“vin….stop…..Kevin!!” sudah berulang kali Jani berteriak kecil memperingatkan kekasihnya
Buk..!
dorongan Jani membuat Kevin tersungkur ke arah samping sofa dan melepaskan pelukannya.
“aku tidak mau melakukannya sekarang vin…jadikan momen itu special saat kita sah menjadi pasangan suami isteri,” Jani berusaha menahan emosinya, beranjak berdiri dari sofa, sambil merapihkan kemejanya yang hampir seluruh kancingnya terbuka karena ulah kekasihnya
“sorry sayang…aku terbawa suasana.., terimakasih yah sudah mengingatkan,sekali lagi maaf”, Kevin beranjak dari posisinya dan berdiri mengecup kening Jani, rasa bersalah menghinggapinya
“maaf ya vin..aku harap kamu sabar menanti saat yang special itu,” Jani berusaha meyakinkan dan dibalas dengan senyuman menawan plus lesung pipi yang membut Jani terhipnotis, menurunkan kadar emosinya dengan kilat
" Aku yang salah , enggak mampu menahan diri, bahaya nih kalo suasana berduaan gini, banyak setannya", balas Kevin menggoda, mencoba mencairkan suasana
"Hi....sayang amat apartemen bagus gini banyak setannya, mending kos aku dong, ada pemandangan seger penampakan anaknya Bu Kos cuma pakai kolor doang,"balas Jani meledek
"Kamu suka liatnya?," Kevin mengernyit matanya
"Suka lah mata aku kan normal sayang, disuguhkan pemandangan begitu,apalagi badannya yang enam pack, mata jangan dikedip dulu sebelum mas Reno menghilang dari pandangan", Jawab Jani terkekeh
"Ya udah besok besok kalo km main ke sini, aku kolor aja," Kevin enggak mau kalah
"Ga usaaaaaah!!, km masuk angin aku ga mau ngurus!," Jani kembali meledek, dan dibalas dengan jitakan manja di keningnya
“kamu ke kampus sayang?,” tanya Kevin sembari mengalungkan tangannya ke pinggang Jani
“aku mau ke perpustakaan dulu, ada buku yang mau aku kembalikan, terus nyari buku untuk tambahan referensi, soalnya mulai besok aku mau menghadap ibu Rina untuk konsultasi bab 1, pulang dari kampus aku langsung kerja yah…” Jani mendekap erat tubuh Kevin, merasakan harum Parfum khas yang menenangkan.
“oke sayang…ayo aku antar ke kampus,oh ya kamu mau makan dulu?,” tanya Kevin, melepaskan pelukannya dan berganti pakaian
“ga usah, aku belum lapar sayang…,” jawab Jani singkat, matanya fokus ke arah layar handphone menjawab pesan singkat
Mereka meninggalkan apartemen dengan menggunakan motor Sport menuju Kampus yang merupakan salah satu kampus favorit di kota Yogyakarta, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 40 menit, menyusuri jalan kota Yogyakarta yang padat, tidak jauh beda dengan Ibu Kota Jakarta, terlebih jika musim liburan sekolah.
Sampai di Parkiran Fakultas Ilmu Sosial, Jani turun dari motor dan melepaskan helmnya , lalu merapihkan rambutnya yang panjang tergerai melebihi bahu, mengikatkan dengan kunciran dan merapihkan poninya.
“kamu yakin enggak mau makan dulu, ini sudah jam makan siang loh,” tanya Kevin meyakinkan
Jani menjawab dengan menggelengkan kepalanya,
“aku belom lapar, malah gugup besok ketemu bu Rina, beliau itu tegas banget, kalo ngomong sama mahasiswa nya kaya make speaker masjid 😭,” jawab Jani dengan nada manja
Kevin tertawa lepas mendengarkan perkataan Jani,
“ kamu tuh baru juga mulai skripsi, malah udah down gitu…entar ga selesai selesai loh kalo takut gitu..emang kamu ga mau cepat lulus dan menjadi nyonya Kevin?” tanyanya menggoda, mencubit hidung mancung Jani
“iya nanti aku kebut skripsinya,bantuin aku yah,,,,aku kan enggak encer kaya kamu otaknya, kamu skripsinya cepat, lulus cumlaude juga, apalah aku yang pas pasan ini”, Jani menunduk malu
“hei,,,,you are spesial honey…ayo semangat…sebelum aku berangkat ke Inggris, aku bakal bantuin kamu, apa lebih baik kamu ga usah kerja aja yah…fokus dulu sama skripsi,” entah sudah berapa kali Kevin meminta Jani untuk berhenti kerja, namun selalu ditolak olehnya.
