Rianti Salsabila adalah seorang gadis yang berumur 19 tahun.Dia di tinggal kedua orangtuanya ketika dia menjelang ujian sekolah SMUnya dalam sebuah kecelakanan di mana kedua orangtua Rianti akan pergi ke bank untuk memgambil uang untuk pembayaran ujian sekolah Rianti.
Rianti sangat terpukul ketika mendengar kedua orangtuanya kecelakaan di jalan.Rencananya,setelah pulang dari bank ayah dan ibunya akan ke sekolah Rianti membayarkan uang ujian sekolahnya,tapi takdir berkata lain.Dalam perjalanaan mereka tertabrak truk besar yang melintas berlawanan dalam keadanan terombang ambing.Mungkin supir truk itu mabuk,sehingga mobil yang di kendarainya menabrak motor ayah Rianti yang melintas di belokan dengan kecepatan sedang.
Tanpa bisa di hindari,motor ayah Rianti menabrak mobil truk yang dalam keadaan oleng dan terjadilah tabrakan.
Ayah dan ibu Rianti terlindas di bawah roda mobil truk,sedangkan sang supir mobil truk hendak melarikan diri,tapi di cegat oleh warga sekitar.
Ponsel Rianti berbunyi,nomor ayahnya masuk.
"Halo,ayah.."ucap Rianti terpotong.
"Maaf,ini benar nomor Rianti Salsabila?"
"Ya pak,ada apa?Kenapa bukan ayah saya yang menelepon?"
"*Begini,ayah anda sedang ada di rumah sakit Bakti Darma.Apa anda bisa datang ke rumah sakit Bakti Darma?"
"Memang ayah saya kenapa pak.Dan bapak siapa menelepon saya pake nomor ayah saya*?"tanya Rianti gugup.
"Saya polisi,sebaiknya anda segera datang ke rumah sakit Bakti Darma."
"Baik pak,saya ke sana sekarang."
Rianti langsung menutup teleponnya.Dia bergegas pergi dari kantin,hatinya gelisah dan penuh tanda tanya.Ada apa sebenarnya dengan ayah dan ibunya.
Sampai di rumah sakit Bakti Darma,Rianti langsung menemui resepsionis.Sebelum bertanya,seorang polisi menghampiri Rianti.
"Apa anda bernama Rianti?"tanya polisi tersebut.
"Iya pak polisi,saya Rianti.Ada apa dengan ayah saya?Apa ayah saya kecelakaan?"tanya Rianti gugup dan khawatir.
"Tenang dulu nak Rianti,sabar dulu.Ayah anda ada di ruang ugd sedang di tangani oleh dokter."kata polisi itu dengan hati-hati.
"Bagaimana kondisi ayah saya,dan ibuku bagaimana?Apa semuanya selamat?"wajah khawatir dan bibir bergetar,nampak Rianti sangat penasaran dengan kondisi orangtuanya.
"Sebaiknya nak Rianti melihat ke kondisi orangtua nak Rianti."ucap Polisi itu dengan tenang.
Rianti langsung menuju ruang ugd setelah di beritahu di mana dia harus menuju.
Setelah sampai,Rianti tampak syok melihat keadaan ayahnya yang terbaring.Dia langsung beralari menuju ayahnya yang terbaring lemah penuh dengan alat medis.
"Ayah...Ayah kenapa?ayah ngga apa-apa kan?Ibu mana ulyah?"tanya Rianti sambil menangis.
Ayah Rianti hanya mengangguk.Alat yang terpasang di wajahnya tidak bisa untuk menjawab semua pertanyaan Rianti.Rianti tampak menangis tersedu dan sambil memeluk ayahnya.Dia tidak bertanya lagi karena dia tahu ayahnya tidak akan bisa menjawabnya.
Dokter yang kebetulan menangani ayah Rianti menghampirinya.
"Anda keluarga dari bapak Samsudin?"tanya dokter yang berdiri di belakang Rianti.Rianti menoleh,dia mengusap airmatanya yang terus mengalir.
