NovelToon NovelToon

Alice & Alicia: Putri Kembar Religius

Bab 001: Tragedi Hutan Kaskas

"Yang Mulia Putri, tetap di dalam! Kami akan menangani para serigala itu segera!" seru seorang komandan kesatria berzirah lengkap. Ia mengangkat sebelah tangannya, memberi isyarat pada para kesatria untuk menghunuskan pedang dan memperkuat kuda-kuda mereka.

Situasi ini benar-benar kacau. Kabut hutan semakin tebal, membuat suasana di sekitar semakin suram. Mentari perlahan tenggelam. Kegelapan pun merambat dari ufuk seberang.

Belum lama sejak lolongan serigala terdengar dari pedalaman Hutan Kaskas, predator-predator buas itu sekarang sudah sampai di sini. Mereka mencegat rombongan perjalanan Putri Mahkota el Vierum, Alice vi Alviero, seolah sudah menantikan kedatangannya.

Suara-suara gonggongan dan geraman mereka saling bersahutan. Sorot mata merah para serigala melotot tajam, menyebarkan hawa intimidasi yang mencekam. Mereka terlihat mengerikan seakan memiliki aura sihir yang jahat dan mematikan.

"Ada yang aneh dengan hewan-hewan buas ini," kata salah seorang kesatria. Ia menghunuskan pedangnya. Tubuhnya membangun kuda-kuda yang kokoh. Walaupun sudah terbiasa dengan perburuan, entah mengapa ia merasa terganggu dengan aura misterius dari serigala-serigala berbadan besar itu. Aura misterius itu membuat keringat dingin mengalir deras di dahinya.

"Ck! Siapa yang bilang kalau hutan ini aman? Ini jelas kesalahan yang fatal. Harusnya, kita masih bisa beristirahat dengan aman kalau berhenti di luar hutan," balas teman kesatrianya yang lain. Wajahnya terlihat kesal. Ia berdiri di samping kawannya dengan kuda-kuda yang tak kalah kokoh. Ketegangan memacu adrenalinnya. Jantungnya berdetak kencang. Dengan mata yang awas, ia siap menerima serangan para serigala kapan saja.

"Tetap fokus untuk melindungi Putri Mahkota el Vierum," tegas komandan kesatria, Ferrum de Plato. Pria paruh baya itu berseru lantang meyakinkan seluruh rekan kesatrianya. Meski para serigala itu jumlahnya jauh lebih banyak dari mereka, ia yakin bahwa pasukannya mampu menghadapi para predator buas itu. "Para serigala ini bukanlah tandingan kita, Kesatria Istana Mutiara."

“Ooo …!” Para kesatria berseru setuju. Moral mereka bangkit sampai menghapuskan atmosfer intimidasi para serigala. Genggaman pedang mereka pun semakin erat seolah tak akan ada yang bisa mengalahkan mereka.

Seekor serigala yang paling besar melolong. Lolongannya sangat panjang dan memekik seakan berkata bahwa usaha musuhnya hanyalah kesia-siaan belaka. Ia mengeluarkan aura intimidasi yang lebih besar lagi dan lagi. Aura mistisnya merembes kuat sampai mampu menumbangkan orang biasa yang ada di rombongan Putri Mahkota el Vierum itu.

Seekor serigala tiba-tiba maju menerkam. Kesatria yang diincarnya pun dengan ringan mengayunkan pedang. Ayunan itu dengan luwesnya menebas serigala yang menyerang. Darah bercucuran ke mana-mana. Bau anyir menyeruak. Tubuh serigala itu tumbang seketika dalam satu tebasan.

Sesaat kemudian, para serigala yang lain menyerbu dengan ganas sambil melolong-lolong. Para predator berkelompok itu dengan cerdas mengepung musuh dan memecah belah mereka. Strategi itu seolah telah dilatih sejak lama sehingga sulit menemukan celah di sana.

