NovelToon NovelToon

Nikah Kan Kami Daddy..!!

Bab 1. Awal mula

...Cerita ini gantung karena tidak laku hehe......

...Mohon maaf, sebelum anda memutuskan untuk membaca karya ku, cerita ku memang tentang anak sekolah, tapi terdapat konten yang hanya boleh di baca oleh orang yang sudah menikah saja....

...Jadi sebelum anda membatalkan favorit lebih baik aku ngomong dulu ya. Karena ini cerita pernikahan anak di bawah umur, jika kalian baca sampai bab Kacau..!! kalian akan menemukan inti dari cerita ku ini.....

...Happy reading.. 🤗😘...

...----------------...

"Mamah kemana sih? bukannya jagain nenek" gerutu gadis bernama Zaline.

Terlihat gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang cukup lama ia tunggu.

Hari ini jatah Zaline menemani neneknya di rumah sakit dan sebentar lagi ia harus kembali ke rumah bergantian dengan ibunya.

Gadis itu berjalan di sebuah lorong. Dan kini tatapan matanya terpatri kepada gadis cantik yang tengah menangis tersedu di hadapan pemuda tampan. Terlihat sekali gadis itu memohon kepada pemuda di hadapannya.

Zaline pun mendengarkan pembicaraan mereka dari tempatnya. Jiwa kepo nya meronta jika harus melewatkan momen itu. Ok kita nguping.!! sebut dalam hatinya.

"Sayang, kamu tidak boleh ke sini, cepat pulang lagi sekarang, kamu tidak boleh menemui mommy mu..!" ucap pemuda itu.

"Tapi kenapa aku tidak boleh menemui mommy ku sendiri hah..? dasar jahat,, kamu seperti monster yang melarang ku bertemu dengan Mommy ku sendiri..!" gadis itu masih tersedu sambil terus menyerukan suara nya.

"Ayok, ikut aku, kita pulang yank..!" pemuda itu menarik paksa lengan gadis yang masih menangis.

Zaline yang sedari tadi geram dengan sikap pemuda itu melangkah kan kakinya menuju dua orang yang menurutnya sepasang kekasih. Memang nya apa salahnya menemui ibu sendiri, baru saja pacaran sudah melarang-larang lalu bagaimana jika sudah menikah nanti. Itu yang ada dalam pikiran Zaline.

"Eh mas...!" ucapnya jutek. Pemuda itu pun menoleh tidak terkecuali si gadis yang masih menangis.

"Gini ya mas, kamu ini tidak boleh memisahkan anak dari ibunya, kamu pikir kamu siapa hah? baru pacaran saja sudah melarang larang begitu..!" ketus Zaline sambil menunjuk wajah pemuda itu.

"Kamu siapa?" pemuda itu terlihat heran. Tiba-tiba saja ada seorang gadis asing yang ikut campur urusan nya.

"Tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku tidak suka jika ada perempuan yang di perlakukan semena mena seperti itu!" tambahnya masih ketus.

Dan tiba-tiba gadis cantik di sebelah Zaline berlari menuju lorong ruang rawat inap VVIP. Zaline pun membiarkan nya. Karena mungkin gadis itu ingin menemui ibunya yang di panggil mommy itu.

"Sayang..." teriak pemuda tampan itu seraya mengejar namun Zaline menghalangi nya.

"Kamu tidak boleh melarangnya bertemu dengan ibunya, memang nya siapa kamu hah..?" Zaline berteriak sambil menarik lengan pemuda itu kuat-kuat.

"Sialan, siapa si kamu ini, ikut campur urusan ku..!" pemuda itu menghempaskan tubuh Zaline hingga terjatuh lalu mengejar gadis yang di panggil sayang olehnya.

Sedang di tempatnya Zaline meringis kesakitan mendapati perlakuan kasar dari pemuda tampan yang terlihat posesif dengan kekasihnya.

"Dasar laki-laki kurang ajar, sudah posesif, kasar lagi, malang sekali nasib gadis itu, kenapa gadis cantik seperti nya punya pacar yang kasar begitu.." gerutunya.

...----------------...

Seminggu kemudian

"Oh my God kenapa aku harus telat bangun si tadi pagi..!!" gerutu Zaline tergesa-gesa.

Bus sekolah meninggalkan nya. Tidak biasanya gadis itu bangun telat, tapi entah kenapa di saat penting seperti ini malah kesiangan Apes!!