"Dokter,ibu saya di mana?Kenapa hanya ayah saya yang di sini?Apa ibu saya baik-baik saja?"tanya Rianti tanpa jeda.
"Maaf mba,ibu anda tidak bisa di selamatkan.Ibu anda sudah tidak bernyawa lagi kerika sampai di rumah sakit ini."ujar dokter tersebut.
"Ya Allah...ibu...!"ucap Rianti menjerit histeris.Tubuhnya melorot ke bawah,airmata mengalir deras di pipinya,mulut Rianti tak henti mengucapkan kata maaf dan entah apa lagi.
"Anda harus ikhlas dan sabar."setelah mengucapkan kata itu,dokter tersebut meninggalkan Rianti yang masih menangis pilu.
****
Tak ada rasa yang paling menyakitkan dari rasa kehilangan orang yang di sayangi.Setelah dua minggu kepergian ibunya,Rianti harus kehilangan ayahnya yang meninggal karena kehilangan istrinya.Sempat juga ayah Rianti membaik dari sakitnya,namun kembali memburuk setelah kepergian istrinya.
Rianti kini sebatang kara.Dia harus berjuang sendiri untuk melanjutkan hidupnya.
"Rianti,yang sabar ya nak.Yang ikhlas,Tuhan lebih sayang sama ayah dan ibumu."ucap mbok Surti tetangga Rianti.
"Iya mbok,Rianti ikhlas menerima cobaan ini."ucap Rianti.Hatinya masih sedih dan pilu,tapi semua sudah takdirnya seperti itu.
"Neng Rianti apa punya sodara?"tanya mbok Surti.
Rianti menggeleng."Ngga tahu mbok.Ibu ngga pernah cerita kalo ibu atau ayah punya saudara."jawab Rianti.
Tak lama obrolan itu,suara pintu di ketuk dari luar dan terdengar ucapan salam.
"Assalamu alaikum."
"Wa alaikum salam."jawab Rianti dan mbok Surti.
Lalu Rianti dan mbok Surti bergegas ke ruang tamu melihat siapa yang bertamu.
Mbok Surti kaget dengan sosok perempuan paruh baya yang berdiri di depan pintu tersebut.Dan tak kalah terkejutnya perempuan paruh baya itu.
"Lho,kok nyonya ada di sini?"tanya Surti heran dengan kedatangan majikannya itu.
"Kamu juga kenapa ada di sini?"tanya perempuan itu yang ternyata majikan mbok Surti.
"Saya tetangga neng Rianti,nyonya."
"Oh.."
"Mari nyonya masuk."Surti mempersilakan majikannya.
Lalu majikan Surti masuk dan langsung duduk.Walau Surti masih penasaran dengan kedatangan majikannya,dia masih diam menunggu Rianti kembali dari belakang yang sedang menyiapkan minuman.
Tak lama Rianti datang membawa nampan berisi tiga gelas air teh hangat dan setoples cemilan.
"Maaf bu,cuma ada ini saja yang bisa saya suguhkan."kata Rianti sopan sambil menunduk.
"Ngga apa-apa."
Lama tidak ada obrolan,Rianti bingung mau ngomong apa.Apa lagi mbok Surti yang kurang sopan menanyakan maksud kedatangannya kemari,karena dia pikir Rianti berhak bertanya.
"Maaf nyonya,saya mungkin kurang sopan bertanya.Tapi saya sedikit penasaran,maksud kedatangan nyonya ke sini ada apa yah?"tanya mbok Surti yang akhirnya bertanya karena Rianti tidak berani bertanya.Mungkin karena malu.
"Oh ya,Surti maaf.Saya ini kemari dengan anak saya,tapi dia tidak mau turun dari mobil.Jadi hanya menunggu di mobil saja."
"Oh ya nyonya tidak apa-apa."
"Begini,ini mungkin agak aneh tapi saya harus memberitahu nak.."
"Rianti bu."
