“Kenapa.... Kenapa ini semua terjadi padaku , apa salahku ? Kenapa aku begitu dibenci oleh semua orang bahkan dunia pun seperti nya ikut membenciku...... "
Lagi - lagi aku terbaring lemah di ranjang UKS , entah apa yang terjadi pada diriku tadi , aku bahkan tidak dapat mengingatnya , yang aku tahu kepalaku terasa sangat pusing dan semuanya terasa berputar kemudian seketika menjadi gelap..
Haish.... Sejujurnya aku sangat bosan karena ini bukan yang pertama kali aku mengalaminya.
Jika ada yang bertanya sudah yang keberapa kali kah ini entahlah aku juga tidak tahu , kesepuluh jari tanganku saja mungkin tidak cukup untuk menghitung.
“ Sudah sadar Linzy ? " tanya temanku.
Aku hanya menganggukan kepala.
“ Apa penyakitmu kambuh lagi? " tanyanya.
“ Gak tau sepertinya sih iya , tadi aku merasa pusing lagi " jawabku.
“ Astaga sudah aku bilang kan kamu itu jangan memaksakan diri , kamu itu ga boleh capek Linzy " gerutunya.
“ Lalu aku harus gimana jika gak ikut olahraga , aku akan di cibir oleh mereka sebagai anak manja " keluhku.
Oh iya sampai lupa kita belum kenalan. Namaku Eleonora Linzy Eclesia Richardson biasa dipanggil Linzy. Aku adalah anak dari pasangan Andrew Richardson dan Gladys Agraciana , aku punya seorang kakak laki - laki bernama Martin Gerrald Eclesia Richardson.
Puji Tuhan aku terlahir dari keluarga berada namun begitu aku tak sepenuhnya bahagia , mengapa ? Itu karena kondisiku aku mengidap penyakit asma akut , anemia , serta ada masalah pada sistem sarafku sehingga aku tidak dapat bergerak bebas.
Seperti misalnya aku tidak mampu mengerjakan sesuatu dengan benar dan cepat seperti anak lainnya , ya bisa dibilang jika kerja kelompok aku tidak dapat bekerja dengan baik jika menyangkut masalah fisik.
Maka dari itu banyak yang tidak mau mendekatiku atau berteman padaku , bisa dibilang temanku mampu dihitung dengan jari.
Aku juga mempunyai seorang sahabat bernama Stefanny Glory Christabelle atau biasa dipanggil Ory atau Glo , hanya itu sahabat yang aku miliki.
Ya dulu aku adalah anak yang ceria dan suka tersenyum kepada semua orang , namun karena suatu peristiwa dan itu mampu menghapus kepercayaan diriku dan menghapus senyumanku.
Sampai akhirnya aku menjadi seperti sekarang manusia tanpa hati dan perasaan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jadi sekarang apa kamu mau kembali ke kelas Linzy ? "
“ Iya , Glo sepertinya aku harus kembali ke kelas kalau tidak aku bisa tertinggal pelajaran nanti "
“ Hahaha..... Kamu selalu saja bergurau Linzy , kamu bolos pelajaran sekalipun pun tak apa - apa , kamu kan bintang kelas "
“ Walaupun aku bintang kelas tetap saja ga boleh menyepelekan pelajaran Glo "
“ Hhh.... Baiklah - baiklah ayo kita ke kelas kalau begitu "
Aku turun dari tempat tidur dan merapikan seragamku yang sedikit berantakan , lalu bergegas menuju kelas.
Kelas XI IPS 1
Linzy dan Glory masuk setelah mendapatkan izin dari Bu Lia guru yang mengajar di kelas Linzy.
“ Bagaimana kondisimu Linzy , apakah lebih baik ? "
“ Sudah sedikit lebih baik bu , terimakasih sudah bertanya "
“ Terimakasih kembali , baiklah kalian boleh duduk di bangku kalian ya "
Linzy dan Glory duduk dibangku mereka dan mengikuti pelajaran , saat pelajaran berlangsung Linzy mendengar teman lainnya saling berbisik membicarakannya.
“ Lihat dia sudah kembali "
“ Padahal hanya olahraga yang mudah , gitu aja udah pingsan payah banget ya hihihi..."
“ Iya payah banget untung aja otaknya encer "
“ Coba kalo enggak "
“ Ya aku sih ga bisa bayangin dia mau jadi apa "
“ Namanya aja juga anak penyakitan "
“ Pasti cuma jadi beban "
Hati Linzy terasa mencelos mendengar pembicaraan mereka tanpa sadar air matanya jatuh.
Glory yang melihat sahabatnya menangis itupun merasa geram dan tidak terima , lalu menggebrak meja nya.
Braaaaak.........
" Bisa gak kalian itu gak membicarakan orang lain , Huh ? " marah Glory.
“ Glory , kamu kenapa ? Apa yang kamu lakukan ? " tanya bu Lia , ia agak terkejut setelah mendengar gebrakan meja.
“ Maaf bu Lia saya tidak bermaksud , tapi saya kesal dengan mereka yang selalu mencibir Linzy " jelas Glory.
“ Ya ampun Glory kita tuh ga mencibir tapi emang faktanya kan ? " sinis Alleta.
“ Iya , kamunya aja yang bodoh Glory mau aja ladenin anak manja macam Linzy " ujar Lala.
“ Jangan - jangan kamu udah jadi babunya ya Glo , dibayar berapa emangnya? " timpal Cilla.
Glory yang mendengarnya menjadi geram wajahnya merah padam menahan amarah , ia berjalan menuju bangku Alleta dan kawan - kawannya , tangannya sudah terangkat hendak melayangkan tamparan pada ketiganya namun ditahan oleh Linzy.
“ Jangan Glo , biarin aja mereka , kamu tenang ya , nanti kamu kena masalah sama guru BK " Tahan Linzy.
“ HENTIKAN KALIAN SEMUA "
“ ALLETA , LALA , CILLA , KALIAN LEBIH BAIK DIAM ATAU SAYA LAPORKAN KE GURU BK , BERHENTI MEMBICARAKAN ORANG LAIN ALLETA. DAN UNTUK GLORY SILAHKAN DUDUK , KITA LANJUTKAN PELAJARAN " ucap bu Lia.
Keadaan mulai hening mereka melanjutkan pelajaran dengan tenang dan fokus.
Istirahat.......
Mereka berada di kantin sekarang Linzy masih setia dengan wajah datarnya meski matanya sedikit bengkak karena menangis dan Glory dengan wajah tertekuknya.
Mereka sedang menikmati semangkuk bakso dan segelas es teh.
“ Glo senyum dong masa cemberut terus daritadi "
“ Diam deh Zy aku lagi kesel "
Linzy hanya tersenyum tipis melihat wajah sahabatnya yang mirip dengan tumpukan cucian berminggu - minggu.
“ Udahlah Glo I'm okay "
“ Gabisa gitu dong Zy , mereka itu udah keterlaluan banget tau ga. Mereka tuh harusnya dikasih pelajaran biar kapok " gerutu Glory.
Linzy hanya tersenyum paksa.
“ Lagipula mereka benar kok , kamu ga seharusnya berteman sama aku , aku cuma jadi beban untuk kamu aja , aku kan manja "
“ Ga gitu Zy , kamu bukan beban buatku aku juga ga merasa direpotkan sama sekali denganmu , jangan dengerin kata mereka ya Zy , jangan sedih lagi "
“ Makasih Glo udah mau berteman sama aku "
“ Jangan ada kata makasih diantara kita , Linzy "
“ Kamu selalu aja kaya gitu Glo"
Pulang sekolah..........
Aku sudah pulang sekolah menggunakan angkot dan sampai di rumah , di dalam rumah ternyata sudah ada ayahku sedang duduk di ruang keluarga.
“ Sudah pulang kamu ?"
“ Iya dad "
“ Ya sudah sana beberes "
Ayahku meninggalkan ku di ruang tamu , yaampun sampai kapan daddy akan dingin sama aku , Hiks... Hiks....
.
.
.
.
.
.
.
.
Makan malam pun tiba Andrew , Gladys , Martin , dan Linzy makan dengan hening.
Selepas makan malam Andrew memulai perbincangan.
“ Martin gimana kerjaanmu ? "
“ Baik dad , kebetulan tadi menang tender " jawab Martin.
“ Bagus , kamu memang anak daddy yang paling jenius , daddy bangga sama kamu " ucap daddy nya.
“ Linzy , gimana sekolah kamu nak ? " tanya Gladys.
“ Eum... Baik kok mom " jawab Linzy.
“ Tadi di sekolah baik - baik aja kan ? "
“ Hmmm.... I - iya mom "
“ Yang bener baik - baik aja , kalo ada apa - apa tuh bilang " sinis Andrew.
“ Mas " tegur Gladys.
“ Apa memangnya aku salah ? "
Linzy mulai merasa tidak nyaman dengan perkataan yang dilontarkan ayahnya memilih meletakkan garpu dan sendoknya dan pamit meninggalkan meja makan menuju kamarnya.
“ Maaf Dad , Mom , Kak Linzy duluan " pamit Linzy.
“ Iya " jawab Martin dan Gladys.
