" Ini untuk mu nak kebetulan kebun ibu berbuah. "
" Kamu sungguh cantik sekali apa ibumu campuran? "
" Sngguh ibu mau anak baik sepertimu. "
" Apa kamu tak punya mata, kamu pantas mendapatkan semua ini. "
Yah, begitulah kata-kata yang keluar dari orang-orang saat bertemu dengan Aisyah, ada yang suka dan mau menerimanya tapi ada pula beberapa orang yang benci dan menghina perasaannya namun dia berusaha tegar menghadapi semuanya dan meyakinkan dirinya bahwa apa yang dia alami merupakan cobaan dari Allah SWT untuk menguji kesabarannya.
" Syah, kesini lo bantu gue bersihkan sepatu ini, gue akan memakainya nanti malam. " bentak Kiya melempar sepatunya ke tubuh Aisyah sehingga Aisyah bangun dari tidurnya.
" Ada apa kak? " tanya Aisyah sembari mengusap matanya dan mencoba bangun dari tidurnya.
" Apa lo nggak lihat sepatu gue kotor. Jadi, bersihkan sekarang sepatu gue sampai bersih karena gue mau pergi kepesta kak Rendi malam ini. " sahut Kiya yang langsung menutup mulutnya.
" Oh iya lo tidak bisa lihat yah. " tawa Kiya mengolok-olok Aisyah.
Aisyah hanya bisa diam menerima penghinaan kakak tirinya, dia tahu jika dia melawan maka hidupnya akan ada dalam kesusahan kedepannya, apalagi sang ayah sudah tidak ada maka akan menambah kesusahannya, hidup di dalam keluarga yang baik diluar tapi jahat di dalam sungguh sebuah beban yang harus dia terima.
" Kalau kakak mau aku membersihkannya maka adik akan bersihkan sepatu kakak. " balas Aisyah mencari-cari sepatu yang dilempar sang kakak.
" Mau bersih kata lo, nemuin sepatu gue saja lo tidak bisa apalagi membersihkannya. " ejek Kiya mendorong tubuh Aisyah kebelakang dan membuat kepala Aisyah sedikit terbentur di kepala kasurnya.
Aisyah kembali menerima perlakuan kakaknya, sudah hampir 10 menit tidak mendengar suara sang kakak dia pun pergi keluar untuk menghirup udara luar.
Ahhh, kenapa semuanya membenci aku, apa salahku, aku tidak butuh kasih sayang mereka tapi aku juga tidak bisa ditindas seperti ini terus, dulu saat ayah masih ada mereka sangat baik kepadaku dan menganggapku sebagai anak dan adik sendiri tapi saat ayah tidak ada dirumah mereka malah menindasku habis-habisan...huhuhu... kenapa semuanya seperti ini, ayah kapan kamu balik. Aisyah tidak sanggup lagi bertahan disini lebih lama lagi... ibu aku rindu kamu, kenapa ibu pergi meninggalkan aku disini sendirian, aku rindu masa-masa kita bersama seperti dulu, dulu Aisyah sangat menyukai keluarga baru ini karena mereka sangat menyayangi ku tapi semuanya hanya tipuan mereka, jika aku tahu mereka seperti ini aku tidak akan setuju ayah punya istri dan anak tiri lagi. Aisyah dalam hatinya mengeluarkan air matanya sembari menyusuri jalanan di depan rumahnya dengan memeggang satu tongkat untuk membantunya berjalan.
-
Malam harinya saat Kiya hendak bersiap-siap pergi ke pesta di rumah Rendi.
" Hei buta, kesini cepatan, bantu gue bawa barang-barang ini ke pesta. " sahut Kiya menyodorkan barang-barang makeupnya dan beberapa setelan sepatu yang mungkin dibutuhkannya nanti dan Aisyah hanya bisa patuh dan menerima perintah kakak tirinya.
Di rumah tempat pesta berlangsung.
" Hei sob, kenapa sendirian saja ? Apa kamu tidak membawa seorang wanita? "sahut pria berjas putih.
" Emm, emang kenapa kalau gue nggak bawa wanita, emang harus bawa wanita dulu baru bisa masuk ke pesta ini. " sungut pria tersebut sedikit kesal.
" Aishhh, jangan marah, kan gue hanya nanya aja, yaudah gue layani tamu dulu habis itu gue balik lagi. " balas Pria berjas putih dan meninggalkan pria dingin tadi.
Di depan rumah sang penyelenggara pesta.
