Happy Reading 💕
Jangan lupa like dan komen yaa semoga kalian suka 💕
Pernikahan 💕
_______________🌈
Untaian bunga yang begitu indah disusun rapih dengan nuansa yang elegan, suasana rumah yang ramai dan dipadati beberapa orang yang telah hadir menunggu kedatangan seseorang. Riasan wajah yang membuatnya begitu cantik, rambutnya yang indah dengan senyumnya yang menawan, beberapa orang bersorak dan tersenyum memandangi wanita itu.
Dengan gaun mewah dan didampingi beberapa orang disampingnya.Wanita itu bernama Alice Putri Alfred seorang wanita cantik dengan rambut coklatnya yang tergulung rapi dengan konde yang tak begitu besar, matanya yang berlinang air mata mencoba menahan agar tak menangis dihadapan semua orang, Ia tersenyum memandangi semua orang yang hadir di acara pernikahannya.
Alice kini meratapi nasibnya yang di jodohkan kedua orang tuanya, mencoba menahan rasa kemarahan yang sulit ia kendalikan, kini ia hanya bisa pasrah dan mencoba menerima dengan lapang dada.
Dia merasa dirinya tidak diadili tapi ini satu-satunya jalan menuju kebahagiaan kedua orang tuanya untuk bisa menikahkan putri bungsunya dengan lelaki yang sudah dipilihkan dari jauh-jauh hari.
Alice duduk memandangi kursi pelaminan dari jauh menunggu lelaki itu tiba dirumahnya. Tak lama seorang lelaki setengah paruh bayah datang, ia Abraham Alfred yang merupakan ayah dari wanita yang akan ia nikahkan.
Abraham menggenggam tangannya dan tersenyum melihat kecantikan yang Alice miliki.
Suara beberapa mobil sudah terdengar dari luar , kini pengantin pria sudah datang membuat Alice sangat tegang dan jantungnya berdetak kencang, kini ia benar – benar ingin melihat calon suaminya yang tak pernah ia lihat. Lelaki itu datang dan duduk didepan penghulu, dan beberapa orang memegang tangan alice untuk menuntunnya menuju lelaki itu.
Seorang wanita setengah paruh bayah memakai kebaya mewah, wanita itu bernama Nana Alfred, ia menuntun alice menuju meja akad, ia merasa bahagia melihat putri bungsunya menikahi lelaki pilihannya.
Alice duduk di samping lelaki itu, tapi ia tak memandang alice sedikitpun, alice yang sudah pasrah hanya bisa terdiam menunggu kata SAH yang akan segera dia dengar.
Abraham yang sudah menjabat tangan lelaki itu kini sudah memberikan kalimat penyerahan putrinya untuk lelaki yang ia percayai . pria itu menerima dengan suaranya yang begitu keras dan bersungguh-sungguh membuat kata sah terlontarkan dengan senyuman bahagia dari keluarganya.
Alice yang kini sudah sah menjadi istrinya menatap pria itu dan betapa terkejutnya ketika melihat wajah pria itu yang begitu menawan dan tersenyum kepada Alice. Ia yang masih tak percaya mencium tangan suaminya, kemudian pria itu mencium kening alice sambil tersenyum.
Acara yang khidmat pun selesai hingga ke akhir acara, tak ada sepatah katapun yang alice dan lelaki itu lontarkan, mereka hanya menatap dan tersenyum.
Pria itu berwajah hitam manis, dengan badannya yang tinggi dan kekar. Pria itu bernama Rafael wilden seorang anak pengusaha di Belgia, Rafael menerima perjodohan ini karena ia menyukai alice dari kecil dimana Rafael sendiri adalah teman masa kecil alice, tapi tampaknya alice blm mengetahui bahwa lelaki yang sekarang menjadi suaminya adalah Rafael teman masa kecilnya dulu.
"udah siap sekarang?" tanya Rafael kepada Alice.
Rafael mengajak Alice untuk tinggal di Yogyakarta tepat di sebuah rumah yang sudah ia bangun beberapa tahun yang lalu.
"udah kok tinggal dibawa ke mobil aja" jawab Alice.
Alice bergegas memindahkan barang-barangnya untuk pindah ke rumah Rafael, Alicepun pamit kepada Nana dan Abraham dengan wajahnya yang masih sedih.
“pah, mah, alice pergi dulu” alice mencium tangan kedua orang tuanya dan memeluknya, ia menangis dan membuat kedua orang tuanya pun ikut menangis.
“hati - hati ya jaga diri kamu baik-baik” kata Abraham sembari mengelus kepala alice.
" kamu jaga diri baik-baik, turuti apa kata suamimu, dia sekarang menjadi surgamu jadi jangan mencoba melawannya ataupun tidak menuruti keinginannya". kata Nana dengan mengelus punggung Alice yang kini berada di pelukannya.
Rafael membukakan pintu mobilnya dan Alice pun duduk memperhatikan kedua orang tuanya dari dalam mobil. banyak sekali kenangan yang tersimpan di rumah itu, kenangan bersama kaka nya, Nana dan juga Abraham. Di umurnya yang baru saja 23 tahun ia sudah mempunyai tanggung jawab sebagai istri, tapi ia sempat berpikir mengapa di acara pernikahan itu Alice tak melihat keluarga Rafael yang datang, hanya Rafael seorang yang datang sebagai pengantin pria.
setelah Alice masuk kedalam mobil, Rafael pamit kepada Nana dan Abraham.
" pah, mah aku pergi dulu yaa, jaga kesehatan papah dan mamah" kata Rafael sembari mencium tangan kedua mertuanya.
