Halo, namaku Alina, aku berasal dari sulawesi tepatnya daerah kota Pare -pare. Rumahku tak jauh dari Monumen cinta sejati Habibie Ainun. Aku hanya seorang gadis biasa, yang hidup berdua dengan ibuhku.
Ibuku bernama Arisa dia bekerja sebagai penjual barang campuran di pasar yang berada di kota pare -pere bernama pasar Lakessi.
Aku memiliki cita -cita ingin melanjutkan pendidikanku di kota Jakarta. Hingga suatu hari aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan Studiku di kota metropolitan itu.
Aku sangat bahagia dan juga sedih karna aku harus meninggalkan ibuku sendiri. Namun karna semangat yang di berikan ibuku akhirnya aku melangkah mengejar cita -citaku ingin menjadi seorang dokter.
Pagi ini aku berangkat ke makasar sendiri mengunakan mobil angkutan umum. Aku sengaja berangkat sendiri karna aku tak mau kalau ibuku sampai ikut mengantarku ke bandara. Aku tak ingin dia kelelahan karna melakukan perjalanan jauh. stelah pulang mengantarku.
"Ibu, aku berangkat dulu," Alina mencium punggun tangan Arisa.
"Kamu hati -hati ya nak, kalau sudah sampai di bandara makasar kamu telpon ibu ya." kata Arisa pelan.
"Iya, bu, aku berangkat ya."
Alina berjalan keluar dari rumah menuju jalan poros untuk menunggu mobil yang sudah Ia sewa semalam.
Sesampai di Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin di makasar, Alina pun bergegas masuk karna sebentar lagi jadwal penerbangan akan segera tiba.
Sebagai gadis biasa ini pertama kali aku naik pesawat aku merasa takut dan juga deg, degan, namun demi cita -cita, Ia melawan rasa takutnya.
Alina berjalan masuk ke area bandara lalu bertanya pada securiti yang ada di dalam bandara.
"Pak, bisa tunjukkan jalan? ini pertama kalinya aku ingin naik pesawat," tanya Alina pada securiti yang bernama Aris.
"Tentu saja, ayo ikuti aku."
Alina berjalan mengikuti Aris di belakangnya, dan dia mengantarku sampai di depan pintu ke luar menuju pesawat yang akan ku naiki.
"Terimah kasih banyak pak," ucap Alina pada Aris.
"Sama -sama nak."
Alina berjalan ke arah pesawat, Ia berada di antara banyaknya penumpang yang ingin naik ke atas pesawat tersebut. Namun tiba -tiba seorang wanita setenga baya meringgis ke sakitan di saat dia ingin naik di tangga pesawat. Alina pun berbalik arah, melihat wanita itu.
"Awo, awo, kakiku sakit," Ringgis Wanita setengah baya itu.
"Nyonya tidak apa -apa?" tanya Alina pelan pada wanita itu.
"Kakiku terkilir, aku tak bisa berjalan naik ke atas pesawat."
"Boleh aku membantumu Nyonya?" tawar Alina.
"Iya," Ucapnya singkat.
Alina kembali turun dari tangga pesawat. Lalu membantu wanita itu naik di atas pesawat. Setelah sampai di atas, Alina membantunya mencari nomor kursinya dan ternyata berseblahan dengan nomor kursinya.
"Terimah kasih," ucap wanita itu.
"Sama -sama Nyonya."
Setelah wanita itu duduk, Alina pun ikut duduk di sampin wanita itu. wanita itu pun bertanya pada Alina.
"Kamu mau ke mana?," Tanya wanita itu.
"Aku ingin ke jakarta, melanjutkan studiku di sana."
"Ooo, siapa namamu?."
"Alina, Nyonya."
"Nama yang indah seindah orangnya"
"Ah, Nyonya bisa saja, aku dekil begini di bilang indah."
"Beneran, dan jangan panggil aku Nyonya. Panggil aku dengan sebutan Momsky karna anak -anakku memanggilku dengan sebutan nama itu bahkan teman -temannya juga memanggilku dengan sebutan itu jadi kamu juga bisa memanggilku dengan sebutan itu."
"Baik, Momsky," ucapku pelan sambil tersenyum.