" Hei buta, kamu buruan dong, aku mau masuk kedalam dan ingat saat kamu masuk nanti kamu jangan cari perhatian orang cukup duduk manis disudut saja dan tunggu gue selama pesta berlangsung. " Kiya berlenggang pergi meninggalkan Aisyah sendirian disudut pesta hingga tidak terlalu diperhatikan oleh banyak orang. Aisyah ditugaskan oleh Kiya untuk duduk disudut ruangan. Agar, orang-orang tidak memperhatikannya sehingga Kiya bisa mengambil kesempatan untuk jadi wanita cantik dan manis malam ini.
Di dalam acara seorang pria dengan wajah dingin mencoba menjauh dari pesta tersebut dan mencari udara malam melepaskan kebosanan yang menyusup di pikirannya. Aisyah yang juga merasa bosan mencoba meminta tolong kepada seorang pelayan untuk mengantarnya menghirup udara segar di teras rumah penyelenggaraan pesta.
Pestanya lama juga yah. Sungguh membosankan di dalam sendirian. Untung ada pelayan yang baik dan membantuku keluar di acara tersebut pikir Aisyah.
Aisyah yang duduk di kursi taman rumah si penyelenggara pesta, tidak sadar ada sepasang mata melihatnya.
Sudah hampir 30 menit Aisyah berada diluar dan kembali ke dalam rumah. Namun langkahnya terhenti saat tidak tahu arahnya melangkah dan pelayan yang membantunya tadi juga tidak ada disana, sehingga Aisyah mencoba melangkah satu persatu dengan sebilah tongkatnya. Saat Aisyah hendak memindahkan tongkatnya ke depan, hampir saja dia terjatuh karena tongkat yang ia pegang terbagi menjadi dua bagian bukan patah cuman terlipat saja. Namun, dengan cepat sebuah lengan kekar seorang pria tampan, putih dan tinggi menangkapnya dan menariknya hingga kepala Aisyah menempel di dada kekar pria tersebut.
" Apa kamu tidak apa-apa? " tanya pria tersebut yang terlihat khawatir. Melirik Aisyah yang tidak kalah terkejutnya karena tiba-tiba seorang pria memeluknya.
" Saya tidak apa-apa tuan. Terima kasih sudah menolong saya. " balas Aisyah mencoba menjauh dari pria tersebut. Namun, dengan cepat pria itu kembali menarik Aisyah kedalampelukannya.
" Ada apa tuan, kenapa menarik saya lagi? " merasa bingung dengan reaksi pria itu yang lagi-lagi menariknya. Awalnya dia jengkel dan berusaha menunggu alasan pria itu.
" Dibelakang mu ada kolam renang, biar saya antar kamu kedalam agar tidak terulang kejadian seperti tadi lagi. " sahut pria tersebut lemah lembut membantu Aisyah masuk kedalam.
" Benarkah! Sekali lagi saya berterima kasih kepada tuan karena sudah menolong saya untuk yang kedua kalinya dan terima kasih juga sudah membantu saya berjalan ke dalam. " sahut Aisyah sambil mengeluarkan senyum manisnya membuat hati pria tersebut berdetak kencang.
Deg...deg...deg
Pria itu berdehem menghilangkan keheningan sesaat itu. Lalu, pria tadi membantu Aisyah masuk kedalam.
" Sama-sama, kalau begitu ayuk saya antar kedalam. " sahut pria tersembut sambil mengandeng tangan dan menuntun jalan Aisyah.
Selama acara berlangsung Aisyah hanya bisa berdiam diri dan belum makan apa pun, Kiya hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan Aisyah yang belum makan dari tadi dan dari tadi juga sepasang mata memperhatikan Aisyah dan mencoba menghampiri Aisyah.
" Hallo, apa saya boleh gabung? " ucap pria tersebut dan langsung duduk tanpa menunggu persetujuan dari Aisyah membuat Aisyah terkejut dan mencoba menacri tongkatnya.
" Apa kamu cari ini? "sahut pria tersebut dan memberikan tongkat ke Aisyah.
" Hmm, makasih tuan. " sahut Aisyah dan mencoba menjauh namun di hentikan oleh pria tersebut.
" Ada apa tuan? " Aisyah mulai tidak nyaman dengan pria di sampingnya. Dia mencoba menjauh.
" Kamu mau kemana? Kamu duduk saja disini. Saya tidak akan melakukan apa pun padamu, saya hanya mau memberikan kamu minuman dan beberapa kue untuk mu, kamu pasti lapar kan? " pria itu dan menarik Aisyah kembali ketempat duduknya hingga gadis itu terjerembab di sofa yang ada di samping pria tadi.
