"Gaby stop merengek!" pekik Mike saat mendengar Putri tunggalnya terus meminta dirinya untuk menemani pergi karya wisata ke kebun binatang.
"Tapi yah!?" Gaby masih terus memohon.
"Tante Maya akan menemanimu besok!" Mike memberi penegasan.
"Aku tidak mau, aku hanya ingin ayah yang menemaniku, titik!" gadis itu kemudian beranjak dari meja makan berlari menuju ke kamarnya dan hendak mengurung diri sepanjang hari.
Sejak kepergian sang ibu, Gaby menjadi gadis yang pemarah, emosinya sangat labil, terlebih ayahnya selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, membuat gadis kecil itu tumbuh dalam kesepian yang luar biasa.
..........
"Kenapa piringnya masih penuh?" tanya Ananda.
"Nona Gaby tidak mau makan" jawab Tika sambil membersihkan piring yang ia bawa dari kamar majikan ciliknya itu.
"Bukan kah dari pagi nona belum makan sama skali?" Nani bergumam.
"Apa ibu Maya sudah tau?" Ananda penasaran.
"Nona Gaby memang sering seperti ini, dia akan mogok makan kalau sedang bertengkar dengan tuan Mike" Tika menjelaskan.
"Tapi nanti nona bisa sakit!" Ananda merasa kasihan.
"Tidak ada satupun dari kami yang bisa membujuknya!" kata Nani menatap Ananda.
"Biar aku coba!" Ananda kemudian menyiapkan piring baru dan membawanya ke kamar Nona Gaby.
TOK TOK TOK...
"Nona, apakah saya boleh masuk?" Ananda menunggu sebentar sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar karena tidak mendapat jawaban.
"Nona, ini saya bawakan makanan, Anda pasti sudah lapar" Ananda menunjukkan senyumya.
"Aku tidak mau makan!" Gaby membentak kasar dengan mata menyalak.
"Kalau Anda tidak makan, nanti anda bisa sakit!" Ananda mempertahankan senyumnya.
"Kenapa kau memaksa? memangnya siapa kau? hah???" Gaby berkacak pinggang.
"Oh iya, saya lupa memperkenalkan diri ya, saya adalah Ananda, pelayan baru di sini" Ananda membungkukkan dirinya dalam sebagai tanda penghormatan kepada nona ciliknya.
"Aku tidak peduli!" Gaby membuang muka.
"Nona, bolehkah saya bercerita sedikit?" Ananda berjalan mendekat dan menaruh nampan berisi piring penuh makanan enak di nakas.
Gaby masih tidak acuh.
"Sebelum saya bekerja di sini, saya tinggal di sebuah panti asuhan. Di sana banyak sekali anak-anak kurang beruntung yang tidak memiliki orang tua dan terpaksa berjuang hidup sendiri bersaing dengan teman-teman di panti. Setiap hari aku dan teman-teman di panti makan seadanya, tidur pun hanya beralaskan kasur tipis dan keras. kami tidak pernah merasakan fasilitas mewah seperti yang nona miliki di rumah ini. Kami tidak pernah mengenal orang tua kami. Bahkan saya yang sudah dewasa seperti sekarang saja masih merasa iri dengan nona yang sangat beruntung!" Ananda menatap majikan ciliknya yang mulai terlihat merespon ceritanya.
"Apa Anda mau melihat keadaan kami? aku punya foto-fotonya kalau Anda mau melihat!" Ananda menyodorkan ponselnya ke hadapan majikannya yang mulai mencuri-curi pandang.
"Makanan ini sangat enak nona, Anda sangat beruntung bisa menikmatinya kapan pun anda mau, sungguh aku sangat iri!" Ananda kembali memancing reaksi Gaby.
"Apa kau sudah makan?" tanya Gaby.
"Belum" Ananda berbohong.
"Kalau begitu ini buat kau saja!" Gaby menunjukkan wajah ibanya.
"Aku tidak terbiasa makan sendiri, karena di panti kami selalu berbagi, bagaimana kalau kita makan bersama? pasti rasanya akan lebih nikmat!" Ananda memberi usul, namun Gaby hanya menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Saya akan menyuapi Anda! bagaimana?" Ananda mengembangkan senyumnya yang paling merekah. Tanpa menunggu persetujuan dari Gaby, ia langsung menyendokkan nasi dan menyodorkannya ke hadapan Gaby.