" iyaa nak, papah percayakan semuanya kepada kamu, papah titip Alice sama kamu, buat dia bahagia, jika kamu sudah tak mencintai dia lagi jangan buat dia menderita, kembalikan dia pada papah" kata Abraham dengan wajahnya yang sangat kehilangan cinta putrinya.
" tenang aja pah, mah, Rafael janji akan membahagiakan Alice hingga akhir hayat" jawabnya.
"yasudah kamu hati-hati jangan ngebut-ngebut yaa" kata Nana kepada Rafael.
"iya mah, pah, pasti aku hati-hati''.
Rafael melajukan mobilnya dan pergi dari kediaman keluarga Abraham. Nana yang hanya memperhatikan mobil itu semakin menjauh dengan rasa sedih yang sudah terbayarkan dengan melihat alice yang menikah dengan laki-laki yang tepat.
"beruntung pah kita jodohkan Alice dengan Rafael, dia lelaki yang baik, sejak kecil rafael menyukai Alice dan sekarang ketika besar dia mendapatkan Alice" kata Nana kepada Abraham.
" iyaa mah betul, sekarang kita hanya perlu melakukan hal yang sama seperti apa yang di inginkan Rafael".
...#####...
Alice memperhatikan jalanan yang tak begitu ramai, gemuruh petir terdengar membuat alice takut dan menutup telinganya, hujan pun turun dan Alice mencari Earphone miliknya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Rafael yang memperhatikan Alice membuatnya bertanya.
“apa yang kamu cari lice?” kata Rafael
“aku cari Earphone ku ga ada” kata alice sembari mencari keberadaan barang itu.
“memangnya kenapa? Kamu tidak ada niat untuk ngobrol dengan aku?” kata Rafael.
Alice menghiraukan perkataan Rafael dan memilih untuk terus mencari hingga akhirnya alice menemukan earphone nya itu, dia memainkan music yang selalu menjadi favoritnya untuk didengarkan. Rafael yang terus berbicara tak alice dengar.
“lice?? Aku lagi ngomong loh aku suami kamu” kata Rafael sembari memberhentikan mobilnya ditengah suasana hujan yang besar.
“ya terus kenapa??” jawab Alice.
Rafael hanya menghela napas dan membiarkan alice sesuka hatinya, ia mengendarai mobilnya dengan begitu hati-hati.
Hujan itu begitu lebat hingga membuat alice ketakutan dan mengangkat kedua kakinya dan tidur menyandarkan kepalanya, Alice terlihat nyaman dengan posisi tidurnya saat ini, meski ia tau bahwa dirinya sedang dalam perjalanan menuju Yogyakarta tapi ia menghiraukan seseorang disampingnya.
Akibat hujan itu perjalanan menjadi macet dan perjalanan dari bandung ke yogya masih sangat jauh, sehingga membuat Rafael memutuskan untuk mencari hotel terdekat dari posisinya saat ini. perjalanan yang di iringi dengan hujan mengharuskan Rafael untuk berhati - hati melajukan mobilnya, apalagi setelah ada kejadian kecelakaan beruntun di daerah yang kini akan ia lalui. Rafael menemukan hotel yang begitu terpencil tak ada hotel bintang 5 disana hanya ada hotel bintang 1 yang terbilang cukup dan mempunyai fasilitas yang lumayan memadai.
Ia mencoba membangunkan alice tapi tak juga terbangun, Rafael pergi untuk check in terlebih dahulu dan meninggalkan Alice yang masih tertidur di mobil nya. Salah satu resepsionis memperhatikan Rafael yang begitu tampan dengan postur tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat beberapa repsesionis saling membicarakan kedatangan rafael.
"selamat malam pa, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu repsesionis itu.
"saya pesan 2 kamar hotel untuk satu malam apakah bisa?" kata Rafael.
" maaf pa tapi hanya tersisa 1 kamar, bagaimana?"
"yasudah tidak apa-apa, saya pesan 1 saja" kata Rafael
" atas nama siapa ya pak?"
" atas nama Rafael wilden" sahutnya
" baik pa, kamar nomor 205 lantai 2 posisi di lorong sebelah kanan setelah lift ya pa"
" oke makasih"
Rafael membawa kunci kamar yang ia pesan, ia kembali kedalam mobil untuk membawa Alice masuk ke hotel, lagi-lagi Rafael membangunkan Alice tapi tak ada respon darinya, kemungkinan itu disebabkan karena perjalanan yang lumayan jauh membuat Alice tertidur lelap. mau tak mau Rafael harus menggendongnya menuju ke kamar hotel.
beberapa pegawai disana memperhatikan Rafael yang menggendong seorang wanita yang tak lain itu adalah istrinya sendiri, tapi entah apa yang dipikirkan para pegawai itu, yang saling membisikan sikap Rafael terhadap alice yang terlihat begitu romantis.
Rafael membuka pintu kamar itu kemudian ia menidurkan alice di atas kasurnya dengan sangat hati-hati, ia membukakan jaket dan sepatu yang Alice pakai tak lupa ia menyelimuti Alice dan mencium kening alice lalu iapun tertidur disampingnya.
Happy Reading 💕
Jangan lupa like dan komen yaa semoga kalian suka 💕
Rindu 💞
_____________🌈
Jika saja hujan datang dengan sejuta kerinduan maka ia tak akan membencinya, tapi hujan datang dengan sejuta kegagalan yang membuat dirinya hampa.