Setelah menempu jarak waktu perjalanan. Kini Alina telah sampai di Bandara Soekarno Hatta yang berada di jakarta. Sementar wanita yang bernama Momsky itu tak tau pergi ke mana.
"Akhirnya aku sampai juga."
Alina pun berjalan keluar dari bandara. Lalu mencoba membuka aplikasi yang ada di dalam hapenya. Alina mencoba mencarai lokasi tempat di mana dia akan melanjutkan sekolahnya. Setelah mendapatkan lokasi tempatnya. Alina pun menggunakan mobil angkutan umum menuju tempat yang akan Ia tempat melanjutkan studinya.
Setelah sampai di depan bangunan sekolah terbesar di jakarta yang bernama Universitas Gunadarma Alina tersenyum sendiri, kemudian berkata.
"Suatu kebanggaan aku bisa melanjutkan studiku di sini, ini adalah Universitas nomor 2 yang terbesar yang ada di jakarta. Aku akan giat belajar dan akan membuat bangga ibuku. Sekarang aku akan mencari tempat tinggal di dekat universitas ini.
Alina pun berjalan sambil bertanya -tanya pada orang yang ada di sekitarnya.
"Maaf, bu, saya boleh bertanya? apa di daerah ini ada kontrakan yang dekat dengan Universitas itu" Tungjuk Alina.
"Iya, ada, kamu tinggal jalan lurus sedikit di situ nantinya akan ada papan yang tertulis dikontrakkan,kamu tinggal masuk dan bertanya di sana."
"Terimah kasih banyak bu, atas petunjuknya."
Setelah bertanya Alina pun berjalan mencari arah yang di ucapkan ibu tadi. Seteleh menemukan papan yang bertuliskan di kontrakkan. Alina pun masuk dan bertanya di dalam.
"Permisi," Ucap Alina.
"Iya, ada apa?." Ucap pemilik kontrakan
"Apa di sini masih menerima tamu kontrakan? Bu?."
"Iya, benar."
"Apa masih ada kamar yang kosong?" Tanya Alina.
"Iya, kebetulan masih ada tersisa satu, apa kamu mau?."
"Iya, bu, saya mau." Alina tersenyum ketika selesai mengatakan itu.
Pemilik kontrak itu pun melihat penampilan Alina mulai dari ujung kaki hingga ujun rambut. Pemilik kontrakan itu pun bertanya.
"Kamu berasal dari mana?" bertanya sedikit judes.
"Aku berasal dari pare -pare tepatnya aku orang sulawesi."
"Kamu mau ngapain di sini? kerja atau sekolah?" Bertanya dengan nada judes.
"Aku ingin melanjutkan sekolahku di Universitas Gunadarma, bu."
"Oo, jadi kamu seorang mahasiswi."
"Iya, benar bu."
"Baik lah, sekarang kamu ikuti saya masuk untuk melihat kamar yang akan kamu tempati, kalau kamu merasa cocok aku akan menjelaskan semua prosedur yang harus kamu taati."
"Baik, bu."
Setelah selesai mendengarkan ucapan pemilik kontrakan. Alina pun berjalan masuk mengikuti pemilik kontrakan. Alina juga melihat sekelilin dalam rumah besar yang di jadikan kontrakan. Di dalam rumah besar itu terdapat 18 kamar. Di lantai bawah terdapat 9 kamar sedangkang di lantai atas juga terdapat 9 kamar. Kamar untuk wanita dan peria juga terbagi. Di lantai dasar khusus untuk wanita sedangkang di lantai atas khusus untuk pria.
Setelah sampai di depan kamar, pemilik kontrakan itu membuka pintu kamar untuk Alina.
"Masuklah, dan lihat apakah sesuai dengan keinginan kamu."
Alina pun berjalan masuk dan memperhatikan sekeliling. Di dalam kamar itu terdapat satu tempat tidur yang berukuran sedang dan juga meja belajar plus kamar mandi. Alina pun tersenyum sambil berjalan ke arah pemilik kontrakan lalu berkata.
"Saya ingin mengambil kamar ini, kamar ini cocok buat saya."