"Aaaaaaaaaa" Ananda membulatkan mata memberi kode agar Gaby membuka mulutnya. Gadis itupun akhirnya memakannya.
Ananda terus saja mengoceh tentang kisah hidupnya di panti sepanjang menyuapai Gaby sampai piring itu bersih.
"Ini minumnya nona" Ananda menyodorkan gelas berisi air putih.
"Terima kasih" Gaby tersenyum.
"Astagaaaaaa, kenapa senyum nona sangat manis, aku sangat menyukai senyum itu!" Ananda menggombal membuat Gaby tersipu malu. Ini adalah trik yang biasa ia gunakan untuk membujuk adik-adik pantinya saat mereka sedang ngambek.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya nona!" Ananda yang sudah selesai langsung berjalan menuju keluar kamar.
"Kak Ananda, terima kasih ya!" Gaby sudah melupakan rasa kesalnya.
"Sama-sama nona, bila Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa mencari saya di dapur" Ananda membungkuk dan keluar dari kamar serta menutup pintunya sambil tersenyum.
..........
"Bagaimana Gaby hari ini?" tanya Mike ketika Maya memberikan laporan hariannya di ruang kerja.
"Ini tuan!" Maya menyodorkan ponselnya kepada Mike dan memutarkan video yang sudah di rekam oleh supir pribadi Gaby secara sembunyi-sembunyi saat kegiatan karya wisata berlangsung.
"Hemmmm" Mike seperti kehabisan kata-kata saat melihat ekspresi ceria dan tawa lepas dari putrinya yang selama ini tidak pernah ia rasakan bila mereka sedang berdua.
"Pelayan itu sepertinya berdampak positif terhadap nona Gaby" Maya mengutarakan pendapatnya.
"Siapa dia sebenarnya?" tanya Mike penasaran dengan Ananda.
"Ini tuan" Maya yang sudah tau benar karakter Mike memang sudah menduga bahwa setelah melihat video itu Mike akan langsung bertanya tentang Ananda, oleh sebab itu Maya sengaja membawa CV milik Ananda untuk antisipasi.
"Kalau begitu biarkan dia terus bersama dengan Gaby!" Mike menyerahkan kembali CV milik Ananda ke tangan Maya setelah sebelumnya beberapa saat dia baca dengan seksama.
"Baik tuan" Maya mengangguk.
"Terima kasih Maya untuk hari ini, kau boleh beristirahat!" Mike menyudahi percakapan mereka.
"Sama-sama tuan, kalau begitu saya permisi dulu!" Maya membungkukkan badannya dan melangkah keluar dari ruang kerja Mike.
..........
"Mike, apa Mama bisa bicara sebentar?" nyonya besar membuka percakapan.
"Ada apa ma?" Mike mengalihkan pandangannya ke arah sang Mama.
"Bagaimana tentang permohonan mama kepadamu mencarikan ibu untuk Gaby?" nyonya besar menatap wajah putranya dengan lekat.
"Maaaaaa" Mike yang paham arah pembicaraan langsung menghela nafas berat.
"Mama tidak peduli denganmu, kalau kau tidak mau mencari istri itu pilihanmu, setidaknya carilah ibu untuk anakmu, buat dia bahagia!" nyonya besar menekankan kalimatnya.
"Lalu Mama mau aku harus bagaimana?" Mike yang putus asa hanya bisa menyerah dengan desakan sang Mama.
"Apa kau tidak punya kandidat sama sekali?" tanya nyonya besar menelisik.
"Mama tau kan kalau aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun?" Mike menatap mamanya dengan putus asa.
"Kalau kau tidak punya, biar Mama yang pilihkan, Mama sudah ada kandidatnya!"
"Siapa?" tanya Mike penasaran.
"Tentu saja orang yang sangat dekat dengan putrimu!" senyum misterius tersungging di wajah nyonya besar.
"Siapa?" tanya Mike semakin penasaran.
"Menurutmu siapa wanita yang paling dekat dengan Gaby saat ini?" nyonya besar sengaja memberi teka-teki.
Mike tidak menjawab dan hanya memicingkan matanya lalu menatap kearah putrinya.
"Ohh, come on mom!? she still young mom!!!" Mike menatap protes.
"Apa usia penting? lihat bagaimana mereka berinteraksi, sudah tidak ada jarak sama sekali, mereka begitu lepas satu sama lain, bahkan aku yakin kalau Gaby disuruh memilih antara dirimu atau dia, putrimu akan lebih memilih dia!" nyonya besar sangat yakin.