Menyendiri bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, tapi itu perlu untuk membuat ruang dalam hidup. Beberapa orang memang terobsesi untuk mempunyai waktu sendiri, tapi apa gunanya itu?? justru dengan kesendirian ini jiwa merasa tenang dan dapat berpikir jernih , karena tak ada yang dapat membantu kecuali diri sendiri.
Meski sudah terlanjur pasrah kini waktunya untuk membiasakan diri dengan hal yang dapat membuatnya lupa akan masa lalu yang kelam. Alice wanita itu terbangun ditengah malam, melihat Rafael yang kini berada disampingnya, ia menatap keluar jendela memperhatikan bagaimana hujan turun, kemudian ia beralih memperhatikan Rafael yang tertidur disampingnya, wajahnya yang tampan membuat Alice terpesona dan mengingat seseorang yang mirip dengannya.
Rintikan air hujan itu membasahi kaca jendela, suaranya tak terdengar sama sekali dan tak ada suara gemuruh petir dan itu membuat Alice merasa nyaman dan ingin tidur kembali. Hujan yang membuatnya mengenang seseorang yang dulu sempat menjadi prioritas dalam hidupnya, tapi kini ia pergi dengan kebahagiaan yang ia pilih sendiri tanpa memikirkan perasaan orang yang selalu berdiri dibelakangnya.
tok tok tok
terdengar suara ketukan pintu dari arah pintu kamar hotel yang ia tempati, tapi ia menghiraukan suara ketukan itu dan memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, memejamkan mata dan membayangkan hal indah yang ia inginkan.
tok tok tok
lagi-lagi suara itu terdengar Alice yang mencoba tertidur kini harus membuka pintu kamar hotelnya, tak ada siapapun diluar sana kemudian ia kembali ke atas kasur dan tidur disamping suaminya.
Disisi lain Rafael yang terbangun melihat alice yang sudah terlelap tidur disampingnya. Ia memperhatikan alice yang begitu sangat cantik, rafael membelai rambut alice serta mencium keningnya.
...#####...
Matahari menyinari suasana pagi menyorot jendela ruangan itu sehingga membuat Alice terbangun, Alice merasa sesak, seperti ada seseorang yang memeluknya, Alice melihat Rafael mendekap tubuhnya, ia yang kaget membuat Rafael mengerutkan dahinya.
“aish lepasin ga Raff ?” Alice mencoba melepaskan pelukan rafael dari dirinya.
“yaa aku kan suami kamu, ya jadi aku bebas melakukan hal apa saja” kata Rafael dengan nadanya yang begitu santai.
“siapa yang ngijinin kamu untuk peluk aku hah?” kata alice
“diri aku sendiri yang mengijinkan memangnya kenapa??”
Rafael mendekatkan tubuhnya hingga tubuh alice yang terhimpit dirinya, Rafael mendekatkan batang hidungnya dengan wajah Alice, ia hendak menciumnya tapi ia hanya tersenyum dan meninggalkan Alice untuk bersiap-siap.
“dah sana siap – siap bentar lagi kita sarapan” kata Rafael.
Alice memakai pakaiannya yg simple ia menggunakan celana jeans dan sweater turtleneck hitam miliknya yang membuat ia semakin terlihat cantik dan menawan, rambutnya yang terurai sangat rapih dengan model gaya rambut segi membuatnya bertambah cantik.
Alice membuka pintu dan melihat Rafael yang sudah berdiri didepan kamar itu dengan membelakanginya, Alice tersenyum dan menutup pintu itu, dan berjalan menghampiri Rafael.
"udah??" tanya Rafael
Alice mengangguk dan berjalan di samping pria yang kini telah menjadi suaminya, tubuh kekar Rafael dan wajahnya yang hitam manis membuat beberapa orang memperhatikan mereka dari kejauhan dan itu membuat Alice risih dan memalingkan pandangannya dari beberapa tamu disana.
sarapan yang dihidangkan lumayan enak, alice memakan sarapannya dengan gaya yang elegan, meski beberapa tamu disana menggunakan dress yang cantik sedangkan Alice yang hanya menggunakan jeans dan sweater tapi mereka tetap kalah elegan dari Alice, dengan wajah cantiknya yang blesteran Jawa - Belanda dari ayah dan ibunya membuatnya cocok menggunakan pakaian model apapun.
tak banyak kata yang keluar dari Alice ataupun Rafael mereka hanya fokus untuk sarapan, tapi Rafael selalu ingin mengajaknya berbicara.
"lice kamu kok mau dijodohkan dengan aku?" tanya Rafael sembari memakan hidangan sarapannya.
" kalau kamu di posisi aku, kamu pasti memilih hal yang sama bukan?" sahut Alice.
" oke tapi kamu tau kalau aku ini Rafael teman masa kecilmu?" tanya Rafael.
" iya tau, mas Bayu yang bilang kalau pria yang mau dijodohkan denganku itu teman masa kecilku" Bayu adalah sepupu Alice yang tinggal di Yogyakarta, ia yang memberitahukan bahwa lelaki yang dijodohkan dengan Alice itu merupakan teman masa kecilnya dulu.
" oh si bayu, terus gimana sama kekasihmu?"
pertanyaan Rafael yang membuat Alice risih ia menyimpan sendok dan garpu nya di atas piring dan berhenti memakan sarapannya.
" ini bukan waktunya membahas pria itu, aku udah selesai sarapan, aku kembali ke kamar"
alice meninggalkan Rafael yang masih menyantap sarapannya.
Rafael pun mengejar Alice hingga ke depan pintu kamarnya.