Tangannya membawa perlengkapan unik yang lumayan menyulitkan langkahnya namun hal itu tak mengurungkan niatnya untuk tetap mengikuti masa orientasi siswa di sekolah barunya.

Dengan wajah gusarnya gadis itu menoleh ke kanan dan kiri, berharap ada transportasi umum yang lewat.

"Aduh, kenapa bisa apes begini di hari pertama ku masuk sekolah." gerutunya kesal.

"Zaline"

Sebuah motor menghampiri nya dan si pengemudi tersenyum padanya.

"Eh, Jho, kamu masih di sini? kamu juga belum berangkat?" tanyanya. Dan pemuda itu tersenyum mengangguk.

"Kita bareng saja" ajaknya, yang lalu di balas dengan anggukkan kecil Zaline.

Gadis itu pun menaiki motor, lalu meremas kecil jaket jeans milik Jho, menyeimbangkan tubuhnya.

"Aku mau ngebut, jadi pegangan erat-erat.!" seru pemuda itu. Dan saat ia ragu melingkarkan tangannya tiba-tiba saja tangan halus Jho mempercepat lingkaran tangannya ke perut.

"Ooggh" mata Zaline membulat sempurna saat dagunya menabrak punggung pemuda itu.

"Nah begini kan aman, setidaknya kamu tidak akan kabur terbawa angin Lin..!" ucapnya.

"Aku tidak seringan kerupuk, jadi tidak mungkin kabur juga kali Jho" sanggah nya.

Jho tersenyum namun tidak membalas lagi ucapan Zaline ia mulai melajukan motornya. Dengan cepatnya motor itu membelah jalanan ibu kota, Senyum kemenangan nampak di bibir Jho saat Zaline mempererat pelukannya karena takut.

...----------------...

"Cepat bangun, keliling lapangan ini dua kali..!" perintah ketua OSIS kepada seluruh siswa baru yang telat setelah beberapa saat menyuruh nya berjalan jongkok.

Terlihat beberapa siswa-siswi menurut segan karena memang masih baru, dan itu tahapan untuk menempuh awal dari naiknya level menengah pertama ke menengah ke atas.

"Aduuuh..!! kalian lagi... kenapa baru sampai hah..?" teriak sang ketua OSIS, saat melihat kedua siswa baru berlari menujunya.

"Hehe maaf Ga, kita telat" ucap Jho selengean membuat siswa galak dengan nama Dirga itu melototi nya.

Meski mereka akrab dan saling kenal tapi di sekolah status Jho tetap adik kelas Dirga, jadi harus lebih sopan bukan? Dan sepertinya siswa baru itu tahu maksud dari melotot nya mata Dirga padanya.

"Eh,, Ka Dirga maksud nya" lanjut Jho menjep.

Kemudian Dirga menatap gadis di sebelah Jho "Kamu juga sudah tahu hari ini hari pertama mu ke sekolah, malah mementingkan pacaran" ucapnya ketus.

Zaline mengernyit sambil menggeleng kasar "Kami tidak pacaran ka..!" sergah nya. Tatapan matanya seolah berharap bisa meyakinkan sang ketua OSIS.

Karena sesungguhnya alasan Zaline mati-matian mengikuti program beasiswa di sekolah elit itu juga karenanya, siapa yang tidak suka dengan pemuda berwajah sensual seperti Dirga Pratama? sorot mata galak nya menjadi daya tarik tersendiri bagi pemuda itu.

"Terserah lah, sekarang kalian susul mereka berlari, kelilingi lapangan ini tiga kali!" suruh Dirga. Tangannya menunjuk siswa-siswi yang sudah berlari di lapangan.

"Oya, pakai atribut wajib kalian.!" lanjutnya.

Meski terpaksa Zaline dan Jho pun menurut mereka berlari kecil mengelilingi lapangan yang lumayan luas setelah memakai atribut wajib mereka yang terbuat dari kertas karton, ada topi kerucut dan juga papan nama yang di kalung kan.

"Sialan, Dirga, mentang-mentang di sini dia Kaka kelas..!" ucap Jho.

"Memang nya kamu kenal dengan nya Jho?" tanya Zaline penasaran. Dan pemuda itu mengangguk sambil terus berlari beriringan dengan Zaline.