"Momm!!!" Mike merengek.
"Ini bukan tentang dirimu, ini tentang cucu kesayanganku!" nyonya besar tidak bisa terbantahkan lagi.
"Terserah Mama saja!" Mike yang sudah kalah telak akhirnya pergi menuju ruang kerja.
"Mama akan atur semuanya, kau hanya perlu mengikutinya saja!" nyonya besar berkata sedikit agak berteriak ketika putranya sudah mulai menjauh.
...........
"Kakkkkkkk!!!" Gaby berhamburan memeluk Ananda saat gadis itu baru tiba di halaman rumah.
"Nona kenapa masih di luar? ini kan sudah malam!" tanya Ananda.
"Aku sengaja menunggumu pulang kuliah!" Gaby antusias.
"Menunggu saya untuk apa?" Ananda bingung.
"Aku mau bertanya, kapan aku mulai boleh memanggilmu bunda?" mata Gaby berbinar-binar.
"Nona!?" Ananda terkejut.
"Tadi grandma bertanya padaku, apa aku setuju kalau kau menikah dengan Ayah? lalu aku bilang tentu saja sangat setuju!" Gaby langsung memeluk Ananda dengan erat.
"Ayo nona, sudah malam, kita masuk, disini anginnya kencang!" Ananda mengalihkan pembicaraan.
"Kau tidur denganku ya malam ini?" Gaby memohon.
"Baiklah, tapi saya mandi dulu di kamar belakang ya nona!" Ananda menyetujui.
"Oke, jangan lama-lama ya!" Gaby mengangguk.
Mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara nyonya besar yang dari tadi menyaksikan bagaimana Gaby memohon kepada Ananda sangat yakin kalau rencananya akan berhasil.
..........
Hari yang direncakan pun tiba, Ananda yang mengenakan gaun pengantin putih berbentuk petikut sangat cantik.
"Sayang kau begitu cantik!" nyonya besar datang dan memeluk calon menantunya.
"Terima kasih nyonya" Ananda tersipu.
"Kenapa masih memanggilku dengan nyonya? mulai sekarang aku adalah mertuamu, jadi panggil aku Mama seperti Mike memanggilku!" nyonya besar protes.
"Ba baik Mama!" Ananda merasa masih canggung.
"Wahhhh bunda cantik sekali!" Gaby pun sudah mulai merubah panggilannya.
"Terima kasih!" Ananda memeluk Gaby.
"Apa sudah siap?" Maya datang untuk menjemput pengantin wanita.
"Sudah!" kata Ayu.
"Ayo kita kebawah!" kata Maya sambil menuntun sang mempelai.
Acara diadakan secara sederhana di panti asuhan, Ananda yang merupakan gadis lugu tidak ingin acaranya dilangsungkan secara mewah dan besar-besaran.
Setelah siap, rombongan mempelai wanita berjalan beriring-iringan menuju lantai bawah tepatnya di ruang serba guna.
"Wahhh cantik sekali!" hampir semua tamu berkomentar serupa.
Mike pun tak kalah terkejut melihat perubahan wajah pengantin wanitanya. Cukup lama ia menatap tak berkedip.
"Simpan tatapan itu untuk nanti malam!" goda George kepada sahabatnya.
"Sialan!" Mike menyikut George untuk mengurai rasa gugupnya. Entah mengapa ia merasa tiba-tiba gugup saat melihat Ananda yang begitu mempesona.
Setelah janji suci diucapkan dihadapan Tuhan dan para tamu undangan, akhirnya mereka pun sah menjadi sepasang suami istri.
..........
Hari-harinya dijalani dengan penuh keceriaan karena kini ia sudah memiliki seorang ibu sambung yang sangat menyayanginya.
"Bunda hari ini jadi mengantarkan aku ke sekolah kan?" rengek Gaby.
"Iya sayang, habis sarapan kita berangkat ya" jawab Ananda sambil menuangkan susu ke dalam gelas Putri sambungnya itu.
"Apa kau sudah mulai masuk kuliah?" tanya Mike kepada Ananda.
"Iya, cutiku sudah habis!" jawab Ananda.
"Kalau begitu biar ayah antar kalian berdua!" kata Mike sambil mengunyah roti yang dihidangkan oleh Ananda.
..........
"Bye bunda, bye ayah!" kata Gaby sambil mengecup pipi kedua orang tuanya sebelum keluar dari mobil.