" aku minta maaf kalau itu membuat kamu canggung" kata Rafael sambil memegang tangan Alice yang memunggungi Rafael.
"gapapa kok Raff, aku cuman gamau bahas masalah itu disini, bukan waktu yang tepat" kata Alice sembari ia masuk kedalam kamarnya.
Rafael mengajak Alice untuk melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta.
"lice cepat siap-siap kita lanjutkan perjalanan ke Yogya" kata Rafael
" iyaa" jawab Alice sembari membereskan perlengkapannya kedalam koper, dan begitupun Rafael yang menyiapkan dirinya untuk segera bergegas.
mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya yang masih jauh, dengan perjalanan yang terbilang cukup panjang tentu akan memberikan rasa bosan, suasana hati yang tak menentu dapat membuat mood terkadang naik dan turun. Alice yang kehabisan gaya untuk mencoba memposisikan dirinya, meski waktu masih pagi, tapi ia merasa sangat mengantuk dan lelah.
perjalanan waktu yang ditunggu memang terasa lama, Alice akhirnya memutuskan untuk tidur selama perjalanan, tak mau berbincang apapun dengan suaminya, dan untungnya Rafael mengerti dengan keadaan dan situasi saat ini, ia terus melajukan mobilnya dengan hati-hati dengan sesekali membenarkan posisi tidur Alice yang gelisah.
berusaha memposisikan diri pada posisi yang seharusnya itu hal yang mudah, tapi justru di posisi yang ternyaman lah yang harus dihindari, ketika diri merasa nyaman maka rasanya tak ingin lepas dari zona itu, tapi ternyata zona kenyamanan itulah yang dapat menghancurkan diri sendiri.
itulah yang kini ditakutkan Alice, ia takut ketika ia mencoba untuk memberikan kenyamanan pada suaminya, ia tidak akan terbebas dari zona kenyamanan nya itu sendiri dan jelas Alice akan selamanya hidup bersama pria itu, tak bisa melakukan apapun yang ia inginkan.
...####...
Sampailah di daerah Istimewa Yogyakarta, akhirnya perjalanan yang begitu lama membuahkan hasil, suasana berada di Yogyakarta yang kini sudah sangat terasa. jalanan itu terlihat tak begitu ramai, dengan suasana sore hari yang sedikit mendung, terdapat beberapa bis wisatawan terparkir disepanjang jalan.
Yogyakarta merupakan tempat yang indah dengan sejuta kenangan yang tak bisa dilupakan, seperti ada sesuatu yang memikat diri untuk selalu berkunjung ke kota ini, tak sia-sia Yogyakarta memang disebut kota istimewa karena selalu ada langkah yang akan terbawa untuk kembali. keramahan penduduknya memikat hati untuk tinggal lebih lama, ditambah suara gamelan yang terdengar dibeberapa tempat yang memikat hati untuk datang dan mendengarkan alunan suara gamelan - gamelan itu dimainkan.
lagi dan lagi hujan kembali turun membasahi jalanan yang sunyi, suara derasnya hujan terdengar cukup jelas, membuat Alice terbangun dari tidurnya. kini kota Yogyakarta terguyur hujan sangat deras, karena suasana sore hari yang begitu mendung, membuat hujan turun membasahi jalanan kota.
sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar. Alice yang sudah terbangun menanyakan hal mengenai rumah itu.
" raf ini rumah siapa??" tanya Alice.
" rumahku yang ku bangun 4 tahun lalu" jawab Rafael sembari ia fokus untuk memarkirkan mobilnya.
rumah itu cukup besar untuk ditinggali dua orang saja, design mewah, dan modelnya yang modern membuat Alice terpukau dan senang melihat rumah yang kini akan ia tempati. ia segera membuka pintu mobil dan terburu-buru membawa koper dan barang lainnya. sikap Alice yang terburu-buru membuat Rafael kebingungan dan sedikit tertawa ketika ia hendak membantu Alice untuk membawakan barangnya. hingga detik ini Rafael belum mengetahui bahwa hujan membuat Alice sangat ketakutan entah apa yang pernah terjadi didalam hidup Alice sehingga ia begitu cemas ketika hujan turun.
" lice sini biar aku bantu" kata Rafael sembari ia merebut koper yang Alice pegang.
" gausah raf biar aku aja, ini ga berat kok" sahut Alice sembari mencoba merebut koper itu kembali.
" udah santai aja kali aku kan suami kamu jadi gausah sungkan untuk minta bantuan".
Rafael membawa barang-barang itu masuk kedalam rumahnya. Alice terdiam di samping mobil memperhatikan Rafael yang sedang mencoba membuka pintu rumahnya.
" Alice ngapain kamu diem disitu, galiat baju kamu basah? ini kan sedang hujan" Rafael memanggil Alice yang berdiam diri di samping mobil dengan kedua tangannya yang menutup Indra pendengaran nya.
"iyaa" alice berlari-lari kecil menghampiri Rafael dengan sangat hati-hati dan ia tak melepaskan kedua tangannya itu dari telinganya.
" ngapain kamu tutup telinga, kan ga ada petir" kata Rafael, ia memegang kedua tangan Alice dan menurunkan tangan Alice yang menempel di telinganya.
Alice dan Rafael saling memandang satu sama lain seperti ada hal ingin mereka ungkapkan saat ini.
dorrrrrr
suara gemuruh petir terdengar sangat jelas yang membuat Alice ketakutan sehingga membuat tubuhnya refleks memeluk Rafael dengan erat. disaat bersamaan kunci rumah yang Rafael pegang terjatuh, tangan Rafael sengaja menjatuhkan kuncinya dan memilih untuk memeluk Alice.
