NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Mantan?

Chapter 1

"Nona Reina.. bagaimana ini. Semua investor sekarang mengundurkan diri. Dan meminta dana mereka balik. Di tambah para pegawai juga sudah banyak yang mengajukan pengunduran diri." Sisi asisten pribadi Reina bicara.

Reina menghela napas. Memijit pelipisnya yang terasa sakit. Dia merasa kalau seperti ini terus, ia akan menua sebelum waktunya.

Perusahan R.A yang kini diwariskan untuknya dalam masa pailit.

Semenjak papanya meninggal karena stroke, semua beban di jatuhkan kepadanya.

Ibu sambung dan saudara tirinya hanya bisa menghabiskan uangnya saja.

Dia harus bekerja keras karena ternyata papanya meninggalkan hutang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan istri yang baru dinikahinya empat tahun lalu.

Reina Firdausya Atmaja. Putri semata wayang keluarga Atmaja. Reina sejak kecil selalu di manja kedua orang tuanya. Ia tumbuh menjadi putri cantik. Di sekolah pun ia di segani. Dengan selalu memakai barang branded, penampilan yang selalu memukau.

Kepribadiannya yang tertutup membuat ia sulit berteman.

Saat Reina SMA ibu kandungnya meninggal. Dan empat tahun lalu akhirnya papanya menikah kembali dengan seorang wanita janda beranak satu. 

"Apa gak ada jalan ya, Si. Aku benar - benar buntu. Kalau begini perusahaan peninggalan papaku ini bisa benar - benar bangkrut."

Sisi menatap bosnya dengan iba. Bingung harus bagaimana.

"Non.. apa kita gak terima tawaran dari perusahaan Elf aja."

Reina mendelik "Gila kamu. Masih inget syarat yang yang dikatakan asistennya? Mereka mau aku menikah dengan CEO Elf. Aku aja gak tau CEO nya yang mana."

"Iya sih.. CEO mereka kan misterius banget ya. Tapi jelas aja sih mereka minta syarat itu. Nona Reina kan cantik. Para Executive itu pasti berebut mau memiliki nona."

Ucapan Sisi barusan sukses membuat Reina marah.

"Maksud kamu aku harus jual diri gitu?"

"Ups bukan gitu,non.. ih jangan ngambek atuh. Sisi kan cuma ngomong apa adanya. Tapi serius deh non, coba pikirin perusahan Elf. Cuma mereka yang bisa bantu keadaan kita sekarang. Saham mereka ada dimana - mana. Perusahaan mereka sedang maju banget kan sekarang. Mall besar, rumah sakit, hotel, hampir semua mereka kuasai kan. Kalau non Reina menikah sama CEO mereka, wah pasti investor juga akan balik menanam saham di kita." Sisi berkata panjang lebar.

Reina merengut mendengarnya. Walau bagaimanapun ada benarnya juga perkataan Sisi barusan. Tapi masa harus menikah sih?

Sebenarnya siapa pemilik Elf.

Kenapa memberikan syarat seberat itu.

"Sisi tolong kamu hubungi Elf, saya ingin menemui mereka. Siapa tahu bisa negosiasi."

Sisi tersenyum lebar "Siap non."

*********

Di restoran,

Reina mengetuk meja pelan. Berkali - kali ia melirik jam di tangannya.

Dia sudah mulai gusar, karena sedang menunggu seseorang daritadi.

Setelah Sisi menghubungi perusahan Elf, akhirnya mereka setuju untuk bertemu. Dan disinilah Reina, sedang menunggu.

Reina menatap sekeliling, ia merasa aneh restoran ini sejak tadi sepi sekali pengunjung.

Hanya ada dirinya disana.

Bahkan pertama kali ia datang tadi, waiters langsung mengantarkannya ke meja ini setelah ia menyebutkan namanya.

Waktu sudah menunjukkan jam delapan malam. Sudah satu jam ia menunggu disini.  Akhirnya Reina memutuskan untuk pergi. Tidak ada toleran lagi baginya.

Dan baru saja ia hendak pergi, seseorang memanggilnya dari belakang.

"Halo.. Reina?"

Reina menoleh. Ia menajamkan penglihatannya. Seorang pria, dengan setelan jas soft blue, dan dasi warna senada kini ada di depannya.

