NovelToon NovelToon

Ciwi Barbar

Chapter 1

Author POV

"Kenapa masuknya cepet banget sih, acara gue masih banyak yg blm di terjalankan," keluh Qiara pada teman-temannya.

Ya! Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru.

Qiarasan Ibrahim, biasa dipanggQiara putri tunggal keluarga Ibrahim. Usianya 17 tahun, duduk di bangku SMA kelas 3. Qia anak yang cantik, baik, dan tidak sombong, Qiara tidak pendek juga tidak tinggi, tidak gendut dan juga tidak kurus, proporsi tubuh yang mendekati kata ideal.

"Emang ada acara apaan sih?" tanya Alya temannya.

"Auuu tuh, sok sibuk banget sumpahh!!"

"Paling juga rebahan gak jelas," ledek Tania sambil memakan jajanan yang dibelinya sebelum berangkat sekolah.

Alya, Alisya, dan Tania. Mereka bertiga temannya Qiara.

Alya, Alisya adalah anak kembar dari keluarga Yudhistira. Alya sebagai kakak cenderung lebih dewasa dan mudah mengalah, mungkin juga karena terpaksa. Dan Alisya biasanya dipanggil Ica, punya sifat manja, dan lebih cuek dibanding Alya, Ica juga pendiam pada orang baru tapi tidak pada ketiga teman temannya.

Tania Putri, gadis cantik, baik, paling usil dan paling lasak diantara mereka bertiga, Tania punya kepercaya dirian berlebih dari ketiga temannya. Oiyaa, mereka bertiga punya proporsi tubuh yang sama dengan Qia, mendekati ideal.

"Yak benar! Apalagi kalau gak rebahannn? Lu pada sih gue ajakin main gak mau, gak asikk!" protes Qiara pada tiga temennya.

"Bukan gitu! Lu kan jauh holiday sama keluarga lu, gue sama Ica juga tempat omaa. Jadi ya gak bisaa," sahut Alya sambil menoyor kepala Qia.

"Santai aja kali ahhh!" Qia menatap sinis Alya yang cengengesan tanpa mau membalas toyoran Alya.

"Eh iya kok tololl yaa? Lu kan pergi holiday jauh sih, Ra. Ngapa kagak wisata keliling-keliling?" tanya Tania antusias.

"Gak seru cuyy," jawab Qiara singkat. "Yaiyalah, kan gak ada gue disonooo," kata Tania bangga. "Baru pertama sekolah, ge-ernya udah mulai aja!" ledek Ica.

"Woilahh berisikk! Bisa diam kagakk sihhh?!" tanya Eza yang sedang ingin tidur. "Bacot! Masih pagi woiiii, baru juga masuk sekolah, udah tidur aja kerjaan lu, Zaa."

Melihat itu, Tania mendekat ke meja Eza dan memulai tingkah usilnya, Tania mendekat kan mulutnya ke telinga Eza. Posisinya Eza membelakangi Tania, Tania pun mencoba meneriaki Eza.

"WOII BANGUNNNN!"

"HEHH! Kamprettt! Budegg telinga gua, Taniaaaaaaa!!" teriak Eza pada Tania. Tania malah terkekeh tanpa rasa bersalah. "Mampuss luu!"

...—·—...

Di lokasi yang berbeda. Seorang ibu rumah tangga sudah terlihat lelah membangunkan anaknya. "Bangun bangun ayok bangunn!! Zia bangun, nak."

"Heh! Bangun atau mama jual Flupy mu!" teriak mama Zia heboh. "No no nooooo. Jangan gitu dong, maaa, kasian Flupy."

"Makanya bangun. Liburan itu udah habis, ayok bangun sekarang. Kamu mau masuk ke sekolah baru masa iya terlambat," kata Zeva, mamanya Zia.

"Iye-iyeee."

"Cepet besiapp sanaa. Yang lain udah nunggu kamu di bawahh. Dua puluh lima menit gak nyampe di meja makan, Flupy mama jual!" Zeva pun pergi dari kamar Zia.

"Ma, gak bisa gitu dong. Cepet bangettt itu waktunya. Maaaa, maaaa, mamaaaaa jangan jual Flupy!!"