Alice yang tersadar apa yang dia lakukan kini ia sontak melepaskan pelukannya yang jelas membuat Rafael terkejut dan menjauh dari Alice.
" cepetan raf buka pintunya" kata Alice dengan nadanya yang sangat ketakutan.
" oke tenang, aku lagi coba untuk buka pintunya, nah ini bisa" sahut Rafael yang sudah berhasil membukakan pintu rumahnya.
Alice masuk membawa koper miliknya melihat seisi ruangan yang sangat elegan, ia melihat sekeliling rumah itu dan bertanya dimana letak kamar yang akan ia tempati.
" kamarku dimana?" kata Alice
" disini"
Rafael menunjukan sebuah kamar yang mewah dan terbilang sangat besar, dengan hiasan dinding yang elegan dan kamar mandi yang sudah ada didalamnya. Alice mengangguk-angguk mengisyaratkan bahwa ia tertarik dengan ruangan yang Rafael pilih untuk dirinya.
" oke kalau gitu aku mau ganti baju dulu" kata Alice sembari ia mencoba menutup pintu kamarnya.
" etss tunggu dulu" kaki Rafael mengganjal pintu itu agar tak tertutup, karena ternyata ini adalah kamar untuk mereka berdua bukan untuk Alice seorang.
" loh ada apa lagi??" tanya Alice heran.
" ini kamar kita berdua bukan kamar kamu sendiri, jadi aku juga mau masuk" Rafael memaksakan dirinya masuk dan menabrak tubuh Alice yang berada didepannya.
" loh katanya ini kamar ku, kok jadi kamar kita sih yang bener aja" Alice yang mengomel terus menerus karena tak mau tinggal sekamar dengan Rafael.
"loh kenapa?? kita kan suami istri, emang gabisa tidur berdua???" kata Rafael sembari ia menutup pintu kamarnya.
" taaa tapiii kan???"
Rafael menghiraukan Alice dan ia masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya terlebih dahulu, karena ia ingin mengajak Alice untuk pergi jalan-jalan. .
" raff terus ada kamar lagi ga sih?? aku gamau kalau kita tidur sekamar aku belum siap" kata Alice sembari ia mengetuk pintu kamar mandi yang terdapat Rafael didalam nya.
"waktu di hotel aja kita tidur berdua ga masalah kan?" sahut Rafael.
"loh kan yang ini beda cerita Raff, aku pokonya gamau" kata alice
"Raff aku gamau , rafaelll aku gamauu, memangnya tidak ada kamar lagi??" tanya Alice kembali.
tak ada sahutan lagi dari dalam kamar mandi membuat Alice pasrah dan membereskan barangnya untuk di tata dikamar yang kini ia tempati bersama Rafael.
tak sengaja Alice tersandung yang membuatnya terjatuh di atas kasur sehingga tubuhnya terbaring dengan sempurna yang akhirnya memberikan kenyamanan untuk memejamkan matanya.
Alice melihat seseorang dengan wajahnya yang tak asing ia datang menghampiri Alice dan memeluknya sangat erat,
pria itu berkata
" kalau saja cinta bisa melawan takdir maka aku akan lakukan itu untuk bisa memiliki dirimu, tapi kamu memilih untuk tidak melawannya sehingga kamu meninggalkanku dan menerima takdir yang sudah jelas tak kau inginkan".
Alice menangis dan memeluk pria itu sangat erat dan ia terus menangis.
Dibelakangnya datang seorang pria dan ia mengatakan
" sekarang aku adalah masa depanmu, takdir yang sudah kau terima dengan lapang dada, cinta, kenyamanan, kebahagiaan akan datang diwaktu yang tepat, ketika kamu sudah bisa mengikhlaskan dia pergi dengan kebahagiaannya, datang lah kepadaku, aku berjanji untuk selalu mencintai dan melindungi mu hingga maut menjemput ku".
pria itu lalu mencoba melepaskan pelukan Alice dari masa lalunya tapi Alice mencoba menahan dan tak ingin melihat pria dari masa depannya, pria itu terus menarik lengan Alice hingga ia terlepas dari pelukannya.
"licee, Alice?? Heyy alicee??" Rafael yang mencoba membangunkan Alice sehingga ia tersontak kaget dan langsung bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"ada apa si Alice dibangunin malah lari" kata Rafael dengan nadanya yang kebingungan.
kedua pria yang merebutkan nya hanyalah sebuah mimpi yang datang sesaat, tetapi mimpi itu memberikan kebingungan karena ia tak melihat siapa pria yang mencoba melepaskan dirinya dari masa lalu.
masa lalu ialah hal yang tak bisa di ubah meski mencoba untuk masuk ke mesin waktu, kegagalan di masa lalu bukanlah hal yang dapat membuat seseorang kehilangan masa depan, tapi itulah sebuah proses untuk bisa belajar mengikhlaskan sesuatu.
begitu juga dengan kehilangan seseorang yang pernah diprioritaskan bukan berarti orang itu kehilangan jati dirinya sehingga tak bisa membuat orang lain menjadi prioritasnya yang baru, pada dasarnya prioritas bukanlah hal yang sangat penting tetapi yang terpenting adalah cinta dan tanggung jawab.