Gladys merasa kasihan pada putrinya , ia sadar jika sang putri diperlakukan berbeda dengan kakaknya oleh suaminya , suaminya begitu perhatian dengan Putra sulungnya.
“ Mas , kamu itu kenapa sih selalu kasar sama Linzy , apa salah Linzy mas ? Berhenti bersikap seperti itu sama Linzy dia juga anakmu mas " marah Gladys pada Andrew.
“ Gladys kamu itu ga ngerti , dia itu sudah besar , sudah seharusnya dia hidup mandiri , apa aku salah ? " Andrew membela dirinya sendiri.
“ Sebenarnya definisi menurut kamu apa sih mas ? Huh ? "
“ Apa yang kamu maksud mandiri adalah putramu berangkat kerja diantar oleh sopir sedangkan putrimu harus berangkat menggunakan angkutan umum ? "
“ Apa itu yang kamu sebut mandiri mas ? "
Andrew hanya diam tak berkutik.
“ Mas kamu paham kondisi kesehatan Linzy kan mas ? "
Andrew hanya diam.
“ Ah... Aku paham mana mungkin kamu tau kondisi kesehatan Linzy , kamu kan SANGAT MEMBENCI NYA " Ujar Gladys.
Gladys yang sudah sangat marah meninggalkan Andrew dan Martin yang masih berada di meja makan.
Sementara itu Linzy yang mendengar keributan di ruang makan dari kamarnya hanya menangis sendu.
Ia merasa sedih dengan apa yang terjadi padanya dan tentu saja merasa kecewa , ia hanya merasa menjadi beban bagi keluarga nya , merasa tidak berguna.
“ Tuhan apa aku tidak boleh merasa bahagia sedikit saja ? " ucap Linzy dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi ini Linzy berangkat ke sekolah dengan Glory , mereka memang berangkat pagi karena hari ini mereka akan melaksanakan tugas upacara.
“ Zy , kamu gausah ikut upacara aja ya nanti kecapean loh "
“ Aku gak papa kok Glo , kamu tenang aja ya , aku bakal baik - baik aja "
“ Janji ? "
“ Iya janji , kamu cerewet banget sih"
“ Ish kamu mah "
.
.
.
Upacara bendera berlangsung dengan khidmat hingga saat mencapai akhir upacara , kepala sekolah maju kedepan dengan seseorang dibelakang nya menggunakan jas dokter. Segera saja kepala sekolah tersebut memberikan pengumuman.
“ Selamat pagi bapak - ibu guru serta anak - anak semuanya "
“ Pagi pak "
“ Hari ini kita kedatangan anggota sekolah baru. Beliau adalah dokter Vernon dari Rumah sakit Harapan. Saya mengumumkan mulai hari ini dokter Vernon akan bertugas menjadi dokter yang diperbantukan untuk sekolah ini. Kepada dokter Vernon dipersilahkan memperkenalkan diri. Waktu dan tempat saya persilahkan "
“ Baik terimakasih kepada pak Kepala Sekolah. Halo perkenalkan nama saya Vernon Devianno Stewart dokter umum dari Rumah Sakit Harapan , mulai hari ini saya akan ditugaskan di sekolah SMA CAHAYA PELITA salam kenal dan mohon kerjasamanya , terimakasih"
Vernon pun kembali ketempatnya , semua mata tertuju padanya dan seluruh siswa mulai berbisik.
“ Ya ampun sumpah itu dokter nya ganteng banget "
“ Ibu calon menantumu udah balik "
“ Masa depan ku "
Dan masih banyak lagi bisikan - bisikan lainnya namun Vernon tak menghiraukannya. Hingga saat upacara berakhir semua siswa kembali ke kelas masing - masing.
Begitu pula Vernon ia hendak menuju ruang UKS dan ruangan tempatnya bekerja.
Glory menghampiri Linzy yang sudah berkeringat dingin dan wajah pucat pasi.
“ Linzy kamu baik - baik aja ? "
“ Hah , aku baik - baik aja kok Glo"
“ Tapi kamu pucat gitu mukanya kamu capek ? "
“ Sedikit kok "
“ Istirahat dulu yuk , buruan ke kelas ya "
“ Eum "
Saat Glory akan beranjak ke kelas Linzy yang berada di belakang Glory merasakan pusing secara tiba - tiba , namun pada saat badannya akan tumbang ada yang menahan badan Linzy , sebelum akhirnya kesadaran Linzy menghilang.
“ LINZY " teriak Glory.
.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Aku berjalan hendak menuju ruang ku bekerja sekarang namun atensiku langsung teralihkan pada seorang siswi yang hanya berdiri diam ditempat , tiba - tiba saja siswi itu berjalan limbung dan badannya hampir tumbang , segera saja kutahan badannya sebelum jatuh , namun terlambat dia sudah pingsan lebih dulu. Akhirnya aku menggendong nya dan membawanya ke UKS bersama sahabatnya.
Vernon POV End
Linzy terbaring rumah di brankar UKS , lagi - lagi ia berdecak kesal kenapa harus kembali ke tempat ini lagi.
“ Ck... Astaga kenapa aku pingsan lagi sih ? " gerutunya.
Tiba ada dokter memasuki ruangan UKS , seketika atensi Linzy teralihkan dengan dokter tersebut.
“ Hai , kamu sudah merasa lebih baik? " tanya dokter.
“ Iya " jawab Linzy sekenanya.
“ Boleh saya bertanya , apakah kamu selalu pingsan seperti ini ? "
“ Hanya terkadang , tapi akhir - akhir ini aku sering merasa pusing dokter "
“ Oh begitukah. Apa kamu ada riwayat sakit ? "
“ Punya "
“ Apa ? "
“ Asma akut , dan gangguan sistem saraf yang aku tahu "
“ Tak ada yang lain ? "
“ Seperti nya "
“ Kenapa sepertinya apa kamu ga pernah periksa ? "
“ Jarang , hampir tidak pernah "
“ Kenapa ? "
“ Eum , aku tak tahu hanya merasa bosan saja "
“ Bosan ? "
“ Iya , bosan dan terasa melelahkan bahkan akupun tak bisa bergerak terlalu lama karena tidak boleh lelah "
“ Siapa namamu ? "
” Linzy "
“ Hmmm... Linzy. Oke Linzy apakah kamu membawa obatmu ? "
“ Hanya inhaler "
“ Bisa aku cek sebentar menggunakan stetoskop ? "
Linzy pun terbaring di brankar , dokter Vernon menyingkap sedikit baju seragam Linzy dan memeriksanya dengan stetoskop.
“ Maaf ya "
Dokter Vernon pun memeriksa keadaan Linzy dengan teliti.
“ Oke , pernafasanmu sudah mulai membaik ya, untuk pusingnya saya akan memberikan obat paracetamol untuk meredakan rasa pusing nya sementara , jika pusing masih berlanjut , kamu bisa periksakan ke rumah sakit "
Linzy hanya menganggukan kepalanya.
“ Minum obatnya Linzy , kebetulan ada obat paracetamol di sekolah ini"
Linzy mulai meminum obatnya setelah membaik dia segera beranjak menuju kelas.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini memang sedang ada ulangan Sosiologi banyak murid yang kecewa karena ulangan dadakan ini.
“ Ahh , sial aku ga belajar lagi , lagian ngapain si tuh guru pake ngadain ulangan dadakan , aduh pusing , susah nih " gerutu Alleta.
“ Kamu aja yang masuk 3 besar pusing Let , apalagi kita. Iya ga La ?" timpal Cilla.
“ Iya Cil bener banget "
“ Duh , gimana caranya ya ?"
Aletta berusaha keras mencari cara dia berdecak kesal karena posisi mereka sedang diacak tempat duduknya dan kebetulan Linzy berada dibelakang.
“ Uhh gimana sih pokoknya aku ga boleh kalah dari anak penyakitan itu. Aku harus blsa ngalahin dia " tekad Aletta.
Sedangkan Linzy mengerjakan soal tersebut dengan tenang dan fokus.
“ Baiklah anak - anak waktu sudah habis , tolong soal dan jawabannya kumpulkan di meja guru depan " ujar bu Nina.
“ Siap bu "
Mereka meninggalkan kelas karena sudah jam istirahat , saat akan keluar dari kelas Linzy merasa ada yang mendorong nya dari belakang sehingga ia terjatuh.
“ Hahaha..... Lemah banget sih kamu senggol dikit aja langsung jatuh " ejek Aletta.
“ Bohong , kalian emang sengaja dorong Linzy kan ?" ucap Glory dengan sengit.
“ Apa sih , orang emang bener kesenggol kok itupun ga sengaja" elak Lala.
“ Heh , aku tadi liat apa yang kalian lakuin ya " Glory mulai geram dengan tingkah mereka.
” Jangan asal nuduh ya kamu Glo " sentak Cilla tak terima.
“ Asal tuduh kamu bilang ? Jelas - jelas tangan Aletta tadi dorong punggung Linzy masih ngelak juga , kamu pikir aku buta?" gertak Glory pada Cilla.
“ U - udah Glo , aku gapapa beneran mungkin cuma memar aja " lerai Linzy.
