"Sasa, sarapannya udah siap, Nak!" suara Ibu memanggil Farasya Zalia, putrinya.
"Iya, Bu," jawab gadis berusia 17 tahun yang sebentar lagi lulus dari SMA itu. Ia tinggal bersama Ibu sementara Ayah hanya sebulan sekali pulang karena bekerja diluar kota.
Sambil bersenandung ia menuju ruang makan.
....
you' re who i'm thinking of
girl you ain't my runner up
and no matter what you're
always number one
.....
Lirik lagu itu adalah untaian kata favorit yang pertama kali Sasa dengar dari bibir pacarnya. Rizki, sang kapten basket di sekolah.
"Pelan! Ibu ga minta," ucap ibu terkekeh sambil membersihkan sisa makanan di pipi putri semata wayangnya.
"Hehe abis enak sih. Masakan ibu juara," puji gadis itu sekaligus membela diri. Namun ia memang mengakui masakan Ibu selalu enak.
"Bu, nanti setelah pulang sekolah, Sasa mau ke butik Koh Akong buat cek kebaya. Udah jadi apa belum ya?" pamitnya meminta izin setelah selesai makan.
"Iya, hati hati ya. Udah sana berangkat! Jam sembilan tuh, Tayo pasti nungguin di halte."
Sasa hanya tersenyum lebar mendengar ucapan ibunya. Setelah berpamitan, ia berjalan ke arah halte bus Transjakarta yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Hari ini adalah hari Sabtu, jalanan lebih senggang dari hari biasa karena anak sekolah rata-rata sudah libur.
Memasang earphone, Sasa menikmati perjalanan sambil mendengarkan lagu dari JB. Iya, dia adalah Beliebers garis keras. Sampai akhirny tak terasa bus sudah berhenti di halte dekat sekolah.
"Mmmm, pasti bakalan rindu tempat ini," batin Sasa setelah memandangi sekeliling sekolah.
Ia melangkahkan kaki menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku paket yang dipinjam beberapa bulan lalu untuk persiapan UN. Saat makin dekat perpustakaan, telinganya menangkap suara yang sudah tidak asing lagi.
"Kii, lu harus bilang ama Sasa ASAP!"
"I know, but ... ini ga mudah, Clar!"
"Gue ga bisa kayak gini. Dia yang jadi duri dalam hubungan kita."
Mendengar percakapan itu, detakan jantung Sasa berpacu lebih cepat. Ia hafal benar suara Rizki juga suara Clarisa. Sahabat baik yang hampir dua belas tahun ini sekolah bersamanya.
"Sasaa!" ucap keduanya berbarengan setelah melihat Sasa muncul dari balik dinding.
"Siapa yang jadi duri?" tanya Sasa yang membuat mereka kaget.
"Sa, aku bisa jelasin," kata Rizki terbata-bata.
"Pliss, gue dah capek kaya gini. Sa, lu harus tau, gue dan Rizki minggu depan tunangan lalu kita akan berangkat ke Sidney, " jelas Clarisa sambil menarik tangan Rizki.
Sasa terhuyung, seperti ada godam keras memukul dadanya setelah mendengar ucapan Clarisa. Dilihatnya mata Rizki yang tidak bisa menyanggah ucapan Clarisa. Jadi bisa diartikan bahwa kalimat yang baru ia dengar itu benar. Dengan pandangan tak percaya ia menatap wajah dua orang yang sangat disayanginya itu bergantian, tapi mimik wajah mereka seakan menjelaskan bahwa semua ini benar.
"Jadi ini hadiah perpisahan kita?" tanya Sasa sambil menyeka air mata di pipi .
Namun sebelum Rizki sempat menjawab pertanyaan Sasa, Clarisa lebih dulu mendaratkan ciuman di bibir Rizki untuk membungkamnya.
"Clar! Are you kidding me!" bentak Rizki yang membuat Sasa ikut kaget.
"Udahlah, apa lagi yang perlu dijelasin? Toh nanti dia juga akan tau kan?" Clarisa manja memeluk Rizki
"Tap--" Rizki belum selesai berbicara, tapi lagi lagi Clarisa mendaratkan ciuman di bibirnya.
Melihat adegan sinetron di hadapannya, Sasa tidak tahan. Ia harus segera pergi, sebelum air matanya luruh. Tanpa pamit gadis malang itu berlari meninggalkan mereka yang masih berpelukan.
"Sakit, Kii! Sakit!" jeritnya lirih dalam tangis.
