04:30
"Ara?, bangun.. katanya mau bantu nenek di pondok.. bangunlah sebentar lagi juga mau memasuki subuh nak." ucap seorang nenek kepada cucunya.
"hmm, iya nek, ini juga Ara mau bangun" Bales sang cucu, tapi ia masih memejamkan matanya. karena cucu tak juga bangun sang nenek pun masuk ke kamar cucunya.
"Asyifa Az-zahra,! bangun! katanya mau bantu nenek bangunlah nak" sang nenek kembali membangunkan sang cucu.
"Iya nenek Aminah, ini Ara dah melek tuh, hehehe maaf atuh nenek" Balesnya sambil membuka matanya dengan lebar.
Ya gadis itu bernama *Asyifa Az-Zahra* gadis belia berusia 17 tahun yang memiliki wajah yang cantik, ramah dan selalu pering, ia di besarkan oleh neneknya yang bernama Aminah
kehidupan mereka sangat sederhana.
Nenek Asyifa hanya tukang memasak di sebuah pondok pesantren An-Nur karena sang nenek sudah tua Asyifa jadi selalu membantu sang nenek bekerja, mereka juga tinggal masih di lingkungan pondok
Nenek Asyifa sudah lama bekerja di pondok pesantren An-Nur, maka dari itu Asyifa di perkenankan untuk belajar di sana oleh ustadz pemilik pondok pesantren.
Tok tok tok.
"Araa?, kamu mandi apa tidur? dari tadi juga nggak bersuara" panggil nenek Aminah sambil mengetuk pintu kamar mandi, namun tak ada jawaban.
"ARAAA? kamu dengar nenek tidak sih?" panggilnya lagi.
"Sssh, i.iya n.nek, Ara dengar " jawab Asyifa seperti lagi menahan sesuatu.
"Ya sudah kalau gitu nenek pergi duluan saja ya, nanti kamu nyusul ya Ara.." ujar sang nenek lagi.
" I..iya nek.. Sssh" bales Asyifa, yang masih menahan sesuatu, setelah dapat jawaban dari sang cucu, nenek Aminah pun meninggalkan pondok kecil mereka.
Sedangkan Asyifa masih meringis sambil memegang kepalanya yang dia rasa sangat sakit,
"Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah" itulah yang ia ucapkan tatkala rasa sakit menyerang di kepalanya, setelah rasa sakit mereda ia pun bergegas mengambil Air wudhu, setelah selesai ia kembali ke kamarnya.
Setelah itu ia pun mengambil mukenanya dan mulai melaksanakan kewajibannya terhadap Rabb nya. setelah sholat selesai ia pun bersimpuh tuk berdoa.
بـِـــــسْمِ اللّٰهِ لرّْ حْمَنِ لرّٰحِيْمِ
"Ya Rabbulizzati,,
mengubah malam menjadi siang Engkau bisa,, apa lagi mengubah hidupku,,
mengatur alam semesta saja begitu mudah bagi-Mu,, apalagi mengatur hidupku,
menerbitkan mentari pagi saja engkau mampu,, apalagi menumbuhkan harapan dijiwaku,,
"Ya Rabb,,
diri ini milik-mu,, Dan hanya engkau yang mengetahui apa yang terbaik untuk ku,,
saat tubuh ini melemah tak berdaya,,
Aku hanya bisa berpasrah diri dan ku serahkan semuanya pada-mu.
"Ya Rabb,,
Aku menikmati kelemahan dan rasa sakit ini karena ku tahu ini bentuk kasih sayang-Mu pada Ku,, dan Aku mohon pada-mu berikan aku kesabaran yang lebih dan rangkullah hamba dalam dekapan Rahmat-Mu" itulah doa doa Asyifa panjatkannya dengan penuh ke ikhlasan hingga, tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.
setelah selesai ia pun tak lupa untuk membaca ayat-ayat suci Alquran. setelah selesai ia pun bersiap diri untuk pergi ke pondok menyusul sang nenek, ia hanya berjalan kaki karena memang mereka masih tunggal di lingkungan pondok tersebut, saat ia hendak memasuki dapur pondok ia melihat seseorang wanita paruh baya yang sedang menyiram tanaman.
"Assalamu'alaikum umi?" sapa Asyifa.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh, eh Asyifa, mau bantu nenek ya?" tanya Wanita tersebut.
"Iya umi, Syifa masuk dulu ya umi, Assalamu'alaikum" Ucap Asyifa
"Iya nak, wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh," bales umi tersebut, Asyifa akhirnya memasuki Dapur umum pondok.
"Assalamu'alaikum semuanya?" Salam Asyifa saat memasuki dapur umum.
"Wa'alaikumus salam, " jawab mereka serentak.