“ Cuma memar kamu bilang ? Zy mommy aja sering khawatir sama kondisi kamu , walaupun cuma memar aja " jelas Glory.
Aletta , Lala , dan Cilla hanya memutar bola mata mereka jengah.
“ Dasar anak manja , memar doang aja khawatir , ck lebay deh "
Linzy yang mendengar itupun hendak meneteskan air matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bel pulang sekolah berbunyi , saatnya pulang sekolah. Linzy sedang menunggu angkot untuk pulang , karena sudah terlalu sore belum ada angkot yang lewat , ia mulai cemas.
Saat sedang menunggu ia dikejutkan oleh Klakson mobil yang melintas dan berhenti di depannya.
Pengemudi itu membuka kaca mobilnya.
“ Hai Linzy , kamu belum pulang ?"
“ Ah , dokter Vernon , belum dokter saya masih nungguin angkot "
“ Nungguin angkot , kamu pulang naik angkot Zy ? "
“ Iya dokter "
“ Tapi setahu saya jam segini udah ga ada angkot yang lewat "
Linzy mulai gelisah , bagaimana caranya ia pulang ?
“ Masuk mobil Zy "
“ Maaf ? "
“ Ayo masuk mobil , saya antar kamu pulang , nanti kasih tahu alamat rumah kamu ya "
“ Tapi dokter "
“ Ga ada tapi , buruan masuk ini udah mulai gelap nanti kamu diculik"
Linzy masuk ke dalam mobil Vernon.
“ Mana alamat rumah kamu ? "
“ Jalan Mawar no 12 , komplek melati no 7 "
“ Oh , oke "
Sesaat kemudian mereka sudah sampai rumah Linzy.
“ Sudah sampai Zy "
“ Terimakasih sudah antar Linzy dokter "
“ Sama - sama "
Linzy turun dari mobil Vernon sesudah itu Vernon melajukan mobilnya.
“ Saya duluan " pamit Vernon.
Linzy mulai masuk ke rumah setelah mobil Vernon tak lagi terlihat.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Hari ini adalah hari yang menarik buatku , kenapa ? Karena hari ini aku bertemu dengan siswi yang bahkan sedari tadi merebut atensi ku. Aku heran dengan nya wajahnya menampakkan tidak baik - baik saja , bahkan saat dia bilang merasa lebih baik namun wajahnya masih nampak pucat. Apa benar dia baik - baik saja ? Kupikir tidak.
Yang menarik lagi walaupun dia sedang sakit namun dia hendak pulang menaiki angkot , sendirian pula , nekat bukan ?
Aku mempunyai firasat sepertinya kondisinya jauh dari kata baik saat ini , aku jadi penasaran dan sangat ingin memeriksanya.
Hufft... Sungguh hari yang melelahkan lebih baik aku mengistirahatkan pikiranku sejenak.
Vernon POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku mulai memasuki rumah terlihat di ruang keluarga ada kak Martin.
“ Kamu udah pulang dek ? "
“ I - iya kak " kataku sambil menundukkan kepala.
“ Kok sampai jam segini ? "
“ Tadi aku pulang sore karena ada ekskul , jadi pulangnya sore terus sampai ga dapat angkot "
“ Kalau ga dapat angkot kenapa kamu ga telepon kakak dek , kan kakak bisa jemput kamu "
“ Zy , gak mau takut kalau kakak sibuk nanti jadi ganggu kakak "
“ Zy , gimanapun juga kamu itu adek kakak , kakak ga merasa direpotin Zy , kalau kamu minta tolong sama kakak "
“ Tapi "
“ Zy , dengerin kakak , kalau kamu butuh bantuan kamu itu bilang langsung ke kakak. Terus ini tadi kamu pulang sama siapa? "
“ Sama dokter yang tugas di sekolah Linzy "
“ Dokter ? "
“ Iya kak "
“ Untung ada yang nganterin sampai rumah , coba kalau gak ada orang tadi , gimana jadinya kalau sepi , kamu bisa aja diculik Zy , ingat Zy kamu itu perempuan. Hati - hati "
“ Iya kak , maaf "
“ Yaudah , mandi dulu sana setelah itu istirahat "
Setelah itu kak Martin berjalan pergi dari hadapanku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku memilih beristirahat di kamarku setelah membersihkan diriku , entah mengapa aku tak bersemangat bergabung untuk makan malam , hari ini aku merasa lelah sekali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Waktu makan malam telah tiba Andrew , Gladys , dan Martin sedang makan malam bersama.
“ Martin , kamu tahu Linzy dimana ? "
“ Tadi setelah pulang sekolah , aku menyuruhnya untuk mandi terlebih dahulu mungkin masih di kamarnya"
“ Kapan dia pulang ? "
“ Tadi dad saat hampir petang , tadi dia bilang , dia sempat kehabisan angkot "
“ Kehabisan angkot ? "
“ Iya mom "
“ Lalu , gimana caranya dia pulang ?"
“ Katanya dia tadi ditolong oleh seorang dokter yang sedang bertugas di sekolahnya , jadi ya dia diantar pulang oleh dokter tersebut"
Andrew hanya diam menyimak pembicaraan istri dan anaknya tersebut.
“ Padahal aku sudah berpesan padanya jika butuh bantuan atau sesuatu , langsung saja untuk menghubungiku "
“ Bagaimana dia mau menghubungi mu , jika kamu hanya sibuk dengan berkas - berkas dan meeting itu "
Martin hanya diam.
“ Tapi kan Martin memang sedang bekerja sayang "
“ Jika , dia memilih fokus bekerja seharusnya dia tidak perlu menawarkan bantuan tersebut , bila akhirnya dia tidak memiliki waktu untuknya "
“ Mom , aku tidak seperti itu "
“ Lalu ? "
“ Mom please hentikan , aku peduli dengan Linzy mom , dia adikku "
“ Mana bukti kalau kau peduli dengan adikmu , apa kau punya waktu untuknya ?"
Martin pun bungkam sama halnya dengan Andrew.
Gladys pun beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kamar namun sebelum itu dia berhenti sejenak dan berkata
“ Jika kalian masih sibuk dengan dunia kalian sendiri , berhentilah untuk memberikan perhatian seolah - olah kalian peduli dengan orang lain "
Setelah berkata itu Gladys meninggalkan ruang makan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari sudah mulai malam suasana dingin menyelimuti , Martin sedang berada di kamarnya , dia belum tidur sepertinya dia sedang memikirkan perkataan mommy nya.
“ Apakah selama ini yang kulakukan sudah benar ? Tapi sungguh bukan maksudku mengacuhkannya. Linzy itu adikku dan aku menyayanginya "
Martin hanya menghela nafas panjang , ia keluar kamar menuju dapur hendak minum tapi atensinya teralihkan pada kamar sang adik , ia berjalan menuju kamar adiknya.
“ Oh pintunya tidak terkunci " gumam Martin.
Ia pun masuk kedalam kamar Linzy sedikit terkejut karena jendelanya masih terbuka sedangkan sang empunya sudah tertidur.
“ Yaampun bagaimana bisa dia tertidur dengan jendela terbuka , padahal cuaca sedang dingin saat ini , mana tidak memakai selimut pula "
Martin menutup jendela kamar Linzy setelahnya dia berjalan mendekati ranjang dan menyelimuti sang adik hingga sebatas dagu , kemudian ia ikut berbaring di sebelah Linzy.
“ Selamat tidur sayang nya kakak , maafkan kakak jika tidak pernah punya waktu untukmu "
Cup...
Martin mengecup kening adiknya dengan sayang , kemudian berbaring dan segera menutup matanya , ia tertidur dengan sang adik yang berada dalam dekapannya.
Tanpa mereka ketahui sang mommy melihat mereka berdua.
“ Mommy tahu kau sangat menyayangi adikmu Martin "
Eungh.... Aku melenguh pelan. Pagi telah menyapa kucoba menggerakkan tubuhku tapi kenapa terasa berat ya ? Saat kesadaranku sudah kembali aku sedikit terkejut ada kak Martin disampingku , sejak kapan ya ? Entahlah.
Saat ini posisiku sedang berada dalam dekapannya tanpa sadar seulas senyum terbit diwajahku , kapan ya terakhir kali aku dipeluk oleh kakak ku sendiri , mengingat betapa sibuknya dia.
Sejujurnya aku sangat merindukan masa kecil kami , dimana aku sering menghabiskan waktu dengan kak Martin.
Tapi kini dia jarang mempunyai waktu berdua denganku , sungguh sedih sekali rasanya.
Berhubung ini akhir pekan jadi aku tidak terburu - buru untuk bangun dan lebih menikmati hangatnya pelukan kak Martin yang sudah lama tidak aku rasakan.
Segera saja aku menyamankan posisiku , tanganku terulur membalas pelukannya.
“ Jangan banyak bergerak , tetaplah diam , seperti ini " ucapnya.
Aku hanya diam dan mengelus kepala belakangnya.
” Baiklah aku diam " kataku.
“ Anak pintar "
“ Aku memang pintar "
“ Hmm.. Benarkah ? "
“ Iya tentu , karena dahulu aku mempunyai guru privat terbaik " aku berkata sambil tersenyum.