“mulai lagi deh…udah ah aku masuk yaa”, Jani meninggalkan parkiran sambil melambai kearah Kevin, menuju perpustakaan
“bye honey….”, balas Kevin, setelah menunggu kekasihnya menghilang dari pandangannya, dia pergi mencap gas motor sportnya.
Senja Rinjani yang sering dipanggil Jani , saat ini usianya menginjak 21tahun, wanita dengan penampilan sederhana, memiliki rambut panjang bergelombang, merupakan mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi semester 6 yang tengah menjalani skripsi.
Pembawaannya yang menyenangkan dan ceria, membuat Jani mudah bergaul, sebetulnya beberapa mahasiswa menaruh hati kepada Jani, namun mereka hanya bisa memendam perasaannya karena Jani telah memiliki kekasih yaitu Kevin .
Untuk meringankan beban ibunya, Jani bekerja sebagai pramusaji di sebuah cafe, ayahnya meninggal karena sakit komplikasi saat Jani memasuki semester dua.
Ibunya yang sering sakit-sakitan rutin kontrol ke rumah sakit, hal itu yang membuat Jani tak mau menambah beban ibunya
Ibu Fitri tinggal di Bandung dengan adik laki laki Rinjani yang masih SMA, setiap bulan ibu Fitri mendapatkan pemasukan dari uang pensiunan almarhum suaminya sebagai Polisi dan sesekali menerima pesanan kue dari warna komplek perumahan.
Saat ayahnya masih hidup, ibu Fitri membuat aneka macam kue untuk dititipkan ke pasar dan menerima pesanan dari tetangga sekitar, namun usianya yang kini menginjak 57th, tak mampu lagi membuat banyak pesanan.
Jani ingin mandiri tidak bergantung kepada ibunya,sebisa mungkin biaya kuliah dan biaya hidup ditanggung sendiri, kehidupannya berubah 180 derajat setelah ayahnya meninggal, menghabiskan tabungan untuk pengobatan ayahnya yang seharusnya untuk tabungan pendidikan Rinjani.
meski kekasihnya Kevin Putra Wijaya merupakan anak pengusaha pertambangan dan properti yang kaya raya, tak serta Merta membuat Jani memanfaatkan hubungannya.
Kevin bisa saja menanggung biaya kuliahnya, tapi Jani selalu menolaknya, baginya belum menjadi istri Kevin, belumlah pantas dan berhak mendapatkan materi dari Kevin
Pesan dari ibunya agar Rinjani menjadi wanita yang mandiri, membuatnya semangat bekerja dan kuliah, dari sejak semester pertama Rinjani sudah bekerja, lebih banyak mendapatkan shift malam supaya tidak menganggu perkuliahannya, kemandirian Rinjani menjadi nilai plus,dan itu yang membuat Kevin jatuh hati
Usia Kevin 23th, hanya terpaut dua tahun dengan Jani, Sudah tiga tahun mereka berpacaran, berawal saat sering bertemu di perpustakaan, benih benih cinta akhirnya tumbuh.
saat itu Kevin baru menginjak semester dua, dan Rinjani mahasiswa baru, Jani baru mengetahui bahwa Kevin anak pengusaha kaya, saat Kevin mengenalkan Jani kepada orang tuanya dua tahun yang lalu
Bahkan satu tahun pertama mereka berpacaran, Rinjani enggak tak pernah berkunjung ke apartemen Kevin.
Setiap menjemput Jani, dia selalu Menggunakan motor butut milik sahabatnya Anjar dan membawa Rinjani ke kontrakan Anjar yang diklaim sebagai kontrakannya.