Pria itu tersenyum. Tapi Reina hanya mematung di tempatnya.

Ini tidak mungkin! Dia?

"Kenapa berdiri? Ayo duduk lagi. Maaf terlambat. Ada meeting penting tadi" pria itu kini duduk di hadapan Reina. Melipat kedua tangannya dan menatap Reina sambil tersenyum.

Reina duduk kembali di tempatnya. Dia mengenal pria itu.. sangat mengenalnya.

Jika ada pertanyaan kehidupan untuknya, dalam satu hari pernahkah ia membenci seseorang sampai tidak ada lagi rasa yang tersisa?

Maka jawaban Reina pernah.

Ia sangat membencinya. Pria yang dulu juga pernah mengisi hatinya.

Dan sekarang pria itu ada di hadapannya. Walaupun penampilannya sudah berubah, tapi wajahnya masih tetap sama tampan seperti 10 tahun yang lalu.

"Mana bos kamu? Saya mau ketemu dia bukan utusan atau asistennya." Reina berkata dengan ketus. Setelah ia berhasil menguasai diri.

Pria itu malah tertawa. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran.

"Kamu tahu. Kenapa resto ini tidak ada tamu selain kita? Resto ini sengaja aku booking. Aku CEO dari Elf. Tau arti Elf? Erlan Fabian."

Erlan Tersenyum menatap Reina yang kini syok tak percaya dengan apa yang dia dengar tadi.

Tubuh Reina bergetar menahan amarah. Ia merasa semesta mempermainkannya. Bagaimana mungkin hidupnya menjadi seperti ini.

Roda kehidupan telah berputar. Orang yang dulu ia benci, sekarang justru berada di atasnya.

Tanpa bicara apa - apa lagi Reina beranjak pergi meninggalkan Erlan.

Air matanya menetes. Teringat kenangannya 10 tahun yang lalu.

Yaa.. Erlan adalah cinta pertamanya.

Cinta pertama yang menyakitkan untuknya.

Reina kini duduk di halte sendirian. Pikirannya melayang ke sepuluh tahun yang lalu. Saat ia masih SMA dulu.

Reina memang tidak mempunyai teman. Saat itu Erlan bagaikan penolong untuknya.

Sosok Erlan yang supel, penampilannya urakan, dan juga terkenal dengan kebandelannya.

Ia bergabung dengan Genk Solite yang dulu menguasai sekolahnya.

Reina menangis mengingat semua itu. Kenangan pahit yang sudah mulai ia lupakan, kini terbuka lagi setelah pertemuannya dengan Erlan tadi.

Tanpa ia sadari, sepasang mata memperhatikannya dari kejauhan. Orang itu berada di dalam mobil yang ternyata sejak tadi mengikutinya

Dia adalah Erlan Fabian.

****

Chapter 2

**Reina terus berlari , seseorang tengah mengejarnya. Dia sedang menunggu jemputannya yang datang terlambat ketika itu, dan segerombolan siswa sekolah lain lewat menggodanya.

Ada tiga orang yang menghampirinya, karena ketakutan Reina berlari ke belakang sekolah.

Brukk!

Ia menabrak seseorang di depannya hingga terjatuh.

"Kamu nggak apa - apa?"

Laki - laki itu mengulurkan tangannya membantu Reina.

Mata elang laki - laki itu menatap tajam ke tiga pria yang mengejar Reina. Perkelahian pun terjadi, sedangkan Reina mengkerut ketakutan melihatnya. Dia menutup matanya sambil terisak.

Terdengar teriakan kesakitan lalu derap langkah menjauh.

"Hei sudah selesai. Kamu bisa membuka matamu."

Reina menurunkan tangannya, dan menatap sosok laki - laki yang berjongkok di hadapannya.

Mata coklat dengan rambut lurus berwarna coklat. Ada sedikit darah di sudut bibirnya. Dan dia memakai seragam yang sama dengannya, yang artinya mereka satu sekolah.

"Lain kali hati - hati ya. Pulang sebelum sekolah sepi."

Reina masih terdiam, badannya masih sedikit gemetar. Melihat hal tersebut, laki - laki itu tersenyum.