Kakak ku juga tersenyum mendengarnya.
“ Hanya dahulu ? Bagaimana jika sekarang ? " tanyanya.
“ Aku tidak tahu , dia terlalu sibuk jadi kami jarang belajar bersama " aku membalas dengan tenang walau sedikit ada rasa sedih dalam hatiku.
“ Maaf jika kakak tidak ada waktu untukmu , Linzy "
“ Apa kau merasa kesepian ? "
Aku hanya menganggukkan kepalaku , aku memang tak pandai berbohong jika dengan kak Martin , walaupun aku sudah berusaha keras untuk menutupinya.
“ Sekali lagi kakak minta maaf ya , bagaimana jika kita menghabiskan hari ini hany berdua ? "
“ Sungguh ? "
Kak Martin hanya menganggukan kepalanya.
“ Lalu bagaimana dengan daddy ? "
“ Daddy ? "
“ Aku takut daddy marah karena mengganggu waktumu bekerja "
“ Apa maksudmu , ini akhir pekan bukan ? "
“ Eum "
“ Berdoalah terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas " peringat kakakku.
Aku hanya memberikan hormat padanya.
“ Baiklah aku akan keluar dan mandi , kau juga "
Kakakku keluar dari kamarku.
“ Tuhan terimakasih untuk pagi yang indah dan penuh berkat ini. Aku bahagia sekali karena akhirnya aku dapat menghabiskan waktu dengan kakakku. Terimakasih Tuhan telah mengabulkan doaku "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah menghabiskan waktu untuk membersihkan diri , kini mereka bersiap untuk jalan - jalan akhir pekan.
“ Kau mau kemana hari ini akan kukabulkan "
“ Bagaimana jika kita ke taman bermain , tempat kita bermain waktu kecil dulu "
“ Mau kesana ? "
“ Eung.."
“ Oke ayo berangkat "
Kami berangkat menuju taman menggunakan sepeda aku membonceng kakakku. Rasanya aku senang sekali. Sesekali menikmati angin yang berhembus menerpa wajahku.
“ Sudah sampai , turunlah "
Aku turun dari sepeda karena ini akhir pekan maka tidak heran jika suasana taman ini ramai banyak keluarga yang piknik di taman ini.
“ Kak , Zy mau naik itu " aku menunjuk ayunan yang ada di taman tersebut.
“ Yaudah ayo "
Kami berjalan menuju ayunan aku duduk di ayunan tersebut kemudian kak Martin mendorongnya.
“ Huaaaa.... Pelan - pelan kak "
“ Yah , ini udah pelan lo dek "
“ Nanti jatuh "
“ Gaklah , percaya sama kakak "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah lelah bermain kita berdua sedang mengantre di penjual es krim yang ada di taman.
“ Pak saya pesan 2 es krim rasa cokelat sama vanilla ya " pesan Martin.
Penjual itupun sedang membuatkan pesanan mereka setelah beberapa saat kemudian es krim mereka telah siap.
“ Nih es krim kamu , cokelat sesuai kesukaan kamu "
“ Yeay , thank you kak "
Mereka menikmati es krim sambil duduk dibangku taman tersebut.
“ Kak , makasih ya udah luangin waktu untuk Linzy "
“ Sama - sama dek , maafin kakak kalo gaada waktu buat kamu , mulai sekarang kakak bakal usahain ada waktu untuk kamu dek"
Akupun merasa sangat bahagia dan tak mampu menahan tangis haru.
“ Utututu..... Adek kakak yang cantik ini nangis , kasihan nya "
“ Uhh.... Hiks.... Srooot..... "
“ Ihh , jorok dek cantik - cantik keluar ingus " kak Martin meledekku.
“ Ihh... Biar yang penting aku masih cantik " kataku dengan pede-nya.
“ Sudah , ah pulang yuk " ajak kak Martin.
“ Iya "
Selesai makan es krim aku dan kakak bergegas pulang ke rumah , dari sini aku percaya dengan istilah
“bahagia itu sederhana " memang sangat sederhana , hanya sekedar jalan - jalan ke taman komplek berdua dengan kak Martin , aku sudah merasa bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini hari minggu , ya masih akhir pekan , jika kemarin Linzy dan Martin menghabiskan waku berdua di taman komplek , kali ini mereka akan ke gereja untuk beribadah tak lupa dengan kedua orangtua mereka.
Suasana di gereja hari itu sangat ramai , banyak umat yang beribadah disana. Linzy sedang bertugas menjadi menjadi anggota paduan suara untuk misa hari minggu.
Ia sedang berada di depan menyanyikan mazmur pujian.
Vernon POV
Hari ini aku sedang beribadah di gereja , suasana gereja ini sangat ramai karena banyak yang beribadah disini. Aku memang rajin beribadah karena sudah ditanamkan dari kecil kebiasaan ini. Saat mazmur pujian sedang dilantunkan aku merasa sangat tenang , karena suara merdu dari penyanyi yang bertugas. Aku penasaran belum pernah aku mendengar suara semerdu ini.
Atensiku merasa teralihkan pada seorang gadis yang sedang melantunkan mazmur pujian tersebut.
“ Linzy " gumamku.
Sungguh aku tak tahu jika suara Linzy semerdu dan sebagus ini dan aku juga tak mengerti jika ia bisa menyanyi.
Mendengar suaranya yang merdu membuat hatiku merasa tenang.
Vernon POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Misa sudah selesai aku merasa senang dapat melaksanskan tugasku dengan baik hari ini. Walaupun hanya melakukan tugas yang sederhana namun aku senang melakukannya.
Saat hendak keluar dari gereja pundakku terasa ditepuk oleh seseorang.
Puuuk....
Aku menoleh ternyata ada dokter Vernon dibelakang ku.
“ Suara yang indah " katanya padaku , lalu ia berjalan mendahuluiku dan pergi duluan , aku bingung dia kenapa ya ? Apa maksudnya tadi ? Apa dia memuji penampilanku?
“ Kamu liatin siapa dek ? " tanya Kak Martin. Aku berjengkt kaget.
“ Ahh... Kakak ngagetin aja " sungutku.
“ Kamu lihatin siapa kok daritadi arah pandangnya ke sana terus ? "
“ Enggak , gak ada kok kak "
“ Serius ? "
“ Iya serius kak "
“ Yaudah ayo pulang "
Kak Martin menggandeng tanganku kami naik motor berbeda dengan orang tuaku yang lebih memilih naik mobil.
Jika kalian bertanya kenapa tidak bersama , itu karena kakakku yang memilih untuk memisahkan diri.
“ Pegangan yang erat " kata kakakku , ia menarik tanganku untuk dilingkarkan ke perutnya , lalu melajukan motornya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam ini aku sedang belajar di kamarku , entah kenapa rasanya aku ingin menulis.
Ingin rasanya ku menjadi melodi...
Yang mengalun untuk semua orang
Menjadi pengiring setiap langkahnya
Menjadi penghias hari - harinya
Ingin rasanya ku menjadi pelangi
Yang selalu melengkung dengan indahnya.....
Bak senyuman semua orang yang sedang berbahagia...
Menjadi hiasan indah diwajah mereka...
Ingin rasanya ku menjadi matahari....
Yang selalu bersinar dengan cerahnya....
Yang mampu menyinari hari - hari manusia.....
Dan menghangatkan hatinya.....
Semoga.....
Akan tiba saatnya....
Aku akan menjadi sebuah melodi
Aku akan menjadi pelangi...
Dan aku menjadi matahari....
Bagi mereka semua...
Kututup bukuku dan kupejamkan mataku dalam hati aku berdoa semoga mimpiku terkabul.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekolah.... Ya sekolah esok sudah kembali datang dan aku harus kembali ke sekolah. Saat ini aku sedang berada di gua Maria yang ada di sekolah. Aku ingin menyendiri disini , Glory tidak masuk karena sakit. Haish... Membosankan sekali.
“ Kamu sendirian ? "
Aku mendongakkan kepalaku hendak melihat siapa yang berbicara ternyata dokter Vernon.
“ Dokter sedang apa disini ? " tanyaku.
“ Saya , hanya melihat - lihat , kamu sendiri? "
“ Saya cuma pengin sendirian disini"
“ Hmmm , kenapa ga gabung sama yang lainnya ?"
“ Ga "
Vernon terdiam sejenak sambil memandang langit.
“ Btw , suara kamu kemarin merdu , apa kamu pandai menyanyi "
“ Pandai ? Saya rasa tidak hanya sekedar hobi "
Vernon hanya tersenyum sambil memandangi langit.
“ Kenapa kamu ga mendalami lagi bakatmu , Linzy ?"
“ Mendalami ? Eh ? Saya hanya takut jika daddy saya tak setuju "
“ Ga setuju ? Sayang sekali padahal suara kamu buat saya candu " Vernon berkata sambil menjauhiku.
“ Hah , apa katanya tadi ? Candu ? Apa dokter tadi bercanda ?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini sedang dalam kegiatan belajar mengajar dan ya sedang free class. Aku sedang duduk dibangku ku karena Glory tidak masuk sekolah hari ini , jadi aku sendirian.