"Apa dia sudah punya pacar Jho?" Tanyanya.

"Siapa yang mau sama orang galak begitu" sahut Jho.

"Aku, aku yang mau, aku yang menyukai nya" ucap Zaline dalam hati dengan bibir yang tersenyum.

"Kamu senang di hukum begini? tahu begitu tadi aku tidak perlu ngebut biar bisa terus boncengan sama kamu" sambung Jho saat melihat senyum manis di wajah teman SMP nya.

Mereka memang berteman lama dari masih SMP. Dan pertemuan pertama mereka pun saat sama-sama telat di masa orientasi siswa SMP nya.

Bab 2. Murid beasiswa

Di sudut lapangan seorang gadis cantik memasang wajah cemberut menatap teman-teman yang tengah melaksanakan masa orientasi siswa.

Mulutnya terus menerus menggerutu karena ingin merasakan yang namanya masa orientasi siswa seperti murid baru yang lainnya. Namun karena ia putri dari donatur utama sekolah elit itu, ia tidak di perbolehkah mengikuti kegiatan melelahkan itu. Karena itu juga permintaan dari ayahnya.

"Kenapa Ka Dirga tidak menghukum ku? kenapa aku tidak boleh melakukan hal seru seperti yang lainnya?" gerutunya.

"Dede," suara itu terdengar sangat akrab di telinga nya. Gadis itu menoleh ke sumber suara dan seketika membuang nafas kesal sebelum kemudian memutarkan bola mata malasnya.

"Kamu ngapain di sini? Kaka kan sudah bilang tunggu di dalam kelas..!" ucap pemuda yang tidak lain adalah Kaka kandung nya.

"Aku juga mau lihat teman-teman ku melakukan hal seru di sana, jika aku tidak boleh ikut setidaknya izinkan aku melihatnya" ketus nya.

"Dan satu lagi, jangan panggil aku Dede atau sayang di sini, namaku Kesya, Kesya Kak Briyan...!" Tangan gadis itu menunjuk wajah kakaknya dengan ujung alis yang hampir menyatu.

"Masuk ke dalam kelas atau Kaka adukan kamu ke Daddy, biar saja kamu mengikuti homeschooling" ancam pemuda tinggi itu.

DEG itu hal paling menakutkan bagi Kesya, tidak bertemu dengan teman-teman adalah sesuatu yang paling di hindari nya.

"Ok, ok, aku pergi..! tapi ingat jangan panggil aku Dede atau sayang lagi di sini..!" ketus nya sambil berjalan arogan menuju ruang kelas barunya.

Sedang di tempatnya Briyan menggelengkan kepalanya dengan bibir yang tertarik di satu sudutnya "Kenapa anak itu keras kepala sekali.." gumamnya.

"Lagian kenapa tidak mau di panggil Dede atau sayang? bukannya itu panggilannya dari masih bayi.." gerutunya.

Briyan berjalan menuju ke lapangan menemui ketua OSIS galak yang tidak lain adalah Kaka sepupunya karena Yuda, ayah Dirga itu Kaka tiri dari Reiner ayah Briyan. Meskipun hanya terpaut dengan hubungan tiri mereka sangat dekat.

"Kamu kenapa Ga?" tanyanya pada Dirga yang terlihat kecut.

"Aku dapat surat cinta lebih banyak dari sebelumnya Briy.." sahut Dirga.

Briyan tersenyum mencela "Kamu pilih salah satu dari mereka, biar bisa meredam yang lain" usul nya.

"Gila apa, terpikir saja tidak, aku tidak suka dengan gadis yang over berani seperti mereka" Dirga ketus.

"Tapi gini, kenapa kamu tidak mendapat surat cinta? padahal ketampanan mu juga tidak kalah dari ku" lanjutnya menatap heran adik sepupunya.

"Itu karena aku tidak mau berurusan dengan mereka, kamu kelihatan nya saja galak, tapi memperhatikan mereka juga, kamu pikir aku tidak tahu, kalau kamu juga membalas satu persatu surat cinta mu itu?" sindir Briyan dengan bibir miring nya.

...----------------...

Sedang di tempat lain yang tidak jauh dari kedua pemuda tampan itu para siswi baru menatapnya kagum. Decakan demi decakan terlontar dari mulut mereka.