"Waktu berjalan Ziaa, cepattlah jangan terlalu lama!!"

"Aihshh, mamaaa jangan gituuu."

"Cepatttttttt!"

"Iya-iyaaaaa. Otwww!" Zia langsung berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Bruk! Kesialan menimpa Zia pagi ini, ia malah terpeleset di kamar mandi.

"Aaaaaaa mamaaaaaaaa!"

"Astaghfirullah. Betingkahh bangett sii kamu!!" omel mamanya setelah berbalik. "Zia tu jatuh, maa. Ish, mama gak kerennn."

"Gak keren gak keren apaaann?! Ini kamu ada yang luka gakk? Sakit nggakk??"

"Adaa, ma. Hati Zia terluka."

"Astaghfirullahalazim... lebay bangett! Anak siapa sii kamuuu?!"

^^^Revisi, 2021.^^^

Chapter 2

Zia POV

Hi guys! Gue Zia Amanda Adler. Putri tunggal keluarga Adler. Gue punya abang dan adek cowok. Oiya, gue campuran Jerman-Indonesia. Papa gue warga negara Jerman, dan mama gue asli Indonesia.

Kalau kalian tanya gimana kok bisa mama dapet suami orang Jerman? Itu karena keberuntungan. Wkwkw.

Papa ketemu mama dulu pas mama lagi kuliah di Jerman. Waktu itu mama habis makan di restoran, mama mau keluar dari restoran, sedangkan papa mau masuk. Karena papa sibuk mainin hp, mama juga lagi nyari barang ditasnya, mereka berdua tabrakan depan pintu, abistu kenalan gitu dehh.

Gue diceritain sama papa makanya gue tau. Tapi taunya cuma segitu sii, gak detail banget. Yah intinya begitu deh. Tadi udah gue bilang kan kalau gue punya abang sama adek?

Nah, nama abang gue itu Zean. Nama lengkapnya Zean Yudhania Adler. Lumayan ganteng, baik, perhatian banget ke gue. Gue sama bang Ze selisih tiga tahunan kalau gak salah. Sekarang dia kuliah gak tau semester berapa.

Kalau adek gue namanya Zai Ananta Adler. Zai bandel bangeett asliii, tapi kalau dibilangin masih bisa nurutt. Dia selisih satu tahun sama gue, sekarang dia kelas dua SMA. Zai juga salah satu anak populer di SMA-nya, dia rada badboy gitu, kalau di rumah auto jadi soft boy. Hahaha.

Papa gue namanya Zeco Adler. Pemilik perusahaan di Jerman dan ada cabangnya juga di Indonesia.

...—·—...

Author POV

Setelah berlalu selama dua puluh menit, Zia bersiap-siap dengan sangat terburu-buru. Ia takut terlambat dan juga takut marmut kesayangannya dijual.

Fyi aja, Zia itu cantik bangett tauu. Matanya cantik, kulitnya putih bersih, persis idaman para cowok. Tapi sayangnya Zia jombloo akutt.

"Pagi papaa, mama, bang Ze, Zai."

"Semuanya aja sebutin, dekk," cibir Zean.

"Biar adil donggg."

"Kenapa lama banget sih, kakk?! Zai udh laperrr nih," rengek Zai manja. "Ngapa gak makan duluan kalau laperr?!"

"Gak dibolehin sama papa."

"Ya iyalah gak boleh, princess-nya kan belom datengg."

"Pede bangettt wehhh. Najiss!"

"Heh, astaghfirullah!" Zai cengengesan.

"Di sekolah baru jangan langsung buat masalah ya, princess," kata Zeco sembari mencubit pipi Zia. Zia tersenyum pepsodent, "Oke, papaaa."

"Udah bicaranyaa, ayok makannn." Mereka pun mulai makan tanpa suara. Beberapa menit setelahnya, mereka selesai makan. Karena tidak ada kerjaan, Zean kembali ke kamar. Ia pergi ke kampus nanti siang.

By the way, hari ini Zia pindah sekolah ke sekolahnya Zai. Zia benci di sekolah lama makanya ia pindah. Zia ke sekolah menggunakan mobil kesayangan, sedangkan Zai pake motor favoritnya. Papa mereka sudah berangkat lebih dulu ke kantor tadi.