"Ya,Rianti.Bahwa sebenarnya ayahmu adalah saudara dari suami saya.Sebetulnya saya terkejut dengan kebenaran ini,tapi setelah tahu saya ayah kamu sudah meninggal,saya pikir saya harus menemuimu.Ini juga wasiat dari suami saya,bahwa saya harus mencari saudaranya yang lama tidak di jumpainya.
Saya merasa bersalah tidak langsung mencari tahu,namun begitu saya akan membawamu bersama kami."
"Maksudnya apa ya nyonya?"tanya Surti yang di angguki oleh Rianti.
"Saya di amanatkan oleh suami saya harus menemukan saudaranya,jika sudah meninggal dan anaknya tidak ada yang mengurus,maka kami harus mengurus anaknya sampai dia bisa mandiri.
Maka dari itu,nak Rianti harus ikut ibu."kata majikan mbok Surti.
Rianti diam,dia masih belum mengerti dengan ucapan majikan mbok Surti itu.Namun dia juga berpikir,lebih baik ikut dengan majikan mbok Surti dari pada hidup sendiri.Lagi pula di sana nanti ada mbok Surti.
"Bagaimana?apa kamu setuju?"mbok Surti menatap Rianti yang masih menunduk.
"Neng Rianti,gimana?"tanya mbok Surti.
"Terserah saja mbok.Tapi bagaimana dengan rumah ini?"tanya Rianti bingung.
"Di kontrakkan saja,biar nanti mbok Surti yang urus."usul majikan mbok Surti.
"Ya sudah,ngga apa-apa mbok."
"Minggu depan saya anak saya akan jemput kamu ke sini.Jadi selesaikan dulu urusanmu di sini."kata majikan mbok Surti yang bernama ibu Ningrum.
****
Rianti berangkat dari rumah mertuanya sejak pagi.Dia berangkat sendiri di temani oleh supir ibu Ningrum.Beruntung anak yang di gendongnya tidak rewel dalam perjalanan.
Menjelang sore mobil yang di tumpangi Rianti dan supir sampai di sebuah kompleks rumah yang lumayan bagus.Dari balik jendela mobil Rianti memandang bangunan rumah yang tampak kurang terawat di luarnya.Tiba-tiba dia merasa gugup mengingat dia akan bertemu suaminya.
Ya,ini rumah suaminya di kota.Baru kali ini dia mengunjungi rumah suaminya dan sebentar lagi dia dan anaknya akan tinggal serumah dengan suaminya.
Karena terlalu lama memandang bangunan rumah itu,sang supir menegur Rianti dengan pelan.
"Apakah non Rianti tidak turun?"kata mang Supri.
"Oh eh,iya mang Supri saya akan turun."lalu bergegas Rianti membuka pintu mobil.
Anak di gendongannya sedikit menggeliat karena pergerakan Rianti turun dari mobil.Di tepuknya pantata anaknya yang tiba-tiba meringis,lalu diam kembali setelah di rasa nyaman lagi dalam gendongan ibunya.
Mang Supri mengambil tas bawaan Rianti dalam mobil,kemudian berjalan menuju pintu gerbang yang terlihat tidak di kunci itu.Dia bawakan tas Rianti dan meletakannya di atas kursi yang berjejer samping pintu rumah itu.
Rianti ikut masuk lalu duduk di kursi sebelahnya.
"Kelihatannya sepi non,den Reno seprtinya tidak ada di rumah."ucap mang Supri.
"Ngga apa-apa mang,saya tunggu mas Reno pulang."kata Rianti.
Mang Supri diam,dia duduk di teras lantai bawah.Ingin dia merokok karena sejak berangkat tidak berani merokok dalam mobil karena ada bayi di dalamnya.
"Neng,apa neng mau menunggu terus di sini?"
"Iya mang,kan mas Renonya ngga ada.Jadi saya tunggu di sini saja."
Mang Supri menghela napas panjang.Bingung.Lalu dia bangkit dari duduknya kemudian melangkah ke depan.