"Nggak usah takut, mereka sudah pergi. Oiya kenalin gue Erlan*."

**

Reina terbangun, napasnya tidak beraturan.

Shit. Kenapa gue harus mimpi itu!

Ini pasti gara-gara gue ketemu manusia itu kemarin.

Ia baru saja bermimpi, pertemuan pertamanya dengan Erlan. Yaa...Erlan yang menolongnya dulu. Setelah itu, Reina langsung jatuh cinta dengan Erlan. Pesona Erlan yang tampan, dan sikapnya yang supel mampu membuatnya membuka hati. Cinta pertamanya....

Sampai ia mengetahui fakta yang menyakitkan.

Ah, Reina tidak ingin mengingatnya kembali. Ia bergegas bangun dan menuju kamar mandi. Hari ini ada meeting, dia tidak boleh datang terlambat.

Setelah selesai bersiap diri, Reina melangkah keluar kamarnya. Di meja makan sudah ada ibu dan adik tirinya.

Duo rempong Reina menyebutnya.

"Reina.. makan dulu." Karin, ibu tirinya menyadari kedatangan Reina. Buru - buru menyiapkan makanan untuk Reina.

"Eh kakak sudah bangun. Mau berangkat kerja ya.." kali ini Zoya adiknya yang mengajaknya bicara.

Zoya masih kuliah di semester awal. Penampilannya sangat modis dan seksi.

Reina mendengus melihat kelakuan mereka. Kalau bukan karena surat wasiat papanya, mungkin sudah sejak lama dia mengusir duo rempong ini.

Sebenarnya mereka tidak jahat, hanya saja sikap mereka membuat Reina pusing.

Karin yang hobi berkumpul dengan ibu sosialita, dan Zoya yang hobinya ngemall bahkan dugem.

Sedangkan Reina? harus berusaha keras mempertahankan perusahaannya demi kelangsungan hidupnya dan semua karyawannya.

Reina duduk menyantap roti bakar dan segelas susu yang ada di meja.

"Kak... Em..aku mau minta uang boleh?"

Reina mengangkat sebelah alisnya. Menatap Zoya tajam. Melihat itu Karin langsung berdiri menenangkannya.

"Begini Reina.. Zoya itu kan ada tugas dari kampusnya. Nah dia butuh uang buat kerjain tugas itu."

Setelah papanya meninggal, memang perusahaan dan keuangan di serahkan pada Reina berdasarkan wasiat dari papanya. Karin dan Zoya tentu saja harus menurut, kalau tidak mereka akan tinggal di jalan seperti gelandangan.

"Zoya.. kamu tahu kan perusahaan sedang pailit. Jadi aku harap kamu jangan boros."

Zoya mengerucutkan bibirnya. Kentara sekali dia kesal. Tapi tidak bisa membantah Reina. Karin di sampingnya mengusap punggungnya pelan.

"Aku sudah kasih jatah bulanan buat kamu. Coba kamu atur sendiri. Kalau kurang ya belajar mandiri. Kerja sambilan atau apa."

"Ya sudah. Zoya kamu nggak usah minta sama kakak kamu. Nanti kalau kurang pakai uang mami aja." Karin kini menimpalinya. Sambil memeluk anak kesayangannya itu.

Reina hanya bisa menghela napas.

Uang mami katanya?. Nanti kalau uang maminya habis juga minta lagi pada Reina. Sama saja!

Moodnya benar - benar jelek pagi ini. Pertemuan dengan Erlan kemarin, di tambah harus bermimpi hal yang sudah lama ia lupakan, dan sekarang harus menghadapi mereka.

Dengan gusar Reina beranjak pergi, tidak ingin berlama di sana.

Di sisi lain,

Erlan berada di ruangannya bersama Rangga asisten pribadinya.

Sambil menghisap rokok di mulut, Erlan memerintahkan Rangga untuk membawa keluar semua wanita yang di bawanya.

"Mau yang gimana lagi si boss? Astaga!

Itu cewek bening - bening semua. Dari mulai model, artis, DJ, selebgram." Kata Rangga. Ia bolak - balik di depan meja Erlan.

"Ah seleramu payah!"

Perkataan Erlan barusan sukses membuat Rangga kesal.

"Lo gila! Itu tuh ya high quality semua."