Zia mengendarai mobil dengan santai. Berhenti di lampu merah, Zia melihat jam di tangannya. "Siall! Lima belas menit lagi masukk. Kenapa cepet banget sih masuknyaaaa, agghh!!" Zia auto ngebut setelah lampu kembali hijau.

Sanking ngebutnya, lima belas menit berhasil Zia tempuh untuk sampai di sekolah. Setelah parkir, Zia langsung pergi ke ruang kepala sekolah. Ketika sedang berjalan santai, tiba-tiba saja ada seseorang yang menabraknya.

"Aduhh! Jalan pake kaki liat pake mata dong!!" protes Zia kesal. Siswa yang menabrak Zia mengulurkan tangannya untuk membantu Zia bangun, Zia nerima uluran tangannya.

"Sorry, gue gak sengajaa." Zia tidak merespon.

"Lu siswi baru di sini, kan? Kelas berapa? Mau gue anterin ke kelas?" tanya siswa yang lain.

"Ogah. Daripada bacot mending awas, gue udah telat!" ujar Zia ketus lalu pergi meninggalkan dua pria tadi.

"Cantik-cantik galakk ya, Sam."

"Muka lu nyebelin, Jim, makanya dia galak," jawab Samuel santai. "Kamprett lu!"

Samuel cengengesan, "Udah ah ayok cabutt. Ntar telat bisa gawat, bu Lesta marah kan nyeremin."

"Yaudahh deh, ayok."

...****************...

Samuel Alexand biasa dipanggil Sam or Samuel. Sam ganteng, ia lumayan populer di SMA-nya Zia. Sam jago main basket, dan sangat berprestasi. Kepopulerannya ya karena prestasinya. Samuel punya kembaran, namanya Brivant Alexand bisa dipanggil Ivan. Ivan juga populer, tapi populernya karena dia bad boy yang tampannn. Hobinya Ivan adalah main bola kaki, ntah itu sepak bola, takraw, ataupun futsal.

...****************...

^^^Revisi, 2021.^^^

Chapter 3

Selang beberapa menit, Jimmy dan Samuel tiba di kelasnya. Karena bu Lesta belum masuk kelas, Jimmy berniat memulai pergosipan. "Woi cokk, kalian tau gakk? Ada anak baru anjayy!"

"Gak nanya," sahut Alya ketus.

"Diem lu! Lu gak di ajak."

"Anjirrr banget lu yak!!" Pertengkaran mereka adalah hal yang lumrah di kelas ini. Alya dan Jimmy memang kadang susah buat akur~~

"Anak barunya cewek or Cowok Jim?" tanya Tania mengubah topik. "Cewek, coy. Gue akui caantiiiik bangettt. Gak kek Alya," jawab Jimmy semangat.

"Lah gue? Ngefans lu sama gue?!"

"Alah ntah betul ntah tidak," sahut Eza cuek. "Betull ini tu. Lu liat aja ntar, semoga aja dia masuk di kelas kita."

Percakapan mereka terhenti karena bu Lesta masuk bersamaan dengan siswi baru yang mereka gosipi tadi. Iya benar, itu Zia.

"Pagi anak-anak! Hari ini kelas kita kedatangan siswi baru," ujar bu Lesta. Zia yang tadinya menunggu di luar langsung masuk. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Kamu perkenalan diri ya, Zia."

"Baik, bu," Zia tersenyum sekilas. "Hai semua, gue Zia Amanda. Kalian bisa panggil gue Zia."

"Gitu ajaa? Sekalian alamat rumah, nomor hape, nomor whatsapp gituuu dongg," kata Eza tak tau malu. "Diihhh! Buat apee sama lu begituann?!" tanya Ica sinis.

"Buat ngajak ta'aruf."

"Hiya-hiyaaaa. Modus bangett, bangg!" Mereka tertawa.

"Sudah, sudah. Zia duduk di dekat Ivan yaa," Zia tersenyum lagi lalu duduk di sebelah Ivan.

"Pstt pssttt.. benerkan apa kata gue, bakal masuk sini diaa," bisik Jimmy pada Eza. "Hahaha! Bener kata lu, Jim. Dia cantik banget. Gue jadi iri sama Ipan, tukeran boleh gak sih?" bisik Eza gantian.