"Mang Supri mau kemana?"tanya Rianti agak takut di tinggal sendiri.
"Mau melihat depan,barangkali di depan ada masjid."jawab mang Supri.
Lalu dia melihat jalan,dan menengok kanan kiri mengedarkan pandangan mencari masjid dekat jalan.
Tak lama dia kembali lagi ke teras.
"Di seberang jalan sana ada masjid,neng mau istirahat di masjid barangkali?"mang Supri menawarkan.
Rianti diam,menimbang tawaran mang Supri.Sesungguhnya dia juga lelah ingin rebahan sejenak,tapi tidak enak jika rebahan di masjid sambil membawa bayi yang kadang rewel.Nanti di tegur sama penjaga masjid.
"Gimana neng?"tanya mang Supri lagi.
"Ngga enak mang,takut anak saya rewel nangis."jawab Rianti.
"Ya sudah,mang Supri ke masjid dulu yah.Nanti kalo den Reno pulang neng Rianti telepon saya aja."ujar mang Supri.
Rianti merogoh tasnya,mencari seauatu.Tapi dia terperanjat,tangannya masih mencari-cari seauatu.
"Yah,ponselku ngga ke bawa mang."ucap Rianti kecewa.
"Ya udah,ngga apa-apa.Nanti mamang langsung kembali setelah selesai."ucap mang Supri.
Tak lama dering ponsel mang Supri berbunyi.Dia merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya lalu melihat di sana nama nyonya Ningrum tertera.
"Halo nyonya?"
"Mang Supri nanti kalo sudah sampai langsung pulang yah.Besok saya mau pakai mobil."kata ibu Ningrum di seberang sana.
"Baik nyonya."jawab mang Supri sambil memgangguk.
Telepon pun di putus oleh majikannya,kemudian mang Supri menghampiri Rianti.
"Neng Rianti,kata ibu kalo sudah nyampe mamang harus balik ke kampung.Neng Rianti ngga apa-apa mamang tinggal?"tanya mang Supri khawatir.
Rianti diam,dia menatap mang Supri,rona takut dan gelisah tampak jelas di wajah Rianti.
"Neng Rianti ngga apa-apa kan mamang tinggal?"sekali lagi mang Supri bertanya.
"Iya mang,ngga apa-apa.Mang Supri pulang aja.Mas Reno juga pasti datang kan."ucap Rianti menenangkan kegelisanhannya.
"Pasti den Reno datang.Jangan takut,den Reno kan suami neng Rianti."ucap mang Supri.
Rianti diam saja,hanya anggukan kepalanya menanggapi ucapan mang Supri.
Sesungguhnya Rianti masih canggung dengan Reno suaminya itu.Ada rasa takut juga segan dslam hatinya.
"Iya mang."kembali diam,hatinya masih di liputi gelisah.
Lalu mang Supri keluar dari halaman rumah anak majikannya.Sebenarnya dia lelah,tapi majikannya menyuruhnya langsung pulang.Mungkin nanti di rest area dia akan istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelahnya.
****
Sudah hampir dua jam Rianti menunggu suaminya datang.Anak dalam gendongannya mulai rewel,mungkin lelah.Dia tepuk-tepuk pantat anaknya itu untuk menenangkan,tetapi masih saja rewel.Ada bau yang samar-samar dia hirup,ternyata bau pup anaknya.Mungkin karena anaknya tidak nyaman dengan di bawahnya itu s3hingga menjadi rewel.
Rianti bingung harus membersihkan di mana,sedangkan membersihkan kotoran bayinya itu harus dengan air hangat.
Waktu sudah semakin gelap,suara adzan di masjid seberang jalan sudah berkumandang.Rianti masih menenangkan anaknya yang semakin rewel,sedangkan belum ada tanda-tanda suaminya pulang.
"Cup cup sayang,diam yah.Bunda akan cari air untuk membersihkan pupnya.Tenang ya sayang."begitu Rianti menenangkan anaknya.
