NovelToon NovelToon

Kisah Arga Season 2

Part 1

Nama gue Zahra, semenjak perusahaan Bokap bangkrut akhirnya gue dan keluarga putuskan tinggal di Bandung. ngerasain Rumah baru, sekolah baru, teman baru semua baru.

Saat gue tiba di sekolah berasa bergetar dag, dig, dug, dada gue. lalu Bu Sarmi menyuruh gue buat masuk ruangan kelas.

"Zahra silakan perkenalkan diri yah! "

"Baik Bu! "

"Perkenalkan Nama gue Zahra pindahan dari Jakarta, kalian bisa panggil gue Ara!" terima kasih.

Gue pun sudah memperkenalkan diri gue dan Bu Sarmi menyuruh gue duduk di bangku paling belakang. karena yang lain sudah duduk berdua-berdua. hanya di bangku itu saja yang masih sendiri di duduki oleh cowok cool ganteng, jutek.

"Hai?" gue menjabat tangan ke arah cowok itu tapi di cuekin.

Serasa hati malu, baru kali ini gue di cuekin.

"Hai, gue boleh liat bukunya gak? soalnya gue kan belum punya." Cowok itu hanya jawab hmm aja. bikin gue gregetan gondok rasanya.

Makan apa sih nih cowok jutek banget, nengok gue juga enggak, nyebutin namanya juga enggak. Ya Allah kenapa gue bisa kenal sama cowok kaya gini sih, sebangku lagi.

"Hai? aku Manda, istirahat bareng yuk!"

"Hai juga! gue Zahra, boleh kok." gue sambil senyum.

"Minggir!" cowok itu bilang ke gue minggir tanpa permisi.

"Bilang permisi dong mas!" muka gue dengan raut kesal.

"Gak usah di ambil hati Ra, emang Bima wataknya begitu dingin, mangkanya gak ada yang mau nemenin."

"Hai, kalian mau istirahat? ikut dong!" salah satu teman Manda menghampiri gue dan Manda." Gue pun berkenalan dengannya.

Saat gue di kantin, gue Santi, dan Manda gak habisnya membincangkan Bima. Ternyata bukan gue bertiga aja tapi hampir seluruh siswa membincangkan Bima. Ada salah satu cewek yang genit dan centil mendekati Bima. Kata anak-anak sih Namanya Sandra. Dia itu cewek manja yang kemauannya harus di penuhi orang tua nya. tapi, hal yang satu ini ingin sekali mendekati Bima impiannya tidak terwujud.

"Hai, boleh kenalan gak? lo siswi baru katanya ya kelas 12A? gue Anjar kelas 12B." Anjar kelas 12B yang artinya itu di SMA kelas 3B. Anjar itu gak ada habisnya deketin gue terus sampai selesai istirahat dia ikutin gue terus.

"Rumah kamu di mana? pulang boleh aku antar nanti?" Anjar mengedipkan mata genit.

"Maaf ya njar, sudah bel masuk." Gue langsung masuk kelas dan menghela nafas.

"Hmm enak ya baru masuk aja udah di godain cowok, hehehe." Manda menggoda gue.

"Bisa aja lo nda." Gue tersenyum dan melirik ke Bima yang mukanya jutek di lihat.

"Bim lo tau soal no 2 gak?" basa basi gue ke Bima.

"Gak tahu." Menjawab singkat dengan muka juteknya.

Saat bel pulang, Bima melewati bangku gue dan tiba-tiba tasnya nyangkut gantungan kunci tas gue, entah kenapa ini bisa kebetulan gitu.

"Aduh Bima gimana nih! lo sih kalau mau lewat permisi dong!"

"Kenapa Bima dan Zahra?" sahut Bu Sarmi.

"Tasnya Bima nyangkut Bu." Gue dengan muka panik.

"Cieee," Sahut Manda dan Santi.

"Ada-ada saja kalian, ya sudah kalian bisa perbaiki di luar yah! soalnya pintu kelas akan di kunci." Sahut Bu Sarmi.

Akhirnya hanya gue dan Bima yang di halaman sekolah, perasaan gue kenapa bisa nyaman dan senang bisa bicara dengan dia meskipun wataknya dingin, gue tahu hatinya pasti baik.

"Sory ya lo jadi telat pulang." Bima menatap gue.

"Hmm,, gak apa-apa Bim." Gue tersenyum.

"Nih sudah selesai! sekarang kita pulang pasti nyokap bokap lo nyariin lo."

