syaheera.

Bram meraih kalung itu dan memakainya di leher Syaheera.

"Ingat untuk menjaga kalung dan liontin nya dengan baik, jangan melepasnya jika aku belum memintamu melakukan nya!" seru Bram.

Syaheera mengangguk paham.

"Aku mengerti!" sahutnya sambil mengangkat kepalanya.

"Sayang!" teriak Nisya dari jauh.

Bram dan Syaheera menoleh ke arah Nisya.

Nisya langsung merangkul lengan Bram dan bergelayut manja padanya ketika sudah mendekati mereka.

"Sayang, aku sudah siap! pakaian ku juga akan di kirim oleh asisten ku ke bandara. Kita akan berangkat sekarang kan?" tanya Nisya manja.

Syaheera sebenarnya tidak suka melihat pemandangan itu sekarang. Perutnya mual, rasanya dia ingin muntah melihat tingkah manja Nisya yang menurutnya sudah seperti ulet keket.

Sementara Bram masih meladeni tingkah manja Nisya, Syaheera menjauh dari mereka dan melepas sarung tangan nya.

Sambil berjalan pergi, Syaheera masih terus menggerutu.

"Jadi itu yang Om sebut dengan pekerjaan penting! hais... menyebalkan!" gerutu Syaheera sambil melemparkan sarung tangan nya ke arah sofa.

Syaheera menenggak air minum dari botol yang dia ambil di lemari pendingin.

Dia duduk di sofa dan masih terus memandang kesal ke arah Nisya dan Bram.

Sesekali Bram juga melirik ke arah Syaheera, dia justru tersenyum ketika Syaheera melirik kesal ke arahnya.

"Sayang, sepertinya keponakan mu itu tidak menyukai aku ya?" tanya Nisya manja.

"Kenapa memangnya jika dia tidak menyukaimu? aku menyukaimu!" jawab Bram sengaja.

"Sayang, kamu benar-benar pintar menggombal!" puji Nisya dan makin menempelkan dirinya ke Bram.

Melihat Syaheera makin kesal, Bram merasa makin senang. Sedangkan Syaheera sudah tidak tahan lagi ingin muntah, melihat kemesraan dua orang itu.

Syaheera berlari ke kamar mandi dengan cepat. Melihat Syaheera berlari sambil menutup mulutnya dan memegangi perutnya Bram khawatir dan segera menyusulnya.

"Sayang!" teriak Nisya.

"Huh, menyebalkan!" keluh Nisya karena Bram tidak menghiraukan nya.

Hoek! hoek!

Setelah dia memuntahkan rasa kesal dan tidak nyamannya, dia membasuh wajahnya dengan air.

Bram masuk ke kamar mandi dan menepuk punggungnya pelan.

"Kamu sakit? kita ke rumah sakit sekarang ya!" ajak Bram.

Syaheera menggelengkan kepalanya berkali-kali,

"Tidak Om, aku tidak apa-apa. Jika Om mau berangkat, pergilah! aku akan mengurus diriku dengan baik!" sahut Syaheera.

Bram tersenyum,

"Baiklah, ingat untuk mengurus dirimu dengan baik selama Om tidak di sisimu!" seru Bram.

Bram pun pergi bersama Nisya, Syaheera kembali ke kamarnya dan menyiapkan semua perlengkapan untuk wawancara magang di Perusahaan Anggara grup.

Syaheera beralih dari dokumen ke arah meja riasnya. Dia membuka beberapa lipstik baru yang belum pernah di cobanya.

Matanya tertuju pada warna merah muda yang ada di barisan ketiga.

Dia mengambilnya dan memoleskan nya di bibirnya. Warnanya lembut tapi cantik, senada dengan liontin dari kalung yang dia pakai.

Melihat liontin itu Syaheera ingat akan peristiwa yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.

Flashback On.

"Dengarkan Om ya, nanti kamu masuk ke dalam ruangan itu. Jangan takut, meskipun disana gelap tapi percayalah, Om menunggumu di luar!" seru Bram pada Syaheera kecil yang berusia sepuluh tahun itu.

"Kenapa aku harus ke dalam?" tanya Syaheera.

"Di dalam ada seorang anak laki-laki seusia mu, dia sangat ketakutan karena orang tuanya belum menjemputnya dan mengeluarkannya dari sana! Yang harus kamu lakukan adalah menemaninya sampai orang tuanya datang, hibur dia agar jangan merasa takut! Mengerti!" jelas Bram.

Syaheera kecil mengangguk paham. Bram lalu memasukkan Syaheera ke dalam ruangan gelap seperti gudang. Disana Syaheera mendengar suara seseorang sedang menangis.

Syaheera mendekatinya.

"Eh, kamu jangan menangis!" ucap Syaheera.

Anak laki-laki itu menoleh.

"Kamu siapa?" tanya nya sambil menangis.

"Aku sama seperti mu, ayah dan ibumu belum datang menjemputmu kan? aku akan menemanimu!" jawab Syaheera polos mengikuti apa yang di ajarkan oleh Bram.

Anak laki-laki itu mengusap wajahnya dan menghapus tangisnya.

"Kamu juga di culik?" tanya anak itu.

'Di culik?' batin Syaheera

Syaheera menganggukkan kepalanya.

"Jangan takut aku akan menemanimu sampai ayah dan ibu mu datang menjemputmu!" seru Syaheera.

"Namaku Syaheera, siapa namamu?" tanya Syaheera mengulurkan tangannya pada anak laki-laki itu.

"Bastian" jawab anak laki-laki itu sambil menjabat tangan Syaheera.

Flashback Off.

...💖💖💖...

...Jangan lupa tinggalkan jejak Like, Komentar dan Favoritnya ya 💖💖💖...

...Terimakasih 💖💖💖...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!