Seolah tahu akan ucapan ibunya,bayi itu diam.Dia masukkan tangannya ke dalam mulutnya,Rianti tersenyum dengan kelakuan anaknya yang lucu.
Lalu Rianti bangkit dari duduknya,dia membuka kopernya dan mengambil kain popok dan selimut bayi tebal.Kemudian dia letakkan di meja.
Saat itu dia ingat di tasnya ada tisu basah,dia pikir sebaiknya mengelap pup anaknya pakai tisu basah saja.
Rianti meletakkan bayinya di atas meja yang sudah di lapisi selimut tebal dan kain popok,kemudian dia membuka celana panjang dan membuka pampers yang sudah basah.
Anaknyq diam,seolqh tahu dia akan di bersihkan dan menatap Rianti sambil tangannya meraih rambutnya yang turun ke bawah.
Rianti tersenyum dengan tingkah anaknya yang tidak rewel ketika mengganti pampersnya.
"Anak bunda pinter banget ya,ngga rewel."ucao Rianti masih mengelap ****** bayi itu.
Hanya menanggapi dengan senyuman saja dengan ocehan ibunya.
Setelah selesai mengelap,tak lupa dia membalurkan minyak kayu putih dan bedak di ****** anaknya agar nyaman setelah memakai pampers yang baru.
Selesai mengganti pampers,Rianti merapikan selimut dan kain popoknya lalu di masukkan lagi ke dalam tas besar.Pampers yang tadi ada kotoran anaknya dia buang di tempat sampah.
Hari sudah sangat gelap,namun suaminya belum juga datang.Dia gelisah,karena mau menghubungi pun percuma karena ponselnya ketinggalan di rumah di kampung.Rianti menghela napas panjang,perutnya yang sejak tadi lapar semakin nyaring bunyinya.Belum lagi setiap dua jam sekali anaknya menyusu asinya.
Rianti ingat,tadi di jalan ketika berhenti di rest area dia membeli sebungkus roti cokelat.Langsung saja Rianti mengambil tasnya kemudian merogoh roti di dalamnya.
Tanpa menunggu lama,dia langsung memakan roti cokelat itu untuk mengganjal perutnya yang sejak sore sudah kelaparan
Ketika sedang asyik menggigit rotinya,dia melihat pintu gerbang terbuka.Sosok laki-laki yang di tunggunya ternyata sudah datang.Rianti gugup,dia bangkit sambil membetulkan gendongan anaknya.
Laki-laki itu,tidak lain adalah Reno suaminya mendekat dengan aneh.Setelah sampai,dia terkejut bukan main.
"Ngapain kamu datang ke sini?!"ucap Reno ketus.
****
Rianti yang berdiri kaku,menjadi kaget dengan bentakan Reno.Dia diam saja,kepalanya menunduk,tangan kanannya menggenggam erat kain gendongan bayinya.
"Kamu ngapain datang ke rumahku?!"sekali lagi Reno bertanya dengan nada keras.
Rianti berjingkat kaget.Tubuhnya bergetar karena takut.
"Ck,di tanya diam saja.Udah be*o b*su lagi!"ucap Reno kesal.
Kemudian dia mengambil ponselnya dan hendak menghubungi seseorang.
"Ssa saya di suruh ibu untuk ting gal bersama mas Reno."ucap Rianti gugup,wajahnya masih menunduk.
Beruntung anak dalam gendongannya tidak bangun karena teriakan Reno barusan.
Masih menempelkan ponsel di telinganya,Reno melirik Rianti dengan malas.Sambungan telepon pun terhubung.
"Halo bu,kenapa ibu maksa perempuan itu ke sini sih?"tanya Reno marah pada ibunya.
"Dia istrimu Reno,jadi ibu suruh Rianti tinggal di rumahmu.Supaya kamu ada yang ngurus."ucap ibunya di seberang sana.
"Reno bisa urus diri sendiri.Tidak usah dia datang ke sini.Reno kan sudah bilang sama ibu,perempuan itu tidak boleh datang ke sini."masih dengan nada kesal.