"High quality buat gue nggak begitu. Gue suka yang kecil, imut, dan wajah yang menggemaskan, dan yang pasti orisinil."

Rangga menggeleng heran.

"Itu cewek apa botol Yakult? Lagian ya boss hari gini mana ada yang orisinil. Ini Jakarta loh"

"Ada! Mantan gue."

Rangga tambah melotot mendengarnya. Mantan? Itu justru lebih parah!

Mengingat sifat playboy Erlan, Rangga justru meragukan cewek yang di sebut mantan Erlan itu. Bersama cewek lain saja Erlan bisa berbuat seenaknya, apalagi dengan pacarnya dulu?

"Aku sudah menemukannya. Kamu ingat perintahku buat dekati perusahaan R.A?"

"Hem iya. Jangan bilang bos serius buat menikahi perempuan itu?"

Erlan tersenyum tipis. Membuat Rangga semakin menatapnya ngeri.

Ini bencana! Kasihan sekali perempuan itu!

"Memangnya dia mau bos?"

Pertanyaan Rangga barusan membuat Erlan mendelik tajam padanya.

"Heh! Udah sana pergi ke kantor R.A. sampaikan kalau bos Erlan mau kesana."

"Siap bos. Laksanakan."

Sebelum Erlan bertambah marah, Rangga langsung bergegas meninggalkan ruangan itu.

Setelah kepergian Rangga, senyum Erlan mengembang. Membayangkan reaksi Reina kemarin. Banyak hal yang sudah ia lewati di masa lalu, demi pembuktian dirinya. Dan sekarang setelah dirinya sukses, dia ingin membalas satu persatu orang yang menyakitinya.

***

Chapter 3

Sampai di kantor, Reina menghempaskan dirinya di kursi memejamkan matanya sejenak, untuk menjernihkan pikirannya.

Tidak berapa lama Sisi datang ke ruangannya.

"Non.. tadi ada yang telepon katanya bos Elf mau datang kesini."

Mendengar itu Reina langsung membuka matanya.

"Kamu serius?"

Sisi mengangguk, sambil menatap reaksi Reina dengan heran.

"Nona kemarin jadi ketemu kan. Kenapa? Orangnya jelek ya non? Botak? Atau jangan - jangan sudah tua bangka?"

Reina hanya berdecak mendengar pertanyaan Sisi yang menurutnya sangat lebay.

"Bukan ya? Terus kenapa kelihatan nggak suka begitu?"

"Sisi diam dulu deh." Ujar Reina gemas. Sisi langsung terdiam, menutup bibirnya.

Reina berjalan bolak - balik sambil menggigit kuku ibu jari. Kebiasaan yang dilakukannya saat sedang cemas.

"Terus kamu menyetujui dia buat datang?" tanya Reina.

Sisi hanya mengangguk tanpa berkata.

Ya ampun! Cobaan apalagi ini.! Batin Reina dalam hati.

Dia tidak ingin bertemu dengan Erlan lagi.

Tiba - tiba terdengar suara ramai dari luar ruangannya. Reina dan Sisi saling berpandangan. Jangan - jangan....

Ia mengintip dari jendela. Kecurigaannya ternyata benar. Erlan sudah datang. Dan kini sedang tebar pesona di sana.

Suasana seketika penuh dan ramai dengan kedatangan Erlan, mereka terpana dengan penampilan Erlan yang elite.

Balutan kemeja putih dan jas hitam, dengan dasi melingkar sempurna di lehernya.

Rambutnya berwarna coklat tertata rapi.

Sungguh menyegarkan pandangan mata, karena rata - rata pegawai pria di kantor Reina sudah berumur dan beristri.

Tentu saja ini menjadi pemandangan baru bagi staf wanita disana.

"Kamu bilang apa ke mereka sampai seperti itu?" Reina mendesis pada Sisi.

"Saya cuma bilang kalau bos Elf mau datang, habis itu mereka malah pada heboh sendiri." sahut Sisi dengan berbisik.

Reina menggelengkan kepala melihat kekacauan yang terjadi di kantornya. Ia segera keluar sebelum kekacauan itu semakin bertambah.

Sampai di ruangan staf, ia melihat Erlan sedang merayu salah satu staf wanita di sana.