Tanpa terasa Sasa berlari sampai di taman. Tempat Ia dan Rizki biasa lari sore tiap hari. Tangisnya makin deras, hingga isakan keluar dari mulutnya.
Sasa kesal! Entah apa yang menuntun kakinya kemari, yang Sasa tahu, ia hanya ingin berlari menjauh secepatnya dari mereka.
Namun tanpa sepengetahuan gadis itu, ada sepasang mata biru langit yang memandangnya dari dalam mobil .
"Another stupid girl!" cibir pemilik mata biru langit seraya membuang putung rokok. Tak lama kemudian, ia memacu mobil mewahnya meninggalkan Sasa yang masih menangis.
Kring!
Bunyi notifikasi WhatsApp menyadarkan Sasa dari lamunannya. Entah sudah berapa lama ia termangu di tempat itu. Air matanya sudah habis, tapi pipinya masih basah.
Ibu: sayang udah selesai belum kebaya nya?
Sasa: belum bu
Ibu: ya udah
Ibu: pulangnya hati hati sayang
Ibu: ibu tunggu dirumah
Sasa: otw pulang bu
Sasa melangkahkan kaki menyusuri jalanan menuju rumah. Menengadahkan kepala ke langit, ia baru menyadari ternyata hari hampir senja. Setengah berlari gadis itu menuju rumah karena takut membuat Ibu khawatir.
"Assalamualaikum. Bu, Sasa pulang!" Gadis itu berdiri di depan pintu rumahnya.
"Waalaiikumsalam!" jawab Ibu sambil membukakan pintu. "Ya ampun Sasa. Jam berapa ini kok baru pulang?"
Tanpa aba-aba Sasa memeluk ibunya. Sementara itu sang Ibu hanya mengelus rambut putrinya tanpa mengucapkan apapun. Namun, insting wanita itu mengatakan pasti ada yang tidak beres.
Ibu menuntun Sasa masuk ke kamar kemudian mencium keningnya dan berkata, "Mandi dulu. Nanti baru bicara ama Ibu ya."
Sepeninggal Ibu, sebenarnya Sasa masih ingin menangis. Tapi suara adzan dari mushola dekat rumah menahan air matanya untuk menetes. Dengan langkah lemas ia menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan, menangis seharian ternyata cukup melelahkan.
Di ruang makan, Kinanti menatap putrinya tanpa sepatah kata pun. "Putriku sudah dewasa," batinnya.
"Bu, Sasa tidur ya," ucap Sasa setelah hampir setengah jam hanya mengaduk aduk makanan di piring .
"Ya, udah. Nanti kalau udah tenang baru cerita ya?" bujuk Ibu lembut.
Sasa menahan sekuat mungkin air mata untuk tidak jatuh di hadapan Ibu. "Huum." Hanya itu kata yang keluar dari bibirnya.
Di dalam kamar kembali Sasa meluapkan rasa kecewa dengan membenamkan wajah di bantal, tidak ingin suara tangisnya terdengar ibu .
Di luar kamar, Kinanti menatap kamar putrinya dengan kepedihan.
"Maafin Ibu, Sa. Semua salah ibu," pinta Kinanti sambil menyentuh pintu kamar Sasa .
Mendengar ibunya menangis dan minta maaf, Sasa merasa ada yang aneh. Sasa membersihkan air mata diwajahnya kemudian membuka pintu dan mendapati sang ibu terduduk di samping pintu kamarnya dengan menunduk.
"Ibuuu!" jerit Sasa terkejut melihat ibunya menangis di lantai.
"Sa, udah waktunya Ibu cerita sama Sasa," jawab Kinanti menatap wajah putrinya.
"Kenapa, bu?" tanya Sasa ikut menangis melihat ibunya menangis.
"Semua ini bermula di saat ibu berumur dua puluh tahun. Saat itu Ibu masih kuliah ...."
Kinanti menceritakan asal mula kisah cinta dan perjuangan cinta bersama Arjuna, sang suami .
Bersambung
Di rumah ruang keluarga Sastrohadi Kusumo terjadi pembicaraan serius antara Kanjeng Raden Panji Sastrohadi Kusumo beserta Raden Ayu Galuh Setiaji sang istri dan beberapa anaknya termasuk raden Ajeng Pinanti Sastrohadi Kusumo sang putri bungsu .