Itu masih bukan masalah besar bagi para kesatria. Mereka sudah biasa melakukan perburuan di musim-musim tertentu. Para ahli pedang itu bahkan berpengalaman memburu hewan-hewan yang lebih buas dari serigala seperti beruang dan singa.

“Dalam waktu singkat, para serigala ini akan dengan mudah dibereskan.”

"Ya, ini hanyalah hal mudah," pikir Ferrum. Ia sudah mengalahkan dua ekor serigala yang mengeroyoknya. Matanya yang tajam melirik seekor serigala besar mengabaikan para kesatria dan melesat maju. Serigala itu mengincar kereta kuda Putri Mahkota el Vierum. Sontak, sang komandan ksatria menerjangnya hingga serigala besar itu tak dapat sedikit pun menyentuh kereta.

“Kamu pasti alpanya, kan?” tanya Ferrum seolah serigala besar itu dapat mengerti kata-katanya, “Ini memang aneh. Kenapa kamu mengincar kereta kuda Putri Mahkota el Vierum?”

Bab 002: Si Pengkhianat Dominique

Serigala besar itu jelas tidak menjawab. Ia justru kembali melesat. Diabaikannya Ferrum seakan yang menjadi incaran serigala besar itu memang hanya Putri Mahkota el Vierum. Gerakannya memang cepat, tapi Ferrum yang seorang komandan kesatria juga tidak kalah cepat.

“Serigala itu pasti hewan sihir,” tebak Ferrum dengan mata yang tak sedikit pun mengendurkan kewaspadaannya, “Penyihir mana yang mengutusmu ke mari, hah? Beraninya ia mengusik Putri Mahkota el Vierum!”

Si serigala besar mendapat luka yang serius dari Ferrum. Dengan instingnya, ia pun sadar bahwa dirinya  tidak mungkin bisa mengabaikan kesatria berzirah itu. Dibuatnya kuda-kuda bertarung. Matanya menatap tajam pada Ferrum. Dengan sekali hentakan, ia menerjang kesatria itu dengan cakar-cakarnya yang tajam.

Ferrum menusuk serigala besar itu tepat di titik vitalnya. Ia pun segera membantingnya ke tanah agar predator buas itu cepat mati. Sayangnya, serigala itu masih mampu bangkit kembali selepas Ferrum mencabut pedangnya. Ia bahkan melukai kaki Ferrum dengan cakarnya.

“Hewan licik!” umpat Ferrum kesal. Ia pun memperbaiki kuda-kudanya. Matanya menatap ke sekitar sekilas. Para kesatrianya masih sibuk bertarung. Di antara mereka bahkan ada yang dikepung oleh beberapa ekor serigala.

“Gawat!?” Ferrum terkejut begitu melihat beberapa ekor serigala berusaha mencakar-cakar kereta kencana. Ia pun berlari ke serigala-serigala itu untuk menjauhkan mereka dari sana. Namun, sungguh sayang beribu sayang.

"Semuanya!" teriak Ferrum, "Fokus lindungi Yang Mulia Putri—aargh…!?"

Seruan Ferrum terhenti seketika. Para kesatria terdekatnya pun menoleh. Mata mereka terbelalak melihat sebilah pedang yang menusuk dada komandan mereka dari belakang. Tusukan pedang itu jelas bukan perbuatan serigala. Ada pengkhianat di antara mereka.

Tak lama berselang, terdengar suara kekeh yang mengerikan dari seseorang di belakang sang komandan. Ia mencabut pedangnya sehingga pria berbadan tegap itu jatuh ke tanah. Momen itu membuat beberapa kesatria kehilangan fokusnya. Alhasil, mereka menjadi sasaran empuk para serigala.

"Sir Dominique! Apa yang Anda lakukan?" teriak seorang kesatria muda berbadan jangkung, berambut cepak cokelat, dan bermata biru seperti langit yang gelap. Raut mukanya mencetakkan kekesalan yang jelas. Ia mati-matian berusaha melawan beberapa ekor serigala sekaligus.

