NovelToon NovelToon

An Angel From Her

Prolog

"Kriieett..."

Derit pintu yang di buka perlahan oleh seseorang di baliknya, memecah konsentrasi Nathan yang tengah mengulik gitarnya. Ia melepas nafas berat, merasa terganggu dengan suara derit yang ternyata di buka oleh Dara.

Wanita itu tak langsung masuk begitu saja sebelum aba-aba dari Nathan terdengar oleh gendang telinganya, meski saat ini pintu ruang studio Nathan telah terbuka lebar dan memperlihatkan seluruh isinya di depan matanya.

Nathan menghentikan kegiatannya. Ia menurunkan jemarinya dari senar gitar, kemudian menoleh ke arah tempat Dara berdiri. Matanya menatap gamang wajah Dara. Menunggu sang istri menyampaikan maksud dan tujuannya mengganggu ke-khusyukannya barusan.

"Ada apa?" Nathan memulai duluan karena Dara tak melontarkan sepatah kata pun. Selain itu, dirinya juga mulai penasaran, karena Dara datang dengan wajah yang begitu berseri.

"Boleh aku masuk?"

"hhm.. masuklah!"

Dara maju beberapa langkah menghampiri Nathan yang tampak enggan beranjak dari kursi. Langkahnya begitu percaya diri, hingga membuat Nathan makin keheranan. Kemudian ia menyodorkan sesuatu yang sedari tadi di genggamnya kepada Nathan. Benda kecil kombinasi warna biru dan putih dengan dua garis merah kecil yang terpampang jelas pada bagian tengahnya.

Nathan memperhatikan dengan saksama benda kecil itu dan berusaha membaca tulisan di atasnya. Dahinya berkerut ketika membaca tulisan "Hamil dan Tidak Hamil" Yang tertulis di benda itu.

"Ini.. Alat tes kehamilan?"

"Iya.." Jawab Dara ceria. Ia tidak bisa berhenti tersenyum sejak berdiri di depan pintu tadi.

"Trus.. Kenapa?"

"Coba kamu lihat, disini ada dua garis merah. Lalu kamu baca keterangannya. Kalau dua garis berarti positif.. Hamil.." Terang Dara.

"Hamil? Memang ini punya siapa?" Nathan benar-benar belum mengerti maksud Dara. Otaknya semakin bingung dibuatnya.

"Ini punya Dara"

"Kamu hamil?" Tanya Nathan setengah teriak.

"Iyah.." Wajah Dara terlihat begitu gembira, pipinya bersemu pink, berbanding terbalik dengan Nathan yang hanya diam mematung tanpa mengeluarkan argumennya sedikitpun.

"Oh.." Ucap Nathan singkat seraya mengembalikan alat tes kehamilan itu pada pemiliknya. Dara menerimanya dengan perasaan kecewa. Kenyataan yang di terima tak sesuai ekspektasinya. Nathan bahkan tidak sama sekali terlihat bahagia dengan kabar kehamilan istri nya.

Pada awal nya Dara sangat yakin Nathan akan senang dengan kehamilan nya. Mengingat sudah satu tahun lebih berjalan sejak pernikahan mereka dan bunda sudah sangat menginginkan cucu. Tapi ternyata reaksi Nathan benar-benar diluar dugaan.

Dara berbalik dan meninggalkan Nathan di ruang studio nya. Tak lupa ia menutup kembali pintu yang terbuka sejak tadi. Ada rasa nyeri di dadanya, serta bulir air mata yang tiba-tiba saja mengalir tanpa perintah. Wanita yang tengah hamil muda itu berjalan gontai menuju dapur. Ia ingin meminum segelas air untuk melegakan tenggorokannya yang tercekat oleh emosi dan kekecewaan.

.

.

.

.

.

.

Hallo readers kesayangan!

Terimakasih krn sudah berkenan membaca Novel An angel from her yaa 🖤

author mau cerita sedikit tentang perjalanan Novel pertama dan perdana ku ini ☺ mudah²an kalian mau baca ya.. hi hi..