"Baiklah kalau kamu menyukai kamar ini, saya akan menjelaskan semua yang harus kamu taati."
"Saya ingin mengambil kamar ini, kamar ini cocok buat saya."
"Baik lah, kalau kamu menyukai kamar ini, saya akan menjelaskan semua yang harus kamu taati."
"Baik bu."
"Baik lah, sebelum saya menjelaskan semua, kenalkan namaku Rina, kamu bisa memanggilku Rina, tante,tapi jangan panggil aku ibu karna aku tak setua ibu -ibu pada umumnya,dan satu lagi saya juga berasal dari sulawesi tepatnya Bone. Orang tua saya tinggal di sana namun karna saya ikut dengan suami yang tinggal di sini jadi aku pun ikut tinggal bersama anak dan suamiku di kota jakarta ini," Ucap Rina menjelaskan.
"Ooo, jadi tante juga orang bugis,sama dong kaya aku. Oya tante kenalkan nama aku Alina," Ucap Alina sambil mengulurkan tangan.
Rima pun tersenyum membalas uluran tangan Alina. Lalu menjelaskan semua yang harus Alina taati.
"Oya, Alina, jika kamu ingin tinggal di sini kamu harus menuruti peraturan disni, yam pertama jangan membawa pemuda atau pacar masuk ke dalam kamar, jika kamu kedatangan tamu pemuda kalian cukup mengobrol di ruangan tamu yang sudah di sediakan, di sini kami menyediakan dapur umum. Kamu bebas masak apa saja yang kamu sukai di dapur, dan yang terakhir di sini saya mengajukan sewa perbulannya Rp.750.000 jika kamu ingin membayar perhari juga bisa, kamu cukup bayar Rp.25.000 apa kamu setuju."
"Iya, aku setuju."
"Baik lah, karna kita berasal dari kampun yang sama saya akan memberikan bonus pada kamu yaitu sebuah lemari pakaian."
"Terimah kasi tante atas kebaikannya, oya tante ini sewa kamar saya selama sebulan ke depan," Ucap ku sambil menyodorkan uang pada Rina.
Setelah Rina pergi, Aku pun masuk membereskan kamarnya. Aku mulai menyapu dan mengepel lantai kamarku hingga bersih. Setelah selesai membersikan kamar Aku melihat jam yang ada di tanganku.
"Hufff, hampir magrib, aku merasa sangat kelaparan," Ucapku sambil membuka bekal yang ku bawah dari rumahku.
Aku pun mulai makan,makanan yang di siapkan oleh ibunya. Selesai makan aku masuk ke dalam kamar mandi untuk membersikan diri kemudian istirahat. Namun belum sempat aku merebahkan tubuhku pintunya kamarku di ketuk.
Tok, tok, tok, Suara pintu kamar Alina di ketuk.
"Iya, tunggu sebentar," Sahutku dari dalam kamar.
Aku pun berjalan menuju pintu untuk membukanya. Aku merasa kaget melihat segerombol pemuda berada di depan pintu kamar ku. Salah satunya berkata.
"Minggir,lemarinya mau masuk," Ucap salah satu pemuda tersebut.
Aku pun mundur dari dekat pintu dan membiarkan segerombol pemuda itu masuk sambil mengankat lemari. Setelah lemarinya tersimpang rapi para pemuda itu berjalan ke arah ku sambil memperkenalkan diri.
"Hay,namaku Aris,aku Alvin, aku Mario,aku Erik, aku Andi, aku sandi, aku Rafa, aku revo," Ucap ke 8 pemuda itu memperkenalkan dirinya.
Aku pun tersenyum ramah sambil menyebutkan namanya.
"Hay, aku Alina, senang kenal dengan kalian semua."
"Oya,kamu berasal dari mana?," Tanya Rafa.
"Aku berasal dari selatan tepatnya kota pare -pare."
"Ooo, tempat kelahiran pak Habibie itu kan?,kalau ngak salah," Ucap Revo.
"Tepat sekali," Ucap ku sambil tersenyum.
"Baik lah,Alina kami keluar dulu, kami takut lama -lama di dalam kamar anak gadis,nanti kami di marahi habis -habisan oleh tante Rina," Ucap Alvin sambil berjalan keluar dari kamar Alina.