"Boleh saya minta poto kamu?" Tanya Erlan pada staf wanita tersebut.

"Bu- buat apa pak?" Wanita itu menjawab dengan gugup.

Erlan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Matanya terpaku menatap Reina yang ternyata sudah berdiri memperhatikannya.

"Saya mau tunjukkan pada semua orang, kalau bidadari itu memang ada...."

Ujar Erlan. Tapi matanya terus melihat ke arah Reina.

Para staf seketika riuh. Ruangan yang seharusnya untuk bekerja itu kini ramai seperti pasar. Wanita yang tadi di dekati Erlan tersipu malu.

Erlan tergelak tertawa bersama staf yang lainnya.

Hanya Reina yang tidak tertawa disana. Erlan melengkungkan bibir menatap Reina.

Sedangkan Reina, ia balas menatapnya dengan kesal.

"Non.. jadi itu yang namanya bos Erlan. Ya ampun ganteng ya non. Lihat deh tuh si Juminten mukanya sampai merah gitu kayak kena tabok."

Bisik Sisi, yang kini sudah ada di sebelahnya.

Reina merengut sebal. Ia memaki Erlan dalam hati.

Dasar playboy caper!

***

Setelah kekacauan di ruang staf tadi, Reina langsung membawa Erlan masuk ke ruangannya untuk bicara empat mata.

Erlan mengedarkan pandangannya, menatap ruangan itu. Ruangan yang khas sekali dengan Reina. Dindingnya yang berwarna biru muda, dengan hiasan beberapa bunga mawar.

Ya.. Reina memang sangat menyukai bunga.

"Jadi? apa tujuan kamu kesini?" Akhirnya Reina bertanya juga. Setelah sejak tadi hanya diam.

"Kenapa? Aku cuma mau mampir ke kantor calon istri." Jawab Erlan cuek.

"Calon istri? Jangan mimpi. Aku nggak pernah setuju."

Erlan terkekeh. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Reina.

"Kamu butuh bantuanku, dan aku butuh kamu. Simbiosis mutualisme. Pikirkan Reina. Cuma aku yang bisa bantu kamu. Atau kamu mau perusahaan kamu bangkrut dan bagaimana nasib semua karyawan di sini? Mereka butuh gaji, pesangon."

Reina menatap Erlan tajam. "Kenapa? Setidaknya aku harus tahu alasannya."

"Aku punya alasan sendiri." Jawab Erlan. Ia menyalakan rokoknya, dan menghisapnya dalam.

Apa katanya barusan? Si brengsek ini benar - benar gila!

Reina menyesali pikiran yang sempat terlintas tadi di benaknya, kalau Erlan masih mencintainya. Itu tidak mungkin! Sudah sepuluh tahun. Dan Erlan juga sudah banyak berubah sekarang.

Baiklah Erlan! Aku akan mengikuti permainanmu.

"Aku memang butuh bantuan kamu, tapi aku tidak mau langsung menikah."

"Wohoo.. jadi kita pacaran lagi gitu?" sahut Erlan antusias. Dia melengkungkan bibirnya, tersenyum menggoda Reina.

Kalau saja yang di hadapannya itu wanita lain, tentu saja akan langsung terjerat dengan rayuan Erlan.

Tapi tidak dengan Reina, dia hanya menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan pria itu.

"Oke. Aku kasih waktu tiga bulan. Setelah itu kita menikah." Erlan kembali bicara.

Kali ini Reina kembali menatapnya. Mata bulat gadis itu menyipit membuat Erlan semakin gemas melihatnya.

"Oke." Jawab Reina singkat.

"Deal. Mulai hari ini kita partner." Di ulurkannya tangan Erlan. Walaupun ragu, akhirnya Reina menerimanya.

Memangnya dia bisa apa?

Posisinya yang serba salah dan terjepit membuatnya terpaksa harus berurusan lagi dengan Erlan.

Reina hanya berharap keputusannya ini tepat. Untuk urusan hatinya, akan ia pikirkan nanti. Yang terpenting perusahaannya selamat untuk saat ini.

*****

Reina pulang lebih cepat hari ini. Kejadian di kantor tadi membuatnya lelah.