"Oh ya ampun, sekolah ini bener-bener unggulan, Kaka kelas nya ganteng-ganteng banget.." seru siswi dengan nama Anya di dadanya.

"Menurut ku si gantengan adik sepupunya deh dari pada kakaknya" sahut gadis bernama Viona.

"Iya lebih cool tahu, lagian lebih banyak diam, tidak galak seperti Kak Dirga." imbuh Irma.

Rumpian manja itu terdengar sangat dekat di telinga Zaline, hingga ia pun menoleh ke arah pandangan ke tiga siswi itu.

Dan seketika matanya membulat sempurna ketika melihat pemuda tampan yang berdiri di sebelah Dirga "Hah..?! dia itu kan..!" seru Zaline.

"Bukannya itu..." kening Zaline mengernyit.

"Ganteng apa nya? pemuda kasar, posesif seperti itu di bilang ganteng..! pada buta kali ya? gantengan juga kak Dirga..." Zaline memelankan nada suaranya saat menyebut nama Dirga sambil tersenyum.

"Lin..!" suara seseorang memekik tubuh nya.

Zaline menoleh dan muka masam nya terpampang saat melihat Jho di sana.

"Hehe,, kamu ngapain? ngeliatin dua cogan itu?" tanyanya.

"Ga papa, aku cuma lagi kesel aja sama cowok yang di samping nya kak Dirga itu.." ucap Zaline menatap ke arah Briyan.

"Loh, kenapa emangnya?" sahut Jho.

"Entah lah, setiap kali melihat nya aku kesal, pemuda kasar yang over protective dengan pacarnya itu, ternyata masih SMA.?" ucapnya.

"Pacar..? setahu ku, Briyan tidak memiliki pacar..!" Jho menatap Zaline yang masih menatap sinis Briyan.

"Kamu juga kenal dengan nya?" tanya Zaline.

"Tentu saja, ayah mereka itu Kaka beradik, ya meskipun tiri tapi keluarga mereka cukup baik, dan ayah mereka itu dulunya satu sekolah dengan papi ku, terutama ayah Briyan dia itu sahabat papi ku" Jho menerangkan.

"Oh, jadi mereka anak-anak orang kaya seperti mu juga ya Jho?" tanyanya. Nada nya seperti sedikit kecewa.

"Huuff,, kenapa kamu lahir dari keturunan orang kaya si kak Dirga..? aku pikir aku bisa menggapai cinta mu, ternyata jauh sekali level kita.." ucap Zaline dalam hati. Dan kali ini ekspresi wajahnya sudah mulai sendu.

...----------------...

Setelah mengikuti kegiatan di tengah lapangan selesai para murid baru mulai memasuki kelasnya masing-masing.

Dan Zaline mendapat kelas 10-1. Dengan percaya diri nya Zaline berjalan menuju kelas barunya. Sesampainya di sana Zaline asal pilih kursi saja yang menurutnya kosong.

"Eh.. Kamu ngapain duduk di sini..?" tanya gadis dengan nama Hilda di dadanya.

"Aku..." Zaline bingung mau jawab apa, memang nya kenapa harus di tanya seperti itu? pikir nya.

"Ini itu khusus untuk para murid unggulan, murid karpet merah paham..!" ketus Hilda kepadanya.

Tanpa bertanya apapun lagi Zaline pun beranjak dari tempatnya lalu memilih bangku lainya yang masih kosong. Namun saat mau menduduki kursi di belakangnya tiba-tiba siswa dengan nama Meira mendudukinya terlebih dahulu.

"Ini bangku ku..! kamu di belakang sana..! siswi beasiswa aja pake milih-milih bangku segala..!" sindir Meira kepadanya.

"Emmh iya maaf, " Zaline berjalan lagi menuju kursi di belakangnya. Dan Hilda berteriak kembali.

"Itu kursi dari putri donatur utama di sekolah ini, jadi jangan coba-coba mendudukinya.. bisa-bisa dia gatal-gatal karena bekas tubuh mu..!" ucapnya.

Kini Zaline bingung, harus duduk di mana? semua kursi kosong sudah di tempati orang. Zaline juga sadar ia hanya murid beasiswa yang tidak perlu membayar biaya sekolah nya. Ia hanya cukup meningkatkan kualitas belajar saja untuk tetap melanjutkan sekolah di tempat elit itu.