" Ahh, saya tidak apa-apa tuan, saya hanya ingin keluar sebentar saja. " sahut Aisyah mencoba menahan ketakutannya terhadap orang asing.
" Kamu jangan cemas, saya tidak punya maksud jahat kok. Saya hanya memberikan minuman dan makanan saja. " sahut pria itu mencoba meyakinkan Aisyah bahwa dia tidak akan melakukan hal buruk.
Apa orang ini serius dengan perkataannya, bagaimana kalau dia punya maksud jahat, lebih baik aku duduk saja disini dan menunggu kak kiya balik. gumam Aisyah dalam hatinya.
" Aku tahu, kamu pasti cemas kalau saya punya maksud jahat, saya adalah orang menyelamati kamu di teras tadi, apa kamu tidak ingat suara saya? " sahut pria itu mencoba meyakinkan Aisyah dengan mengingatkan kejadian saat Aisyah hampir terjatuh tadi.
" Benarkah tuan, maaf saya tidak ingat dan juga maaf sekali sudah mencurigakan tuan barusan. " sahut Aisyah menundukkan kepalanya memberi hormat kepada penyelamatnya.
" Tidak apa-apa, saya juga tahu kalau kamu pasti waspada dengan orang asing, apalagi kita baru ketemu. " sahut pria itu lembut.
" Apa kamu yakin tidak mau menerima makanan dan minuman yang saya bawa? " lanjut pria itu dan mencoba mengambil tangan Aisyah dan meletakkan minuman di atas tangan Aisyah.
" Eh makasih tuan, tuan sudah bantu saya dari tadi dan juga memberikan ini. " sahut Aisyah menyodorkan minuman di tangannya bermaksud menunjukkan rasa terimakasihnya.
" Sama-sama nona. Oh iya, jangan panggil saya tuan, panggil saja saya Rey dan saya harus memanggil nona dengan sebutan apa? " tanya Pria itu berjabat tangan dengan Aisyah.
" Huh, panggil saja saya Aisyah tuan, eh Rey." sahut Aisyah sambil memberikan senyumannya.
" Baiklah Aisyah, senang bertemu dengan mu. " Rey mengambil tangan Aisyah agar mereka bisa berjabat tangan.
Di sisi lain, Kiya sangat marah melihat Aisyah berjabat tangan dengan seorang pria tampan dan dengan lembut pria itu menatap ke arah Aisyah.
Ck, dasar si buta jalan*, beraninya kamu cari perhatian dengan pria tampan, gue akan menghukummu nanti dirumah, lo lihat saja nanti gumam Kiya mengutuk Aisyah di dalam hatinya.
Visual Aisyah
Visual Reyhan
.
.
.
.
.
Bersambung.
Ck, dasar si buta jalan*, beraninya kamu cari perhatian dengan pria tampan, gue akan menghukummu nanti dirumah, lo lihat saja nanti gumam Kiya mengutuk Aisyah di dalam hatinya.
\=\=\=\=
Hari sudah menunjukkan pukul 12 malam, pesta itu pun sudah mulai berakhir, Sebelum Kiya hendak pulang dia pun menarik Aisyah dengan kasar sampai Aisyah terjatuh di sebuah meja kaca dan membuat lutut Aisyah sedikit terluka. Namun masih bisa diatasi oleh Aisyah. Tapi, disisi lain Reyhan yang melihat Kiya menarik Aisyah dengan kasar membuat dia angkat tangan dan menyusul Aisyah.
" Lo sudah gue bilang jangan cari perhatian di pesta ini dan juga apa lo harus banget yah membuat wajah menyedihkan seperti tadi? Kenapa juga kamu bisa kenal pria tampan tadi huh, kamu memang wanita jala*g yang tidak tahu malu. " Kiya membentak Aisyah tanpa menunggu respon dari Aisyah di depan banyak orang.
" Kak...apa maksud mu! Aku tidak pernah mengoda pria manapun! Aku hanya berdiam saja dari tadi. " Aisyah menunduk takut mendengar kakaknya marah.
" Alasan lo, gue muak dengan wajah polos itu, lo memang pantas buta. " sahut Kiya mengejek.
" Kak cukup, cukup kakak mengatai aku buta, aku ini buta juga gara-gara kakak yang tidak tahu terima kasih, semua ini gara-gara ķakak. " teriak Aisyah yang sudah tidak tahan dengan bentakan Kiya. Dia yang berkorban demi keluarganya namun dia yang selalu disalahkan atas semua yang terjadi pada keluarganya.