" lancang kamu " hardik Raden Panji
" kang mas sabar hiks " ucap Raden Ayu Galuh menenangkan suaminya
" jadi ini hasil belajarmu di Jakarta pinan " bentak Raden Mas galih anak tertua Raden Panji
" jawab pinan " tambah Raden Ajeng Mintarsih sang anak kedua
" nyuwun pangapuro Kanjeng Romo " lirih Raden Ajeng Pinanti memelas
" kamu diperbolehkan melanjutkan sekolahmu di kota besar bukan berarti kamu bisa seenak sendiri menginjak harga diri keluarga Sastrohadi Kusumo " Raden Panji makin emosi mendengar ucapan putri bungsunya yang hanya mengucapkan kata maaf.
" pinan salah Romo " Isak nya melanjutkan pembelaan .
" nduk cah ayu pikir lagi ucapan Romo mu coba minta maaf dan jelaskan kalau kamu salah bicara cah ayu " ucap lembut Raden Ayu Galuh seraya memeluk putri bungsu kesayangannya .
" Kanjeng ibu jangan bela dia terus !! ini lah hasilnya kalau kita terlalu memanjakannya " ucap Raden mas galih sambil menarik pinan jatuh kelantai yang membuat kaget semua orang diruang keluarga .
" kang mas sakit " ucap pinan memelas sambil memegang pergelangan tangan kirinya yang terasa sakit seperti terkilir saat tadi ditarik oleh kakaknya .
" Romo harus tegas ga boleh gini " timpal Raden Ajeng Mintarsih kesal .
keluarga Sastrohadi Kusumo yang masih keturunan bangsawan di solo mendadak memanas ketika mendengar permintaan sang putri bungsu untuk menikah dengan kekasih yang dia temui ditempat kuliahnya di kota , padahal putri bungsu keluarga Sastrohadi Kusumo selama ini dibanggakan oleh sang ayah kepada keluarga bangsawan yang lain selama ada kesempatan bahkan rumornya sang putri akan dinikahkan dengan seorang putra gubernur di Jawa tengah .
" Romo pinan salah tapi pinan tidak mencintai kang mas Trunojoyo " ucap Pinanti memberikan penjelasan bahwa dia menolak dijodohkan dengan pria pilihan keluarga .
plak
tamparan keras melayang ke pipi Pinanti dan terlihat Raden Panji terlihat belum puas telah menampar putri kesayangannya itu dan ingin melakukan tambahan pukulan akan tetapi dihalangi oleh istrinya .
" kang mas kalau kang mas ingin menampar pinan lagi lewatin dulu mayatku " hardik sang istri menghadang suaminya .
" Dinda " ucap sang suami terkejut.
" Ibunda jangan begini biar Romo memberikan pelajaran ke anak ini supaya dia sadar dia ini siapa " ucap Mintarsih mengintimidasi pinan yang masih terduduk dilantai sambil memegang pipi kiri yang terasa panas karena tamparan sang ayah .
" pinan kau liat Romo dan ibunda bertengkar karenamu !!! " tambah galih yang tak kalah garang yang membuat pinan makin terpojok .
" ya wes kalau itu maumu pinan jangan salahkan Romo kalau Romo berbuat kejam " bentak Raden Panji sambil berkacak pinggang .
" pinan salah Romo " lagi lagi hanya kata ini yang keluar dari mulut pinan
" ndukk nyuwun pangapuro Karo romomu nduk " tangis sang bunda disebelah Mintarsih yang terlihat lemas karena menangis .
" pinan ndak pantes nyuwun pangapuro kalih Kanjeng Romo bunda " jawab pinan lirih .
" hahh bagus aku membesarkan ular berbisa dirumahku selama ini hahahaha " Raden Panji berteriak yang membuat semua terkaget termasuk pinan yang terduduk lemah disamping meja makan .
" kalau kamu menolak menikah dengan Trunojoyo silahkan pergi dari keluarga Sastrohadi Kusumo dan haram bagimu memakai nama Raden Ajeng selama sisa hidupmu !!! dan saat kamu melangkah kan kaki keluar dari rumah ini kau bukan anakku lagi " ucap Raden Panji penuh emosi
tak pelak ucapan Raden Panji membuat semua yang ada diruang keluarga terkaget tak terkecuali pinan .
" kangmasssss " teriak Raden Ayu Galuh tak percaya mendengar ucapan suaminya yang kemudian jatuh pingsan .
" bundaaa " ucap galih dan Mintarsih bersamaan begitupun pinan .
" dindaaa " teriak Raden Panji yang kemudian membopong sang istri masuk ke kamar tidur mereka dengan tergesa gesa .