"Terimah kasih ya,karna sudah bantuhin."
"Sama -sama Alin," Ucap mereka semua.
Setelah para pemuda itu keluar dari kamarku. Masuklah seorang gadis yang sangat cantik dia pun berkata.
"Hai, elo anak baru ya di sini?, kenalkan nama gua Secil." Sambil mengulurkan tangan.
"Alina," Ucapku sambil membalas uluran tangan Secil.
"Oya, Alin, kamu di sini, sekolah atau kerja?," Tanya Secil.
"Aku sekolah."
"Di mana?."
"Di Universitas Gunadarma."
"Benarkah?, gua juga ngampus di situ, elo ambil jurusan apa?," Tanya Secil.
"Aku mengambil jurusan ke dokteran."
"Benarkah, sama gue juga ambil jurusan itu, oya Alin senang berkenalan denganmu, besok kita berangkat ngampus bareng ya,sekarang aku keluar dulu ya."
"Oky," Ucap Alin singkat.
Setelah Secil keluar dari kamarku. Aku pun mengunci pintu kamar ku kemudian merapihkan pakaiannya masuk ke dalam lemari. Aku pun tersenyum senang melihat lemari yang berukuran cukup besar berada dalam kamarku. Setelah selesai merapikan pakaiannya. Aku pun beranjak naik ke atas tempat tidur.
"Aaaa, lelahnya diriku hari ini."
Tak butuh waktu lama aku pun terlelap hingga pagi hari, aku pun bangun dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersikan diri. Setelah selesai aku pun bersiap dan hanya mengenakan pakaian sederhana dengan memakai celana jeans dan baju kemeja kotak -kotak aku bergaya sesuai dengan standar ku, dan yang paling utama aku datang kemari hanya untuk belajar bukan yang lain.
Setelah selesai bersiap. Aku keluar dari kamarku menuju ke arah dapur membawa sebunkus mie instan untuk sarapanku pagi ini. Setelah selesi makan, Sesil datanh menhampiriku lalu berkata.
"Elo sudah sarapan?," Tanya Sesil.
"Iya, aku sudah sarapan," Ucapku.
"Kalau begitu ayo kita berangkat."
"Kamu tak sarapan dulu?," Tanyaku pada Secil.
"Enggak, tadi gue sudah sarapan roti dan susu di kamar."
"Ooo, ya, sudah ayo kita berangkat."
Kami berdua pun berjalan keluar dari kontrakan menuju kampus. Sesampai di kampus Sesil mengajakku ke ruangan Abk untuk mendaftarkan diriku. Setelah semuanya selesai. Dosen yang akan memulai pelajaranku hari ini pun menyuruhku duduk di dalam kantornya. Sementara Sesil duluan masuk ke dalam kelas.
"Awak tunggulah sekejap," Ucap Dosen itu padaku.
"Baik pak," Ucap ku sopan.
Setelah beberapa waktu Dosen itu pun mengajakku ke luar menuju kelas yang akan ku tempati belajar.
"ikuti aku," Ucapnya Datar.
Aku hanya terdiam sambil berjalan di belakangnya. Sesampai di dalam kelas Dosen itu menyuruhku duduk dan kebetulan aku sekelas dengan Secil di tambah kursi di sampin Secil kosong dengan segera aku melangkah ke arah bangku koson yang berada di sampin Secil. Sesil pun berbisik di telingaku.
"Bagaimana dengan pak dosen tampan itu?, apa kamu tertarik padanya?, lihatlah dia begitu sangat tampan, andai dia ingin menjadikanku ke kasihnya aku tak akan keberatan dengan senang hati aku akan menerimanya."
"Husss, kamu bicara apa?,aku tak mengerti dengan yang kamu ucapkan?."
"Oh, astaga,kamu tak mengerti dengan apa yang ku katakan?, mulutku sampai berbusa kaya gini kamu masih bilang...?."
"Diam, kamu ingin bicara atau ingin belajar?," Kata Dosen itu sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah Secil.
"I, iya,pak,Saya ingin belajar."
"I, iya, pak saya ingin belajar."
Berkata gugup sambil menundukkan wajahnya.