saya adalah seorang penulis amatir, tanpa gelar, tanpa keahlian, murni karena hobi. Saya menulis novel ini sejak tahun 2013 saat itu, author lg menganggur karena baru saja resign dari pekerjaan lama. Ditengah kegabutan, author tiba² saja mendapat ide untuk membuat sebuah Novel kecil²an bertema anak band, perjodohan yang berujung pada pernikahan. FYI, sejak kecil author memang senang membuat novel atau komik, dan banyak teman² yg suka, sampai² komik buatan author dipinjam sana sini 😄

kembali ke tahun 2013 dimana cerita ini yg pada saat itu belum punya judul (author baru dapat judul setelah memutuskan untuk posting di Noveltoon btw😅) author gak punya keberanian untuk kirim ke penerbit, karena merasa masih banyak sekali kekurangan. Pada saat itu juga belum ada aplikasi novel seperti sekarang. Jadi novel ini hanya bisa ku pendam. Hingga akhirnya pada tahun ini, 2021, Novel ini go public dengan harapan dapat menghibur para readers sekalian di Noveltoon 🥺 (semoga ya, hehe)

nah.. supaya kalian bisa sambil membayangkan dan berimajinasi ketika membaca, bagaimana sih visual para tokoh di novel An angel from her ini? 🤔

check this out 😉👇

Nathanael Edward Smith (Nathan)

32 tahun

Gitaris black romance

Ia memiliki tinggi badan sekitar 180cm

foto ilustrasi : Brian a.k.a Synyster gates

Ps : He's my idol 🖤🖤🖤

Selain Nathan si tokoh utama, jujur author belum menemukan visual yang tepat untuk tokoh lainnya. Jadi author akan menjelaskan lewat kata-kata saja ya, mudah²an readers paham.. maafkan tolong maafkan 😣🙏

🖤Andhara Kirana (Dara)

27 tahun

Istri Nathan hasil perjodohan

Dara adalah seorang wanita yang memiliki tinggi badan sekitar 165cm. Wajahnya mungil dengan mata yang agak kecil dan bulu mata yang lentik. Bibirnya tipis, sangat manis ketika tersenyum. Lesung pipi di sisi kiri dan kanan juga menambah kecantikan wajahnya. Warna kulitnya hanya satu tingkat di bawah Nathan. Rambutnya hitam dan lurus, panjang nya mencapai setengah bagian punggung. Dara mempunyai sifat yang ramah juga seorang yang pekerja keras.

🖤Monica Jessy Maharani (Monica)

25 tahun

Disc jockey, dan kekasih Nathan

foto ilustrasi : Marion Jola

waktu membayangkan visual dari Monica, saya langsung terpikir kak Marion yang memilki kecantikan alami dengan warna kulit eksotisnya.

🖤Keenan William Smith (Keenan)

38 tahun

Kakak kandung Nathan

nah, segitu dulu saja ya. Seiring berjalannya waktu, author pasti akan mengupdate beberapa part yang masih kurang.

Sekali lagi, terimakasih banyak atas waktu nya teman² yang sudah berkenan membaca karya saya 🥰🙏

.

.

.

.

Happy reading 🖤 Viana Rose

1# Gitaris Tampan

Gemerlap lampu dari panggung nan megah itu mewarnai malam yang cerah, ditemani dengan alunan musik rock yang menggema di tengah lapangan daerah pinggir kota menambah keramaian suasana nya. Waktu menunjukkan pukul 00:30 ketika lagu terakhir dibawakan.

Setelah menyelesaikan konsernya, satu per satu personil mulai meninggalkan panggung Dan masuk ke dalam tenda yang telah disiapkan pihak panitia untuk para personil band beristirahat.

"Ya.. Sama-sama, have a nice night ya.." Ucap Nathan seorang gitaris di grup band rock tersebut kepada para fans wanitanya. Dibanding anggota personil yang lain, fans Nathan memang lebih banyak. Alasannya tidak lain adalah karena memang Nathan lah yang paling tampan diantara teman-temannya.

Pria itu memiliki tinggi badan kira-kira 180cm, lahir dari perpaduan ibu ber darah Minang dan ayah yang berasal dari Amerika menjadikan paras nya begitu rupawan. Ia memiliki dua buah mata indah dihiasi bola mata berwarna cokelat terang, hidung mancung yang nyaris sempurna serta bibirnya yang tipis namun amat manis ketika dia tersenyum. Kulit nya putih kemerahan khas orang Amerika. Nathan benar-benar akan menyihir dan membuat jatuh cinta perempuan manapun yang ditemui nya.

"Gak ada habisnya ya.." Cibir Mike, si vokalis ketika melihat para kaum hawa yang selalu tidak tahan untuk minta foto bareng dengan kawannya tersebut. Sementara dia yang di senggol menanggapi nya dengan senyuman sinis

"Sirik aja lo ah.. Nih Nath.. Buat tambah energy," Adly si drummer menyodorkan botol minuman beralkohol kepada Nathan dan diterima dengan senang hati oleh sang gitaris.