" Lo berani melawan gue huh? " Kiya yang hendak menampar Aisyah namun dengan sigap Reyhan menangkap tangan Kiya dan melempar Kiya kelantai membuat semua mata melihat mereka.
Apa yang terjadi? Kenapa wanita itu didorong kelantai ?
Lihatlah itu ada yang sedang ribut di pesta tuan muda Rendi !
Benar- benar berani wanita itu cari gara-gara di pesta ini.
Itulah kata-kata yang keluar dari mulut orang-orang yang melihat Kiya terlempar di lantai, membuat Kiya semakin marah sama Aisyah dia pun hendak membalas Aisyah namun ditepis oleh Reyhan.
" Dasar wanita ja*ang, beraninya kamu merayu seorang pria untuk melawan ku, apa kamu tidak malu dengan perbuatan mu huh? " bentak Kiya yang hendak menghampiri Aisyah namun di tahan oleh beberapa orang karena perintah Reyhan.
" Maaf nona, jangan buat masalah disini, ini adalah pesta yang dibuat khusus untuk tuan muda Rendi. Jadi, jangan bikin beliau malu karena kekacauan yang nona buat. " Salah satu Pengawal Reyhan mencoba menahan tangan Kiya yang hendak menarik Aisyah.
" Lepaskan tangan saya, yang harus di tahan itu adalah wanita itu bukan saya yang kalian tahan seperti ini! " bentak Kiya melawan pengawal Reyhan.
" Ada apa ini, kenapa disini ribut sekali? Apa tidak ada yang menghargai pesta yang saya buat? " Si penyelenggara pesta datang mendekati kerumunan yang terjadi di pestanya.
Rendi marah karena semua acara yang sudah dia siapkan tiba-tiba di rusak oleh orang luar.
" Rendi lo harus mengusir wanita ini, gue tidak mau melihat wajahnya lagi dan ingat jangan sampai lo mengundang dia lagi jika kamu tidak mau menantang ku. " sahut Reyhan membuat Rendi paham dia melihat kearah wanita yang di tunjuk Reyhan. Rendi paham bahwa Kiya bukanlah wanita yang baik karena Rendi tahu bahwa apa yang dilakukan Kiya pasti sudah membuat Reyhan marah besar dan tidak bisa dimaafkan lagi kesalahannya.
" Maafkan gue karena sudah menganggu kenyamanan lo sobat, kalau begitu kalian usir wanita ini dan jangan biarkan dia masuk lagi kesini. " sahut Rendi kepada para pengawal Reyhan namun dihentikan oleh Aisyah.
" Tidak jangan usir dia, kalau dia pergi maka saya juga akan pergi. " sahut Aisyah membuat Kiya senyum bahagia.
Hehe, lo pasti tidak akan membiarkan gue diperlakukan begini, kalau begitu kita lanjutkan saja dramamu ini gumam Kiya dalam hatinya.
" Dia adalah keluarga saya, kalau begitu saya akan ikut dengannya. " sahut Aisyah dan mulai mendekati Kiya.
" Tapi Syah, dia sudah menyakiti kamu, kamu tidak akan aman bila bersama dia, kamu disini saja dan biarkan dia pergi sendiri. " Reyhan menarik tangan Aisyah dan mencoba meyakinkan Aisyah.
" Tidak Rey, dia adalah kakak ku jadi dia tidak akan menyakitu jika aku tidak bersalah. " sahut Aisyah mencari-cari Kiya dengan tongkatnya.
" Kak, maafkan Aku yah, Aisyah janji tidak akan bikin kakak marah lagi, sekarang kita pulang bareng yuk kak. " sahut Aisyah dengan wajah sendunya.
" Baiklah, aku akan maafkanmu, sekarang kita pulang kerumah. " sahut Kiya yang pura-pura membantu Aisyah agar dirinya tidak disalahkan oleh orang banyak.
" Kakak bantu aku keluar! " sahut Aisyah dan dengan cepat Kiya membantu Aisyah.
" Apa kamu yakin balik sama dia? " sahut Reyhan yang mencoba menahan Aisyah.
" Saya tidak apa-apa Rey, kamu jangan cemas. " lirih Aisyah mencoba meyakinkan Reyhan dengan senyumannya.
Tampak wajah putus asa di mata Aisyah oleh Reyhan, namun dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menolong Aisyah, dia pun membiarkan Aisyah pergi dengan Kiya.