" bunda maaf " ucap pinan bangkit dari duduknya berusaha mengejar sang ayah yang sudah membawa ibunya kedalam .
" stoopp jangan masuk jangan sentuh dan ucapkan nama bunda dari mulut busukmu pinan " hadang Mintarsih penuh emosi
" yundaa pinan mau melihat Kanjeng ibu " pinta pinan memelas .
" pergi !!! " ucap Raden Panji dari arah dalam
" romoo " pinan belum sempat menyelesaikan ucapannya tapi dia merasakan tubuhnya terlempar kebelakang dan ternyata sang kakak galih sudah menariknya keluar dari ruang keluarga menuju halaman depan dengan kasar .
brukk
pinan terjatuh di halaman depan rumah keluarganya dengan kepala menyentuh tanah terlebih dahulu .
" kangmas galih sakit " ucap pinan memelas
" kau dengar tadi apa kata Kanjeng Romo ha ??! " bentak galih
" silahkan pergi dari rumahku pinan mulai saat ini kau bukan anak Panji Sastrohadi Kusumo !! kubebaskan tanggung jawab dan kewajiban mu terhadap keluarga ini " usir Raden Panji yang tiba tiba muncul dari balik pintu .
" galih suruh pelayan depan seret anak ini dan bersihkan dengan air kembang bekas dia duduk ini " tambah Raden Panji seraya menatap sinis ke pinan . Pinan hanya mampu menangis mendengar ucapan ayahnya tanpa berani mengangkat wajah untuk menatap ayahnya .
tak lama pelayan yang dipanggil galih datang kemudian mereka melaksanakan perintah sang majikan .
" ndoro ajeng marii " ucap salah satu pelayan yang akan membantu pinan berdiri
" paijoo jangan panggil dia ndoro lagi dia bukan ndoromu dia adalah orang lain " hardik Raden Panji memotong perkataan pelayannya .
" sana bawa pergi yang jauh paijo " imbuh galih .
pinan pergi dari rumah keluarganya dengan rasa hancur dan sakit bukan sakit karena terkena pukulan plus tamparan sang ayah tapi rasa sakit di dada yang sulit ia diskripsikan . Bahkan ketika pergi pun dia tak sempat berpamitan dengan sang ibunda yang tadi pingsan , pinan hanya menangis meratapi kejadian yang baru saja terjadi dimana dia tidak menyangka kalau dia akan diusir oleh ayahnya .
" ndoro ajeng mau kemana ini sudah malam " ucap paijo yang iba melihat kondisi pinan .
" ndak tau pak " ucap pinan lirih .
" ndoro ini ada uang sedikit bisa dipakai buat beli makan ndoro " paijo mengulurkan sejumlah uang kertas ke pinan yang tentu saja pinan tolak .
" ndak pak itu upah bapak pinan ndak bisa pake " tolak pinan lemah
" ndoro selama ni yang paling baik ke saya dan keluarga saya mana mungkin saya bisa diam saja melihat ndoro pergi seperti ini tanpa membawa apapun , tolong ndoro terima ini hanya sedikit ucapan terima kasih dari saya ndoro " ucap paijo bergetar dan menahan tangis dihadapan ndoro ajeng nya .
hiks hiks
" sudah ndoro bawa saja saya ikhlas ndoro " imbuh Paijo seraya menggenggam kan uang ke tangan pinan .
" pak saya berhutang budi ke bapak hiks " ucap pinan penuh syukur .
" ndoro jangan bicara seperti itu , ndoro tidak berhutang apapun bahkan jika bisa nyawa saya sekalipun belum bisa membalas kebaikan ndoro pinan selama ini " ucap paijo yang akhirnya ikut menangis karena mengingat masa lalunya yang selalu ditolong pinan .
" pak nitip Romo dan ibunda ya , jaga mereka pinan pamit " ucap pinan parau
" ndoro kemana tulis alamat tujuan ndoro supaya saya bisa susul ndoro , siapa tau besok Kanjeng Raden Panji sudah memaafkan ndoro " Paijo mencegah pinan pergi.
" ndak mungkin Romo memaafkan saya pak , ya sudah saya pergi ya pak salamkan pamitku ke Kanjeng ibu hiks " ucap pinan
" sendiko dawuh ndoro " ucap paijo menatap kepergian sang putri bungsu majikannya yang selama ini sangat disayangi oleh ayah dan ibunya tapi kesalahan apa yang dibuatnya sehingga dia harus terusir dari keluarga itu masih menjadi pertanyaan besar dalam benak Paijo .