"Kemana si Nico,?" tanya Nathan setelah menenggak minuman nya hampir setengah botol.

"Ceweknya dateng."

"Trus?" Ucap Nathan santai.

"Kayak nggak tahu aja lo Nath," Mike menanggapi.

"Bubar.. Bubar.. Jangan suka gosip," Nico tiba-tiba muncul dan bergabung dengan personil yang lain. Wajahnya nampak kusut.

"Kenapa sih cewek lo? Lama-lama lo jadi kayak ATM berjalan-nya aja," Komentar Nathan. Sementara Nico memilih untuk mengabaikannya.

"Udahlah Nath.. Nico nya juga seneng seneng aja tuh," Mike menimbrung.

"Bukan begitu Mike, gue cuma kasihan aja sama Nico, itu cewek kayaknya lagi-lagi nggak bener mau ke dia."

"Bukan urusan lo Nath!," Sambar Nico.

Nico memang terbilang payah dalam urusan cinta, berkali-kali gagal, ceritanya pun hampir sama. Wanita wanita itu hanya menjadikan Nico bak mesin ATM mereka, meminta dibelikan ini itu, setelah puas mereka pergi. Tidak ada yang bertahan lama.

Sebagai teman satu profesi dan sahabat yang cukup dekat, Nathan merasa miris melihatnya. Tak jarang Nathan menasehati, tapi ucapannya seperti sama sekali tidak masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri, bahkan masuk ke telinga kanan pun tidak, kata-kata Nathan terbang terbawa angin dan tidak sempat masuk telinganya.

Tapi kendati demikian, Nico seolah tak merasa kapok sekalipun. Dia bahkan juga menyandang gelar sebagai buaya darat yang hobi bergonta-ganti pasangan. Sungguh rumit, pikir kawan-kawannya yang lain.

"Boys.. Gue balik duluan ya.. Rada kurang enak badan" Regy, manager band ber-aliran rock bernama black romance itu memotong obrolan di antara para personil yang tengah bersitegang karena masalah percintaan Nico. Untuk hal ini, Nico sangat berterimakasih pada Regy karena telah menyelamatkannya dari ceramah kawan-kawannya.

"Iya bro.. Duluan aja," Sahut Adly.

"Hati-hati." Tambah Mike, dan disusul lambaian tangan dari Regy yang bergegas meninggalkan mereka.

"Gue juga, pengen istirahat cepet-cepet.." Nathan meraih tas berisi gitar kesayangannya dan segera menghabiskan minumannya. Kemudian dia melakukan high five dengan teman-temannya termasuk dengan Nico, yang malam itu hanya diam tak banyak bicara.

Laki-laki gagah dan tampan itu menghampiri mobil jeep berwarna silver metallic miliknya yang terparkir tak jauh dari panggung. Memposisikan dirinya di belakang kemudi dan lekas pergi menjauh menuju apartment tempat tinggalnya.

...***...

Mobil Jeep itu berhenti dan terparkir di basement sebuah apartment mewah di ibu kota. Apartment itu milik orang tua Nathan, namun karena ibu nya juga memiliki rumah di Bandung, maka pada akhirnya Nathan tinggal seorang diri, dengan dibantu seorang asisten rumah tangga untuk membereskan apartment nya.

Asisten itu pulang pergi karena memang rumah nya tidak jauh dari sana.

Dan juga, terkadang ibunya masih suka menginap di apartment tersebut, untuk sekadar mengetahui kegiatan anak bungsunya.

Nathan berjalan santai keluar dari mobilnya, melewati lobby, kemudian menaiki lift yang berada di gedung yang memiliki dua puluh lantai tersebut. Apartment Nathan berada di lantai lima belas, dan memiliki dua lantai. Terdiri dari ruang tamu juga merangkap jadi ruang keluarga, dua kamar tidur, dua kamar mandi yang salah satunya berada di kamar yang Nathan tempati, satu ruang studio serta dapur yang menyatu dengan ruang makan. Apartment nya sengaja di tata tanpa sekat agar memberi kesan luas.

Sesampainya di depan pintu ia segera menekan password di tombol pintu tersebut, lalu cepat cepat masuk dengan membawa setumpuk rasa lelah di tubuhnya.

Dia baru akan menuju kamarnya yang berada di lantai dua ketika menyadari televisi di ruang keluarga sedang menyala. Matanya tertuju seketika kearah sana, memperhatikan seseorang yang tengah duduk di sofa membelakangi arah nya saat ini.