Sebelum pulang, dia menyempatkan diri pergi ke tempat favoritnya, kedai ice cream yang letaknya tidak jauh dari kantor.

Ice cream dapat membuat moodnya lebih baik.

Setelah memilih menu dan topping yang dia inginkan, Reina menunggu di meja yang tersedia.

Kedai ini sangat unik, dengan desain yang dibuat mirip dengan cafe dan space yang luas, sehingga pengunjung dapat memanjakan matanya sambil menikmati ice cream yang lezat. Reina tersenyum ketika pesanannya datang.

"Reina..." Seseorang memanggilnya.

Reina menoleh, matanya berbinar begitu melihat siapa yang menghampirinya.

"Dimas.. kamu sudah pulang."

Cowok yang bernama Dimas itu tersenyum lebar, dia adalah pemilik kedai ice cream itu. Dan dia juga satu-satunya orang yang dekat dengan Reina.

Dimas adalah anak kerabat papa Reina, yang sejak kecil dekat dengannya. Tapi sudah satu bulan ini Dimas pergi ke luar kota, karena harus mengurus cabang barunya.

"Iya. Aku sampai tadi malam." Sahut Dimas, ia menarik kursi di hadapan Reina, dan duduk sambil terus menatap Reina yang masih asyik menikmati ice creamnya.

"Syukurlah. Aku benar-benar butuh kamu sekarang ini. Rasanya kepalaku mau pecah."

"Kenapa?" Dimas mengerutkan kening, melihat Reina menghabiskan ice creamnya tanpa sisa, senyumnya kembali mengembang.

"Ah ini menu baru di sini. Kamu suka?"

Reina mengangguk. "Nice. Aku selalu suka ice cream disini. Kamu hebat!"

"Jadi.. ayo kita keatas. Pasti ada yang mau kamu ceritakan."

Tepat sekali! Reina memang sudah tidak sabar ingin bercerita dengan Dimas. Melepaskan beban yang selama beberapa hari ini membuatnya lelah.

Di atas kedai itu, terdapat ruangan khusus untuk tempat beristirahat Dimas disana. Mereka duduk di balkon yang di sulap dengan pemandangan indah, dengan hiasan aneka bunga mawar merah dan putih. Itulah yang membuat Reina semakin betah di sana.

"Mau kopi?"

Reina menggeleng. Ia sedang mengagumi bunga mawar putih yang sedang mekar di sana.

Setelah Dimas duduk, Reina mulai bercerita. Tentang pertemuannya dengan Erlan dan syarat darinya, lengkap dengan kata - kata makian Reina untuk Erlan.

"Aku benar - benar nggak nyangka ya. Erlan bisa berubah begitu. Ya.. 10 tahun sih kita nggak pernah bertemu lagi. Pasti banyak yang berubah."

"Kamu senang?" Tanya Dimas.

"Ya nggak lah, aku aja nyesal kenapa dulu bisa suka sama dia. Cowok bandel, urakan, dan playboy. Kamu tau? Dia jadikan aku bahan taruhan sama teman-temannya. Tambah lagi dia selingkuh. Mana mungkin aku lupa begitu aja."

Dimas manggut-manggut mendengarnya. Dia memang dulu pernah dengar kalau Reina berpacaran dengan Erlan. Tapi karena kesibukannya kuliah, dia jarang bertemu Reina seperti sekarang. Dimas memang lebih tua 2 tahun dari Reina.

"Jadi.. kamu terima syarat dia? Kamu mau nikah sama Erlan?"

Reina terdiam. Untuk hal itu dia tidak bisa menjawab. Karena baginya pernikahan adalah hal yang sakral. Sementara ini ia harus menata hatinya dulu. Waktu tiga bulan yang di berikan oleh Erlan akan ia manfaatkan dengan baik.

Kalau memang saat itu dia tetap tidak bisa menerimanya, maka Reina sudah siap semua konsekuensinya.

Dalam hal ini ia mempertaruhkan semuanya. Keluarga, perusahaan, dan kelangsungan hidup semua pegawai di kantornya.

Tanpa ia sadari, ada hati yang terluka mendengar ia bicara tentang Erlan sejak tadi. Seperti kata orang, tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Hanya saja Reina tidak sepeka untuk itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!