Anggi Saraswati adalah seorang gadis yatim piatu. Ia telah menjadi penghuni panti asuhan Kasih Bunda sejak berusia 3 tahun. Menurut Bu Yanti, ibu panti di panti asuhan Kasih Bunda ia ditinggalkan tepat di depan gerbang panti di malam hari. Dengan tubuh hanya dibalut jaket berwarna pink, Anggi ditinggal sendirian di malam yang dingin. Suara tangisnya yang memecah malam-lah yang membuat Bu Yanti sadar ada seorang balita yang ditinggal di depan gerbang pantinya. Ia ditinggal tanpa sesuatu apapun sebagai petunjuk kecuali selembar kertas bertuliskan namanya, Anggi Saraswati dan tanggal lahir. Jadi tak ada seorang pun yang tahu siapa orang tua Anggi. Karena merasa dibuang, Anggi pun tak pernah berusaha mencari orang tuanya hingga kini. Toh percuma dicari pikirnya, ia saja dibuang artinya ia adalah anak yang tak diinginkan.
Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa Anggi sudah berusia 18 tahun. Anggi tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Kulitnya putih, senyumnya manis, dengan rambutnya hitam,panjang,dan sedikit bergelombang,menambah kesan ayu pada Anggi. Banyak teman sekolahnya yang jatuh hati padanya,tapi ia menolak karena ia berfikir masa sekolah adalah masa untuk menuntut ilmu, bukan berpacar-pacaran yang hanya akan memecah konsentrasi belajarnya di sekolah.
Anggi baru saja mengikuti acara kelulusan di sekolahnya, di SMA Negeri 10 Jakarta. Namun,saat dalam perjalanan pulang, ia dicegat oleh 2 orang preman yang membuatnya menjerit histeris takut mereka akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak padanya. Untungnya tak lama kemudian datang seseorang yang membantunya melepaskan diri dari cengkraman kedua preman itu . Seseorang yang juga akan menjadi malaikat penolong dan pelindungnya di masa depan.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya sosok penolong itu
"Aku tidak apa-apa,kak. Kakak terluka,mau aku obatin?" tanya Anggi saat melihat sudut bibir penolongnya itu berdarah tapi sosok itu menggeleng
"Kamu pulang sekarang. Hati-hati ya ... " diliriknya seragam sekolah yang dipakai Anggi "Dek Anggi. Semoga lain kali kita ketemu lagi." ucap sosok penolong itu yang diangguki oleh Anggi dengan semangat.
"Sampai jumpa kak. Makasih atas bantuannya,ya!" teriak Anggi sambil melambaikan tangan seiring berlalunya mobil yang dikendarai oleh sosok penolong itu.
.....
8 tahun telah berlalu,kini Anggi sudah berkeluarga. Ia memiliki suami yang tampan dan mapan. Ia juga dikaruniai 2 putra dan seorang putri.Anak pertamanya adalah Damar Prayoga berusia 7 tahun dan anak kedua kembar, Kevin Prayoga dan Karin Cantika.
Awalnya rumah tangga mereka bahagia karena memang hubungan awal mereka dibangun atas dasar cinta . Adam Prayoga mencintai Anggi sejak ia masih duduk di bangku SMA , sedangkan Adam sudah duduk di bangku kuliah semester akhir. Awal pertemuan mereka ,yaitu saat Adam mengantar adiknya Sulis sekolah. Adam jatuh cinta pada pandangan pertama hingga memberanikan dirinya untuk mengenal lebih jauh sosok Anggi.
Hubungan mereka berjalan baik dan lancar hingga akhirnya Adam berhasil meminang Anggi menjadi istrinya setelah tamat SMA.
Tapi ternyata tak selamanya hubungan yang dibangun atas dasar cinta bisa bertahan bahagia. Seiring berjalannya waktu, sikap Adam berubah. Lebih-lebih semenjak ia diangkat menjadi manajer di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup ternama di kotanya membuatnya makin jumawa dan merendahkan sang istri.