-
" Bagas, Nando kalian cari tahu hubungam dua wanita tadi dan pantau terus wanita yang bernama Aisyah jangan sampai dia kenapa-napa. " perintah Reyhan menatap kepergian Aisyah yang berjalan keluar.
" Baik tuan. " balas Bagas dan Nando serentak.
"Siapa kamu? Kenapa aku merasa nyaman dengan mu? Apa kita pernah bertemu sebelumnya, apa kita punya masa-masa bersama sebelumnya? " gumam Reyhan memikirkan wajah Aisyah.
-
Setiba di rumah Aisyah langsung dilempar oleh Kiya kelantai hingga tongkatnya terbuang di sembarang tempat.
" Maafkan aku kak, aku tidak akan cari perhatian mereka lagi. " Aisyah terisak di lantai yang ada di dekat ruang tamu.
" Baru sadar lo sekarang, kenapa tadi lo berani melawan gue, apa karena mereka ada jadi lo berani sama gue. Gue ingetin lo, gue tidak akan biarkan hidup lo tenang, gue akan buat hidup lo kayak di neraka. " Kiya menarik kuat rambut Aisyah kebelakang dengan kuat hingga Aisyah menjerit kesakitan.
" Ampun kak, Aisyah tidak akan berani lagi kak. " Aisyah menahan sakit di kepalanya dan juga rambutnya.
Semalaman Kiya memghukum Aisyah hingga meninggalkan beberapa luka di lengan dan kepala Aisyah. Pagi harinya Aisyah terbangun dan masih tertidur di lantai ditempat Kiya menyiksa Aisyah kemarin malam.
" Huh, sudah jam berapa sekarang, tubuhku terasa sakit semua. " Aisyah memegang tubuhnya yang terasa lemas dan perih.
" Udah bangun lo, sekarang lo pergi keluar dan beliin gue bubur ayam yang di depan. " jawab Kiya dengan nada marah dan Aisyah pun menjalankan perintah Kiya dan pergi keluar rumah menyusuri jalanan yang sangat berbahaya baginya.
Disaat Aisyah menyusuri jalanan dengan bantuan tongkatnya, tiap langkah ia susuri namun sayang disaat persimpangan jalan tiba-tiba sebuah mobil menyerempet Aisyah hingga terbentur batu.
Brukkk...
Seketika dunia Aisyah berhenti, Aisyah berusaha membuka matanya namun dia hanya bisa mendengar suara seorang pria yang tidak asing baginya, lama kelamaan mata Aisyah mulai tertutup dan sekarang gadis itu berada di atas pangkuan seorang pria.
" Syah...bangun Syah... jangan tinggalkan aku, Aisyah bangun...Syah..." teriak pria itu meneteskan air matanya dan memeluk erat tubuh Aisyah ke pelukannya.
Di Rumah Sakit Umum.
" Dok, tolong Aisyah dok. " teriak Reyhan mengendong tubuh Aisyah ke lorong rumah sakit.
" Baik tuan, silahkan tuan letakkan pasien di brankar." Salah satu perawat wanita dan beberapa perawat pria yang membantu mendorong brankar. Dengan pelan Reyhan meletakkan tubuh Aisyah ke atas .brankar dan membantu perawat mendorong brankar itu ke ruang UGD.
Dua jam lamanya dokter melakukan pemeriksaan kepada Aisyah, dokter itu pun keluar dari ruang UGD meminta persetujuan Reyhan untuk mengoperasi Aisyah dan segera akan melakukan operasi.
" Maaf saya berbicara dengan siapanya pasien? " ucap sang dokter menatap ke arah pria di depannya.
" Saya temannya dok, bagaimana dengan keadaanya dok? Apa teman saya baik-baik saja dok? " jawab Reyhan khawatir.
" Pasien tidak apa-apa tuan tapi dia harus melakukan operasi untuk mengurangi pendarahan di kepala pasien. " balas sang dokter dengan tatapan serius dan memghawatirkan.
" Apa!! Apa tidak ada cara lain lagi dok? "
" Tidak tuan, sebaiknya kita harus cepat melakukan operasi, takutnya nanti pasien tidak bisa diselamatkan lagi. " sang dokter memberikan selembar kertas persetujuan operasi.
Dengan gemetar Reyhan mengambil kertas itu dan menjatuhkan tubuhnya di kursi tunggu.
Apa yang harus aku lakukan, apa ini akan baik untuk dia gumam Reyhan menarik rambutnya kebelakang.
" Saya akan menunggu keputusan tuan, kalau begitu saya tinggal dulu. " sahut sang dokter dan meninggalkan Reyhan yang terlihat gemetar ketakutan.