Beberapa detik kemudian ia pun mengurungkan niat untuk langsung ke kamar. Rasa penasarannya lebih besar dibanding lelah nya sekarang. Pria itu dengan sigap berjalan menuju ruang keluarga yang posisinya tak jauh dari pintu masuk juga tangga menuju lantai dua.

"Baru pulang?," Ucap seseorang yg suaranya sangat tidak asing baginya.

"Bunda?," Tanya Nathan yang merasa terkejut dengan kehadiran bundanya yang tiba-tiba. Karena ketika dia akan pergi, sudah dipastikan apartment nya dalam keadaan kosong. Rupanya bunda datang dari Bandung mendadak, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Jam berapa ini nak?," Tanya bunda.

"Mau sampai kapan begini terus? Pulang larut malam, kadang malah tidak pulang," Sambung bunda. Nathan menghampiri sang bunda yang tidak beranjak dari sofa, dan berbicara dengannya tanpa menatap wajahnya. Kemudian ia juga ikut duduk di sofa empuk berwarna abu-abu dan berbentuk letter L tersebut, berhadapan dengan bunda.

"Ini pekerjaanku bun."

"Memang nya tidak ada pekerjaan lain?," Nada bicara bunda mulai ketus.

Sebenarnya, Nathan cukup lelah dengan pertanyaan bunda nya yang selalu di ulang jika sedang bertemu. Dia mengerti bunda tidak suka dengan ke-ikutsertaannya di band rock itu. Karena dari band tersebut Nathan mengenal barang-barang haram, bahkan mentatto kedua tangan dan punggungnya.

Ia juga sempat mendekam di balik jeruji besi karena kasus penyalahgunaan narkoba. Bunda yang saat itu tidak tega, dan begitu terpukul melihat anak yang disayangi nya di penjara pada akhirnya menebus nya dengan memberi sejumlah uang, agar anak nya di bebaskan.

Namun setelah menghirup udara kebebasan, Nathan seperti tidak kapok. Beberapa kali bunda memergoki Nathan masih saja memakai barang haram itu. Dan di pikirnya, itu semua karena Nathan masih berhubungan dengan teman-teman satu grup band nya tersebut, yang mana mereka lah yang mengenalkan Nathan dengan narkoba.

"Mungkin ada, tapi passion ku di musik."

"Sudah berapa kali bunda bilang, kalau ingin bermusik silahkan, tapi tolong cari kawan satu profesi yg baik.. Jika kamu masih saja bergabung dengan anak-anak itu, kamu tidak akan pernah berubah Nath!," Bunda mulai mengomel.

"Entah dengan cara apa lagi bunda membuat kamu menjauh dari mereka," Sambungnya.

"Maaf bunda, aku capek banget. Aku ingin istirahat.. Bunda juga istirahat ya.. Maaf aku tidak bisa menemani bunda sekarang," Ucap Nathan seraya bangkit dari duduk nya dan berjalan meninggalkan bunda yang masih diselimuti emosi.

Bunda memijit-mijit dahinya, ia bagai kehabisan akal untuk membuat anak nya benar-benar bertobat.

Sejurus kemudian, bunda menekan tombol off pada remote untuk meng-switch off televisi yang menyala, saksi bisu yang menyaksikan perdebatan antara ibu dan anak tersebut.

Waktu sudah menunjukkan pukul 01:40, ia lalu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tak lagi muda itu. Khawatir diri nya akan drop jika memaksakan untuk terus berfikir mencari jalan keluar agar Nathan mau mengikuti keinginannya.

...***...

Matahari telah bersinar, menandakan pagi telah datang. Sang asisten rumah tangga yang terbiasa membantu Nathan tengah sibuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan tuan mudanya. Walau ia tahu, sang tuan muda seringkali baru akan bangun ketika matahari hampir mencapai puncaknya.

Namun karena hari ini ada bunda, ia bergegas menyiapkan sarapan untuk disantap sang nyonya besar terlebih dahulu.

"Pagi bu.." Sapa sang asisten yang biasa di sapa mbak Asih itu kepada bunda yang baru saja memasuki area dapur.

"Pagi mbak.." Bunda menggeser kursi untuk di tempati nya.

"Silahkan bu.." Mbak Asih menyodorkan secangkir teh hangat dan roti panggang untuk majikannya itu.

"Terimakasih.." Jawab bunda seraya tersenyum ramah dan meraih cangkir teh nya terlebih dahulu.

"Hari ini ada jadwal ke pasar mbak?," Tanya bunda.

"Kebetulan ada bu.. Maaf, ada yang ingin ibu titip?."