"Bye sayang, nanti tunggu pak supir menjemputmu ya!" Ananda memberi pesan.
"Iya Bun!" Gaby mengangguk.
"Jangan main jauh-jauh, tetap berada di area penjemputan!" Ananda kembali memperingati.
"Oke!" jawabnya lagi.
"Jangan lupa habiskan bekalmu!" lagi-lagi pesan Ananda.
"Siap bundakuuuuu!" Gaby mulai gemas karena lama-kelamaan bunda barunya ini jadi semakin cerewet.
Sementara Mike hanya menahan senyum melihat interaksi kedua gadisnya itu. Ia sangat bersyukur karena Ananda bisa menjadi ibu pengganti sekaligus menjadi sahabat yang baik bagi Gaby.
"Sudah sana masuk, nanti kau terlambat!" Mike memperingatkan putrinya.
"Siap bossss!" Gaby memberi hormat dan membuka pintu mobil serta berjalan menuju gedung sekolahnya dengan semangat yang luar biasa dan senyum yang merekah.
"Ayo George, kita jalan!" Mike memberi instruksi kepada asistennya.
"Baik tuan!" George pun melajukan mobilnya menuju kampus Ananda.
..........
Setiap akhir pekan Ananda selalu menyempatkan waktu untuk melakukan quality time bersama dengan putrinya. Meskipun kegiatan yang dilakukan hanya sederhana seperti memasak atau membuat benda DIY, namun hal itu sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan emosi Gaby. Dalam kurun waktu satu bulan usia pernikahan orang tuanya saja Gaby sudah menunjukkan banyak sekali perubahan. Kini ia jauh lebih sopan terhadap para pekerja di rumah, lebih sering menyapa dan mengobrol dengan mereka tanpa batasan, terlebih dengan ketiga teman baik bundanya yaitu Nani, Tika dan Desi. Nyonya besar yang sudah melihat anak dan cucunya bahagia pun bisa dengan lega pulang kembali ke rumahnya, meninggalkan mereka bertiga untuk melanjutkan bisnisnya yang selama ini terbengkalai.
"Bun besok kita jadi kan bikin Apple pie?" tanya Gaby saat makan malam.
"Jadi donggggg!" Ananda mengangkat jempolnya.
"Bahannya sudah ada Bun?" tanya Gaby lagi.
"Nanti bunda cek lagi ya, kalau masih ada yang kurang biar bunda minta tolong kak Desi atau kak Tika belikan!" kata Ananda.
"Kenapa bukan kita saja yang belanja? aku kan sudah lama tidak jalan-jalan!" Gaby merajuk.
"Oke, kalau begitu besok kita saja yang jalan!" Ananda bersemangat.
"Kok ayah nggak diajak sih?" tanya Mike dengan wajah cemberut.
"Memangnya ayah mau ikut belanja?" Gaby bertanya dengan heran.
"Memangnya gak boleh?" ayah kesal.
"Biasanya kan ayah sibuk kerja, mana sempat belanja keperluan dapur?" Gaby menyindir sang ayah, membuat yang disindir kehabisan kata.
"Sudah-sudah, besok biar ayah yang nyetir buat kita, oke yah?" Ananda menengahi.
"Oke!" Ayah tersenyum sumringah.
.........
Pagi-pagi sekali Mike dan Gaby sudah siap berangkat.
"Bunnnn ayooo!" Gaby sudah tidak sabar.
"Sayang, ini masih jam tujuh pagi, swalayan masih pada siap-siap buka, satu jam lagi ya kita baru berangkat!" Ananda masih berkutat di dapur mencatat keperluan lain yang perlu dibeli selain untuk eksperimen membuat Apple pie.
"Kalau begitu kita jalan-jalan dulu saja cari makanan enak!" kata Gaby tetap ngotot ingin keluar rumah.
"Ya sudah, sebentar bunda selesaikan catatannya dulu!" Ananda mempercepat pencatatannya.
Tidak butuh waktu lama mereka akhirnya sudah ada di luar rumah.
"Kita mau kemana?" tanya Mike yang kebingungan harus mengarahkan mobilnya.
"Kau mau makan apa sayang?" Ananda menoleh ke kursi belakang.
"Bubur ayam!" Gaby bersemangat.
"Kalau begitu kita ke tepi danau saja, di sana banyak tukang dagang, biasanya ada tukang bubur ayam juga!" Ananda memberitahu suaminya.