Happy Reading 💕
Jangan lupa like dan komen yaa semoga kalian suka 💕
_____________________ 🌈
Langit yang mulai gelap mengisyaratkan suasana menjelang malam dan kegelapan yang sebentar lagi akan dimulai, kini Rafael yang sudah selesai mandi pun membereskan barang-barang yang ia bawa dengan menatanya sangat rapi, ia kemudian mencoba membuka koper milik Alice, tapi ia tak tau kode untuk membuka koper itu.
Rafael berusaha untuk mencoba membukanya tetapi selalu gagal, hingga akhirnya Alice yang sudah selesai membersihkan dirinya ia melihat Rafael yang sedang mencoba membuka kopernya, hal itu sontak membuat Alice terkejut lalu mengambil alih koper miliknya dari tangan Rafael.
"biar aku aja, kamu beresin barang kamu aja bisa kan?" tanya Alice dengan nadanya yang panik, ia takut Rafael melihat isi koper itu dimana itu hal yang memalukan bagi sebagian wanita.
" oke" jawab Rafael
Alice membereskan pakaian dan memasukannya kedalam lemari dengan sangat rapih, Rafael memperhatikan cara Alice yang sedang menyusun pakaian itu.
" kok bisa serapih itu?" tanya Rafael sembari melihat baju-baju yang sudah Alice susun.
" bisa dong kalau soal ginian aku jagonya" sahut Alice dengan nadanya yang sombong.
" dih dipuji dikit terbang, dasar bocah cengeng" Rafael mengacak-acak rambut Alice yang membuat Alice merasa risih dan menjauh dari Rafael.
" kok kamu malah ngejauh aku kan suami kamu"
Rafael mendekatkan tubuhnya menghimpit tubuh Alice yang menempel di lemari.
" kenapa sih, awas Raff aku mau beres-beres jangan ganggu bisa kan?" Alice mencoba mendorong tubuh Rafael untuk menjauh.
" kan udah selesai jugaa mending kitaa...."
Rafael mendekatkan batang hidung miliknya dengan hidung Alice, sehingga itu membuat Alice tersontak kaget dan mendorong Rafael dengan sangat keras yang akhirnya usahanya itu berhasil menjauhkan Rafael dari tubuhnya.
"apaan sih raf aku mau jalan-jalan keluar sebentar" kata Alice.
" mau jalan-jalan ke Malioboro???" tanya Rafael yang membuat Alice berhenti melangkah dan mengangguk mengisyaratkan bahwa Alice setuju dengan ajakan yang Rafael berikan.
" yaudah kamu siap-siap dulu sana, aku tunggu di mobil" Rafael keluar dari kamarnya dan berjalan menuju mobil.
Disisi lain Alice yang mencari keberadaan jaket nya menemukan sebuah foto masa kecil Rafael bersama anak lelaki, foto itu membuat Alice sedikit mengerutkan sebelah alisnya dan ia merasa bahwa ia pernah melihat foto anak lelaki yang disebelah foto masa kecil Rafael.
" lice cepat kalau kelamaan nanti hujan lagi" teriak Rafael dari arah luar.
" iyaaa sebentar" Alice menyimpan foto itu dan ia berlari menuju ke mobil Rafael.
" yaudah ayo masuk"
Rafael membukakan pintu mobilnya untuk Alice kemudian ia melajukan mobilnya dengan laju yang lumayan cepat.
perjalanan di kota Jogja yang terbilang cukup ramai dan banyak pejalan kaki di atas tortoar, bahkan ada beberapa turis yang sedang asik berbincang dengan penduduk asli disini.
Alice yang menghela nafas kini benar-benar mengikhlaskan takdir yang sudah ia terima saat ini, Alice menatap Rafael yang sedang fokus menyetir dan ia berkata didalam hatinya.
" aku akan berusaha menjadi istri baik untukmu, dan aku akan mengikhlaskan semua kenangan masa laluku hanya untuk bersamamu, izinkan aku untuk belajar mencintaimu dan aku akan berusaha untuk bisa melindungi mu".
Rafael melirik Alice yang memperhatikannya sejak dari tadi ia tersenyum kepada Alice yang membuat Alice memalingkan wajahnya dan lebih memilih untuk memperhatikan jalanan dari jendela mobilnya.
Nama Malioboro sudah terpampang jelas didepan mata, suasana jalanan yang ramai dipadati beberapa wisatawan dan turis asing yang sedang berbelanja. padatnya jalanan ini mengharuskan Alice dan Rafael untuk selalu bersama karena bisa saja Alice tersesat dan tak tau arah menuju parkiran mobil suaminya.
" Alice kamu gaboleh kemana-mana tetep sama aku, nanti kalau hilang aku kan yang repot" kata Rafael sembari ia memegang tangan Alice.
" harus sambil pegangan tangan??" tanya Alice dengan sinis.
" iya dong, kamu kan istri aku memangnya kenapa gaboleh?"
" yaudah terserah"
wajah Alice cemberut sikap Alice seperti inilah yang disukai Rafael ia menginginkan sesuatu tapi ia malu untuk melakukannya maka dari itu Rafael yang harus lebih dulu mengajaknya dan berusaha untuk menerima apa yang menjadi keputusan istrinya.
"disana" Alice menunjukan arah dengan sikapnya yg ke kanak-kanakan.
" ngapain kesana mending disini, kalau disana itu terlalu padat nanti dempet-dempetan mau?"
" gpp, buruan kesana aku mau beli sesuatu" kata Alice sembari menarik lengan Rafael.
"yaudah iya sabar"
Rafael dan Alice berjalan menelusuri jalanan Malioboro yang sangat ramai, ia melihat tempat makan yang di ke rumuni beberapa orang membuat Alice menarik Rafael untuk melihat penyanyi itu dan mendengarkan suaranya yang indah.