"Kamu, perkanalkan namamu pada semua teman sekelas kamu."
Berkata tegas dan datar.
"Baik pak."
Mendapat perintah dari dosenku, Aku pun berdiri dan mulai memperkenalkan diriku.
"Halo, teman -teman semua. Kenalkan namaku Alina,aku berasal dari sulaweai tepatnya kota -kota pare -pare." Memperkenalkan diri sambil melambaikan tangan.
Setelah selesai memperkenalkan diri, aku pun kembali duduk di sampin Secil. dan mulai mengikuti pelajaran yang di berikan oleh dosen. Aku memulai pelajaran pertamaku dengan sangat baik. hingga jam istirahat tiba. Sesil mengajakku ke kantin sekolah.
"Ke kantin yu," Ajak Secil.
"Baik lah." Berkata sambil mengangukkan kepala.
Kami berdua pun berjalan ke arah kantin, di sana begitu banyak mahasiswa dan mahasiswi sedang makan. Hingga salah satu mahasiswa menhampiri kami.
"Mahasiswi baru ya," Ucapnya padaku.
"Iya, kak." Berkata sambil menundukkan kepala.
"Kenalkan namaku Ramsi." Sambil mengulurkan tangan.
"Alina,kak." Membalas uluran tangan Ramsi.
"Nama yang bagus, oya Alina senang berkenalan denganmu."
"Iya, Terimah kasih kak," Ucapku sopan.
Setelah kepergian Ramsi, mengajakku duduk.
"Duduk yu, Alin, aku cape berdiri terus."
"I, iya," Ucapku ikut duduk di depan Secil.
Secil pun mulai memesan makanan dan minuman begitu pun denganku. Setelah makanannya tiba aku dan Secil menikmati makan siangku. Setelah jam istirahat selesai aku dan Secil kembali ke kelas namun sebelum aku masuk ke dalam kelas aku bertanya pada Secil.
"Seci, aku mau buang air, tapi aku tak tau di mana toiletnya."
"Apa perlu aku temani?."
"Tidak perlu aku bisa sendiri, kamu tinggal bilang aku harus berjalan kemana." Tolak Alina sambil bertanya jalan.
"Baik lah, kamu tinggal lurus saja, sampai di ujung sana belok kiri di situlah letak toiletnya," Ucap Secil menjelaskan.
"Baik, lah,Terimah kasih."
Aku pun menuju arah yang di tunjukkan Secil. Aku berjalan cukup cepat karna tak lama lagi jam mata kuliahku akan segera di mulai. Namun tampa sengaja aku menabrak pemuda yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Bukkkkk, Suara tabrakanku pada pemuda itu. Aku terjatuh duduk di lantai sementara pemuda yang ku tabrak masih berdiri tegap di hadapanku. Aku pun berkata.
"Maafkan aku kak, aku tak sengaja," Ucapku sambil menundukkan kepala aku takut melihat ke arah pemuda yang aku tabrak.
"Apa kamu tak apa?," Ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya padaku.
Mendengar suaranya, sepertinya aku mengenalnya. Aku pun mendongakkan kepalaku melihat ke arah pemuda itu dengan segera aku berkata.
"Maaf kan aku pak, aku tak sengaja menabrak anda," Ucapku sambil menundukkan wajahku.
Pemuda itu pun jongkok di hadapanku, lalu membantu aku berdiri. kemudian berkata.
"Aku tak apa, justru kamu yang kenapa -napa."
"Benar pak, saya tak kenapa -napa."
"Baik lah, sekarang cepat masuk, sebentar lagi jam pelajaran kamu akan segera di mulai."
Tampa menjawab ucapan pemuda itu. Aku berlari masuk lalu menutup pintu toilet. Sementara pemuda itu cuman tersenyum melihat tingkah lucu Alina.
"Sangat lucu dan cantik."
Berkata sambil melanjutkan lankahnya masuk ke dalam ruangan kantornya.
Setelah selesai, Aku segera keluar dari dalam toilet sambil berlari -lari kecil menuju kelasku. beruntung dosennya belum tiba jadi aku langsung masuk dan duduk di samping Sesil. Setelah beberapa saat orang yan aku tabrak di toilet tadi masuk ke dalam ruangan sambil melihat ke arahku. Melihat pemuda itu menatapku aku menundukkan wajahku karna merasa takut.