"Oke!" Mike melajukan mobilnya ke arah yang ditunjukkan oleh sang istri.
Setibanya di tempat tujuan, Gaby langsung berlari ke arah gerobak tukang bubur.
"Berjalan sayang!" Ananda mengingatkan putrinya.
"Ayo!" Mike menggandeng tangan Ananda untuk berjalan menyusul Putri mereka.
"Ehhh iya ayo!" Ananda mengikuti suaminya tanpa penolakan.
"Ayah tidak makan?" tanya Ananda kepada suaminya.
"Tidak!" Mike adalah seorang yang pemilih, ia tidak pernah makan makanan yang dibeli di tempat umum seperti ini selama hidupnya.
"Mau coba punyaku?" Ananda menawarkan.
"Nope!" Mike menggeleng.
"Coba sedikit saja, aaaaaaaaaa" Ananda menyodorkan sesuap bubur kedepan mulut Mike, membuat Mike terpaksa memakannya.
"Bagaimana? enak kan?" Ananda menunggu ekspresi sang suami.
"Lumayan!" kata Mike.
"Kalau begitu aaaaaaaaaa" suapan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya diberikan lagi kepada suaminya.
Mike pun tidak bisa menolak, tanpa disadarinya, rasa bubur yang dianggapnya selama ini tidak enak ternyata sangat cocok di lidahnya.
"Bang satu mangkok lagi ya!" Ananda memesan lagi.
"Bun kok pesan lagi?" Mike terkejut.
"Kan tadi ayah makanin punya bunda, bunda masih laper lahhhh!" Ananda bicara tanpa dosa membuat suaminya hanya menghela nafas.
Mangkok kedua pun mereka habiskan bersama-sama. Tanpa mereka sadari, Gaby yang sejak tadi mengamati mereka sangat merasa senang. Gadis itu sangat bahagia karena sekarang keluarganya benar-benar utuh seperti teman-temannya yang lain.
"I love you ayah dan bunda!" batin Gaby di dalam hatinya.
...............
Halo semua, terima kasih untuk para sahabat Ananda dan Mike atas kesetiaannya membaca novel baru ini.. Bagi pembaca baru, disarankan membaca Novel Gadis Yatim Piatu Kesayangan CEO dulu, agar tidak lompat di latar waktu dan pengenalan karakter tokoh-tokohnya. Karena novel ini adalah sekuel dari kisah cinta Ananda-Mike dan Ayu-Ron.
Selamat membaca semua...
Luv Luv..
"Bunnnnnn, Raf nih jahil, ponselku disembunyikan!" Gaby berteriak ketika sang adik menyembunyikan ponselnya.
"Raf, kenapa sih kau ini selalu saja mengganggu kakakmu?" Ananda menegur putranya yang selalu menjahili sang kakak.
"Tidak, aku tidak melakukan apapun!" jawab Raf dengan senyum jahil di bibirnya.
"Berikan ponsel kakakmu sekarang juga!" Ananda berkata dengan tegas kepada Raf.
"Baiklah!" akhirnya Raf menyerahkan ponsel sang kakak.
"Ckck, kau itu benar-benar ya!" Gaby hanya bisa berdecak kesal melihat ulah sang adik.
"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut?" Mike yang baru turun dari kamar bertanya kepada istri dan anak-anaknya.
"Tanya saja pada anak laki-laki ayah!" Gaby mendengus kesal.
"Raf, kau ini sudah besar, usiamu sudah sebelas tahun, kenapa selalu saja membuat onar?" Mike menatap putranya tajam.
"Aku tidak melakukan apapun ayah, kakak saja yang berlebihan!" Raf menjawab dengan cuek.
"Kau ini lebih pantas menjadi anak uncle Ron, sifat kalian sangat mirip!" kata Mike sambil geleng-geleng kepala.
"Sudah ayo sarapan semua, nanti kalian terlambat. Sera ini susumu sayang!" Ananda menyerahkan gelas berisi susu kepada putri bungsunya.
"Terima kasih bunda" kata Sera dengan sopan.
"Sama-sama cantik" Ananda membalas dengan lembut.
"Ngomong-ngomong tanggal berapa jadinya kakak di wisuda?" tanya Mike kepada putri sulungnya.
"Hari ini aku baru mau lihat jadwalnya yah" jawab Gaby sambil mengunyah sarapannya.