Hal itu Kevin lakukan untuk melihat ketulusan Rinjani, cewek- cewek yang selama ini mendekatinya selalu menguras materinya, berbeda dengan Rinjani yang tidak pernah menuntut apa apa dengan penampilan sederhananya.
Rinjani Tidak pernah minta barang branded, bahkan mereka suka makan lesehan di pinggir jalan, dan Jani menjaga kehormatannya, tidak melakukan hal yang lebih yang belum pantas dilakukan sebelum adanya pernikahan, nilai plus bagi kedua orang tua Kevin, mereka langsung menyukai gadis sederhana itu, tidak memandang status sosial.
Kevin merupakan anak ke 2 dari pengusaha ternama Brahma Wijaya dan ibunya Erika Wijaya seorang sosialita yang sering mengadakan acara amal, Kevin tak hanya pintar dan tampan,tapi juga ramah terhadap siapapun
Tidak pilih pilih pertemanan, pokoknya pangeran tampan paket komplit, tidak sedikit yang iri dengan pasangan Kevin - Rinjani, banyak yang berkomentar Rinjani beruntung mendapatkannya pangeran seperti Kevin, pasangan yang serasi, namun justru Kevin yang merasa beruntung mendapatkan Rinjani.
Kevin sendiri sudah wisuda 1th yang lalu, lulusan terbaik Jurusan Tehnik Arsitektur dan sedang mempersiapkan S2 nya di Inggris, rencananya sementara mereka akan menjalani Long distance relationship
Sampai Jani Lulus, Kevin siap melamar dan memboyongnya ikut serta, orang tua mereka sudah saling mengenal satu sama lain, rencana ke jenjang yang lebih serius sudah dipersiapkan dengan matang.
Senja Rinjani, 21th
Kevin Putra Wijaya , 23th
Aditya Erlangga,33th
Rinjani melangkahkan kakinya menaiki tangga perpustakaan, sejenak langkahnya terhenti mendengar seseorang memanggilnya,
“jani….jan…..tunggu”, suara teriakan panggilan dari arah belakang, Rinjani merasa kenal dengan suara familiar tersebut, akhirnya menoleh,
Jani melihat seorang wanita dengan rambut tergerai bebas, berwarna hitam pekat dengan tambahan warna keemasan di bagian luar,
“hai Din…ya ampun itu rambut kamu kereeeeeeen, mirip siapa lagi kali ini?lea?dita?jini?,” Jani menggoda Dini dengan menyebutkan anggota KPop favorit sahabatnya itu,
Dini adalah sahabatnya dari sejak menjadi mahasiswa baru, dia membalasnya dengan tepukan di bahu Jani
“Ini tuh Dini style….mereka tuh yang meniru gaya aku,” mendengar jawaban sahabatnya Jani tertawa terbahak-bahak disusul Dini
“bucin kamu makin keren aja Jan …mau pakai baju apa aja indah dipandang mata,” celoteh Dini.
“bucan bucin….bucinan juga kamu kaliiii, kemana mana bareng, aku sama Kevin baru tiga tahun kamu sendiri udah 9th kaya kredit perumahan,lagian muji muji cowok orang, awas loh ntar sukaaa,” balas Jani menggoda Dini.
“itu namanya setia Jan….sabar menanti….kuat godaan..,lagian mata mah normal,kalo liat yang bening bening, urusan hati mah tetep setia, no jelalatan, jadi enggak perlu diragukan lagi, durasi Pacaran Kayak KPR sudah teruji", jawab Dini dengan penuh semangat
"Reza itu salah satu cowok langka yang harus dijaga dan dilestarikan loh Din, nanti ada museum untuk para bucin," goda Jani terkekeh
Dini memukul pundak Jani dengan buku yang ditangannya,
" temen enggak ada akhlak nih...emang Reza ku mumi apa!", Jani dan Dini menahan tawanya ketika memasuki area loker perpustakaan.