Bagaimana kelanjutan ceritanya,yuk klik favorit untuk mendapatkan notifikasi update cerita ini!
"Mas,kok akhir-akhir ini mas pulang malam terus ya?" Tanya Anggi pada suaminya ,Adam Prayoga yang baru saja selesai mandi karena baru saja pulang kerja.
Hal itu wajar ia tanyakan sebab dulu suaminya selalu pulang kerja pukul 5 sore tapi berapa Minggu ini suaminya selalu pulang larut,bahkan hampir dini hari. Pernah juga tidak pulang dengan alasan ada urusan ke luar kota.
"Nggak usah banyak tanya. Urus aja urusanmu sendiri." Ketus Adam
"Tapi mas..."
"Nggak usah tapi-tapi. Aku capek,mau tidur. Bukan mau dengar keluhan kamu." sentaknya dengan tatapan tajam membuat Anggi meringis melihatnya
"Mas,mas nggak mau makan malam dulu? Aku masak makanan kesukaan kamu lho! Ada sop telur puyuh sama sambal udang manis pedas." beritahu Anggi pada suaminya
"CK..kamu ini tuli ata gimana sih! Sudah aku bilang aku mau istirahat,capek,mau tidur,jadi bisa nggak kamu tutup mulut kamu yang bawel itu,hah!" sentaknya dengan suara menggelegar membuat anak kembarnya yang belum genap berusia 3 tahun yang tidur di kamar samping terkejut dan menangis histeris.
"Ma ... mama.... mama....." teriak si kembar Kevin dan Karin
"Aaargghhh... berisik ! Kamu bisa urus anak kamu nggak sih! Cepat urus anak kamu yang berisik itu! Dasar istri nggak guna. Urus anak aja nggak becus." bentaknya pada Anggi
"Ba-baik, mas." jawab Anggi gugup karena takut.
Tak ingin suaminya makin marah, segera ia pergi ke kamar si kembar dan mendiamkan kedua anak kembarnya itu.
"Sstt... cup cup cup ,diem ya ,sayang! Jangan nangis lagi. Kan mama udah disini. " ucapnya lirih sambil menepuk-nepuk ****** anaknya .
Anggi memposisikan dirinya di tengah agar ia bisa menepuk secara adil.
"Ma, papa napa mayah-mayah teyus sih? Ayin Atut." tanya Karin sambil terisak
"Iya ma,napa papa mayah-mayahin mama teyus, emangna mama nakal jadi dimalahin papa teyus. Mama Ndak nakal ah." balas Kevin
"Papa nggak marah kok sayang, cuma suara papa aja tadi yang agak gede , jadi kayak lagi marah. Mama kan nggak nakal,ya!" ucapnya pada kedua anak kembarnya sambil mengulas senyum manis , berharap anaknya percaya akan kata-katanya.
Tok tok tok...
Ceklek...
"Ma..." panggil Damar. "Boleh Abang masuk?" tanya Damar si putra sulung
"Iya sayang, masuk gih! " panggil Anggi lalu Damar pun masuk dan duduk di tepi ranjang. " Kamu kenapa ?" tanya Anggi
"Damar nggak bisa tidur lagi ,ma. Sama kayak adek, terkejut karena papa marah-marah jadi nggak bisa tidur lagi." ucap Damar jujur. "Papa kenapa lagi sih,ma? Kok sekarang hampir tiap hari marah-marah mulu sama mama." tanya Damar yang sudah mulai kesal dengan sikap kasar papanya pada sang ibu.