Tiba - tiba Aletta dan kawan - kawannya datang menghampiriku dan dengan seenak jidatnya menggebrak mejaku. Cih , dia pikir siapa dia ? Seenaknya saja.
“ Linzy , nanti sore kamu mau ikut kita gak?" tanya Aletta.
“ Memangnya kemana ? Tumben banget kalian ajakin aku ? " balasku.
“ Eum , tapi ini beda , hari ini aku ngadain party dan semuanya , aku undang " jelasnya.
Aku hanya mengangguk dan berdiri kemudian berjalan menuju Aletta.
“ Aku mau ngucapin makasih banyak banget sama kamu yang udah mau undang aku ke party mu , jujur aku agak sedikit tersanjung sama undanganmu , tapi maaf ya aku ga datang karena aku ga tertarik " ucapku seraya berbisik ketelinganya dan meninggalkan dia yang mematung di tempat ia berdiri.
“ Sialan , dia pikir dia siapa bisa menolak ajakanku ? " geramnya.
Aku tahu dia masih mengumpatiku karena aku menolak undangannya , namun aku juga tahu dia mengundangku hanya untuk mempermalukan aku dihadapan umum. Dunia memang sangat kejam terhadapku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Suasana UKS saat ini sedang sepi ya syukurlah , berarti anak - anak disini sedang dalam keadaan sehat selain itu aku bisa sedikit lebih bersantai sembari memeriksa dokumen - dokumen penting , ada yang tanya siapa aku ? Tentu saja aku seorang dokter tapi aku bukan dokter biasa , masih ada yang penasaran ? Itu akan terjawab nanti entah kapan hehe....
Sekolah ini lumayan fasilitasnya lengkap suasananya asri kualitasnya juga tidak main - main.
Aku agak sedikit terkejut dengan suara pintu UKS yang tiba - tiba terbuka karena aku penasaran aku menengok sekilas siapa yang membuka pintu.
Ah gadis itu... Gadis yang tak ada senyum diwajahnya. Apa yang dilakukannya ? Dia hanya berbaring , apa dia sakit ?
Aku masih memperhatikannya dari balik tembok dia menghela nafasnya berulang - ulang nampak seperti tidak nyaman. Apa yang sedang dipikirkannya?
Kulihat dia mengeluarkan buku dan sebuah pulpen sepertinya gadis ini tengah menulis sesuatu.
Saat dia sedang asyik dengan dunianya sendiri karena menulis aku menyapanya namun sepertinya ia nampak terkejut.
“ Sedang apa kau disini Linzy ?"
“ Ahh , maaf dokter aku hanya sedang menenangkan pikiranku "
“ Dengan cara membolos seperti ini ?"
“ Ti - tidak aku tidak membolos kok ini hanya sedang free class "
“ Walaupun free class tapi sama saja masih masuk jam pelajaran bukan ? Itu artinya kau membolos "
Aku melihat dia memasang wajah merengut seperti anak umur 5 tahun yang tak mendapatkan permen , sangat lucu sih tapi... Ah sudahlah.
Dia masih setia memainkan jarinya sembari menundukkan kepala. Oh ayolah dia ini sebenarnya umur berapa , kenapa terlihat menggemaskan sekali seperti anak - anak yang takut dimarahi ibunya.
“ Ingat ya , free class bukan berarti membolos Linzy " tegasku.
“ Ba - baik dok. Dokter sendiri tidak bekerja ? " tanyanya dengan polos.
“ Aku bekerja "
“ Tapi aku tidak melihat kau bekerja dokter "
Sabar Vernon sabar......
“ Hari ini tidak ada pasien , tapi bukan berarti aku tidak bekerja anak kecil "
“ Aku bukan anak kecil , jangan panggil aku anak kecil paman " sungut Linzy.
“ Aku bukan pamanmu Linzy "
“ Terserah "
“ Lalu apa yang kau lakukan disini ?"
“ Sudah kubilang menenangkan pikiranku "
“ Kau ada masalah ya? "
Ok baiklah dia hanya diam.
“Aku tidak mau cerita dengan orang asing " katanya.
Orang asing katanya hei aku tak pernah melihatnya dekat dengan siapapun. Kecuali dengan gadis yang selalu bersamanya saja. Sebenarnya dialah yang mengasingkan diri. Vernon hanya menghela nafas lelahnya.
“ Cobalah berbaur dengan yang lain Linzy , itu tidak seburuk yang kau pikirkan "
Gadis didepanku hanya tersenyum kecil sambil mengayunkan kakinya.
“ Apa kau pernah merasakan kepalsuan seseorang dokter? " tanyanya padaku.
“ Ap - apa maksudmu ? Kepalsuan seseorang ? " tanyaku balik.
“ Iya , kepalsuan. Mereka baik padamu hanyalah topeng , sesungguhnya mereka membencimu , bahkan tak pernah menganggapmu ada" jelasnya.
Bagaimana ia bisa berpikiran seperti itu layaknya orang dewasa saja.
“ Aku tak tahu Linzy , semoga saja tidak " jawabku.
Linzy turun dari brankar nya dan pamit meninggalkan UKS.
Aku yang hendak kembali ke meja kerjaku , langkahku terhenti ketika melihat buku Linzy.
Buku ini .... ?
Vernon POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku melangkah keluar dari ruangan UKS karena aku tidak mau dikira membolos oleh dokter. Huh padahal kan aku hanya ingin menenangkan diri dari masalah hidupku yang pelik.
Namun itu salahku juga sih , kenapa juga aku keluar pada saat jam *** berlangsung walaupun free class. Tapi ah ya sudahlah untung saja dokter itu tidak melaporkannya ke guru BK , Jika sampai hal itu terjadi maka habislah aku , pasti daddy akan marah lagi denganku.
Sekarang aku bingung aku harus melakukan apa , ini terlalu monoton aku sungguh - sungguh bosan kenapa juga Glory tidak masuk hari ini.
Tetapi sebentar.......
Eh dimana bukuku ? Kenapa aku tak membawanya ? Aduh kuletakkan dimana ya tadi....
Satu.....
Dua.....
Tiga.......
Ahhh jangan bilang aku meninggalkannya di UKS , aduh bagaimana ini....
Ahh Linzy kenapa juga kamu ceroboh , semoga saja dokter tidak menyadari ada bukuku diruangannya.
Vernon POV
Buku kecil yang hampir mirip dengan diary ini tergeletak dikasur. Apa ya isinya ? Kulihat dan kubuka diary itu. Setelah kulihat - lihat sebenarnya buku ini lebih cocok disebut dengan kumpulan puisi daripada diary.
Bintang....
Orang bilang jika memandangmu....
Kau dapat mengabulkan harapan
Jika memang benar adanya
Bolehkah aku meminta
Secercah harapan padamu
Tapi....
Sebelum ku berharap
Bolehkah ku bertanya
Apakah aku boleh memiliki harapan
Berikanlah aku izin untuk berharap
Hanya padamu
Bolehkah aku mengharapkan
Suatu kebahagiaan padamu
Yang kau datangkan hanya untukku...
Wahai bintang harapan Linzy.....
Apa dia tidak merasa bahagia selama ini ? Linzy kau selalu membuatku penasaran Linzy.
Aku bak setangkai mawar putih bagimu.....
Yang tak pernah kau petik dan dibiarkan menganggur di pohonnya...
Jangankan untuk dipetik... dilirik pun tidak....
Kau lebih memilih fokus dan terpikat padanya....
Si mawar merah....
Yang mampu membuatmu bangga
Yang mampu memenuhi seluruh harapanmu....
Sedangkan aku....
Mungkin aku akan terjebak disini hingga layu....
Apa kau hidup dibawah tuntutan Linzy ? Kira- kira siapa yang melakukan itu padamu ?
Rumah Linzy.....
Aku sudah pulang dan telah sampai di rumah saat ini , tepat berada di ruang tengah ada daddy sebenarnya , namun dia tidak menyapaku. Hatiku teriris melihatnya sampai kapan daddy akan mengacuhkanku ? Aku pun juga anaknya.
“ Kamu sudah sampai sayang ?"
“ Hmm... Sudah mom "
“ Ya sudah kamu buru ganti baju setelah itu istirahat makan siang ya"
Aku segera pergi melangkahkan kakiku menuju kamar , aku masih bisa bersyukur meski daddy tidak pernah memperhatikanku setidaknya mommy ku menjadi malaikatku saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“ Mas Andrew , aku benar - benar ga habis pikir sama kamu ya , kamu anggap Linzy sebagai orang asing disini. Padahal dia itu anak kamu , darah daging kamu mas. Sampai kapan kamu mau acuhkan dia huh" ucap Gladys emosi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lagi - lagi aku harus mendengarkan percekcokan antara mommy dan daddy. Sampai kapan mereka akan seperti ini , hatiku terasa perih ketika mendengar mereka mulai bertengkar karena aku.
Tuhan jika boleh aku mohon jemputlah aku sekarang juga.....
Entah kenapa tiba - tiba dadaku terasa sesak , nafasku mulai tak beraturan dan udara terasa menipis. Kepalaku pusing dan seketika semuanya menjadi gelap.