" Apa aku harus melakukan ini, aku harap apa yang aku pilih adalah yang terbaik untuk mu dan semoga kamu cepat sembuh Syah. " ucap pria itu melihat Aisyah dari pintu kamar pasien.
-
" Bagaimana tuan? Apa anda sudah memutuskannya? " sang dokter menghampiri Reyhan yang masih berdiri di depan kamar pasien.
" Sudah dok, lakukan yang terbaik untuk teman saya dok, saya mau dia kembali lagi seperti dulu. " lirih Reyhan mengharapkan keberhasilan dokter di depannya dalam operasi yang akan dilakukan.
" Baiklah tuan, akan saya lakukan sebaik mungkin. " sahut sang dokter menyemangati Reyhan.
Sudah hampir tiga jam lamanya Reyhan menunggu sang dokter, dia terus mondar-mandir di depan ruang operasi dan sesekali dia mengusap kasar wajahnya karena kesalahhannya membiarkan Aisyah bersama Kiya.
Aku janji padamu Ai, aku Reyhan Wikanya berjanji akan membalaskan semua penderitaan yang kamu rasakan Aisyah gumam Reyhan dalam hatinya dan mengepalkan kedua tangannya.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Aku janji padamu padamu Syah, aku Reyhan Wikanya berjanji akan membalaskan semua penderitaan yang kamu rasakan Aisyah gumam Reyhan dalam hatinya dan mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
\=\=\=\=
" Kamu harus bertahan Syah, aku akan membuat mereka yang berani menyakitimu menerima akibat dari perbuatannya. " Reyhan dengan mengepalkan tangannya sembari membayangkan wajah Kiya.
Tidak lama setelah itu dokter keluar dari ruang bedah dengan darah yang telah
menempel di OK sang dokter.
" Bagaimana dok? Apa Ai sudah baik-baik saja? " Reyhan beranjak dari duduknya dan mendekati sang dokter.
" Syukurlah tuan, untung tuan cepat membawa pasien ke rumah sakit sehingga kami bisa menghentikan pendarahannya. Akan tetapi, pasien masih belum sadarkan diri. Kita tunggu saja untuk beberapa hari ini kalau dalam seminggu pasien masih belum sadar maka kita akan lakukan langkah berikutnya. " sahut sang dokter.
" Dan juga pasien baru melewati masa kritisnya jadi saya menyarankan agar tidak terlalu banyak orang menjenguknya karena akan memperlambat kesembuhan pasien. Kalau begitu saya mohon pamit untuk memeriksa pasien yang lainnya. " lanjut sang dokter dan pergi meninggalkan Reyhan.
Di ruang UGD.
" Ai, kenapa kamu bisa kecelakaan? Siapa yang berani memerintah kamu untuk pergi keluar seorang diri, sudah jelas kamu tidak bisa sendirian dan membutuhkan orang lain untuk membantumu! Apa mereka memaksamu melakukan semua keinginan mereka? " sahut Reyhan memegang tangan Aisyah dan men**um punggung tangan Aisyah.
Sebenarnya Reyhan tahu penderitaan Aisyah selama ini karena dia menyuruh Bagas dan Nando yang merupakan pengawal pribadinya untuk menyelidikiki kehidupan Aisyah. Dia sangat marah mengetahui bahwa Aisyah diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi yang mana kejahatan mereka dilakukan disaat Ayah Aisyah tidak berada di rumah. Reyhan semakin marah mengetahui bahwa Kiya juga ambil jatah untuk menganiaya Aisyah. Hal itu membuat dia semakin membenci Kiya beserta ibunya. Entah kenapa saat Reyhan pertama kali bertemu Aisyah di pesta rumah Rendi pada malam itu, dia seakan sudah mengenal Aisyah cukup lama. Hal itu membuat dia menugaskan pengawalnya untuk menyelidiki tentang kehidupan Aisyah.
" Mulai sekarang aku tidak akan membuat mereka berani menyakitimu lagi bahkan untuk memikirkannya sekaligus. " sahut Reyhan menatap sendu Aisyah.
Sudah 5 hari lamanya Aisyah tidak sadarkan diri, Reyhan selalu setia menemani Aisyah. Dia bahkan membersihkan Aisyah yang juga dibantu oleh suster rumah sakit, semua pekerjaannya di kantor di handle oleh sahabatnya yang bernama Rendi dan juga sekretarisnya, Rendi sebelumnya bingung dengan sikap Reyhan yang sangat peduli terhadap Aisyah, dia pun bertanya sama Reyhan dan langsung paham dengan maksud Reyhan karena dijelaskan dari awal sampai akhir oleh Reyhan, dia pun membantu Reyhan menghandle semua urusan kantor.