Zaline berdiri dengan wajah yang menunduk sungguh sesal sesak menyeruak di dadanya, kenapa ia nekad sekolah di tempat elit yang seharusnya tidak ia masuki, tadinya Zaline sempat berharap bisa lebih dekat dengan Dirga pemuda yang beberapa tahun ini ia kagumi.

Bab 3. Terciduk putrinya

Zaline mengenal Dirga saat masih SMP kebetulan mereka satu sekolah. Zaline mengangumi sosok cekatan, tampan dan wibawa pemuda itu.

Dan setelah Dirga lulus, gadis itu seperti kehilangan semangat, saat Kaka kelas yang ia kagumi tidak lagi nampak di sekitarnya.

Dan mulai saat itu lah Zaline bertekad, mengikuti ujian beasiswa untuk bisa sekolah di tempat yang sama dengan Dirga sosok pemuda tampan yang masih ia kagumi.

Dan ternyata eh ternyata, pemuda yang terlihat sederhana juga bukan salah satu dari kalangannya, Dirga Pratama anak sultan juga.

Sesal masih menyeruak, malu masih menyelimuti nya, Jika saja Zaline sekolah di tempat biasa mungkin Zaline tak kan bertemu dengan siswi judes seperti Hilda dan Meira.

Suara langkah kaki terdengar. Kini Dirga sudah masuk ke kelasnya, pemuda itu masih akan memberikan pengarahan yang harus di lakukan oleh para murid baru di masa orientasi nya.

Semuanya duduk hanya satu gadis saja yang tidak duduk di tempatnya "Hai, kamu.." sapa Dirga. Dan Zaline menatapnya "Emmh iya kak.." sahutnya.

"Kamu kenapa masih berdiri, duduk di kursi mu sekarang..!" suruh Dirga.

"Emmh... aku .." Zaline tidak bisa menjawabnya

Zaline takut jika harus duduk di kursi yang katanya milik putri dari donatur utama sekolahnya. Yang bukan putri donatur saja galak apa lagi ini Putri donatur utama yang memberinya beasiswa.

"Kenapa masih diam saja..? duduk..!" Dirga ketus karena Zaline masih belum juga duduk.

Dan Zaline hanya diam saja dengan wajah yang menunduk hingga akhirnya suara langkah kaki dari gadis cantik pemilik asli bangku di sebelah Zaline berdiri saat ini memasuki ruangan.

"Sayang.." panggil Dirga kepada Kesya. Karena memang begitulah panggilan sehari-hari nya Kesya.

DEG Zaline yang masih menunduk mendadak mendongakkan wajahnya menatap ke arah Dirga saat lelaki itu menyerukan kata sayang.

"Apa? sayang? pada siapa dia memanggil?" batinnya dengan wajah yang sedikit penasaran.

"Kak Dirga.... jangan panggil aku begitu di sini...!" tolak Kesya dengan nada manjanya.

Dirga tersenyum dan membelai lembut rambut adik sepupunya "Lalu siapa? aku menyayangimu adik kecilku..!" ucapnya.

"Apa? adik?" mata Zaline tak berkedip. Dan sepertinya di dalam kelas nya hanya ia yang terkejut dengan hubungan saudara mereka.

Ia lalu mengingat ingat kembali wajah gadis yang di panggil sayang oleh Dirga itu sama dengan gadis yang menangis di rumah sakit satu Minggu yang lalu.

"Jadi pemuda yang bersama nya waktu itu juga memanggil nya sayang karena mereka itu bersaudara?" Zaline mematung. Hingga tidak begitu memperhatikan Kesya mendekati nya.

"Hai .. kenapa kamu diam saja, duduk lah di sini." ucap Kesya kepada nya. Gadis cantik itu menunjukkan kursi nya.

"Emmh.. aku.. " ucap Zaline ragu. Kesya mendorong bahu Zaline memaksa duduk di kursi nya lalu membalikkan badannya ke arah Dirga.

"Kak Dirga, bangku nya kurang satu, aku tidak dapat tempat duduk" keluh Kesya.

DEG Zaline terlonjak dengan penuturan Kesya.

"Dasar licik sekali, dia yang memaksa ku duduk lalu dia mengadukan ku pada kakaknya" batin Zaline dalam diamnya. Tangannya meremasi tas selempang di pangkuannya karena takut Dirga memarahinya.