.
.
.
.
.
.
Andrew POV
Hufffft..... Lagi - lagi aku harus terlibat cekcok dengan sang istri. Apakah ini semua harus terjadi setiap hari ? Jujur aku lelah jika setiap hari harus berdebat dengan istri sendiri , apalagi jika itu membahas tentang anak. Aku rasa aku sudah melakukan hal yang benar.
“ Mas kamu tuh dengerin aku ngomong gak sih "
“ Kenapa lagi sih Dys , apa aku salah ? Kayanya aku selalu salah dimatamu jika menyangkut Linzy"
“ Yaudah jelas kamu salah. Selama ini kamu terlalu membeda - bedakan antara Martin dan Linzy "
“ Aku gak membeda - bedakan "
“ Kalau kamu ga membeda - bedakan kenapa selama ini kamu diam saja jika berhadapan dengan Linzy ? Apa kamu bisu mas ? Sedangkan dengan Martin? "
Aku hanya diam membiarkan istriku bicara.
“ Udah ya mas aku capek ngomong sama kamu "
Istriku meninggalkanku di ruang keluarga sendirian. Ahh... Sampai kapan ini selesai , aku lelah. Eh tapi bukannya Linzy belum makan siang ? Dia sudah disuruh turun oleh mommy nya , namun kenapa belum turun juga ?
Aku beranjak menuju kamar Linzy mengetuk pintu namun tak ada sahutan. Kuulang lagi namun selalu seperti itu. Kemudian kubuka pintunya perlahan aku menemukan Linzy tergeletak dilantai.
“ Linzy , kenapa kamu tidur disini bangunlah hey ! "
Tidak ada sahutan. Kutepuk pipinya tidak ada sahutan juga.
“ Linzy , bangunlah nak. Kamu kenapa sayang ? Tolong jangan buat daddy khawatir "
Aku segera menggendong Linzy ala bridal dan merebahkannya di tempat tidur. Sepertinya ia pingsan lagi. Segera saja kutelepon dokter pribadiku segera.
Apa penyakitnya kambuh ?
“ Halo , dokter bisa kau kemari sekarang ?"
“…......"
“Putriku pingsan dikamarnya "
“........ "
“ Baiklah aku tunggu 15 menit "
Aku menunggu kedatangan dokter yang kutelepon tadi , tak lama istriku masuk.
“ Yaampun Linzy kamu kenapa nak ? Mas apa yang terjadi sama Linzy ?"
“ Aku gak tahu , sepertinya dia pingsan , kamu tunggu Linzy ya. Aku tunggu dokter di depan "
Istriku mengangguk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dokter yang datang memeriksa keadaan Linzy.
“ Bagaimana keadaan anakku?"
“ Sudah kuduga Andrew , sepertinya sakitnya kambuh. Jantungnya melemah. Usahakan Linzy jangan sampai kelelahan "
Aku sudah kehilangan kata - kataku.
“ Lantas bagaimana?"
“ Andrew , tak perlu khawatir aku sudah meresepkan obat untuknya. Sebentar lagi ia akan sadar "
Aku menghela nafas lega
“ Baiklah kalau begitu aku pamit , kau jangan sampai terlalu lalai Andrew , dia anakmu "
“ Ahh... Aku mengerti , baiklah hati - hati di jalan"
Gladys mengantarkan dokter Lucianno kedepan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“ Jangan pernah sakit nak , jangan pernah patah semangat daddy khawatir sama kamu sayang "
Aku mengelus surainya dan mengecup keningnya dengan sayang.
“ Get well soon my princess. Maaf jika daddy selama ini kasar sama kamu sayang. Daddy hanya bingung bagaimana cara daddy menunjukkan rasa sayang daddy padamu"
Vernon masih membaca diary Linzy yang ia temukan di brankar UKS sekolah.
Apa perbedaan antara aku dan dia?
Mengapa semuanya sangat terasa
Walau aku belum bisa menemukan jawabannya......
Ia seperti berlian bagimu
Dan aku hanya butiran debu yang tiada berarti......
Kau melindunginya seperti malaikat yang melindungi umat manusia...
Sedangkan aku.....
Kau menelantarkan aku seperti tuan yang menelantarkan peliharaannya...
Hatiku terlalu sakit dengan perlakuanmu....
Bak belati tajam yang menghujam jantungku.....
Namun apalah dayaku ?
Yang hanya mampu tersenyum dengan sendu sambil memandangmu.....
Karena masih ada secuil cintaku untukmu....
Wahai malaikat yang tak pernah menganggapku......
Vernon merasa pilu saat membacanya , aku harap gadis itu baik - baik saja , gumamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aletta pergi ke UKS sekolah untuk menemui dokter Vernon.
" Hai dokter , selamat siang "
" Siang "
" Saya Aletta dari kelas XI IPS1 "
" Saya Vernon , ada perlu apa ?"
" Apa dokter sibuk ? "
" Tidak. Memangnya kenapa?"
" Eum , begini dokter saya mengadakan party , maka dari itu saya mengundang dokter secara khusus "
Vernon hanya mengangguk mendengarnya.
" Maaf Aletta , saya memang tidak sibuk untuk saat ini tidak tahu nanti. Kapan acaranya ?"
" Jam 19.00 "
" Maaf saya tidak bisa , saya ada jadwal jaga malam di RS. Terimakasih atas undangannya "
" A - ah iya dokter tidak masalah saya mengerti "
" Maaf membuatmu kecewa "
" Ah... Tidak dokter. Kalau begitu saya permisi " pamit Aletta.
" Baiklah. Silahkan "
Aletta keluar dengan perasaan kecewa dan menghentakkan kakinya.
" Bagaimana apa kamu sukses ?" tanya Cilla.
" Sukses apanya , dia menolak ajakan ku " sungut Aletta.
" A - apa ???? Bagaimana mungkin selama ini tidak ada laki - laki yang menolak ajakanmu Letta " ucap Lala.
" Benar.... Ini baru yang pertama kali sulit dipercaya " sahut Cilla.
Aletta merasa frustasi ia mengusak rambutnya.
" Ahhh.... Padahal dia yang kuincar. Kenapa dia menolakku ? Apa kurangku ?" teriak Aletta frustasi.
Kedua sahabatnya hanya menepuk pundak Aletta berusaha menenangkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kediaman Linzy
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinaku. Silau sekali.
" Jam berapa ini aku masih dikamar ? "
Kulihat jam pada handphone ku menunjukkan pukul 18.00.
Astaga apa yang terjadi kenapa tiba - tiba hari sudah sore ?
Ceklek.....
Kak Martin memasuki kamarku.
" Sudah sadar rupanya "
" Kakak sudah pulang ? , Sadar ?"
" Kamu gak tahu ? Kamu tadi sempat gak sadarkan diri. Mommy yang kasih tahu kakak. Makanya kakak langsung pulang "
" Selama itu ? "
Kak Martin mengangguk.
" Ayo keluar kita makan. Kakak akan gendong kamu Zy "
Kak Martin menggendongku ala koala menuju meja makan. Sungguh aku merasa ini saat - saat terfavoritku bersama kakak. Disana sudah ada Dad & Mom.
" Zy , kamu makan dulu nak sudah beberapa jam kamu pingsan setelah pulang sekolah. Belum sempat makan kan ?"
" Yes , Mom "
" Apa kamu sudah kuat ? Jika belum sini kakak suapi "
" Ahh.... Aku sudah merasa lebih baik. Jadi Zy makan sendiri "
Kak Martin mengangguk dan makan dengan tenang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi telah menyapa dengan indahnya. Aku bersiap untuk berangkat sekolah.
" Sayang , kamu yakin kamu kuat. Kalau tidak , istirahat saja di rumah"
" I'm okay mom "
Mommy ku tersenyum hangat sambil menatapku.
" Hari ini kamu diantar sopir saja ya?" kata Mommy.
Kak Martin menyela.
" Gak , biarin Zy berangkat sama Martin aja " ucap kak Martin.
" Serius kak?"
Ia hanya mengangguk dan tersenyum.
" Tumben sekali tuan muda Martin mau mengantar princess mommy "
Kak Martin memutar bola mata malas dan mendengus kesal. Aku hanya tersenyum.
“ Apa aku salah antar adikku sendiri ?"
“ Enggak sih. Tapikan biasanya kamu sibuk banget kaya daddy kamu " sungut mommy.
“ Mom , aku juga mau berusaha ada buat adikku "
“ Mom percaya sama kamu Martin. Jaga adikmu ya " sahut mommy.
“ Kami berangkat dulu " pamitku dan kak Martin. Kami mencium tangan mommy dan daddy, namun saatku hendak mencium tangan daddy , daddy melihat kearahku. Aku mendadak gugup dengan tatapan yang dilayangkan daddy.
“ D - dad aku berangkat dulu "
“ Hmm... "
Aura daddy membuatku takut dan itu membuat mommy menghela nafas kasar.
“ Zy , cepatlah berangkat tidak perlu menghiraukan daddy mu " ucap mommy.