Dia bisa bantu apa saja di rumahmu.Kamu itu harus jadi suami yang baik,terima dia dengan baik.Jangan kamu terlantarkan lagi seperti dia melahirkan anakmu."ucap ibu Ningrum akhirnya sedikit tegas pada anaknya itu yang sejak pertama tidak menginginkan Rianti jadi istrinya.
"Ya sudah,Reno tutup dulu teleponnya."tanpa menunggu jawaban dari ibunya,Reno langsung menutup sambungan teleponnya.
Tanpa berkata apa-apa,Reno membuka pintu rumahnya dan langsung masuk tanpa mempesulikan Rianti yang sejak tadi berdiri ketakutan.
Masih diam di tempat,Rianti belum berani masuk ke dalam rumah.
"Ngapain kamu diam saja di situ?!"teriak Reno pada Rianti.
Lalu tanpa menunggu lagi,Rianti mengambil tas dan kopernya kemudian dia masuk ke dalam rumah.Di pandanginya setiap sudut rumah.Walau tidak besar namun rumah itu cukup nyaman.Tak ada sekat antara ruang tamu dan ruang makan walau agak jauh meja makan di letakkan.
Di sebelah kiri ada riang keluarga yang tidak begitu besar.Ada tv led di rak tv.Kemudian di sebelah sisi ruang keluarga dua kamar yang saling berhadapan.
Di balik kamar kedua yang menghadap arah depan ada dapur dan kamar mandi.
Rianti belum berani melangkah lebih jauh ke dalam.Dia masih menunggu perintah selanjutnya dari Reno.
Setelah Reno masuk ke kamarnya,Rianti dengan ragu dia duduk di kursi ruang tamu.Bayi yang dia gendong dia letakkan di kursi karena pundaknya terasa pegal karena terlalu lama menggendong sambil berdiri.
Reno keluar kamar setelah setengah jam dia di dalam kamar membersihkan diri.Dia melirik ke arah Rianti yang sedang duduk sambil memandangi anaknya.
Tidak sedikipun hati Reno untuk melihat anaknya itu.Baginya membenci Rianti juga beserta anaknya,walaupun bayi itu darah dagingnya.
Reno menuju kursi tamu di mana Rianti sedang duduk selonjor,tangannya memgusap tangan anaknya pelan.Tidak mendekatinya tapi berbicara di balik kursi.
"Kamu tidur di kamar sebelah,bawa semua barang-barangmu.Dan ingat anakmu tidak boleh berisik.Jika kamu tidak bisa menanganinya,kamu tidur di gudang dekat dapur.Saya tidak mau terganggu masa belajarku di kamar.Saat ini saya sedang menyusun tesisku,jadi kamu harus jaga jangan sampai anakmu rewel."setelah berucap seperti itu,Reno masuk kembali ke dalam kamarnya.
Rianti menghela napas lega,setidaknya dia di terima tinggal di rumah suaminya itu.
Lalu Rianti merapikan koper dan tasnya,dia gendong lagi anaknya untuk masuk ke kamar yang telah di tunjuk Reno.
Rianti sangat lelah juga lapar.Setelah beres-beres kamar dan menyusui anaknya,niat Rianti nanti akan makan mi instan yang dia bawa dari kampung.Memang tidak banyak,tapi beruntung sekali dia ingat membawa mi instan.Karena dia pikir mungkin sampai di rumah suaminya belum ada apa-apa.
****
Pagi sekali Rianti sudah bangun,dia bersih-bersih rumah yang tampak berdebu karena mungkin jarang di rapikan dan di bersihkan.
Setelah memandikan anaknya dan memberinya asi lalu menidurkannya kembali.Rianti kembali bersih-beraih rumah suaminya.
Rianti melihat pintu kamar Reno terbuka,kepalanya dia tundukkan ketika Reno berjalan ke arah dapur.Riantu ingin menghampiri suaminya untuk membuatkan roti bakar tapi dia takut akan di marahi.Akhirnya Rianti meneruskan kegiatan mengelap kursi yang terlihat berdebu.