“Xixixi…!” Kekeh pria yang dipanggil Dominique itu masih belum berhenti. Ia pun menatap tajam pada anak muda yang dengan berani membentaknya.

"Solid van Denburg, bukankah sudah jelas bahwa aku membunuh komandan tua yang sombong ini?" jawab Dominique dengan suara yang cempreng, amat berbeda dengan suara serak-serak basah yang biasa ia gunakan di saat melatih para kesatria muda.

"Wakil Komandan Dominique! Kenapa Anda membunuh—!?" seorang kesatria lain hendak meminta penjelasan, tetapi tiga ekor serigala telah lebih dulu menyerang dan mencabik-cabik dirinya. Kesatria itu pun mati seketika.

Melihat kejadian itu, moral kesatria yang tersisa mulai runtuh. Mereka pun tumbang satu per satu. Hanya tinggal beberapa kesatria saja yang masih berusaha mati-matian melindungi kereta kuda.

Solid van Denburg merupakan salah satu yang masih berusaha bertahan sampai detik-detik terakhir. Putra kebanggaan Keluarga Marquez van Denburg itu masih berstatus sebagai kesatria magang di Istana Mutiara. Malang nian nasibnya. Ia langsung menyaksikan pembantaian di misi pertamanya.

Namun, dia adalah kesatria muda yang tangguh. Dengan kecerdasannya yang terlatih sejak kecil, ia mengamati situasi sambil mempertahankan fokus pada serigala yang mengincarnya. Matanya berkali-kali mengawasi Dominique yang baru saja membunuh Ferrum dan bertingkah aneh. Andai situasinya memungkinkan, wakil komandan yang gila itu pasti sudah ditangkap dan dihajarnya sekarang. Ia tidak takut meskipun usia dan pangkatnya jauh lebih rendah.

"Bedebah sialan!"  Solid menggertakkan gigi-giginya. Ia berhasil membunuh seekor serigala lagi. Dilihatnya Dominique yang melangkah dengan santai ke pintu kereta kencana sang putri. Ketika ia mendekat, para serigala terdiam. Jelas sekali pengkhianat itu ingin melakukan sesuatu pada putri mahkota. Hal ini tak bisa Solid biarkan begitu saja.

"Sir Dominique!" seru Solid yang dengan terburu-buru mengejar wakil komandan kesatria itu. Gerakannya amat cepat sehingga tak ada seekor pun serigala yang dapat mengejarnya. Ia menyabetkan pedangnya ke Dominique dan berteriak dengan lantang, " Jangan dekati tuan putri dengan tanganmu yang kotor itu!"

Bab 003: Keadaan yang Semakin Memburuk

Alice vi Alverio memantau keadaan di luar kereta kuda dengan tubuh gemetar. Mata merah delimanya menunjukkan ketakutan yang jelas. Wajahnya yang seputih susu terlihat syok di balik tudung biru gelapnya. Jantungnya pun berdetak kencang saking takutnya.

Di situasi yang berbahaya itu, ia berusaha bersikap tenang. Sepasang belati tergenggam erat di kedua tangan mungilnya. Ia tidak bisa bersantai saja menunggu masalah ini usai, apalagi setelah melihat kondisi yang mulai memburuk sejak komandan kesatrianya terbunuh.

Namun, tuan putri kecil itu tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya mampu meringkuk sendirian di dalam kereta kuda yang terkunci rapat-rapat. Dayangnya–Anna Saville–yang biasa ia andalkan sedang dalam tugas penting lainnya sekarang. Kalau saja wanita spesial itu ada di sini, ia pasti bisa mengatasi masalah ini dengan segera.

Alice melihat satu per satu kesatria yang mengawalnya tewas. Dengan paksa, ia pun membungkam mulutnya sendiri agar tidak berteriak. Tangannya semakin gemetaran melihat kondisi yang kian memburuk. Ia juga merasa tidak nyaman dengan aura yang dipancarkan oleh si pengkhianat Dominique.