"Jan kamu dapet Dosen Pembimbing Bu Rina yah?yang terkenal tegas dan suka teriak teriak kalo lagi bahas skripsi sama mahasiswanya?”, Dini bertanya menggoda,beruntung dia mendapatkan dosen pembimbing yang asyik
"Iya nih, belom juga ketemu Bu Rina, udah sport jantung dari sekarang, hadapi pelanggan Cafe yang sangar dan cerewet aku malah santai aja aja, tapi kalo udah berhadapan sama Bu Rina, asli deh ini nyali jadi melempem,kaya kerupuk kena air! lemes banget waktu liat pengumuman dosen pembimbing ku beliau hiks...", Rinjani menjawab pertanyaan Dini sembari menyusun buku buku yang ingin dikembalikan
Bu Rina memang terkenal tegas dan bersuara tinggi ketika memberikan konsultasi kepada mahasiswa bimbingannya, bahkan suaranya bisa terdengar keluar ruangan.
Lalu Jani membelakan matanya,terlintas ide dalam pikirannya, " Din apa aku bawa aja yah Kevin nanti waktu bimbingan Skripsi, kali aja Bu Rina klepek-klepek, Bu Rina kan belom nikah", Jani meringis licik dengan idenya
"Ya Ampun Janiii...kasian banget Kevin kamu jadiin tumbal, enggak sekalian aja kamu jodohin Bu Rina sama Kevin, kali aja nilai skripnya kamu langsung dapat A 😅", mendengar jawaban Sahabatnya, Jani tertawa lepas, membuat mereka ditegur oleh petugas perpustakaan yang memberikan peringatan untuk tidak berisik.
Mereka akhirnya memutuskan untuk masuk ke perpustakaan menambah referensi skripsi, Dini sibuk memilih buku, sedangkan Jani fokus di depan laptop menyusun kalimat demi kalimat
Drt...drt..., Bunyi pesan singkat masuk
✉️ Leviana
"Jani, besok kamu mau ga tukeran libur sama aku, jadi besok kamu libur, orang tua Jery datang ke Yogyakarta,pleaseeeeee yaaaaah Jani yang Cantiks ga ada duanyaaaaaaa"
✉️ Jani
"Oke deh tapi enggak gratis 🤪,traktir nonton yaaaa 🤗,"
✉️ Leviana
" Kevin udah bangkrut Jan?sampai minta traktir nonton 🤣, oke deh asal kamu bahagia, maacih yaaaaa much...muach..."
✉️ Jani
"Leviiii.......gratisan mana ada yg nolak sih 🤪🤪,eeh ngeledek yaaa, jadi tambahannya popcron 2, milkshake n makan pecel Lamongan kelar nonton titik!🎉🎉"
✉️ Levina
"Amalaaaaak bangkrut!😭😭, Sahabat gada akhlak!"
Jani terkekeh membaca pesan singkat dari sahabatnya yang sama sama kerja di Cafe, sedangkan Dini masih saja sibuk memilih buku di rak,terlihat kebingungan.
Drt...drt....masuk lagi pesan singkat
_Grup Bimbingan Bu Rina_
Ridwan: guys...aku dapat info dari Bu Rina, besok Bu Rina ijin, soalnya ada keperluan keluarga mendadak, diundur minggu depan yang mau konsultasi,persiapkan ya guys...
Jani senyum senyum sendiri, besok waktunya free dari bimbingan skripsi dan pekerjaan, Jani berencana membuat kejutan untuk Kevin, sudah lama tidak memberikan kejutan, bukannya fokus menambah referensi skripsinya, dia malah sibuk memikirkan surprise apa yang akan diberikan untuk Kevin.
"Din pulang yuk...aku mau siap siap kerja", ajak Rinjani, dibalas anggukan Dini, " ayo...aku anterin ke tempat kerja kamu yah, hari ini aku bawa mobil", Rinjani kegirangan,
Keesokan Hari...
Drt...drt....
✉️ _Kevin ❤️_
"Sayang...km jadi bimbingan hari ini?semangat yah!!💪, kabari kalo udah Pulang kerja nanti aku jemput "
✉️Jani
"Iyah...😭gelisah kaya kambing mau disembelih, kamu jadi mau main futsal bareng Anjar?"
✉️ _Kevin ❤️_
"Jadi nanti siang, semangat ah....segera menjadi nyonya Kevin hehehe, ya udah sana siap siap, eh mau aku anterin?"
✉️ Jani
" Ga usah, tinggal jalan kaki doang ke kampus, manja amat minta dianter..."