"Saya ingin ikut, memang ada yang ingin saya beli, tapi maunya cari sendiri," Ucap bunda.

"Baik bu.. Tapi, mohon tunggu sebentar lagi ya bu, karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan sekarang," Kata mbak Asih.

"Iya.. Santai saja mbak," Jawab bunda sambil menyeruput teh nya dan men-scrolling ponselnya.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat ke arah dapur. Bunda menolehkan kepala dan mendapati putranya yang sudah rapih mengenakan kaos hitam junkist dan celana jeans, lengkap dengan sepatu jenis boots berwarna hitam yang biasa dikenakannya untuk manggung. Ia juga menghiasi garis matanya dengan pensil alis hitam agar memberi kesan gotik pada diri nya, salah satu hal yang tidak bunda suka dari penampilan anak nya.

"Pagi bun," Sapa Nathan sambil mengusap bahu bundanya, dan menarik kursi di sebelah bunda untuk di dudukinya.

"Pagi nak.. Sudah mau pergi lagi?," Tanya bunda dengan nada interogasi.

"Iya." Jawab Nathan singkat. Bunda diam tanpa merespon.

"Kemarin bunda sampai Jakarta jam berapa? Sendiri atau di antar?," Ucap Nathan membuka obrolan kembali dengan ibu nya yang mulai acuh.

"Bunda sampai Jakarta siang, langsung kesini.. Di antar pak Eko," Jelas bunda. Pak Eko, supir pribadi plus orang kepercayaan bunda, biasa nya akan tidur di mobil jika bunda akan kembali ke Bandung esok harinya. Tapi jika bunda menginap beberapa hari ia akan kembali ke Bandung dan menjemput jika sudah di telepon.

"Ooh.." Nathan beranjak dari kursi nya seraya membuka kulkas yang berada tak jauh dari meja makan untuk mengambil jus jeruk. Lalu ia menuang jus itu ke gelas nya dan kembali duduk menemani bunda.

"Nath.. Lihat deh, kakakmu Keenan, hebat sekali dia ya, sudah berhasil meraih cita-citanya. Sudah jadi dokter, sekarang sedang menempuh pendidikan lagi agar bisa jadi konsultan. Kamu patut bangga dengannya," Ucap bunda sambil menunjukkan ponselnya yang sedang membuka foto Keenan, kakak kandung dari Nathan.

Berbeda dari Nathan, Keenan memang lebih penurut, ia selalu menuruti perkataan bunda. Laki-laki cerdas yang selalu membanggakan orangtua nya sejak dulu.

Nathan mulai tidak mood mendengar perkataan bunda yang akhir-akhir ini mulai sering membandingkan diri nya dengan kakaknya lagi. Tanpa pikir panjang ia segera menghabiskan jus jeruk di gelasnya dan bergegas pergi.

"Bun.. Aku jalan dulu," Ucap Nathan berlalu dari hadapan bundanya. Tak ada jawaban dari bunda yang pusing melihat kelakuan anak nya itu, ia hanya menggelengkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menyanggahnya di meja.

"Lho.. Mas Nathan sudah bangun toh? Mau sarapan apa mas? Biar saya siapkan," Mbak Asih yang berpapasan dengan Nathan saat pria itu hendak meninggalkan dapur langsung mencecarnya dengan pertanyaan.

"Nggak.. Saya buru-buru." Jawab Nathan tanpa menghentikan langkah nya. Ia membuka pintu depan apartment nya dan langsung pergi secepat kilat. Sedangkan mbak Asih hanya memandangnya keheranan.

2# Si Gadis Pemberani

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah tangga, mbak Asih langsung menepati janjinya untuk mengajak bunda ke pasar. Mereka berdua pergi dengan di antar oleh supir pribadi bunda. Jarak dari apartment ke pasar tradisional itu menempuh waktu sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil. Jika dengan motor bisa lebih cepat lagi. Mengingat Jakarta adalah kota metropolitan dan juga biang kemacetan, maka wajar saja akan lebih lambat jika bepergian dengan menggunakan mobil.

Sesampainya disana mereka langsung bergegas untuk membeli barang yang diperlukan. Tidak terasa sudah satu jam berlalu sejak kedatangan mereka di pasar. Ibu Erina, yang biasa dipanggil bunda, adalah type wanita yang lebih senang ke pasar tradisional dibanding supermarket. Selain karena sayur mayur dan lauk-pauk yang masih fresh, juga karena harga nya lebih 'merakyat'.