"Kenapa dia menatapku seperti itu?," Ucapku dalam hati.
Pelajaran pun berlansung hingga jam pulan. Aku dan Sesil keluar bersama dari kelas. Kami berjalan di lorong kampus, Sesil menceritakan soal kehidupan pemuda -pemuda yang ada di kampus ini.
"Oya, Alin, di kampus kita ini begitu banyak pemuda tampan. Mereka semua terbilang dari kalangan orang -orang berada. Di sini elo harus menghindari 3 pemuda jika kamu tak ingin kena bullian mahasiswi di sini.Apa elo mau tau nama ketiganya?."
Bertanya sambil melihat ke arah Alina.
"Siapa mereka?," Tanyaku melihat ke arah Secil.
"Yam,pertama pak Devano dosen tampan kita. Yang ke dua Mario dia adalah mahasiswa yang paling keren di kampus kita ini, tapi masih keren pak Devano sih, dan yang ke tiga Atlarik dia adalah mahasiswa yang palin baik dan juga ramah pada siapapun dia selalu mengangap mahasiswi yang lebih muda darinya sebagai adik, lain dengan Mario yang lebih suka mengajak para mahasiswi cantik untuk berkencang.Jadi ketiga pemuda itu harus kamu hindarin."
Menjelaskan semua pada Alina.
"Pak, Devano itu siapa?," Tanyaku pada Secil.
"Alin, kamu tak tau pak Devano itu siapa?."
"Iya," Ucapku singkat.
"Astaga Alin,dia itu dosen tampan kita, dia yang mengajari kita tadi."
"Ooo, jadi namanya pak Devano," Ucapku pelan namun ucapanku masih di dengar oleh Secil.
"Elo mengatakan sesuatu Alin," Tanya Secil.
"A, a, tidak, aku tak mengatakan apapun," Ucapku sedikit gugup.
Setelah selesai menjelaskan semua pada Alina. Secil mengajak Alina pergi ke tempat dia bekerja ketika pulan kampus.
"Alin,kamu mau ikut aku ke tempatku bekerja?," Tanya Secil.
"Dimana?, apa jauh dari kontrakan kita?," Ucapku pada Secil.
"Tidak terlalu jauh, kita cuman jalan kaki ke sana."
"Baik lah,ayo kita ke sana."
Secil mengajak Alina pergi ke tempatnya bekerja. Secil bekerja di sebuah toko kue yang berada tepat di pusat kota jakarta yang tak jauh dari kontrakannya. Secil adalah seorang gadis mandiri. Walaupun dia berasal dari kalangan orang -orang berada.Namun Secil bukanlah gadis sombong pada umumnya. Secil lebih memili bekerja part time dari pada harus meminta uang pada ke dua orang tuanya. Walau pun orang tua Secil selalu menteransfer uang belanja Secil setiap bulan.
Seteleh sampai di depan toko kue. Secil mengajak Alina masuk.
"Ayo, kita masuk." Ajak Secil.
"Ayo," Ucapku singkat.
Kami berdua pun masuk dan di sambut hangat oleh pemilik toko.
"Sore,Sesil."
"Sore, anti,"Jawab Sesil sambil tersenyum ramah.
"Kamu bawa teman Sesil?, Apa dia tak ingin bekerja?, kebetulan Cafe samping tokoh kita memerlukan pelayan."
"Iya, Anti dia teman aku,datang dari sulawesi," Jawabnya pada Anti.
Sesil pun melihat ke arahku,kemudian bertanya padaku.
"Apa kamu ingin bekerja?."
"Kerja apa?."
"Jadi pelayan, di Cafe sebelah."
"Boleh, tapi bagaiman dengan kuliahku?,"
"Soal itu nanti kita tanyakan pada pemilik Cafe sebelah."
"Apa kamu pernah ke Cafe itu?."
"Belum sih, namun setau aku. Pemilik Cafe itu seorang pemuda yang berasal dari Malaysia, cuman itu yang ku tau."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!