Setelah gue sama Bima mau pulang gerbang sekolah sudah di gembok dan terkunci. Terpaksa Bima dan gue manjat pagar.

"Bima, gimana nih gerbangnya di kunci." Muka gue lesu dan murung.

"Manjat pagar itu!" Bima menunjuk pagar.

"Bima? gue gak bisa." Gue tidak sengaja menarik tangan Bima.

"Gue dulu ya naik, nanti gue bantu lo." Bima meloncat pagar dan menggapaikan tangannya ke arah gue.

ini seperti mimpi ya Allah, dia baik mau nolongin gue.

"Hei, cepat dong! kok malah bengong aja." Bima menarik gue sampai akhirnya berhasil dan tidak sengaja gue dan Bima terjatuh bersama.

"Sory ya!" sahut Bima.

"Gak apa-apa." Bima langsung berdiri dan meninggalkan gue.

Saat itu gue pulang sendiri dan hati bergetar kencang, saat gue melamun dari belakang datang Anjar mengendarai mobil merah.

"Zahra ayo naik!" Anjar memanggil gue, sambil tersenyum.

"Enggak njar, terima kasih dikit lagi sampai." Gue tetap berjalan meninggalkan Anjar.

Brengsek!! susah banget sih gue dekatin lo. baru kali ini gue di tolak. semakin lo menjauh dari gue, semakin gue penasaran sama lo.

Sesampai di rumah ternyata ada mamah dan papah sudah menunggu, maklum anak satu-satunya jadi terlalu manja, pulang telat aja khawatir.

"Sayang dari mana aja jam segini baru pulang?" sambil membelai rambut gue yang acak-acakan.

"Iya mah, macet di jalan." Sambil memeluk erat nyokap gue.

"Tuh kan papah bilang apa, macet di jalan, mamah kamu sudah cemas aja."

"Bukan gitu pah, hp nya Zahra gak aktif mamah telepon." Sambil menggenggam pipi gue yang agak cabi.

"Sudah-sudah kok pada bertengkar sih, hp ku tuh lowbet mah." Gue sambil tersenyum ke nyokap gue.

Ternyata rumahnya Zahra di sini, kelihatannya nyokap dan bokapnya sangat menyayanginya. *A*h ini bisa gue manfaatin.

Rasanya lelah sekali, mmm kok gue jadi mikirin Bima ya? gue yakin Bima tuh anaknya baik, pasti dia begitu karena ada masalah keluarga atau baru putus dari pacarnya? hahaha, kok gue jadi mikirin dia terus sih.

Tidak terasa hari kedua gue masuk sekolah di Bandung, meskipun baru 2 hari masuk sekolah gue sudah punya 2 teman yang sangat baik. Masih seperti biasa gue lihat muka Bima jutek dan sinis.

"Zahra lo duduk pojok aja, biar gue yang di situ!" sambil meletakan tasnya di meja.

"Oh, oke." Gue pun mengangkat tas gue.

Saat gue dan Bima pindahan tempat, Manda melirik gue tersenyum. Dan Sandra pun yang duduk di depan melirik sinis ke gue dan tiba-tiba menghampiri Bima.

"Hai, Bim? gimana nyokap lo sudah sembuh?" Sandra melirik gue sinis.

"Lo bisa diam gak? mendingan lo balik ke tempat lo!" Bima menjawab dengan sinis.

Sandra pun balik ke tempat duduknya. Di situ gue coba bertanya pada bima, apa benar nyokapnya sakit. Tapi Bima malah nyuruh gue diam.

Ikh nyebelin banget sih, apa salahnya dia sedikit cerita mungkin bisa hilangkan beban dia. Dasar cowok aneh.

Lalu Bu guru, memanggil Bima untuk mengerjakan soal di papan tulis. Ternyata dia itu hebat, pintar tapi sayangnya tertutup dan dingin. Saat gue bertanya aja dia gak mau menjawab. Gue ingin dia bisa terbuka gak dingin gitu.

Saat bel istirahat, tiba-tiba Anjar datang ke kelas gue. Gue itu kenapa risih banget kalau dekat dia apa lagi agresif banget. Kenapa hati gue lebih nyaman sama cowok dingin di banding cowok agresif. Ya meskipun dinginnya dia itu ngeselin.

"Halo Ra, ke kantin bareng yuk!" Anjar mengedipkan mata.

"Gue bareng teman gue, Manda ayo!" gue sambil mencolek Manda.