"Papa nggak marah-marah kok. Cuma suara papa aja yang kegedean waktu ngomong jadi kayak marah-marah padahal nggak." dusta Anggi. Bagaimana pun Adam adalah ayah dari anak-anaknya,jadi ia tidak mungkin menjelek-jelekkan sang suami di depan anak-anaknya
"Ma nggak usah bohong deh! Kevin dan Karin aja tau kalau suara papa itu lagi marah, apalagi Damar yang sudah 7 tahun. Walau Damar masih anak-anak tapi Damar masih bisa kok membedakan suara lagi marah atau nggak." ucap Damar sendu
"Maafin mama ya , sayang! Itu salah mama yang udah bikin papa marah. Kalian jangan sedih lagi,ya! Besok siang kita makan es krim di luar,gimana? Mau?" bujuk Anggi
"Mau .. mau... mau,ma, kami mau." jawab Damar,Kevin ,dan Karin kompak
Seperti biasa ,aktifitas Anggi di pagi hari diisi dengan kegiatan mempersiapkan pakaian kerja untuk sang suami, menyiapkan air hangat untuk Adam mandi, membuat sarapan, membersihkan rumah, membantu Damar bersiap untuk bersekolah,dan mengurus si kembar mulai dari mandi, makan, dan lain-lain. Sungguh hari yang sangat melelahkan ,namun semua itu selalu Anggi lakukan dengan penuh keikhlasan. Tak pernah mengeluh, meski kadang ia merasa lelah harus mengerjakan semuanya sendiri tanpa ada yang membantu.
Begitu pun Adam, ia tak pernah mau terlibat dalam kegiatan tumbuh kembang buah hatinya. Sangat miris memang. Ia pikir ,tugasnya adalah mencari nafkah, sedangkan semua urusan rumah tangga dan anak-anak adalah kewajiban seorang istri ,jadi ia tak perlu turun tangan membantu.
Tidak seperti awal-awal pernikahan mereka yang diisi dengan kebersamaan. Semua dikerjakan bersama dengan penuh suka cita. Namun kini semua telah berbeda ,tapi Anggi tetap sabar ,tak mau mempermasalahkannya ,daripada pecah perang pikirnya.
"Mas, bangun mas,udah siang." Anggi membangunkan Adam
"Hmmm... " seperti biasa hanya dijawab Adam dengan gumaman
Setelah membangunkan sang suami ,Anggi segera menuju kamar Damar untuk memeriksa sang buah hati sudah bersiap ke sekolah atau belum.
"Bang, udah siap belum?" tanya Anggi saat sudah di kamar Damar
"Udah, ma!" ucap Damar dengan senyum lebarnya
"Buku-bukunya udah diperiksa? Jangan ada yang tinggal!" peringat sang mama
"Udah donk ma. Udah dari semalam Abang siapin kok jadi udah beres semua." jawabnya dengan bangga
"Wah,anak mama emang pinter banget! Mama bangga sama Abang. Kalau udah siap, sarapan dulu ya!"
"Siap,ma!"
Kini giliran Anggi memandikan si kembar. Karena si kembar Kevin dan Karin masih sangat kecil, kegiatan memandikan mereka membutuhkan waktu yang lebih lama. Belum lagi drama malas mandi ,nggak mau keluar dari bak mandi , nggak mau pakai baju ini ,maunya baju itu, riweh banget emang. Tapi tetap, semua dijalani Anggi dengan senyum kebahagiaan. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Anggi ,selain bisa membesarkan anak-anaknya dengan tangannya sendiri.
.
.
.
Adam sudah siap dengan setelan kerjanya. Ia berjalan menuju meja makan. Namun saat melihat Anggi masih mengenakan setelan rumahannya yang lusuh , Adam langsung naik pitam.
"Ckk... sana menyingkir dari hadapanku. Pagi-pagi sudah buatku bad mood. Dasar udik." ejeknya pada Anggi.
Anggi hanya bisa menunduk, menahan rasa sesaknya di dada. Bingung,kenapa suaminya kini sangat berubah. Apa karena penampilannya yang lusuh. Tapi mau bagaimana lagi, uang bulanan yang diberikan Adam jauh dari dari kata cukup, bagaimana ia bisa membeli pakaian baru dan alat-alat make up. Kalaupun ia ada lebih uang ,ia lebih suka menabung untuk keperluan anak-anaknya. Ia hanya bisa membeli pakaian baru saat lebaran saja, itu pun tak banyak ,karena anak-anaknya lebih butuh, itu pikirnya.
.
.
.