✉️ _Kevin ❤️_
"Oke deh...Love u Mrs. Kevin,semoga lancar yah.."
✉️Jani
" Love u too ❤️, hati hati di jalan yah"
"Yes Berhasil..." Rinjani membohongi Kevin,padahal hari ini dia libur
Rinjani ternyum berbunga bunga membaca pesan singkat dari Kevin, sebenarnya dia tak sabar ingin segera lulus dan menikah dengan Kevin, tapi Jani harus bersabar menamatkan skripsinya dulu.
Sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada ibunya, Jani harus mempunya bekal untuk menjadi isteri dan calon ibu untuk anak anaknya kelak.
Karena hari ini Jani libur, dia berencana memberikan kejutan untuk Kevin, semalam pulang kerja Jani langsung begadang merevisi draft skripsinya, karena Bu Rina sangat teliti perihal tanda baca, sekecil apapun kesalahan dalam penulisan bisa dibantai.
Siangnya, Jani pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan masakan, dia berniat membuat ayam geprek sambal matoa kesukaan Kevin, pacarnya itu sudah punya segalanya,
Karena hobi Jani memasak, dia ingin memberikan kejutan menyiapkan hidangan untuk Kevin dan memasaknya di apartemen Kevin yang lengkap dengan dapur,
Mereka biasanya melakukan aktivitas masak bersama meski tidak sering karena kesibukan Jani dan Kevin mengurusi kantor cabang ayahnya di Yogyakarta.
Kos Jani hanya sebatas kamar saja, itupun kamar mandi luar, sederhana tak ada barang yang mewah, karena dia sering menghabiskan waktunya di tempat kerja atau di kampus karena Jani aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa dan sesekali ke apartemen Kevin, Jani bebas keluar masuk apartemen karena mengetahui kode aksesnya.
Jam 11.00 Jani tiba di apartemen, sebelumnya dia sudah memastikan Kevin sedang menuju Rumah Anjar menjemput temannya untuk bermain futsal.
Jani membuka Kode akses apartemen, kode familiar tanggal jadian mereka, beberapa bulan ini Jani hampir tidak pernah datang sendiri ke Apartemen Kevin karena sibuk dengan pekerjaan dan skripsinya, dia harus bisa membagi waktu, bertemu Kevin hanya ketika dijemput pulang kerja dan langsung pulang diantar ke kos nya.
Jani duduk di sofa dan meletakan barang barangnya di depan yang bertepatan meja, hawa panas membuatnya kelelahan, " cuaca panas amat", keluh Jani setelah mengeluarkan botol kemasan dan meminumnya lalu merebahkan kepalanya, menikmati empuknya sofa.
Kenikmatannya ketika memejamkan mata terganggu ketika Jani merasa mendengarkan suara aneh dari sudut ruangan, ketika Jani mendekat, suara yang dia dengar semakin jelas masuk di telinganya,
Jani melangkah penuh hati hati, menggenggam Ponselnya dan berusaha menghubungi Kevin, tapi usahanya sia sia, tidak ada jawaban dari Kevin
Jani melangkah pelan, penuh hati hati menuju sudut sebuah ruangan, berusaha memastikan suara di dalam kamar Kevin,karena apartemen itu hanya memiliki satu kamar saja,
Jantungnya tak henti berdebar, setelah itu terdengar suara germecik air yang deras, Jani ketakutan dengan situasinya saat ini, dia hanya menunggu, entah harus bagaimana,
Sesaat kemudian, pintu kamar terbuka, dan betapa terkejutnya Rinjani mendapati Kevin tengah mengenakan handuk yang dililitkan ke pinggangnya, dan Kevin juga tidak kalah terkejut dengan kehadiran Jani di depannya, seperti melihat hantu pada siang hari
"Sayang....."
Deg..