"Ra, lo duduk sama dia? asem dong lo gak bisa ngobrol? hahaha."

"LO BISA DIAM GAK MULUT LO!" Bima berdiri sambil menggeprak meja dan keluar dengan muka sinis.

"ANJAR LO KENAPA SIH? KERJAANNYA NGELEDEK ORANG TERUS, GUE GAK SUKA YA CARA LO KAYA GINI, MINGGIR!" gue langsung menarik Manda dan Santi ke kantin.

"Araaa, tunggu ra maafin gue! please!" Anjar manggil gue dan menarik gue.

"Anjar lepasin! Anjar sakit lepasin!" Anjar menarik tangan gue dengan kencang.

"LEPASIN DIA!" GAK SEHARUSNYA COWOK KASAR SAMA PEREMPUAN!" tiba-tiba Bima datang menolong gue, gue dan Anjar terkejut mendengar suara Bima yang baru terdengar keras di kuping gue.

BERSAMBUNG

Part 2

Bima? ya Allah dia mau nolongin gue, gue yakin dia itu baik.

"Bisa ngomong juga lo ya? apa jangan-jangan lo suka sama Zahra? munafik lo!" lalu Anjar pergi meninggalkan Bima dan gue.

"Bima makasih ya!" Bima meninggalkan gue tanpa sepatah kata pun.

Sebenarnya hati itu bercampur aduk, antara senang dan kesal di cuekin Bima gitu aja. Padahal gue cuma mau bilang terima kasih malah pergi gitu aja.

"Ara lo gak apa-apa kan? Manda dan Santi menepuk pundak gue dari belakang.

"Gak apa-apa kok." Gue berusaha tersenyum ke teman-teman gue.

Gak lama masalah baru muncul lagi, tiba-tiba Sandra menghalangi jalan gue. Gak tahu kenapa gue baru kali ini sekolah banyak masalah kaya gini. Di Jakarta gue gak pernah punya masalah.

"Bangga lo di perebutin 2 cowok?" dia melotot dan gak suka gitu sama gue.

"Maksud lo apa sih San? gue gak ngerti." Gue bertanya ke Sandra.

"GUE GAK SUKA LO DEKATIN BIMA, BIMA ITU PUNYA GUE, NGERTI LO SEKARANG!"

"OH, jadi lo cemburu? ya lo kenapa harus marah? emang Bima udah jadi milik lo? lo tanyain dong ke Bima suka gak sama lo! kalau urusan Bima dekatin gue atau gue dekatin Bima bukan urusan lo! kecuali Bima pacar lo baru gue jauhin."

"KOK LO JADI NYEBELIN SIH, AWAS LO YAH!" lalu Sandra pergi meninggalkan gue.

"Ra lo berani banget sama Sandra, cewek baru kali ini yang ngelawan dia tuh cuma lo Ra."

"Lagian buat apa di takutin sih, kan sama-sama makan nasi kok." Gue tersenyum ke teman-teman gue.

"Hahaha,,, benar juga lo Ra." Sahut Santi sambil tertawa.

Bel masuk pun berbunyi, gue berdiri di depan Bima dan melihat lukisan yang dia gambar. Selain pintar dia juga jago melukis, andaikan gue bisa jadi pacarnya.

"Lukisan lo bagus?" gue tersenyum.

Bima menutup bukunya dan berdiri menyuruh gue masuk dan duduk di pojok.

"Bim, makasih ya soal tadi lo mau nolong gue." Gue mengucapkan terima kasih pun Bima hanya diam.

Ya Allah gue ngomong gak di sahutin juga. **A**kh....

Waktu cepat berlalu, bel pulang pun tiba. Seperti biasa saat gue pulang Anjar selalu nyamperin gue dan godain gue.

"Ra tunggu! lo masih marah? maafin gue soal tadi!"

"Gue udah maafin, sekarang minggir gue mau pulang!" dengan muka cemberut gue.

"Gue antar ya?" sambil tersenyum ke gue.

"Njar bisa gak sih lo jangan ganggu gue terus, gue bilangin sekali lagi ya, gue gak mau di antar ngerti gak!" gue langsung berjalan sambil berlari ke arah angkot.

"AKH, BRENGSEK!" raut wajah kesal.

Saat gue naik angkot, tiba-tiba ada Bima di samping gue. Rasanya hati deg deg kan banget.

"Bima naik angkot juga?" gue bertanya.

"Iya." Jawaban Bima singkat seakan enggan bicara.