Seperti biasa Reyhan membantu Aisyah membersihkan wajah dan tanggannya yang kemudian di lanjutkan oleh suster rumah sakit tersebut, sehabis itu Reyhan selalu mengajak Aisyah berbicara agar Aisyah bisa memotorik tubuhnya lagi dan bangun dari komanya.
" Sampai kapan kamu akan diam seperti ini? Segitunya takutnya kamu dengan dunia ini? Apa mereka sangat menyiksamu sampai kamu tidak mau bangun dari koma mu, aku mohon sadarlah Ai, jangan pernah berniat untuk meninggalkan ku, tolong...sadarlah Ai, aku mohon padamu. " pinta Reyhan meletakkan tangan Aisyah di pipinya dan sesekali mengesekkan tangan Aisyah di pipinya dengan lembut.
Tiba- tiba Reyhan mendapatkan sebuah gerekan di tangan Aisyah, dia pun menekan bel yang langsung terhubung dengan sang resepsionis di rumah sakit tersebut dan dengan segera sang resepsionis mengabarkan kepada dokter rumah sakit itu untuk datang ke ruang rawat Aisyah.
" Ada apa tuan, apa ada perubahan terhadap pasien? " sahut sang dokter segera menghampiri Aisyah dan memasang stetoskop di telinganya.
" Iya dok, tadi tangan Aisyah tiba-tiba bergerak, apa yang terjadi padanya dok?" sahut Reyhan khawatir namun sedikit lega karena Aisyah sudah mulai mengerakkan tangannya.
" Tuan tunggu diluar sebentar, biar saya periksa pasien sebentar. Sus, bawa tuan Reyhan keluar. " pinta sang dokter dan menyuruh perawat yang ada di sampingnya untuk mengajak Reyhan keluar agar sang dokter bisa fokus dengan pemeriksaanya terhadap Aisyah.
" Tapi dok, saya ma..." sahut Reyhan yang terhenti karena sang perawat menarik tangannya.
" Mohon kerja samanya tuan, agar dokter bisa memeriksa pasien. " sahut perawat itu menarik tangan Reyhan keluar.
Sudah hampir 20 menit dokter memeriksa Aisyah, Reyhan terlihat gemetar dan khawatir. Namun dia selalu setia menunggu dokter keluar dari ruangan Aisyah, Rendi yang sudah selesai dengan urusan kantornya berusaha menyempatkan diri untuk menjenguk Aisyah sekaligus melihat keadaan Reyhan yang sudah hampir seminggu berada di rumah sakit.
" Hei bro, kenapa kamu berada di luar, apa terjadi sesuatu terhadap wanitamu? " sahut Rendi menepuk bahu Reyhan dan duduk di sampingnya namun tidak ada respon dari sahabatnya itu.
" Hei bro, apa Aisyah baik-baik saja, gue bicara sama lo? " lanjut Rendi bingung karena tidak ada respon dari Reyhan.
" Ai..Ai tadi tangannya bergerak dan dokter sedang memeriksanya sekarang. " sahut Reyhan senang dan sedikit khawatir.
Rendi yang melihat kekhawatiran di wajah Aisyah mencoba menghiburnya dan meminta Reyhan berdoa untuk keselamatan Aisyah.
" Hei bro, tidak biasanya nih lo begini, dari pada lo kayak gini mending berwudhu' dan berdoa untuk keselamatan wanita lo sana. " sahut Rendi memukul bahu Reyhan agar segera sholat.
Reyhan mengikuti perintah Rendi, dia pun pergi ke musholla yang telah tersedia di rumah sakit itu dan mendoakan yang terbaik untuk Aisyah. Setelah dia selesai sholat dia pun pergi menghampiri ruang rawat Aisyah yang sudah ada dokter di depan Rendi, dia pun bergegas menghampiri sang dokter.
" Bagaimana dok, apa Ai sudah baikkan? Apa saya boleh melihatnya dok? " sahut Reyhan khawatir dan sesekali melihat ke dalam ruangan tempat Aisyah di rawat.