"Sayang...", Kevin sangat terkejut mendapati Jani berada di depan kamarnya dan berusaha menutup pintu kamar, namun usahanya sia sia,
Jani terlebih dahulu menangkis tangan Kevin untuk melihat siapa yang ada di dalam, dan betapa terkejutnya Rinjani, seperti tersambar petir, melihat Clara, putri pemilik cafe tempat dia bekerja, terbaring di kasur dengan hanya berbalut selimut
Seketika tangisnya membuncah, tubuhnya gemetar, mulutnya terkunci, keinginannya memberikan kejutan malah membuatnya terkejut, tenaganya seperti terhisap dari bawah kaki dan terlepas dari raganya,
Lemas...namun dia tidak ingin berada di ruangan terkutuk itu, dengan sisa tenaga yang ia miliki, jani berlari dengan segudang rasa campur aduk,
Kevin mengejar sampai di depan pintu, mendekap Jani dari belakang, "ma.. maaf sayang....", Kevin kehabisan kata kata, dia pun bingung bagaiman menjelaskan situasi ini kepada Jani
Sekuat Tenaga Jani melepaskan dekapan Kevin, matanya melotot seperti ingin menerkam, tanpa kata, hanya ada tatapan penuh amarah
Plak...plak...
Jani menampar Kevin sebanyak dua kali, bukan puas yang ia rasakan, justru rasa sakit yang teramat sangat menusuk hatinya setelah menampar Kevin,
"sudah berapa lama?", Hanya itu yang mampu Jani tanyakan, entah pikirannya kalut dan masih shock dengan apa yang dilihat
tatapan yang melotot dan tajam, warna merah bercampur air mata yang mulai memenuhi bola matanya, Kevin sadar Rinjani tengah berada dalam situasi Murka
"Tiga bulan", Jawabnya lirih...
Jawaban Kevin menghancurkan semuanya yang dimiliki Jani, kepercayaan ,cinta, keyakinan dan harga diri, tiga bulan dia dibodohi oleh Kevin dan Clara, tiga bulan tidak mengetahui bahwa mereka bercinta di belakangnya
Rinjani terdiam, air matanya semakin deras, mukanya menyiratkan kekecewaan, kesakitan,kepedihan, tak mampu dia berkata kata lagi,
Jani melihat ke arah Muka Kevin yang penuh rasa bersalah, dalam hatinya dia bertanya, "kenapa?!!",namun mulutnya kelu, tertahan untuk berkata kasar
Rinjani berlari ke arah Lift, dan dikejar oleh Kevin, tapi kondisinya yang hanya berbalut handuk tak mungkin ikut masuk ke dalam lift
"Sayang please tunggu aku...,aku akan memperbaiki kesalahan ku, kasih aku kesempatan please...", Kevin teramat sadar kesalahan yang telah dia lakukan,namun dirinya berharap masih ada secercah harapan, dia berusaha menghalangi tombol lift
Jani menangkis tangan Kevin dan langsung menekan tombol lift, Kevin berteriak memaki kesalahannya,
Bergegas ke kamarnya berganti pakaian untuk segera mengejar Jani, hatinya seperti dihantam bertubi-tubi mengingat tatapan ekspresi Jani yang menangis penuh kekecewaan, ekspresi yang tidak pernah bisa dia lupakan dan akan menghantuinya.
Di dalam apartemen, Clara sudah berpakaian rapih, menyadari situasi yang kacau, dia berpamitan pulang, berulang kali Kevin menghubungi Rinjani,
Ketika tangannya membuka pintu, matanya teralihkan melihat barang belanjaan Rinjani yang tergeletak di Meja, terperanjat melihat isinya, andai saja dia tidak melakukan kesalahan itu,
Rinjani berlari tanpa arah, sudah 100 meter dia berlari, berharap Kevin tidak menemukannya, melihat taksi yang tengah terparkir, tanpa berpikir panjang, Jani meminta supir taksi yang sedang menyeruput kopi untuk mengantarnya. Di dalam taksi Rinjani tak hentinya menangis, dua kali supir taksi menanyakan arah tujuan tapi Rinjani masih hanyut dalam tangisannya.
Supir taksi meninggikan suaranya pada sapaan ke tiga, karena dia pun bingung mau dibawa kemana laju mobilnya, kali ini Rinjani terkaget, "ke Jalan merapi no. 25 pak", sang supir taksi melajukan kendaraannya.