Di dapur Reno melirik Rianti dengan mata dingin,lalu menghembuskan napas pelan.Rasa dongkol di hatinya bangkit lagi.
Sambil membuat roti bakar,Reno membuat teh manis.Dia duduk menunggu roti matang.Di seruputnya teh yang dia buat sambil membuka ponsel yang tadi berbunyi ada pesan masuk.
'Nanti jam delapan jangan lupa ngumpul ya di kampus,pak Hardi yang akan mengantarkan kita observasi lapangan.'Beguti bunyi pesan di aplikasi wasthap grupnya.
Reno letakkan lagi ponselnya di meja,kemudian menyeruput teh manisnya.Roti sudah siap untuk di santap,tiba-tiba suara tangis bayi dari dalam kamar Rianti.
Rianti yang sedang mengelap kursi yang berdebu,masih fokus dengan kegiatannya.Dia tidak mendengar suara tangisan anaknya.Reno berdecak kesal.
"Rianti!kamu ngga dengar suara anak kamu menangis?!"ucap Reno dengan suara menggelegar.
Rianti terperanjat dengan bentakan keras Reno.Dia menghentikan kegiatannya lalu bergegas menuju kamarnya untuk menenangkan anaknya yang tiba-tiba histeris.
Sedangkan Reno masih dengan raut wajah kesal akhirnya masuk lagi ke dalam kamar.Tiba-tiba moodnya rusak dengan suara tangisan bayi.Roti yang tadi hendak di makannya dia biarkan saja di meja.Dia mengemasi buku dan perlengkapan untuk di bawa ke kampus.
Kemudian dia keluar dan langsung pergi tanpa pamit pada Rianti yang sedang menenangkan anaknya.
Sampai depan teras,dia rapikan bajunya,lalu dia merogoh kantong celananya untuk mengambil kunci mobilnya.Sejenak dia merasakan bau yang tidak sedap,di edarkannya mata sekeliling halaman rumah.Dia melihat ke arah tempat sampah,bau kurang sedan itu datang dari sana.
Kemudian Reno melangkah mendekati tempat sampah sambil menutupi hidungnya.Dia melihat ada pampers bekas,di sana ada kotiran bayi yang sudah di kerubungi lalat hijau.Kembali emosinya naik.
"Rianti...!!!"
Reni berteriak keras memanggil istrinya itu.Muka sangar dia tampilkan menandakan bahwa kemarahannya tidak bisa di bendung lagi.
"Rianti!Kemari cepat!!"teriaknya lagi.
Dari dalam Rianti tergopoh sambil membawa anaknya di gendongannya,dia rapikan baju yang sempat terbuka karena menyusui.Rianti menghampiri suaminya yang seolah siap menerkam mangsanya.
"Aada aapa mas?"tanya Rianti terbata-bata.Dia ketakutan melihat Reno yang terlihat marah.
"Kenapa kamu buang bekas pampers di sini?!"teriak Reno sambil tangannya menunjuk temapt sampah.
"Mmaaf mas,saya tidak tahu harus buang di mana."jawab Rianti gugup.
"Saya tidak mau tahu,kamu buang pampers itu sekalian sama tempat sampahnya.Rumah saya jadi bau dan di kerubuti lalat.Kamu jorok banget jadi orang!"
"Iiya mas,nnanti saya akan buang."
"Sekarang!!"
"Iiya."jawab Rianti patuh.
Lalu Rianti mengambil tempat sampah itu dan di bawa keluar halaman rumah.Dia tidak tahu harus di buang kemana,tapi dia melangkah meninggalkan Reno yang masih kesal.
Sedangkan Reno kembali ke mobilnya.Wajah kesalnya masih saja dia tampilkan.Dengan membanting pintu mobil dia masuk mobil lalu menjalankan mobilnya dan melajunya keluar rumah.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!