"Kabari ayah secepatnya ya, supaya ayah bisa luangkan waktu" kata Mike yang tidak ingin ketinggalan momen wisuda sang putri.
"Siap bosss, ya sudah Bun, Yah, aku berangkat dulu ya" Gaby kemudian mengambil tas dan mencium pipi kedua orang tuanya.
"Hati-hati di jalan sayang" Ananda selalu saja khawatir bila berjauhan dari anak-anaknya.
"Oke bunda!" Gaby mengerlingkan mata.
..........
"Niken!" Gaby yang baru saja turun dari mobil berteriak memanggil sahabatnya.
"Kau sudah datang?" tanya Niken.
"Iya, ayo kita masuk!" kata Gaby sambil menggandeng tangan Niken.
"Tadi Davi mencarimu" Niken memberi tau.
"Kau ini kenapa sih tidak menerima cintanya saja?" Niken heran dengan Gaby, ketika semua mahasiswi di kampus mereka berebutan mencari perhatian Davi, Gaby justru selalu menolaknya.
"Apa sih Niken, sudah deh jangan mulai lagi!" Gaby selalu malas membahas topik yang selalu sama setiap kali Davi habis mencarinya.
"Apa sih kurangnya Davi? dia itu tampan, pintar, ramah dan tentu saja kaya, sangat cocok denganmu!" Niken mensupport hubungan yang dianggapnya sangat serasi ini.
"Hati kan tidak bisa dipaksa Niken, walaupun Davi baik, pintar, tampan dan juga kaya, tapi hatiku tidak mencintainya!" kata Gaby mengulang penjelasan yang entah sudah berapa kali ia utarakan kepada sahabatnya.
"Huffffffffff kau ini benar-benar gadis yang misterius, selalu saja melewatkan kesempatan emas di depan mata!" kata Niken dengan kesal karena sahabatnya selalu saja menolak setiap pria yang datang menghampirinya tanpa sebab yang jelas.
"Setelah lulus kuliah aku masih ingin fokus dengan karirku, kau tau kan aku sangat bercita-cita memiliki sebuah restoran yang besar dengan hasil jerih payah ku sendiri? aku masih ingin belajar merintisnya dengan bekerja di beberapa restoran terkenal yang sudah ada terlebih dahulu!" Gaby berkilah.
"Ah kau hanya mencari-cari alasan saja, aku tau bukan itu alasannya!" kata Niken, dia sangat yakin bahwa sesungguhnya Gaby sudah memiliki seseorang yang dia sukai sejak lama, namun sahabatnya ini memang agak sedikit tertutup soal isi hatinya.
"Sudah ahhh, mending kita masuk dan cari info tentang kelulusan kita!" kata Gaby untuk mengalihkan perhatian Niken agar tidak terus mencecarnya.
"Ya sudah terserah sajalah!" kalau Gaby sudah mengelak begini, Niken hanya bisa pasrah, meskipun sebenarnya dia sendiri sangat dongkol, karena jika Gaby menghindar, maka yang menjadi sasaran adalah Niken, Davi akan menerornya tanpa henti melalu pesan singkat dan juga telpon untuk sekedar mencari kabar terbaru tentang Gaby.
"Happy birthday Gaby, Happy birthday Gaby, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday Gaby" lantunan lagu ulang tahun membahana ke penjuru cafe. Seluruh keluarga Anderson, keluarga panti dan para sahabat diundang khusus untuk merayakan ulang Tahun Gaby sekaligus kelulusan kuliahnya.
"Selamat ulang tahun Gaby" begitulah ucap setiap tamu undangan yang hadir.
"Ucapkan doamu dulu sayang" kata Ananda saat putrinya hendak meniup lilin.
"Tuhan tamakkah aku jika meminta pria yang aku cintai selama ini menjadi kado ulang tahunku? saat ini aku sudah tidak membutuhkan apapun karena Engkau sudah memberikan segalanya dalam hidupku!" doa Gaby di dalam hatinya sebelum meniup lilin.
"Yeyyyyyyy" suara sorak Sorai kembali pecah saat Gaby meniup lilin serta memotong kue ulang tahunnya.
"Potongan pertama untuk bunda, Berikutnya untuk Ayah, adik, grandma, uncle dan aunty" kata sang MC.
"Selamat sayang, semoga sehat selalu, panjang umur, berlimpah kasih karunia dari Tuhan, doa terbaik dari bunda selalu mengiringi hidup kakak!" Ananda memeluk sang putri dengan erat.