Rinjani mengeluarkan Handphone nya dari tas selempang dari kulit sintesis berwarna Coklat dan menghubungi seseorang
📞" Din...kamu di mana?bisa aku ke rumah kamu?", Dengan suara bercampur tangisan
📞 " Aku di rumah baru aja sampai, kamu kenapa Jan?km nangis?i..iya km ke sini aja", Dini bertanya penuh keheranan
📞 " Aku otw rumah kamu, terimakasih",
Tut...Tut... Tut... Jani memutuskan sambungan telepon, tanpa memberikan penjelasan kepada sahabatnya itu.
Dengan kecepatan penuh, Kevin mengendarai motor sportnya menuju Kos Rinjani namun usahanya tidak membuahkan hasil, Jani tidak berada di Kos nya,
Kevin menghubungi beberapa teman UKM Rinjani, namun juga nihil, mereka tidak melihat Rinjani hari ini di kampus, Kevin berfikir keras, dimana keberadaan Rinjani saat ini,
Cemas jika terjadi sesuatu yang buruk, dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, lalu dia teringat dengan sesuatu, meski ragu tapi tidak ada salahnya mencoba.
Jani merasa perlu tempat untuk menenangkan diri, dan berfikir waras setelah melihat kejadian yang sangat mengguncang jiwanya. Setelah turun dari Taksi dan membayarnya,
Jani bergegas menghampiri Dini yang sedang berdiri di depan pintu ditemani Reza, Jani memeluk sahabatnya dengan derai air mata, hatinya sakit seperti tersayat pisau. Melihat situasi yang kurang baik, Reza pamit pulang dengan segudang tanda tanya.
Tak lama setelah Mobil Reza keluar, terdengar suara motor Kevin yang tak asing lagi di telinga Jani, dia pun menoleh. Kevin memarkirkan motornya dengan asal, berlari menghampiri Jani yang sedang menggenggam erat tangan Dini.
"Please sayang....kita harus bicara", Kevin memohon
" Kamu mau bicarakan apalagi Vin?, Kamu mau ngasih tau aku alasan bercinta dengan Clara?aku rasa enggak perlu, enggak penting bagi ku", Jani menampik lengan Kevin dan menatapnya dengan penuh amarah.
"Aku salah, kasih aku kesempatan please sayang...", Kevin putus asa, rasa bersalahnya begitu besar. Dini yang mendengar ucapan Jani terkejut, melongo menatap Kevin, kali ini tidak hanya Jani shock dan geram terhadap Kevin.
"Aku ingin sendiri Vin", Jani tertunduk lemas masih dengan derai air mata, melepaskan liontin dan memberikannya kepada Kevin,
"Aku tidak yakin bisa kembali lagi dengan luka yang km berikan, mungkin aku tidak layak untuk berada dalam kehidupan kamu", Jani menarik lengan Dini yang sedang mematung menyaksikan pertengkaran sepasang kekasih itu.
Kevin menggenggam kalung liontin itu dan menunduk, " aku yang tidak pantas berada dalam kehidupan mu Jani", batinnya.
***
Keesokan harinya..
POV Rinjani
Beruntung sekali aku, Dini mau menampung ku sementara waktu, semalaman aku menceritakan peristiwa tertangkap basah antara Kelvin dan Clara hingga larut malam,
Dini mengizinkan aku memakai kamar tamu tanpa batas waktu. Dari dulu dia memang meminta aku untuk tinggal bersamanya, tapi aku sungkan menumpang.
Tidur ku tak nyenyak, hanya beberapa jam saja, terbaring di kasur king size yang empuk, berbeda dengan kasur busa tipis yang ada di kos.
Aku lihat jam di dinding menunjukan pukul 06.00 pagi, aku masih nyaman dengan selimut tebal yang menutupi tubuh ini sampai leher, biasanya pada jam segini Kevin mengirimkan pesan singkat atau menelfon,
Mengingat akan rutinitas bersama Kevin, membuat ku menangis lagi, sesak dada ini, ternyata air mata ku belum habis juga, masih mengalir, segera ku usap, teringat belum menyalakan handphone dari sore.
Aku khawatir ibu menghubungi ku, semoga Kevin tidak menelfon ibu, aku enggak mau kalo sampai putusnya hubungan kami terdengar sampai ke telinga ibu di Bandung,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!