Mendengar cerita ibunya membuat Sasa menelan ludah berulang kali , ternyata sang ibu adalah seorang keturunan bangsawan Jawa yang dibuang keluarga karena mempertahankan cinta yang diagungkannya .
" kenapa melihat ibu seperti ini sayang " ucap Kinanti lembut sambil memandang putri semata wayangnya .
" ibu nyesel ga ? " jawabku entah setan dari mana tiba tiba saja terlintas pertanyaan seperti itu .
" enggak karena ibu mempunyai malaikat seperti Sasa " jawab kinanti
" kakek dan nenek tau ibu punya Sasa ? " selidikku
" ibu terakhir mengetahui kabar eyangmu saat kamu usia lima tahun nak setelah itu ibu tidak tau lagi karena semua akses untuk mencari tau keadaan eyangmu sangat sulit untuk ibu tembus " jawab Kinanti lirih
" ibuu jangan nangis sasa ga bermaksud membuat ibu sedih " jawabku cepat karena melihat ekspresi ibu yang berubah drastis .
" semua yang ibu pilih sudah ibu pikiran konsekuensi nya nak " ucap Kinanti menyakinkan Sasa .
" sasa sayang ibuuuu " teriakku seraya memeluk ibuku tercinta .
Kinanti hanya tersenyum melihat putrinya menjadi sedikit manja kepadanya , rasanya beban dipundaknya terangkat sedikit setelah bercerita kepada putrinya .
Sasa masih tenggelam dalam seribu pertanyaan dalam pikirannya , banyak hal yang ingin ia tanyakan tapi ia takut menyinggung perasaan ibunya tanpa Sasa sadari perasaan kecewa karena penghianatan kekasih dan sahabatnya tak teringat lagi di benak Sasa .
malam itu Sasa tidur bersama ibunya , memeluk ibunya seerat mungkin hingga ibunya sesak tak bisa bergerak .
" nak ampun nak ibu nyerah " ucap Kinanti cekikikan melihat perlakuan putrinya .
" ibu terima kasih udah ngelahirin Sasa " ucap sasa penuh bakti .
" ibu yang terima kasih karena sasa udah jadi pelengkap hidup ibu selama ini " jawab Kinanti .
" ya udah ayo bobok besok kita kepasar ibu mau masak pepes ikan mas besok ayah pulang lho " lanjut Kinanti .
cup cup
sasa mencium wajah ibunya berkali kali kemudian mencoba untuk tidur .
"i love u ibu " batin sasa
Entah mengapa dia merasa bersalah sekali karena membuat ibunya menjadi seperti ini , harus terbuang dari keluarga tidak punya saudara .
" Sasa akan buat ibu bahagia " gumamnya sebelum akhirnya terlelap dalam mimpi indah
Kinanti sebenarnya belum tidur sewaktu memeluk Sasa , dipandangi wajah putri tercintanya dengan lembut . deg deg sekilas muncul wajah Kanjeng ibu di pikiran Kinanti dan tak terasa ada air mengalir dari dua mata indahnya rasa rindu terlalu dalam kepada ibunya selama ini terpendam rapi selama delapan belas tahun .
" pinan mohon ampun Romo bunda " lirih Kinanti mengingat kedua orang tuanya .
suara ayam peliharaan tetangga membangunkan Sasa dari mimpi indahnya .
ia menggeliat dan tersenyum melihat ibunya masih terlelap dalam alam mimpi . dipandanginya wajah ibunya yang ternyata adalah seorang warrior princess yang rela melepas gelar dan bahkan kenyamanan hidup demi cinta .
" Sasa akan berjuang seperti ibu mencari cinta sejati " batin Sasa seraya masih memandangi wajah teduh ibunya .
" lho udah bangun sayang tumben " ucap kinanti membuyarkan lamunan Sasa .
" udah bu cuma Sasa masih pengen lama aja disini ama ibu " jawab Sasa manja kemudian masuk kembali keselimut dan memeluk ibunya erat .
" heiii anak gadis pamali udah bangun subuh lanjut tidur lagi !! " suara kinanti meninggi .
mendengar suara ibunya berubah tanpa perintah lagi Sasa keluar dari gulungan selimut menuju ke dapur untuk melaksanakan kewajiban paginya .
Kinanti hanya terkekeh melihat tingkah laku putri tercintanya .