Tetapi bukan pula karena bunda seorang yang pelit wal irit. Wanita berusia 52 tahun yang berprofesi sebagai pengusaha di bidang kuliner itu juga merasa senang jika bisa membantu pedagang-pedagang di pasar dengan membeli dagangan mereka. Sungguh bunda adalah wanita dengan hati yang baik.

"Aduh.. Bu.." Mbak Asih bergumam seraya mengubek-ubek tas belanja yang di jinjingnya.

"Kenapa mbak?"

"Sepertinya kresek berisi daging tadi tertinggal"

"Waduh.. Tertinggal dimana mbak?"

"Di kios daging tadi bu.. Memang sepertinya blm Saya masukkan ke dalam tas, saya benar-benar gak sadar"

"Ya sudah, coba mbak kembali dulu kesana, barangkali benar tertinggal. Saya tunggu disini sambil beli sayuran di kios ini, oke?" Ucap bunda berhenti di depan kios sayuran yang menyediakan aneka sayur mayur yang masih sangat segar. Bunda tidak tahan melihat bonggol-bonggol brokoli yang tampak hijau segar itu, karena memang bunda adalah penggemar sayur brokoli.

Mbak Asih bergegas kembali ke kios daging untuk memastikan apakah benar belanjaannya tertinggal. Sementara bunda dengan antusias memilih sayuran.

Setelah puas memilih, bunda memutuskan untuk menyelesaikan belanja nya, ia baru akan membuka tas yang dibawanya untuk mengambil dompet ketika tiba-tiba tas tersebut di rampas oleh orang tak dikenal. Bunda jadi korban penjambretan!.

"Ya ampun.. Tasku!! Toloong...jambret..!!!" Bunda meneriaki orang itu. Penjambret itu lari tunggang langgang membawa tas bunda. Semua mata tertuju pada bunda yang berteriak minta pertolongan.

Beberapa orang tampak mulai bergerak untuk membantunya. Namun sejurus kemudian sebuah tas belanjaan lengkap dengan bahan masakan melayang ke wajah si penjambret. Seseorang telah melemparnya ke laki-laki jahat itu dan membuat nya jatuh terduduk. Nampaknya isi tas tersebut cukup banyak dan berat.

"Kembalikan tas itu!!" ucap si pelempar tas belanja itu dengan lantang dan berani.

"Aaarrgghhh..." Si penjambret berusaha untuk bangkit dan membawa kembali tas milik bunda. Namun si penolong yang ternyata adalah seorang gadis itu berhasil menggenggam tali tas yang terjulur panjang secara tak sengaja.

Terjadi aksi saling tarik menarik antara laki-laki dan gadis kuat tersebut. Tenaga gadis itu cukup kuat sampai-sampai si penjambret kualahan. Karena takut orang-orang keburu menangkapnya, laki-laki itu langsung mengeluarkan pisau kecil yang dibawanya dan menyabet tangan gadis malang itu agar ia melepaskan genggamannya dari tas tersebut.

"Aakkhhh...." Gadis itu mengerang dan memegangi pergelangan tangan kanan yang dilukai itu dengan tangan kirinya. Darah mulai menetes karena lukanya cukup panjang dan dalam.

"Jambreeet!!!!" Tak kehabisan akal, gadis itu berteriak agar orang-orang menghadang penjambret kurang ajar itu dan menangkapnya.

Gadis itu bersimpuh sambil terus memegangi tangan nya. Bunda yang ikut mengejar penjambret tas nya segera menghampiri si gadis penolong untuk melihat keadaan nya. Bunda yakin terjadi sesuatu pada nya, karena ia menyaksikan semuanya dari kejauhan sambil ikut berlari untuk mendapatkan tasnya kembali.

"Kamu gak apa-apa?" Suara bunda gemetar karena kaget, shock dan kelelahan. Gadis itu diam sambil meringis kesakitan. Darah nya terus mengalir. Bunda yang menyadari tangan gadis itu terluka langsung menawarkan bantuan. Namun di tolak oleh gadis berwajah cantik tersebut.

"Jangan menolak. Kamu terluka, ayo kita rawat dulu lukamu, ibu antar ke klinik ya.."

Tanpa mendengar persetujuan si gadis penolong bunda segera menuntunnya. Dari kejauhan terdengar suara seseorang berlari menghampiri mereka berdua. Mbak Asih ternyata, ia begitu khawatir ketika mendengar dari penjual sayur bahwa majikannya jadi korban penjambretan dan sedang berlari mengejar pelakunya. Ia bersyukur melihat bunda masih baik-baik saja. Jika tidak, apa yang akan di katakannya pada tuan muda Nathan?