"Bersambung,
Assalamu'alaikum, pecinta B.T.B.D.K. Author membuat cerita baru, tapi masih dalam seputar BTBDK ya, siapa saja tokoh utamanya? ikuti terus Author ya, dan selalu dukung, semakin banyak yang komen semakin Author semangat update, in syaa Allah ceritanya nggak kalah menarik dari BTBDK. selamat membaca 😉🙏
Suasana dapur pondok pesantren lumayan ramai ada lima juru masak yang terdiri dari ibu-ibu paruh baya termasuk nenek Asyifa dan ada beberapa santriwati yang lagi Hikmat, mereka yang sedang libur dari menghafal Al-Qur'an (sedang datang bulan), jadi mereka membantu-bantu di dapur.
"Assalamualaikum semuanya?' salam Asyifa saat memasuki dapur pondok.
"Wa'alaikumus salam" jawab mereka serentak.
"Asyifa, kamu sudah datang nak?" Tanya salah satu seorang ibu yang sedang menanak nasi.
" Iya umi Ida, adakah yang bisa Syifa bantu?" Balas Asyifa sopan.
"Alhamdulillah, ada nak, sini bantu umi menyalinkan nasi ke baki" ujar umi Ida lagi.
"Iya umi" Balesnya lalu ia pun mulai membantu umi Ida memindahkan nasi dari dandang ke baki, namun saat ia sedang melakukan pekerjaannya, tiba-tiba datang seorang santriwati.
"Assalamu'alaikum" salam santriwati tersebut.
"Wa'alaikumus salam" jawab mereka serentak.
"Asyifa, anti di panggil ustadazah Nina" ujar santriwati lagi.
"Na'am tiy, sebentar ana kesana" bales Asyifa lembut, lalu santriwati itu pun pergi setelah dapat jawaban dari Asyifa.
"Umi.. Syifa di panggil ustadazah, bolehkah Syifa pergi " ucap Asyifa lembut pada umi Ida yang tadi menyuruh dia membantunya.
"Pergilah nak, jangan biarkan ustadazah mu menunggu lama" balas umi Ida.
"Iya umi, Syifa pergi ya.. nenek Syifa pergi ya Assalamu'alaikum.." pamitnya pada umi Ida dan neneknya, Aminah.
"Iya nak wa'alaikumus salam" jawab mereka kembali serentak. Lalu Asyifa pun melangkah menuju aula tempat para santriwati belajar Alquran.
Sesampainya disana ia melihat para santriwati yang sedang membaca Alquran, dan ada seorang yang sedang menyimak. Ia pun menghampirinya.
"Assalamu'alaikum ustadazah Nina ?" Salam Asyifa.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh, duduklah Asyifa.." bales ustadazah Nina.
"Na'am ustadazah" lalu Asyifa pun duduk di hadapan ustadazah Nina.
"Asyifa, ustadazah Anisah meminta ana mengajarkan anti bertilawah, kan selama ini anti menghafal dengan Tartil, jadi sangat cepat maka itu mulai sekarang anti belajar tilawah ya, untuk acara syukuran tahunan maukan?" Ucap ustadazah Nina
"Na'am ustadazah, in syaa Allah ana mau" bales Asyifa lembut.
"Ya sudah sekarang anti duduk di sana dan Ambi Al-Qur'an Anti" ucap ustadazah Nina lagi,
"Na'am ustadazah" lalu Asyifa pun mengambil Al-Qur'annya dan ia duduk dengan para santriwati, dan mulai ikut belajar.
Sudah dua jam Asyifa mengikuti program tilawah dan Akhirnya program pun selesai, karena sudah memasuki sholat Dzuhur, para santriwati pun melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah, setelah selesai berdzikir dan berdoa Asyifa pun pamitan pada ustadazah.
Setelah berpamitan Asyifa kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk para santriwati, karena hari sudah menunjukkan jam makan siang.
"Assalamu'alaikum" salamnya kembali saat masuk dapur.
"Wa'alaikumus salam, Syifa kamu sudah selesai?, Sini bantu kami menyusun makanan" ucap salah satu ibu lagi.
" Alhamdulillah, sudah umi Lela, Na'am ini Syifa mau bantu" bales Asyifa dengan sopan lalu ia pun membantu mereka menyusun makanan setelah itu ia pun menghidangkan pada para santriwati. Setelah itu mereka pun menikmati makanan mereka penuh Hikmat.
Setelah selesai makanan mereka istirahat sebentar dan di pondok itu di wajibkan untuk tidur selama satu jam untuk mengistirahatkan otak mereka yang sejak tadi menghafal Al-Qur'an. Karena nanti satu jam kemudian mereka juga harus menghafal pelajaran Alim.
Begitulah keseharian Asyifa menjalani kehidupannya di pondok pesantren Putri An-Nur dan ia selalu mengikuti kegiatan para santriwati dari Senin hingga Kamis pembelajaran mereka Al-Qur'an dan Alim, sedangkan hari Jum'at libur, dan hari Sabtu dan Minggu mereka melaksanakan ekskul, Bela diri, memanah, berkuda dan berenang khusus untuk para santriwati.