Bima pun turun di perempatan jalan, di situ gue penasaran ingin ikutin Bima. Karena gue kalau sudah penasaran gue bakal cari tahu semuanya, kata bokap sih gue calon detektif.

"Ngapain lo ikut turun juga? emang rumah lo dekat sini?" Bima melirik gue dengan muka juteknya.

"Enggak, gue pengen jalan-jalan aja. gak jauh juga sih rumah gue. He-he."

"Sekarang lo pulang tolong jangan ikutin gue! nyokap bokap lo pasti khawatir."

"Siapa yang ngikutin lo, orang gue mau jalan aja kok." Gue jalan depanan biar di sangka gak di ikutin.

kok arahnya arah ke sawah sih? terus Bima kemana kok menghilang sih? aduh mana gak tahu jalan lagi.

BERSAMBUNG

Part 3

Saat gue cari Bima, Bima tidak ada. Gue berjalan menyusuri pinggir sawah sambil berhati-hati. Gak lama ada ular sawah lewat, untungnya tidak matok atau menghampiri gue, gue hanya jatuh dan tercebur di sawah. Lalu gue mendengar suara tertawa lepas yaitu Bima.

"Hahaha,,, kasian deh lo kecebur, lumpur doang tuh muka. Ha-ha-ha."

Saat itu gue ngerasa kesal tapi gue bahagia banget Bima bisa tertawa lepas kaya gitu. Gue baru pertama kali lihat dia tertawa lepas.

"Bima,,,, ikhhh,,, awas ya!" saat Bima melambaikan tangan gue tarik Bima sampai akhirnya dia pun terjatuh juga.

"Kok balas dendam sih?" Bima sambil menatap gue tajam dan mengusap lumpur yang ada di muka gue.

Ya allah perasaan apa ini, baru kali ini ada cewek yang bisa buat gue tersenyum, selama ini gue susah sekali senyum.

"Akh,, sekarang lo pulang! gue gak mau nyokap bokap lo nyariin lo, apa lagi penuh lumpur begitu." Bima terbangun dan kembali dengan wajah juteknya.

Bima memberi arah petunjuk pulang, meskipun dia jutek dan dingin, tapi gue bahagia bisa buat dia senyum dan bicara. Gue yakin, suatu saat nanti gue bisa merubah sifatnya.

Akhirnya gue sampai rumah, dengan baju kotor dan bau lumpur. Gue pulang naik ojek karena kalau naik angkot bakal gak ada yang mau dekat, kasian penumpang lain.

"Aduh, aduh apa-apaan ini sayang? kenapa kamu kotor begitu?" Mamah khawatir takut terjadi apa-apa sama gue.

"Tadi ada pelajaran kerja kelompok mah, pas pulang itu teman Zahra dekat sawah,akhirnya pada bercanda sampai jatuh tercebur sawah gini mah." Aku berbohong sambil mengarang cerita.

"Ya sudah kamu mandi yang bersih ya? besok pakai baju lainnya, biar nanti itu mamah cuci." Mamah sambil menggeleng kepala.

Maafkan Zahra ya mah, Zahra sudah berbohong.

****

"Nak kamu sudah pulang? kenapa baju mu kotor penuh lumpur gitu?" Ibunya Bima terkejut melihat Bima kotor penuh lumpur.

"Enggak apa-apa ko Bu, tadi bercanda sama teman." Bima langsung ke arah kamar mandi.

"Bu, Bima kerja ya? buat beli obat Ibu."

"Kamu baru saja pulang sekolah, pasti kamu capek, istirahat dulu lah!" Ibunya Bima mengusap rambut Bima.

"Bima gak capek kok bu, semua kan buat kesembuhan Ibu." Bima langsung keluar rumah untuk bekerja.

Ternyata sehabis pulang sekolah Bima bekerja sebagai kuli panggul. Banyak sekali di sekolah yang menceritakan dia. Tapi gue gak akan bilang apa-apa ke Bima, karena gak mau menyakiti hati Bima. Seakan-akan gue gak tahu apa-apa.

Jadi gini kerjaan bima sehabis pulang sekolah, bakal gue kerjain lo di sekolah. Mangkanya jangan main-main sama Anjar.

****

Hari ke tiga gue masuk sekolah di Bandung, saat gue berjalan ke halaman sekolah, banyak kerumunan Anak-anak memperhatikan mading sekolah.

Ada apa sih? kok ramai banget deh. Ahh,, Bima? ini kan Bima. Siapa yang lakuin ini yah?