"Bu.. Ya Allah ibu.. Huhh.. Hahh.." Mbak Asih tampak terengah-engah. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Ibu gak apa-apa?? Apa ada yang terluka?"

"Saya gak apa-apa mbak.. Tapi gadis ini yang terluka karena berusaha membantu saya. Sekarang saya akan membawa nya ke klinik, ayo cepat bantu mbak" Bunda memberi instruksi untuk membantu menuntun gadis itu.

Sebelum meninggalkan pasar, bunda telah mendapatkan kembali tas nya. Dan si penjambret itu telah kena batunya. Ia di gelandang ke pihak yang berwajib oleh orang-orang yang menangkapnya. Bunda bersyukur orang jahat itu tertangkap. Setidaknya tidak akan ada korban sepertinya lagi. Pikirnya.

Mereka sampai di klinik. Gadis muda berwajah cantik itu langsung di beri pertolongan untuk menghentikan darahnya. Bunda dan mbak Asih duduk di ruang tunggu dengan cemas.

Gadis itu keluar dari ruangan dokter setelah sekitar 20 menit mendapat perawatan. Pergelangan tangannya di balut perban. Wajahnya sudah mulai kembali segar, tidak pucat seperti tadi. Dokter telah memberinya perawatan yang baik.

"Sini duduk dulu nak.." Bunda menuntun gadis itu untuk duduk di kursi ruang tunggu sementara mbak Asih di perintah bunda menyelesaikan administrasi.

"Terimakasih banyak nak.. Sudah menolong ibu, kamu benar-benar gadis pemberani" Ucap bunda. Gadis itu menoleh, lesung pipi tergambar di wajahnya ketika ia tersenyum.

"Sama-sama bu, terimakasih juga telah membiayai pengobatan saya"

"Sudah kewajiban ibu nak.." Jawab bunda. "Oh iya, siapa namamu?"

"Nama saya Dara" Ucapnya sopan.

"Tinggal dimana nak?"

"Tidak jauh dari sini bu.."

Kemudian mereka berdua berbincang sedikit untuk mengenal satu sama lain. Sesekali bunda memperhatikan penampilan Dara yang duduk disebelahnya. Hari itu ia mengenakan baju atasan berwarna nude dengan rok yang panjangnya hanya mencapai lutut. Rambut panjang dan lurus hingga menyentuh siku lengannya dibiarkan tergerai indah dan tebal dengan warna hitam yang cantik. Kulitnya kuning langsat khas orang Indonesia. Sekilas, bunda mulai menyukai tampilan dan perangai gadis itu.

Tak berselang lama, mbak Asih datang dengan menenteng plastik berisi obat untuk diminum Dara agar mempercepat penyembuhan luka nya.

"Ayo ibu antar pulang Dara"

"Tidak usah bu, saya naik angkot saja"

"Lho kok angkot? Tanganmu terluka begitu, kurang aman naik angkot. Sudah, ibu antar. Tunjukkan saja dimana rumahmu" Ucap bunda sedikit memaksa.

"Tapi saya bukan mau kerumah, mau ke warung ibu saya dulu"

"Gak apa-apa nak.. Ibu antar, dimana warung ibumu?"

"Dekat pasar tadi bu"

"Ya sudah, ayo kita jalan" Bunda merangkul Dara, mengajaknya ke mobil dan mengantarnya ke tempat tujuan. Dara tak bisa menolak lagi. Karena bunda bagaikan polisi yang baru saja menangkap seorang tersangka. Tak sedikitpun Dara dapat mengelak darinya. Gadis itu pun pasrah dan mengikuti bunda masuk ke mobil.

***

Mereka sampai di sebuah warung makan milik orangtua Dara. Warung itu lumayan besar dengan menu masakan yang beragam. Meja dan kursi tertata rapi serta bersih di setiap sudut ruangan. Ada beberapa orang yang sedang menyantap sajian di warung itu ketika mereka tiba.

Bunda sedikit memperhatikan tatanan warung makan milik orangtua Dara ketika ia memasukinya. Ia cukup respect dengan kebersihan dan kerapihannya. Warung ini, sedikit banyak mengingatkan dirinya tentang masa lalu. Bibirnya tersenyum sendu.

"Dara.. Sama siapa ini nak? Lho ini kenapa tanganmu? Apa kamu terluka?" Ibu dari Dara menghampiri anaknya yang membawa orang asing. Ia nampak terkejut ketika melihat tangan Dara terbalut perban. Hatinya langsung bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan putri sulungnya.