“Tidak! Penjahat itu mendekat,” batin Alice yang semakin gemetar dan bertambah gemetar. Putri Mahkota el Vierum itu baru berusia sepuluh tahun. Tanggung jawab yang besar memaksanya untuk tumbuh dewasa lebih cepat. Ia berusaha memberanikan dirinya. Diingatnya kata-kata yang Anna ajarkan kepadanya.

"Alice, kamu bisa, Alice! Kuatkan dirimu! Kamu bisa!" teriaknya dalam hati, "Angkat belatimu! Serang musuhmu di waktu yang tepat!"

Dominique semakin mendekat. Wajahnya yang bengis membuat Alice cepat-cepat menundukkan pandangan. Gadis kecil itu masih terus berusaha untuk menguatkan hatinya. Ia tak akan sudi ditangkap oleh pengkhianat tak bermoral tersebut. Saat ia merasa semakin terpuruk, terdengar teriakan Solid yang membelanya. Sang Putri Mahkota el Vierum pun bergumam pelan, "Itu … Solid?"

"Bocah van Denburg!" seru Dominique balas membentak. Ia menangkis tebasan Solid. Meski gerakannya terlihat simpel, tapi tenaganya sangat besar.

Solid pun mundur beberapa langkah demi meminimalisasi dampak balik tangkisan kuat itu. Ia kembali memperhatikan sekitar. Para serigala berdiri terdiam selepas membantai kawan-kawan kesatrianya.

Sorot mata hewan-hewan buas itu mengawasi dengan tajam. Mereka tampak tak berniat memangsa buruannya. Semakin jelaslah bahwa serigala-serigala itu merupakan hewan buas yang dikendalikan dengan sihir.

"Cepat menyingkir dari sini selama aku masih mengampuni nyawamu, Bocah!" bentak Dominique lagi. “Aku tidak akan memberimu kesempatan kedua!”

Nyali Solid sempat menciut. Kakinya sedikit gemetar. Kepungan para serigala juga membuatnya gentar. Akan tetapi, hatinya kembali teguh begitu mengingat lady kecilnya yang sedang dalam bahaya. Ia tidak bisa membiarkan Putri Mahkota el Vierum terluka sedikit pun.

Kesatria magang itu pun kembali menyerang Dominique. Kali ini, Dominique menghindarinya dengan mudah. Ia pun memukul kepala Solid dengan gagang pedangnya. Pukulannya sangat keras sampai-sampai Solid terbanting ke tanah.

Tubuh kesatria muda itu ambruk seketika. Kepalanya sakit bukan kepalang. Darah pun mengalir di sela-sela rambut kecokelatannya. Badannya tak dapat digerakkan barang sedikit pun. Tenaganya juga seolah langsung menghilang.

"Dasar pengganggu! Kucing kecil ini ingin melawan serigala pemburu. Mimpi kau!" maki Dominique sarkastis. Ia pun menusukkan pedangnya ke badan Solid. Darah mengucur deras dari luka-luka di sekujur tubuh pemuda itu.

"Sayang sekali ... padahal, kau adalah bocah yang berbakat yang penuh potensi,” gumam Dominique yang merasa berada di atas angin. Semua Kesatria Istana Mutiara sudah tumbang. Tak ada lagi yang dapat menghalanginya.

Pengkhianat itu pun berjongkok. Ia menjambak rambut cepak Solid karena melihat pemuda itu masih memiliki sisa-sisa kesadaran. Dengan seringai seram di wajahnya, ia berbisik, “Aku senang bisa melatihmu walaupun hanya sebentar. Xixixi ... sial sekali nasibmu. Kau harus mati di sini sekarang hanya untuk melindungi putri mahkota yang tidak berdaya itu. Tapi, sebelum kau meninggalkan dunia ini, bukankah seru kalau kau melihatnya untuk terakhir kali? Aku akan menunjukkanmu sebuah tontonan yang menarik."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!