Aku dan kak Martin berangkat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku telah sampai di sekolah. Memang saat ini belum ramai karena masih pagi , hanya ada beberapa siswa / siswi saja.
Kuletakkan tasku di bangku ku dan aku mencoba pergi keluar berjalan melihat - lihat kawasan sekolah.
Udara pagi ini lumayan dingin jadi kugunakan sweater ku sebelum bel masuk kelas berbunyi.
Kulihat sebuah bangku yang tak jauh dari tempatku berdiri , kebetulan bangku itu berada di taman.
Kulangkahkan kakiku menuju bangku dan aku melihat berbagai bunga dan tanaman lain disana , wah indah sekali.
Aku duduk di bangku taman tersebut kuayunkan kakiku seperti balita yang sedang duduk dibangku.
“ Kau sudah berangkat rupanya " celetuk seseorang dengan tiba - tiba.
Astaga aku terkejut.....
“ Dokter , kau membuatku terkejut "
“ Hahahaha... Benarkah ? Maaf ya "
Aku hanya mendengus tak suka.
“ Kenapa berangkat pagi. Tumben sekali ?" katanya.
“ Apa tumben katanya. Heol dia saja yang tidak tahu. Dasar"
“ Aku selalu berangkat pagi dokter , asal kau tahu "
“ Sayangnya aku tidak tahu " kekehnya.
Kenapa dia menyebalkan sekali sih ? Uhhhhh.......
“ Terserah "
Dia memandang burung yang terbang di langit. Matanya terlihat menerawang jauh diatas sana.
“ Linzy "
“ Ya dokter ? "
“ Kau lihat burung diatas sana ?"
“ Lihat "
“ Mereka pasti tidak kesepian bukan , karena selalu bersama"
Aku memandang burung yang terbang diatas sana sama seperti yang dilakukan dokter Vernon.
“ Kau benar dok " jawabku sambil tersenyum.
Dokter Vernon melihat kolam ikan dan berjalan kearah kolam tersebut.
“ Linzy, bisa kau kesini sebentar?" pintanya padaku.
Aku berjalan ketempat dokter Vernon dan berdiri disampingnya.
“ Kamu lihat ikan di kolam tersebut? Apakah mereka semua adalah ikan yang sama? " tanyanya.
“ Tidak " jawabku.
Ia tersenyum lembut sembari menepuk pundakku , lalu membalikkan badanku kearahnya.
“ Kamu tahu Linzy , terkadang sebuah perbedaan bukanlah suatu kekurangan , bisa jadi itu menjadi kelebihan " terangnya padaku.
Aku tak mengerti apa maksudnya dokter Vernon tiba - tiba bicara begini?
“ Maka dari itu kamu jangan berkecil hati jika orang lain menganggapmu berbeda dari mereka " nasehatnya padaku.
Aku tersenyum getir entah kenapa tiba - tiba ada airmata menggenang dimataku. Tanpa seizinku airmata itu terjun bebas dari mataku.
Hiks.... Isakku.
Greep.....
Aku sudah masuk dalam dekapan dokter Vernon , ia memelukku. Pelukan yang terasa hangat dan menenangkan.
Ia menghapus airmataku menggunakan ibu jarinya.
“ Jangan bersedih hingga membuatmu menangis dan merasa terluka , hanya kamu berbeda. Justru karena kamu berbeda , kamu terlihat istimewa " tuturnya lagi.
Dokter Vernon memetik setangkai mawar putih dan diberikannya padaku.
“ Jika orang lain memilih mawar merah sebagai bunga favorit mereka, maka aku akan memilih bunga mawar putih sebagai favoritku. Karena ia melambangkan ketulusan dan apa adanya. Tidak pernah menuntut dan menjadi yang lain"
Aku begitu terharu mendengar perkataannya yang begitu menyentuh dan membuatku merasa tak pernah sendirian lagi.
“ Terimakasih dokter atas nasehat dan perhatian mu , aku harap aku tak akan pernah merasa sendirian lagi" ucapku tulus.
“ Kamu tak pernah sendirian Linzy. Ada saya , juga Glory yang selalu setia sama kamu juga ada keluargamu" jelasnya.
Aku tersenyum.
“ Ini bukumu " katanya sambil menyerahkan buku diary ku.
“ Ini buku saya , kenapa bisa ada di dokter? " tanyaku heran.
“ Kamu menjatuhkannya di UKS "
Omo..... Apa dia melihat isi buku ini ?
“ Kenapa kamu merasa gelisah?" tanya dokter Vernon.
“ Dokter tidak melihat isi buku ini kan ?"
Ia tersenyum dan mengusak pelan rambutku kemudian meninggalkanku sendirian ditaman.
“ Eh , apa yang dilakukan dokter Vernon tadi , astaga Linzy "
Pipiku memerah.....
.
.
.
.
.
.
.
.
“ Linzy , kamu kemana aja ? Aku nyariin kamu loh daritadi " Glory sepertinya kelimpungan mencariku. Aku hanya menghela nafas mencoba untuk tenang.
“ Aku hanya ada di taman sekolah tadi. Ada apa kamu nyari Glo " tanyaku.
“ Aku shock tas kamu ada , tapi ga ada pemiliknya. Aku kira kamu tadi kemana , bilang dong Zy , kalau di taman tuh " cemberut Glory.
Aku mencoba sabar menghadapi sahabatku yang kelewat hiperaktif ini. Oh ya Tuhan.
“ Eh , sebentar matamu bengkak ? Kamu habis nangis ? Kenapa ? " tanya Glory secara beruntun.
“ Aku gapapa Glo... Aku hanya kelilipan aja sungguh Glo. Tak usah berlebihan lah "
“ Aku hanya khawatir padamu princess. Kau ini kan harus dijaga dengan baik. Seperti barang antik "
“ Yakkkk...... " teriakku.
.
.
.
.
.
Aletta dan teman - temannya memasuki kelas dan menuju kearah mejaku , dengan kasar ia merebut bunga mawar putih yang dipetikkan oleh dokter Vernon tadi dan melempar asal ke lantai. Aku sangat terkejut dengan perlakuannya yang kasar tersebut.
“ Apa yang kau lakukan Aletta? " tanyaku mencoba sabar.
Ia maju selangkah di depanku telunjuknya menunjuk wajahku dengan angkuh.
“ Kau... Kau tak boleh mendekati dokter Vernon Linzy " katanya mutlak.
“ Mengapa kau melarangku ? Apa hakmu? " tanyaku balik berusaha mencoba tenang.
“ Dokter Vernon milikku Linzy , hanya aku yang boleh mendekatinya dan hanya aku yang boleh memilikinya" sombongnya.
Aku tersenyum miring.
“ Dokter Vernon milikmu? Huh percaya dirimu sangat tinggi ternyata Aletta " jawabku dengan meremehkan.
Aletta , Lala , Cilla hanya mengerjapkan matanya tak percaya mendengar jawabanku yang terdengar sedikit menohok hati mereka.
Aku hanya duduk tenang di bangku ku dengan tanpa ekspresi , kebiasaan jika aku membalas perbuatan orang lain aku akan memilih diam setelahnya.
“ Wow Zy , aku ga nyangka kamu akan menjawab seperti itu , ini bunga mawarnya " ucap Glory sembari memberikan bunga mawar putih yang dilempar Aletta tadi padaku.
“ Diamlah , aku ga mood " jelasku padanya.
Glory memilih untuk diam semoga saja dia tidak berpikir bahwa sahabatnya mempunyai Alter ego.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bel istirahat sudah berbunyi beberapa detik yang lalu atau baru saja berbunyi , saat ini aku dan Glory sedang menikmati bakso pedas di kantin. Sungguh rasanya nikmat sekali apa lagi ditambah dengan ice lemontea sangat menyenangkan kenikmatan yang hakiki ini.
“ Oh yaampun Zy , lihat itu kuah baksomu sangat merah " Glory berujar sambil menggelengkan kepalanya.
“ Hehe... Habis ini enak banget Glo , kamu harus coba " ujarku.
Tiba - tiba atensi seluruh penghuni kantin teralihkan karena suara - suara manja.
“ Hai Dokter Vernon , mau makan bersamaku ?" oh ternyata Aletta bertanya dengan genit dengan sang dokter.
“ Iya dokter. Dokter boleh kok makan siang dengan kami" Cilla mulai ikut - ikutan.
Glory yang mendengarnya memutar bola mata jengah dan mendengus kesal.
“ Haduh , kelakuan beginilah yang membuatku muak dasar cari perhatian dan kurang belaian " sarkas Glory pada Aletta dkk.
“ Glory sudah , diamlah bukan urusan kita juga kan ?" ucapku.
Dokter Vernon hanya diam menatap kami berdua, sungguh ingin rasanya aku tenggelam di samudera saja , karena jika mengingat kejadian tadi itu membuatku malu. Aku hanya memalingkan wajahku ketika dia menatapku.
“ Zy mengapa pipimu memerah ? Apakah itu terlalu pedas ? Tidak biasanya " heran Glory.
“ Huh , a - aku ti - tidak. Tidak pedas kok ini aku hanya merasa cuaca hari ini panas " aku salah tingkah.