Bunda kemudian menjelaskan kronologis kejadiannya. Ibu Dara mendengarkan dengan seksama. Ia nampak kaget namun sedikit bernafas lega karena melihat kondisi putri nya yang hanya terluka di bagian tangan. Ia bersyukur Dara masih dilindungi.

"Ibu.. Dara minta maaf, belanjaannya hancur semua" Gadis itu memohon pengampunan pada ibu nya karena belanjaan yang seharusnya digunakan untuk membuat masakan esok hari telah ia pakai untuk menjatuhkan si penjambret di pasar tadi. Ibu nya yang duduk tepat di sebelahnya tidak merasa keberatan sama sekali. Ia tersenyum dan membelai lembut kepala anaknya.

"Tidak apa-apa nak.. Kamu lebih berharga dari belanjaan itu.. Ibu bisa beli lagi nanti"

Dara cukup lega mendengar kata-kata ibu nya.

"Dara.. Kamu sampai mengorbankan belanjaan ibumu?" Tanya bunda.

Dara mengangguk dengan ragu. Ia merasa tidak enak pada ibu nya sendiri.

"Sudah.. Tidak apa-apa bu, saya bisa beli lagi nanti. Yang penting anak saya baik-baik saja, dan ibu juga bisa mendapatkan tas ibu kembali"

Ibu Dara memang seorang wanita yang bijak dan lembut hatinya. Ia juga tidak akan segan membantu siapapun yang mengalami kesulitan, walaupun dirinya sendiri juga bukan sedang tidak kesusahan.

Kemudian bunda berpamitan. Ia juga memberi uang ganti rugi untuk mengganti kerugian bahan masakan rusak yang disebabkan oleh kejadian tadi. Namun di tolak oleh Dara dan ibu nya. Bunda memaksa, tapi tidak berhasil. Mereka tidak mau menerima sepeserpun, dan menganggap kejadian itu adalah musibah yang bukan disebabkan oleh bunda. Akhirnya bunda menyerah, ia menuruti keinginan mereka dan undur diri.

Ibu sangat bangga dengan Dara karena telah berani melawan penjambret itu. Walaupun memikirkan kemungkinan Dara akan terluka lebih dari itu membuat nya bergidik. Namun Ia bersyukur berkali-kali lipat putri nya masih ada disini bersamanya.

Dara (25) adalah anak sulung dari tiga bersaudara, ia memiliki dua orang adik, laki-laki (17) dan perempuan (14). Ia gadis yang periang, rajin dan cerdas. Ia selalu membantu ibu nya memasak untuk berjualan, membeli bahan baku untuk masakan, bahkan sering membantu adik-adiknya belajar.

Ayah nya telah lama meninggalkan mereka. Terjerumus dalam lembah perselingkuhan, seorang janda beranak satu berhasil membawa pergi sang ayah yang menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.

Saat itu Dara baru berusia 10 tahun, dan merasa amat terpukul dengan perpisahan kedua orangtua nya. Belum lagi ketika diam-diam dirinya sering memergoki sang ibu tengah menangis di dalam kamar. Hatinya ikut terasa sakit. Di usia semuda itu Dara memang belum mengerti betul dengan apa yang terjadi, namun satu yg ia pahami, ibu nya sudah disakiti.

Menjadi orangtua tunggal bagi tiga orang anak, tentu saja membuat sang ibu harus banting tulang menafkahi mereka. Dari menjadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, ia rela melakukan semuanya. Sampai pada akhirnya, berbekal skill memasak yang ibu miliki, ia mencoba peruntungan dari berjualan lauk pauk siap makan.

Beruntung sang ibu memiliki anak seperti Dara, yang selalu siap membantunya kapanpun. Tak pernah kenal lelah dalam membantu ibu nya menjajakkan dagangan mereka keliling kampung. Hal itu dilakukan karena memang mereka belum memiliki kios sendiri. Namun karena kegigihannya lambat laun pundi-pundi rupiah pun mulai terkumpul hingga akhirnya mereka mampu membeli kios sendiri.

Dara mempunyai keinginan melanjutkan studi kedokteran selepas lulus SMA. Namun karena keterbatasan ekonomi ia tidak bisa mewujudkan impiannya. Ia pernah akan mencoba ikut program beasiswa, tapi karena melihat ibu nya yang kerepotan berjualan sendirian hingga sempat jatuh sakit karena kelelahan akhirnya Dara mengurungkan niatnya dan memilih untuk membantu ibu nya. Dia bilang, tidak ada pekerjaan yg lebih mulia selain ikhlas membantu orangtua.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!