"Mas." panggil Anggi pelan saat mereka sedang sarapan bersama
"Hmmm..."
"Bisa minta uang untuk bayar komite Damar? Udah 2 bulan belum bayar." pinta Anggi takut-takut
"Apa? Uang? Kamu itu boros banget sih. Aku kan udah kasih kamu 3 juta perbulan, masa' nggak cukup-cukup. Mending kalo kamu beli pakaian biar nggak enek liat kamu tiap hari pakai baju lilusuh kayak gitu ,ini nggak ,jadi uangnya kamu kemanain? Kamu hambur-hamburin? Kemana uang yang aku kasih,hah?" bentak Adam tak peduli anak-anak mereka masih berada di meja makan
"Bang, ajak adek-adek ke kamar dulu,ya!" titah Anggi dan langsung dituruti oleh Damar
"Bang, kamu pikir uang 3 juta itu banyak? Dalam uang 3 juta itu bukan hanya untuk kebutuhan makan ,tapi di sana ada bagian untuk bayar air, listrik, belum susu si kembar, bensin untuk antar jemput Damar, dan masih banyak kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Makan juga kamu nggak mau yang sederhana, kamu mau yang enak, yang berkualitas, jadi gimana lagi aku mau ngaturnya? Apalagi buat beli pakaian ,mas. Uang segitu nggak cukup. " jelas Anggi
"Oh,kamu udah berani menjawab sekarang? Berani protes,heh? Plakkkk.... " sebuah tamparan mendarat di pipi Anggi.
Perih, bukan hanya di pipi ,tapi juga di hati. Kenapa orang yang begitu ia cinta bisa berubah 180° begini. Dimana suaminya yang penuh kasih, perhatian, dan kelembutan. Yang ada hanya suaminya yang kasar, egois, dan temperamen.
'Ya Allah, apa yang terjadi dengan suamiku? Mengapa ia berubah jadi begitu kasar?' batin Anggi
Lalu Adam mendekat ke Anggi. Diraihnya rambut belakang Anggi dan dicengkeramnya dengan kuat.
"Argh...sa-sakit ,mas! To-tolong lepasin!" mohon Anggi sambil berurai air mata karena menahan sakit
"Kalau kau berani sekali lagi protes masalah uang, akan aku buat lebih dari ini!" ancam Adam.
Setelah mengucapkan itu, Adam pun berlalu menuju mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.
Setelah Adam, pergi tubuh Anggi langsung lirih ke lantai, 'Ya Allah, kuatkan hamba,sabarkanlah hamba!'
ceklekkk...
"Mamaaaaa...." pekik ketiga buah hatinya yang langsung berhambur ke pelukan sang mama
"Mama nggak napa-napa, kan!" tanya Karin
"Ini cakit ya, ma?" tanya Kevin
"Ma,papa nyakitin mama lagi,ya?" tanya Damar
"Nggak kok ,sayang! Mama nggak papa kok. Papa nggak nyakitin mama." dusta Anggi sambil menyeka air matanya
"Mama jangan bo'ong, kami liat kok papa pukul mama." ucap Karin yang membuat air mata Anggi kembali luruh
"Mama nggak papa kok. Udah jangan nangis lagi. Yuk,ikut mama antar Abang ke sekolah." bujuk Anggi yang diangguki oleh mereka bertiga.
"Ma,terus gimana uang sekolah Abang?"
"Abang nggak usah khawatir, kemarin Oma Sofi pesan baju sama mama, uangnya udah ditransfer, Alhamdulillah untungnya cukup buat bayar uang komite Abang." ucap Anggi dengan tersenyum tipis mencoba menenangkan kegelisahan putra sulungnya.
"Oh,paket yang baru sampai kemarin itu baju pesanan Oma Sofi ya,ma?" tanya Damar yang diangguki oleh Anggi.
"Ntar siang, abis jemput Abang pulang sekolah,kita anterin bajunya,ya!"
"Oke,ma! "
"Asikkk... bisa main ke rumah Oma Sofi." ucap si kembar girang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!