Gak lama, Bima pun datang dan terkejut melihat dirinya yang sedang bawa-bawa beras.

"SINI LO! LO KAN YANG LAKUIN INI SEMUA? GUE BENAR-BENAR KECEWA SAMA LO RA, LO TEGA IKUTIN GUE, MENCARI KEJELEKAN GUE DAN LO TEGA FOTO GUE DAN DI TEMPEL DI MADING." Bima marah dan menyangka gue yang menempel foto dia.

"Tunggu, tunggu! lo nuduh gue Bim? sumpah gue gak ngelakuin apa-apa dan gue juga baru tahu sekarang Bim." Gue meyakinkan Bima.

Bima menarik gue ke dalam kelas, semua anak-anak pada menertawakan Bima. Bima mengusir gue dari Bangku, dan menyuruh Sandra duduk dekatnya. sSungguh hati gue sakit, gue gak pernah ngelakuin apa-apa sama dia.

Gue sekarang duduk paling depan, Manda berusaha menenangkan gue, karena percaya bukan gue yang ngelakuin. Gue melihat Sandra senyum-senyum gak jelas.

Gue harus buktiin ke Bima, bukan gue yang ngelakuin, hiks,, hiks,, hiks..

Gue melirik ke belakang ke arah Bima, tapi Bima gak perduli sama gue. Sampai Bu Sarmi menegur gue.

"Zahra? ada apa kamu Ibu perhatikan tengok-tengok ke belakang terus?" Bu Sarmi menegur gue.

"Mungkin kepalanya sengklek kali Bu, ha-ha-ha." Salah satu Anak mengejek gue.

"DIAM KAMU! GAK BICARA SAMA KAMU." Sahut Bu Sarmi.

"Zahra? bisa fokus kamu?" Bu Sarmi kembali bertanya pada gue.

"Bisa Bu." Gue menjawab pelan.

Setelah bel istirahat, gue mencoba mendekati Bima. Tapi Bima enggan Bicara dan marah banget sama gue, dia terus cuekin gue.

"Man lo percaya kan sama gue? san lo percaya kan sama gue?" gue meyakinkan kedua teman gue.

"Iya Ra kita berdua percaya kok." Sambil senyum dan memegang tangan gue.

"Gimana caranya ya biar Bima tuh percaya sama gue, asal gue dekatin dia menghindar." Gue sambil muka memelas.

"Awalnya gimana sih Ra? kok bisa dia nuduh lo?" Manda bertanya pada gue.

Akhirnya, gue bercerita pada Manda dan Santi awal gue ngikutin Bima. Mereka menertawakan gue dan bilang gue kaya detektif.

"Ra, itu Bima lagi beli Air!" Santi menunjuk ke arah Bima.

Gue berlari ke arah Bima dan memanggilnya. Tapi Bima tetap berjalan. Sampai akhirnya gue lari dan menarik Bima.

"Bima!" gue menarik tangan Bima erat.

"Lo mau apa lagi? ngapain lo ikutin gue?" Bima dengan muka sinisnya.

"Bima, gue mau jelasin kalau semua itu gue gak tahu Bim, tolong percaya sama gue!"

"Minggir!" Bima langsung berjalan dan mendorong bahu gue.

Ya Allah baru ini gue sampai meneteskan air mata, tolong tunjukan ya Allah yang sebenarnya.

Ha-ha-ha, itu baru permainan awal gue Ra. Siapa suruh lo nolak gue, suatu saat lo bakal jadi milik gue.

"Cemerlang juga ide lo ya?" gue tahu semua ini lo yang lakuin kan?" tiba-tiba datang Sandra di belakang Anjar.

"Heh, dengar ya kalau sampai ini kebongkar ke Zahra, lo bakal tahu akibatnya!" Anjar mengancam Sandra.

Gak sengaja, Santi dan Manda mendengar pembicaraan mereka dan merekamnya.

Saat pulang sekolah, Manda dan Santi memberi tahu kepada Bima. akhirnya, Bima pun percaya.

"BRENGSEK,,,,, SINI LO!" Bima menarik bajunya Anjar.

"JEG, JEG, JEG" tonjokan Bima ke Anjar.

Anjar dan Bima bertengkar di depan sekolah, saat itu gue udah pulang ke rumah karena gak enak badan. Manda dan Santi menceritakannya lewat telepon ke gue. Sedikit lega Bima jadi tahu yang sebenarnya.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!