" Alhamdulillah pasien sudah melewati masa kritisnya dan sudah mulai baikkan, pasien sangat kuat dan berusaha untuk tetap hidup, entah kenapa sepertinya dia seperti tidak mau meninggalkan seseorang, saya harap tuan selalu menjaga pasien kedepannya. Jangan sampai dia terluka lagi karena saat pertama dia datang kesini sepertinya sudah ada luka ditubuhnya sebelum kecelakaan yang menimpanya itu terjadi, saya sudah memberinya beberapa perawatan dan dia membutuhkan waktu untuk istirahat. Jadi jangan membangunkannya, kalau begitu saya pamit dulu. " sahut sang dokter meninggalkan kedua pria tampan itu.
Reyhan langsung menghampiri Aisyah diikuti oleh Rendi dari belakangnya, tampak kebahagia di wajah Reyhan yang sangat jelas oleh Rendi, Rendi tahu bahwa Reyhan sudah mulai menyukai Aisyah.
" Terima kasih Syah, karena kamu sudah mau mendengarkan permintaan ku, aku bersyukur karena kamu sudah mulai baikkan, terima kasih Ai. " sahut Reyhan lirih dan men**um punggung tangan Aisyah.
" Hei bro, lo main c**m tangan anak orang aja, kalau jadi cowok tu harus laki dong. " goda Rendi yang langsung ditimpal oleh Reyhan dengan bantal sofa yang ada di dekatnya.
" Lo kalau tidak ada hal lagi mending keluar sana. Jangan sampai Aisyah bangun gara-gara lo. " sahut Reyhan lirih agar tidak membangunkan Aisyah.
" Ck...bilang saja kalau lo mau berduaan dengan Aisyah. Yaudah kalau begitu gue pergi dulu dan ingat jangan ganggu anak orang, oke. " ejek Rendi yang langsung di lempar lagi dengan bantal oleh Reyhan.
Hari sudah semakin sore, Reyhan tertidur pulas di samping ranjang Aisyah, Aisyah terbangun karena memang dia sudah mulai baikkan. Namun, dia terkejut mengetahui keberadaan Reyhan di sampingnya sehingga dia tidak sengaja meraba wajah Reyhan yang ada di sampingnya dan membangunkan Reyhan dari tidurnya.
" Ahh, apa yang terjadi padaku, kenapa kepala ku sakit sekali? " sahut Aisyah lirih memegang kepalanya yang sakit dan membangunkan Reyhan dari tidurnya.
" Ada apa? Apa ada yang sakit? "
" Apa yang terjadi! Kenapa kepalaku sakit sekali? " sahut Aisyah bingung sembari menyentuh kepalanya yang sakit.
" Kamu habis kecelakaan dan sekarang kamu ada di rumah sakit, apa kamu butuh sesuatu?" sahut Reyhan lirih.
" Sudah berapa lama, sudah berapa lama aku disini, apa ada yang menjengukku? " sahut Aisyah mengabaikan perkataan Reyhan.
" Kamu sudah 5 hari disini, kamu sempat koma dan tidak sadarkan diri dan hanya ada aku disini. " lanjut Reyhan dan tiba- tiba air mata Aisyah berlalu tanpa permisi.
" Kamu kenapa, apa ada yang sakit? " ucap Reyhan khawatir.
" Kenapa, kenapa mereka tidak menghawatirkan keadaan aku sama sekali. " rintih Aisyah.
" Siapa yang kamu maksud, mereka siapa? " sahut Reyhan pura-pura, Reyhan tahu bahwa Aisyah menginginkan rasa khawatir dari ibu dan kakak tirinya.
" Tidak apa-apa, aku hanya asal bicara saja. " sahut Aisyah berbohong namun Reyhan tahu bahwa Aisyah berusaha menutupi kesedihannya. Aisyah pun meraba-raba disekitarnya untuk mengambil air yang mungkin ada di sampingnya.
" Kamu mau apa, biar aku yang ambilkan?" sahut Reyhan yang tahu bahwa Aisyah ingin minum air dan segera ia memberikan ke tangan Aisyah segelas air putih dan membantunya mengangkat gelas itu.
" Terima kasih, terima kasih karena kamu sudah peduli dengan ku. " sahut Aisyah memberikan senyumannya meskipun dia masih pucat dan lemas tapi dia masih tetap cantik dan mengemaskan dengan senyum kecilnya itu.
" Kamu tidak usah berterima kasih, saya senang bisa membantu kamu, apa kamu butuh sesuatu? Ob iya, kamu pasti lapar kan kalau begitu aku akan membelikan bubur untukmu. " sahut Reyhan yang langsung mengambil handphonenya dan menyuruh Bagas dan Nando untuk membelikan bubur untuk Aisyah ke rumah sakit.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!