Di tempatnya Dirga tampak berbisik-bisik dengan pemuda di sebelah nya dia wakil ketua OSIS namanya Rifky. Dan tak lama dari itu Rifky berjalan keluar yang entah kemana.

Lima menit pun berlalu Rifky kembali dengan membawa kedua siswa lain untuk memberikan kursi Kesya.

"Aku mau di sini kak..!" pinta Kesya menunjuk tempat di sebelah tempat duduk Zaline.

Zaline semakin ketakutan saat Kesya memutuskan untuk duduk di sebelah nya "Mati lah aku, dia pasti sengaja duduk di sebelah ku untuk menindas ku" batinnya.

"Ok sudah duduk semua kan? sekarang dengarkan saya.." ucap Dirga menepuk tangannya.

...----------------...

Hari mulai gelap di hadapan cermin besarnya seorang wanita cantik menatap bayangan indah dirinya dengan terus menerus menyingkap baju nya keatas tatapan nya mengarah ke perut di bagian bawah.

Terlihat ada bekas jahitan yang sudah sedikit samar namun masih membuat nya tak percaya diri.

"Huh,, kenapa bekas nya tidak hilang-hilang si..?" ucapnya sambil mengelus bagian tubuh yang ia resah kan.

Suara langkah kaki dari pintu kamar menuju ke arah nya. Membuatnya semakin menunjukkan galau nya.

"Sayang,, kenapa hm..?" lelaki itu memeluknya erat dari belakang.

"Rei.. bekas ini tidak hilang-hilang dari perut ku,, gara-gara kamu si, suruh aku melahirkan Caesar.. jadi begini kan.. apa lagi dua kali.." keluh istrinya yang masih menatap cermin dan kali ini tatapannya mengarah ke bayangan wajah suaminya.

"Rayaku, sayangku, istriku, cantikku, ibu dari anak-anakku, hanya karena bekas luka yang secuil ini saja kamu gusar, kamu tidak puas dengan hasilnya? lihat putra-putri kita sehat, tampan seperti ku, dan cantik seperti mu.." ucapnya.

Raya tersenyum dan menautkan wajahnya ke pipi suaminya "Iya,, satu lagi ya..!" bisik nya.

"No..! aku sudah menuruti kemauan mu, untuk hamil tiga kali, dan ternyata hanya dua yang berhasil, sekarang terima lah takdir mu..!" tolak Reiner yang tiba-tiba melepaskan pelukannya.

Raya merengut sendu "Seandainya kehamilan pertama ku tidak gugur anak itu pasti sudah kuliah kan Rei.." lirihnya.

Melihat hal itu Reiner kembali memeluk istrinya kembali "Sudah jangan di ingat lagi.. sekarang cium aku.." bisik nya.

Lelaki itu menundukkan wajahnya memimpin permainan bibirnya sambil terus berjalan tidak teratur menuju tempat tidur Brugh ia menindih tubuh kecil istrinya.

"Oh my eyes....!! Daddy...!! ini menjijikkan...!!" teriak gadis mungil di ambang pintu kamar nya.

Dan sepasang suami istri itu menoleh serempak ke arah nya. Senyum terciduk pun tertoreh di wajah tampan sang ayah saat melihat putrinya menutup mata dengan jari yang tidak rapat.

Reiner beranjak dari posisinya lalu berjalan tersenyum menghampiri putri cantik nya "Jadi rupanya ada yang cemburu ya..." ucapnya.

Reiner menggendong tubuh kecil putrinya lalu membaringkan nya ke ranjang yang masih ada Istrinya.

"Aku tidak cemburu Daddy.. aku juga akan punya pacar.." ucap Putri kecil itu.

Membuat ayah dan ibunya saling menatap sebelum kemudian menatap ke arah putrinya kembali.

"Pacar..?" jawab mereka kompak. Dan putri kecil mereka mengangguk beberapa kali dengan mata yang mengedip manja.

"Kamu masih kecil, baru masuk SMA.. sudah ribut pacar..?" pekik ayahnya.

"Please deh.. Daddy.. jangan berlagak terkejut begitu kaleeeee.." ucap Kesya dengan bibir yang meleyot.

"Memang nya Kesya tidak tahu,, kalau kalian itu sudah tunangan dari masih SD hah..?" lanjutnya dengan pandangan yang beralih-alih dari wajah ayah nya lalu ke ibunya lalu ke ayahnya lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!