“ Biasa saja perasaan sejak kapan kau menjadi peramal cuaca?" tanyanya.
Aku hanya diam tak berminat untuk menjawab. Aletta menatapku dengan geram.
“ Kalau mau cari perhatian dengan dokter Vernon pakailah cara yang berkelas " ujarnya.
Aku yang mendengarnya sontak mengepalkan tanganku dan menjawabnya dengan lugas.
“ Untuk apa aku mencari perhatian dengan seseorang yang belum kukenal dengan baik. Lebih baik aku mengisinya dengan kegiatan positif daripada harus terlihat murahan karena cari perhatian demi seorang lelaki yang belum tentu mencintai kita " jawabku sambil membereskan semangkuk bakso dan segelas minuman kemudian meninggalkan kantin.
Gelak tawa dan sorakan sinis terdengar memenuhi kantin akibat perkataanku yang menjatuhkan harga diri Aletta.
“ DIAM KALIAN SEMUA !!!!!!......" teriaknya pada penghuni kantin.
Sialan kau Linzy akan kubalas perbuatanmu - smirk Aletta.
Ternyata aku tidak salah. Gadis itu memanglah menarik - batin seseorang.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Sudah waktunya istirahat ternyata ah sesekali aku akan makan di kantin saja hari ini daripada diluar lumayan menghemat pengeluaran. Aku berjalan menuju kantin sekolah , gila penuh juga ya tempatnya , aku jadi rindu masa - masa sekolah ku dahulu. Kulirikkan mataku ke kanan dan ke kiri mencari bangku kosong. Jujur aku tidak terlalu suka tempat yang terlalu ramai , namun bukan berarti aku tak suka berinteraksi.
Tiba - tiba datang 3 orang siswi menghampiriku mereka mengajakku untuk makan bersama dengan mereka. Oh kalau tidak salah namanya Aletta gadis yang sempat mengundangku ke acara pestanya. Aku masih berdiri di tempat. Dari tempatku berdiri aku menatap Linzy sedang menikmati bakso super pedas sepertinya. “Astaga anak itu " batinku.
Saat aku sedang fokus menatap Linzy , tiba - tiba aku mendengar Aletta berbicara dengan sinisnya , sehingga membuatku terkejut.
“ Kalau mau mencari perhatian dokter Vernon pakailah cara yang berkelas " ucap Aletta sambil menatap Linzy dan sahabatnya yang kutahu bernama Glory tersebut.
Apa ini kenapa aku dibawa - bawa juga batinku.
Kulihat ekspresi Linzy yang ceria seketika berubah menjadi datar. Oh ini tidak baik sepertinya.
Masih kupantau Linzy daritadi dengan kekesalannya yang masih berusaha ia tahan.
“ Untuk apa aku mencari perhatian dengan seseorang yang belum kukenal dengan baik. Lebih baik aku mengisinya dengan kegiatan positif daripada harus terlihat murahan karena cari perhatian demi seorang lelaki yang belum tentu mencintai kita " jawab Linzy atas perkataan Aletta.
Oh my... Aku tak menyangka ia akan berucap se - sarkas itu pada temannya. Kukira ia akan diam saja dan menerima jika diolok - olok.
Gelak tawa terdengar sangat riuh di penjuru kantin sekolah atas drama yang sedang berlangsung tersebut.
Mungkin ada yang sependapat denganku mengenai sikap Linzy yang tidak terduga ini.
Mengingat Linzy , ah aku jadi terngiang - ngiang kejadian pagi tadi dimana untuk pertama kalinya ia menangis dalam dekapanku. Selama ini aku melihatnya hampir tanpa ekspresi , entah kenapa hatiku sakit melihatnya menangis , rasanya tidak dapat didefinisikan.
Mata bulat yang indah , pipi bulat yang memerah terlihat sangat imut dan cantik dimataku. Astaga Vernon kau memikirkan apa ?
Aku memesan makanan dan duduk dibangku yang ditempati oleh Linzy dan sahabatnya tadi , sebenarnya gara - gara kejadian tadi selera makanku sudah hilang.
Setelah acara makanku selesai aku kembali keruanganku dengan langkah cepat , tiba - tiba aku merasa malas.
Vernon POV End
“ Linzy , kamu baik - baik saja ?" tanya Glory padaku.
“ Aku baik - baik saja. Hanya saja moodku sedikit rusak hari ini Glo " jelasku.
“ Huh , aku mengerti perasaanmu Linzy. Kau pasti kesal dengan nenek lampir itukan?" jelas Glory.
Aku hanya menghela nafas kasar entahlah rasanya aku lelah sekali. Disaat aku dan Glory sedang bicara tiba - tiba ada yang datang menghampiri kami.
“ Hai , kamu Linzy ya?" tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk ragu.
“ Ada perlu apa ? " jawabku singkat.
“ Oh , enggak , aku cuma mau kenalan aja. Namaku Lionel salam kenal ya "
“ Eum... Ok Lionel aku Linzy kelas XI IPS1. Kamu kelas berapa?" tanyaku balik.
“ Kelas XI IPS2 "Jawabnya , lalu pamit dan berlalu.
“ Zy , kok bengong kamu ?" tanya Glory.
“ Hmm... Ah gak tadi ada yang ajak kenalan. Katanya anak XI IPS2 kok aku ga pernah lihat " bingungku.
“ Namanya siapa ? "
“ Lionel "
“ Li - Lionel kamu bilang ?"
“ Huum.. Kenapa ih kamu kok gugup gitu ?"
“ Gak... Gak ada udahlah gausah bahas dia "
“ Kamu kenal Glo ?"
“ Ga " sungutnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Glory POV
Hai aku Stefanny Glory Christabelle atau biasa disapa Glory atau Glo. Aku adalah sahabat dari nona Eleonora Linzy. Nona ? Pasti dari kalian ada yang bertanya - tanya kenapa aku memanggilnya nona bukan ? Itu bukanlah tanpa alasan sebenarnya aku adalah anak dari tangan kanan dari ayah nona Linzy.
Apakah nona Linzy tahu tentang ini ? Jawabannya adalah tidak !
Dia hanya mengenalku sebagai anak tetangganya saat kami masih kecil sehingga kami sudah dekat.
Sekarang aku dan nona Linzy sudah duduk di bangku sekolah menengah atas.
Dia amat tertutup dengan kondisi sekitarnya namun sebenarnya dia tidak setertutup itu , mungkin karena ia sangat manja dan agak sedikit polos , aku jadi mengkhawatirkannya.
Bicara tentang lingkungan sekitarnya dahulu ada seorang anak yang sangat terobsesi dengan nona Linzy sejak kami masih kecil. Aku bukan menyebutnya cinta ya namun lebih cocok disebut obsesi.
Ia pernah menyatakan perasaannya pada nona Linzy sewaktu ia kecil namun nona Linzy menolak akibatnya ia merasa sakit hati dan berusaha melukai nona Linzy hingga nona Linzy shock saat itu.
Dengan terpaksanya keluarganya pindah keluar negeri atas insiden ini. Awalnya aku berharap anak itu tidak perlu muncul kembali ke hadapan kami , namun untuk saat ini apakah aku masih dapat berharap?
Glory POV End
Hari ini aku berada di rumah sendirian ya walaupun hanya ditemani para maid tapi aku masih saja merasa kesepian. Mommy ada rapat karena ia akan meluncurkan desain baru untuk rancangan bajunya sedangkan Daddy dan kak Martin ? Ah tak perlu ditanya lagi sudah tahu pasti jawabannya kan?
Aku merasa bosan hingga akhirnya aku menelepon Glory saat ini.
“ Halo , Glory kamu sibuk?"
“......"
“ Tolong temani aku. Aku kesepian "
“............"
“ Hehe terimakasih "
Aku mengeluarkan beberapa camilan dan cola. Oh iya aku sudah minum obat kok jadi santai saja terkadang aku bosan mereka seakan menjadi belenggu buatku.
Ting..... Tong......
Maid membukakan pintu , itu pasti Glory.
“ Halo nona "
“ Ish... Berhenti memanggilku nona Glory. Kau ini tetangga dan sahabatku " sungutku.
Ia tertawa karena berhasil membuatku kesal.
“ Huft... Maaf ya... Habis kau lucu sekali Zy "
Aku merasa malas. Kemudian dia menolehkan kepalanya kearahku.
“ Zy , bolehkah ku bertanya?"
“ Sure "
“ Sewaktu di kantin tadi kurasa dokter tampan itu melihat kita. Ah tidak lebih tepatnya dirimu " sambungnya.
Bagaimana Glory bisa tahu sialan.
“ Hanya perasaanmu " jawabku datar.
“ Eyy... Tidak perasaanku tidak pernah salah Linzy. Apa kau ada sesuatu ? Hah? Benar ? Jika benar wah senangnya. Aku akan mendukungmu sayang "
“ Hentikan Glory kau menjijikan " sungutku.
“ Haahaahaaa....." tawanya meledak.
“ Dengar aku senang jika kau bahagia Linzy " ujarnya.
Aku tersenyum mendengarnya. Terimakasih kau telah peduli Glory. Kau sahabat terbaikku. Hanya kaulah yang aku punya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!