"katanya mau beli sesuatu" tanya Rafael.
Alice tak menjawab perkataan Rafael ia memilih untuk mendengarkan alunan musik dan ia menyuruh Rafael untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan pegawai tempat makan itu.
" ayoo duduk, kamu mau pesen apa kita makan disini sebentarrrr aja" kata Alice dengan nada memelas.
" oke, aku mau minuman hangat aja" Rafael memperhatikan Alice yang melihat pria itu bernyanyi.
"lice.. aku pesan minuman aja" tegasnya Rafael sekali lagi.
" oh oke wait aku pesenin ya"
Alice pergi memesankan minuman yang rafael inginkan, kemudian ia membawakan minuman itu dan menghidangkan makanan lainnya yang tak Rafael pesan.
" loh kan aku bilang minuman aja, ko kamu pesen makanan segala" kata Rafael.
" udah gapapa makan aja kita kan jauh-jauh dari Bandung ke Jogja emang ga laper? laper kan pasti.." sahut Alice yang sedang menyantap makanan yang ia pesan.
Musik keroncong yang dimainkan membuat suasana malam menjadi hidup, suaranya yang indah patut diapresiasi, terlihat bagaimana mereka memainkan alat musiknya dan membuat semua penonton terbuai.
Meski adanya keheningan dalam hidup, musik dapat mengapresiasi kan ungkapan hati yang tak dapat kita utarakan. musik di ciptakan bukan untuk pecundang, tapi untuk dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai jiwa.
Musik adalah hal yang disukai Alice ia selalu membuat aransemen lagu dari hal yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, dengan suara Alice yang indah ia bisa membuat lirik lagu kemudian ia menyanyikannya, semua ia lakukan bukan untuk memperlihatkan Alice yang mempunyai bakat bernyanyi tapi itu untuk ia dengarkan sendiri. Rafael yang sejak dari tadi memperhatikan Alice yang terbuai dengan alunan musik itu ia hanya bisa tersenyum dan menikmati kehidupan yang kini menurutnya lebih baik.
" yu udah selesai kan" kata Rafael
" sebentar sekali lagi aja 1 lagu lagi yaa" sahut Alice dengan wajahnya yang imut.
" iyaa iyaaa" jawab Rafael yang hanya bisa pasrah menunggu Alice yang menikmati alunan musik itu.
salah seorang musisi itu memandang Alice dan kemudian ia memanggil Alice untuk maju ke depan.
" buat Kaka yang disana yang pakai baju coklat boleh maju kesini mau request lagu apaa ayoo ka" kata salah satu musisi itu sembari menunjuk Alice yang jelas membuat Rafael tersontak kaget dari lamunannya.
"akuu?? seriusan aku?" tanya Alice kepada dirinya sendiri lalu ia berdiri dan mendekati para musisi itu.
Rafael yang terkejut hanya bisa menyaksikan Alice yang kini sudah berada di depan semua orang dengan para musisi lain.
" oke ka, Kaka mau request lagu apa?" tanya salah satu musisi itu sembari ia menempelkan mic ke dekat bibir Alice.
" emm boleh ga kalau aku request lagu Hampa by Ari ****" kata Alice.
" oke tentu boleh dong ka, malam ini kita sedikit galau-galauan ya" musisi itu memberikan salah satu micnya kepada Alice.
Rafael yang terkejut melihat Alice yang akan bernyanyi, ia takut suara Alice membuat semua orang menertawakannya. Rafael tak tahu bahwa Alice mempunyai suara yang indah, karena Alice yang tak pernah bernyanyi di hadapannya.
Alice memegang mic itu dan ia mulai bernyanyi ketika gilirannya diberikan.
🎶Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
apakah disana kau rindukan aku?
seperti diriku yang selalu merindukanmu
selalu merindukanmu...
Tak bisa aku ingkari
Engkaulah satu-satunya
Yang bisa membuat jiwaku
Yang pernah mati
Menjadi berarti
Namun kini kau menghilang
Bagaikan ditelan bumi
Tak pernahkah kau sadari
Arti cintamu untukku??
Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
apakah disana kau rindukan aku?
seperti diriku yang selalu merindukanmu
selalu merindukanmu... 🎶
Alice dan salah satu musisi itu kemudian bernyanyi bersama dan membuat suasana tempat itu semakin hidup, lambaian tangan semua orang yang menyaksikannya termasuk Rafael yang terus memandangi Alice tanpa berkedip terpukau mendengar suaranya dan kecantikan yang Alice miliki.
Entah apa yang sedang Alice rasakan saat ini mungkin ia ingin mengutarakan isi hatinya melewati lirik lagu, karena ia yang tak bisa mengungkapkan apa yang ingin ia utarakan. semua penonton bersorak dan bertepuk tangan mengapresiasikan Alice yang sudah berani bernyanyi dengan sangat indah.
" terima kasih Kaka sudah mau bernyanyi dengan kami, kalau boleh tau ini dengan Kaka siapa?" tanya musisi itu.
" namaku Alice" jawab Alice.
" oh ka Alice, kalau boleh tau ka Alice ini jomblo apa udah ada yg punya nih?"
pertanyaan itu membuat Rafael tersontak kaget dan ia berharap Alice bisa memberitahukan bahwa mereka sudah menikah.
"aku ngga jomblo, aku udah punya suami" jawab Alice dengan senyumnya yang manis.
Rafael begitu lega dan bahagia mendengar bahwa Alice mengatakan ia sudah mempunyai suami saat ini.