Bagi Asyifa menjalani kehidupan di pondok adalah suatu Anugerah, betapa tidak ia yang hanya orang yang tak mampu namun ia bisa ikut belajar dan tinggal bersama neneknya yang sudah bekerja bertahun-tahun di pondok itu, dan karena kemurahan hati pemilik pondok Asyifa pun di sudah menganggap sebagai putrinya, jadi itu menambah kebahagiaan bagi Asyifa yang sudah tak memiliki orang tua.
Dan kini kisahnya baru akan terukir,
gimana kisahnya?..
____
Ikuti terus ya dan dukung Author biar inspirasi akan selalu nongol dan jangan tinggalkan jejaknya🙏😉
Sore itu, Asyifa berjalan-jalan di sekitar perkebunan teh, yang masih Area pondok pesantren dan di sekitar perkebunan ada sebuah gubuk kecil tempat para pertani teh beristirahat bila penat.Dan Asyifa selalu kesana bila program pondok telah usai, dan ia juga selalu membawa sebuah Al-Qur'an kecil untuk memperlancar hapalannya.
Nenek Asyifa juga sering kesana bila tugas memasak di pondok selesai, dan dia sering membantu para petani teh, bila sedang panen, seperti saat ini, Asyifa melihat neneknya sedang beristirahat di gubuk tersebut. Lalu ia pun menghampiri neneknya.
"Assalamu'alaikum nek" salam Asyifa lalu ia langsung duduk di sebelahnya kemudian di rebahkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di pangkuan sang nenek.
"Wa'alaikumus salam nak.. kamu nih sudah besar masih saja suka bermanja" ucap sang nenek sambil menepuk pelan kening Asyifa.
"Biarin..Siapa bilang Ara sudah besar, Ara masih kecil pun nek" bales Asyifa manja. Begitulah Asyifa bila ia hanya berdua dengan neneknya ia akan menyebut namanya Ara, karena itu panggilan ia saat ia masih kecil dan itu berlaku hanya pada dia dan sang nenek.
"Ya ampun, segini kecil bagaimana besarnya nak?.. ingat loh dua bulan lagi umur kamu genap 18 tahun, bagi seorang wanita umur segitu sudah di katakan dewasa nak" jelas sang nenek
"Ah nenek..Ara nggak ingin dewasa akh, " bales Asyifa masih manja.
"Heeii.. mana bisa begitu ndok.." ucap sang nenek sambil mencubit hidung Asyifa "Semua orang akan merasakan yang namanya dewasa, setelah itu berkeluarga memiliki suami dan akan memiliki anak juga, dan kamu nanti pun akan seperti itu, akan ada yang datang untuk mengkhitbah mu, juga ndok" jelas sang nenek lagi sambil mengelus kepala Asyifa.
"Tapi Ara nggak mau nek.. Ara mau selalu sama nenek pokoknya" bales Asyifa semakin manja sambil menyembunyikan wajahnya ke perut sang nenek.
"Hmm dasar anak manja.. nenek kamu ini sudah tua sebentar lagi juga akan di panggil Allah, lalu siapa nanti yang akan menjaga kamu kalau bukan suami mu nak" bales nenek lagi.
"Nenek jangan berkata seperti itu, emang nenek sudah bosen ya jaga Ara, apa Ara selalu, nyusahin nenek ya, makanya nenek sudah tidak ingin menemani Ara lagi seperti Abi dan umi yang tidak menginginkan Ara hiks" tangis Asyifa pun pecah karena teringat akan kedua orang tuanya.
"Astagfirullah, siapa bilang nenek bosen, nenek bahagia kok menemani kamu, cuma nak, sekarang nenek sudah sangat tua, sudah sering sakit-sakitan, makanya itu nenek ingin sebelum nenek pergi kamu sudah ada yang jaga, hanya itu keinginan nenek ndok" ucap nenek Aminah sambil mengusap air mata sang cucu, " Haiis, Gadis Yang Manja..cup dong sayang, nanti cantiknya hilang loh, kan kalau hilang bisa gawat loh ndok " lanjut nenek lagi sambil menggoda sang cucu.
" Iiss nenek!..hiks" Balesnya Asyifa manja dan masih terisak.
"Sudahlah jangan menangis lagi.. sekarang kita pulang yuk hari sudah sore sekali, sebentar lagi juga akan Maghrib" ucap nenek lagi sambil mengajak Asyifa, lalu mereka pun berjalan di pematang perkebunan teh menuju pondok mereka yang tidak begitu jauh.
Sesampainya di rumah mereka, Asyifa pun pergi membersihkan dirinya, setelah selesai, ia bergegas menuju kamarnya untuk berpakaian dan setelah itu ia pun berpamitan pada sang nenek, untuk sholat berjamaah di mesjid pondok, karena memang sudah menjadi kewajiban para santriwati, setelah sholat berjamaah mereka akan mengikuti program malam lagi. begitulah setiap harinya kehidupan Asyifa selama di pondok pesantren.
Bersambung.
sepertinya belum seru ya dan agak sedikit membosankan 🙄 ya sudahlah namanya masih perkenalan, karena yang Author tahu tak kenal maka tak sayang. begitulah novel ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!