"Berisik banget lu berdua."

"Betul! Matanya Eza langsung melek noh liat yg bening-beningg begitu."

"Ck! Recok luu!" Eza auto mendapat jitakan di kepala dari Tania. "Tania not have akhlak."

Di meja Zia dan Ivan. Zia sedang terdiam dan merenung. 'Baru hari pertama udh belajar aja ah, bosen banget dahh,' gumamnya bosan.

Zia menoleh ke tetangga sebelahnya yang sedang meletakkan kedua tangan di meja dan menyembunyikan kepalanya di sela-sela tangan. Ivan berniat untuk tidur, ia merasa tidurnya kurang bahkan sangat-sangat kurang karena begadang tadi malam.

"Guru jelasin, lu malah tidur. Tidur tu di rumah, bukan di sekolah," cibir Zia berbisik. "No, no. Tidur di kasur, bukan di rumah."

"Eh iya juga sih."

...—·—...

Jam istirahat. Zia sedang membungkuk, mengikat kembali tapi sepatunya yang lepas. "Hi, Ziii! Kantin bareng kuy," ajak Qiara menghampiri Zia.

"Kuyy."

"Oiyaa kenalin, guee Tania."

"Gue Qiara."

"Gue Alya ini kembaran gue Ica."

"Cara bedain kalian berdua gimanaa yaa?" tanya Zia kebingungan. "Cara mudahnya, liat alis sama bulu mata. Gue yang alis tipis bulu mata lentik. Sedangkan si Alya alisnya tebel kea monkey, bulu matanya datar tapi tebel," jawab Ica santai.

"Gak harus monkeyy juga kali ahh. Untung gue sabar punya adek kek lu!" Ica cengengesan.

"Okeee-okee, gue udah tau bedanya."

"Yauda kalau gitu ayok ke kantinn." Mereka jalan bersama menuju kantin. Setibanya di sana, mereka duduk santai di meja bagian tengah ruangan.

"Lu bukan anak Indonesia ya, Zi? Maksud gue blasteran gitu, kan?" tanya Alya kepo. "Iya, blasteran. Bokap dari Jerman, nyokap asli Indonesia."

"Oooo, blaster Jerman. Pantesan cantik bangett," puji Qiara senang. "Hahaha, sa aee luu. Makasih btw, lu juga cantik."

"Oh iya, lu mau makan apa, Zi?" tanya Tania. Dirinya tau semua pesanan temannya yang lain, tapi tidak dengan pesanan Zia. Ya gimana mo tau, kan Zia new memberrr.

"Gue apa aja terserah. Tapi jangan pedes, gue gak boleh makan pedes kalau masih jam segini."

"Oh oke-oke. Gue yang pesen yaa," Tania pergi memesan makanan sendirian.

"Anjay cuci mataaa cukkk."

"Bening bangettt yaaa."

"Duh cantiknya bidadari guee."

"Kok gemess? Jadi pengen macarin."

"Cantik apaan? B aja padahal."

"Pada lebay. Inget pacarrr, jangan jelalatan lu pada!"

"Iri banget lu bacott!"

Itulah yg dikatakan para penghuni kantin ketika melihat Zia. Jujur, Zia merasa risih dengan mereka. Tapi dirinya memilih diam daripada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Lu gak nyaman ya?" tanya Qiara. Zia mengangguk, "Agak risih diliatin kek gini, macemm narapidana yang lepas tau gak," kata Zia berbisik.

"Hahaha! Udahh biarin aja, Zi. Mereka mah mata keranjang semuaa, kepengen diculek matanya," sahut Tania. Meskipun begitu, Zia tetap saja risih. Di sebelah meja Zia ada Ivan yang ternyata juga melihat Zia cukup intens.

Zia tadinya ingin tetap diam, tapi dirinya tak tahan dengan tatapan Ivan. Zia menghela nafas panjang, tangannya mengambil garpu lalu matanya menoleh ke arah Ivan. "Tutup mata lu atau gue colok pake garpu sekarang juga?!!"

^^^Revisi, 2021.^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!