"Terima kasih bunda" Gaby membalas pelukan sang bunda dengan penuh rasa syukur, ia tidak bisa membayangkan apa jadinya dia tanpa sang bunda di sisinya.
"Selamat ulang tahun sayang, ayah bangga padamu!" kata Mike yang selalu bangga dengan pencapaian prestasi sang putri di bidang akademik.
"Terima kasih ayah" Gaby sangat bahagia karena sekarang sang ayah menjadi sangat akrab dengannya.
"Ayo semua karena acara intinya sudah selesai, maka saat ini waktunya untuk menikmati hidangan!" sang MC mengarahkan para tamu undangan untuk menikmati menu makanan yang sudah disediakan setelah Gaby berkeliling menyuapkan kue ulang tahunnya kepada orang-orang terdekatnya.
..........
TOK TOK TOK
"Kak, apa bunda boleh masuk?" Ananda mengetuk pintu kamar sang putri.
"Masuk saja Bun, tidak dikunci" kata Gaby yang sedang duduk di depan laptopnya.
"Kakak sedang sibuk ya?" tanya Ananda.
"Tidak Bun, kakak hanya sedang melihat-lihat email saja, barusan ada yang masuk dan memberitahukan kalau kakak sudah diterima bekerja di restoran Miamor dan besok pagi bisa datang langsung!" Gaby memberi tahukan informasi yang dia peroleh kepada sang bunda dengan berbinar-binar.
"Benarkah?" Ananda menghampiri sang putri dan ikut melihat ke layar laptop sang putri.
"Iya Bun, akhirnya kakak bisa mulai bekerja dan menghasilkan uang sendiri dengan keringat kakak" Gaby memeluk sang bunda dengan erat.
"Selamat ya kak, sekarang kakak sudah bisa menjadi lebih mandiri" Ananda membalas pelukan putrinya.
"Oya, ada apa bunda mencari kakak?" Gaby menyadari kalau pasti sang bunda sedang ada keperluan dengannya sampai harus datang ke dalam kamar.
"Tidak, bunda hanya ingin mengobrol saja" kata Ananda.
"Tentang apa Bun?" Gaby curiga.
"Bukan apa-apa, hanya saja bunda penasaran kapan bisa bertemu dengan calon menantu bunda" kata Ananda sambil mengelus kepala sang putri.
"Ih apaan sih bunda" Gaby malu-malu.
"Kakak kan sekarang sudah besar, kok malu-malu begitu sih?" Ananda menggoda putrinya.
"Kan dulu bunda pernah bilang kalau kakak boleh menikah kalau sudah sukses" kata Gaby.
"Kakak kan sekarang sudah sukses, sudah lulus kuliah dan sudah dapat pekerjaan juga!" Ananda meluruskan persepsi sang putri.
"Tapi masih ada cita-cita kakak yang belum tercapai Bun, kakak masih ingin merintis bisnis restoran dan cafe dulu!" kata Gaby.
"Kalau itu bisa kakak rintis sambil berjalan kak, kakak tidak lihat bunda? dulu bunda kuliah sambil hamil, bahkan mendapat gelar akademik setelah anak-anak bunda sudah besar semua!" Ananda memberi gambaran. Baginya usia dua puluh tiga tahun sudah cukup bagi Gaby untuk mulai belajar menata hubungannya dengan seorang pria.
"Tapi Bun," gaby menggantung kalimatnya.
"Apa tidak ada seorang laki-laki pun yang membuat kakak jatuh hati?" Ananda menelisik.
"Nanti kakak pikirkan lagi ya Bun" akhirnya Gaby memberi lampu kuning.
"Bunda tidak ingin memaksa kakak, bunda hanya ingin yang terbaik untuk semua anak-anak bunda!" Ananda mengelus pipi Gaby lembut.
"Terima kasih bunda" Gaby memeluk Ananda, ia sungguh bersyukur mendapatkan ibu sambung sebaik Ananda yang tidak pernah membedakan antara anak sambung dan anak kandungnya.
"Iya sayang, ya sudah kakak istirahat ya, besok pagi kan harus siap-siap berangkat ke kantor baru" kata Ananda sebelum keluar kamar.
"Oke bunda" Gaby mengangguk.
"Have a nice dream sweet heart!" Ananda mengecup kening Gaby.
"Have a nice dream too Mom!" balas Gaby.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!