" yah udah sold out gais, baik ka terima kasih sudah ikut bernyanyi" musisi itu mempersilahkan Alice untuk kembali ketempat duduknya. Alice melihat Rafael yang dari tadi senyum-senyum sendiri tak jelas membuat Alice mengangetkan Rafael.
" heh ayo jalan, kok malah senyum-senyum kaya orang gila aja kamu Raff" kata Alice sembari ia bersiap untuk pulang.
Alice yang melihat sekelilingnya, berjalan dengan sangat perlahan seperti ada hal yang ingin dia beritahu kepada orang yang kini menjadi suaminya tapi Alice merasa ini bukan waktu yang tepat, jadi ia mencoba menahan semua hal yang ingin ia katakan. Rafael yang berjalan dibelakang Alice memperhatikan punggungnya yang berada tepat didepannya saat ini, ia menyadari ada hal yang ingin disampaikan Alice kepadanya, dan ia pun sama ingin menyampaikan sesuatu yang belum Alice ketahui Hingga saat ini.
Suara gemuruh petir yang tak terlalu besar menandakan bahwa hujan akan segera turun, Alice berhenti melangkah dan membalikan badannya ke arah Rafael ia menarik lengan Rafael untuk segera berlari menuju mobil.
Rafael bingung dengan apa yang dilakukan Alice ia terus menarik Rafael berlari hingga akhirnya hujan turun yang membasahi jalanan, hal itu menyebabkan Alice yang hampir tergelincir, beruntung Alice tak melepaskan tangannya dari Rafael sehingga Rafael refleks dan memeluk Alice disaat itu. Alice yang kini berada di pelukan rafael terdiam tak berontak untuk menjauh.
Hujan turun begitu deras tapi Alice merasa nyaman berada di pelukan Rafael. Rafael yang menyadari bahwa mereka berada ditengah-tengah jalanan yang sepi mencoba melepaskan Alice dari pelukannya tapi tak ada respon dari Alice yang hanya terdiam di pelukannya, ia mencoba menjauhkan Alice dari tubuhnya.
" Alice ini hujan..Alice.."
Tetap tak ada respon dari Alice dan ternyata Alice pingsan tepat di pelukan Rafael yang sontak membuat Rafael panik dan segera menggendong Alice dengan berlari menuju mobilnya.
Dengan perasaan paniknya ia melajukan mobilnya dengan sangat cepat, sesekali ia memerhatikan alice yang masih belum sadarkan diri, jalanan yang dipadati para pejalan kaki membuat jalan yang dilewati menjadi macet ditambah hujan yang lumayan besar membuat mobil tak bisa laju terlalu cepat, beruntung Rafael tahu jalan pintas sehingga ia bisa dengan cepat sampai dirumahnya.
Rafael membawa Alice masuk kedalam rumah dan menidurkan Alice, ia menggantikan pakaian Alice yang basah dan juga memberikan aroma terapi hangat dengan didekatkan ke hidung alice dan tak lama kemudian Alice pun sadarkan diri. ia menatap Rafael yang yang sudah ada didepan matanya saat ini, Alice mencoba menjauh tapi kepalanya masih sedikit pusing sehingga Rafael menyuruhnya untuk beristirahat.
" udah kamu istirahat aja, biar bsk mendingan"
kata Rafael sembari ia membantu membenarkan posisi kepala Alice.
Alice bingung dengan sikap Rafael yang begitu perhatian, ia melihat Rafael membenah kan diri diatas kursi tepat didepan kasur yang Alice tempati, Alice menarik selimutnya dan memejamkan matanya, ia tak sadar bahwa seseorang telah menggantikan pakaiannya yang basah karena hujan.
Tidur di tempat yang berbeda merupakan hal yang tidak boleh dilakukan pasangan suami istri, karena kebersamaan itu hal yang menandakan bahwa mereka saling mencintai dan siap untuk saling melindungi, mereka seharusnya tidur bersama menikmati rumah tangga yang di impikan dan di inginkan setiap orang, tapi Rafael tau Alice belum siap memberikan tubuhnya untuk dirinya dan ia memaklumi hal itu, saat ini Rafael hanya ingin mencoba membuat Alice mencintainya dan akan menjadi miliknya seutuhnya.
Rafael memperhatikan bagaimana Alice tidur dan ia sangat bahagia bisa menjadi suaminya saat ini, ia masih memikirkan hal yang tadi dilakukan Alice didepan semua orang membuat dirinya sangat bangga karena Alice sudah mencoba menerima Rafael sebagai suaminya.
suasana malam dengan suara rintikan hujan membuat tubuh merasa dingin, Rafael yang tertidur di sofa ia terbangun dan mendekati Alice yang kini sudah tertidur lelap, ia menyelimuti seluruh tubuh Alice dan memeluknya lalu tertidur di samping istrinya itu.
Alice yang tak mengetahui bahwa ini kali kedua mereka tidur bersama tapi Rafael yang selalu bangun lebih dulu membuat Alice tidak tau apa yang dilakukan Rafael kepada dirinya. Alice yang saat ini tertidur dengan nyaman tak mengetahui bahwa seseorang memeluknya dengan kasih sayang.
Suasana Hujan memang hal yang tak biasa, hujan dapat merubah segalanya, suasana dan suaranya dapat menciptakan sebuah moment yang tak dapat dilupakan, dengan hujan bisa menjadikan itu sebagai hal yang dapat dikenang dimulai dari rasa rindu, cinta, bahkan kebencian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!