" terima kasih sudah hadir dalam hidup ibu sa " ucap Kinanti .
sang Surya perlahan namun pasti menunjukkan keperkasaan nya menyinari bumi , membawa semangat baru dihari yang baru bagi manusia manusia yang yakin dan percaya akan ada kehidupan yang lebih baik di hari esok .
" assalamualaikum "
" waalaiikumsalam " jawab Kinanti dari dalam
ceklek pintu terbuka dan terlihat lah lelaki paruh baya yang gagah menenteng bomber jaket dan ada satu koper warna hijau toska disebalahnya.
" Alhamdulillah mas sudah sampe " ucap Kinanti kemudian mencium punggung tangan suaminya penuh cinta .
" Alhamdulillah tadi pesawat ga delay sayang " jawab Juna kemudian memeluk istrinya .
" eheemm eheemm maaf ada orang lain disini yang juga rindu lho " ucap Sasa yang entah kapan muncul merusak suasana romantis Arjuna dan Kinanti
sebenarnya Sasa tidak mau mengganggu pertemuan pertama ayah dan ibunya , seperti bulan yang lalu setiap ayahnya kembali dari dinas Sasa akan memberikan ruang kepada ayah dan ibunya untuk melepas rindu akan tetapi kali ini ia tak tahan untuk juga memeluk ayahnya . sifat manja anak perempuan kepada ayahnya memang sudah dihilangkan .
" Sasa kangen ayah " teriak sasa lembut kemudian memeluk ayahnya .
Juna membalas pelukan putrinya dengan lembut sepertinya Juna merasa ada yang aneh kepada putrinya lalu matanya berputar kearah istrinya dan seperti nya sang istri mengerti sorot mata Juna ia hanya tersenyum manis sambil mengedipkan mata . Arjuna paham akan bahasa mata istrinya .
" hei Princes sebulan ayah tinggal pergi kok manja sekali " Arjuna membuka percakapan dengan putrinya diruang makan .
" enggak Sasa cuma pengen aja minta uang jajan Ama ayah abis uang Sasa udah abis buat bikin kebaya si " jawab Sasa seenaknya sambil tertawa kecil .
" anak nakal " Kinanti bereaksi atas jawaban Sasa .
Sasa yang merasa ibunya sedikit kesal padanya langsung bereaksi .
" maaf ayah " ucap Sasa dengan pandangan meminta perlindungan dari sang ayah
Arjuna tertawa melihat dua bidadari dihadapannya . " sasa ingat ya Sasa sebentar lagi kuliah jadi ga boleh boros " ucap Juna kemudian mencium kening putrinya .
merasa ada yang melindungi Sasa melirik ibunya dan tersenyum penuh kemenangan menggoda sang ibu . Kinanti hanya tersenyum melihat kelakuan putrinya . Ia paham bahwa putrinya pasti rindu kepada ayahnya yang bekerja sebagai pilot pesawat domestik yang membuat nya jarang bisa bersama sang ayah .
selesai makan siang sasa masuk ke kamar untuk merapikan pakaian ayahnya kelemari salah satu kegiatan favorit Sasa ketika ayahnya kembali dari tugasnya .
" sayang kamu kenapa ? "ucap Arjuna kepada Kinanti
" mas Sasa sudah kuberitahu tentang Romo dan bunda " jawab Kinanti memandang mata suaminya lembut .
" sasa sudah tau bahwa ibunya adalah bangsawan ? " goda Arjuna kepada istri tercinta nya .
" sayang ikhh " ucap Kinanti tersipu kemudian mencubit lengan kekar suaminya .
" iya maaf ampun hehe lalu respon Sasa gimana '' tanya Arjuna
" dia minta maaf mas hal yang sama sekali aku ga duga " jawab kinanti lirih kemudian merebahkan kepala di dada bidang suaminya .
Arjuna merasakan ada rasa sedih dari ucapan istrinya , ia kemudian mengusap rambut wanita yang sangat dia cintai kemudian mencium keningnya seraya berkata " she is not teennager anymore and i proud it "
mendengar ucapan suaminya kinanti tersenyum ia sangat bersyukur atas hidup dan keluarga yang ia miliki saat ini . walau dalam hati kecil paling dalam disana ia merindukan sang bunda tapi ia pendam takut membuat sang suami bersedih .
" terima kasih istriku atas semua perjuangan mu selama ini " ucap Arjuna memecah lamunan Kinanti .
" kalau dulu kau tidak memperjuangkan cinta kita aku tidak akan sebahagia ini " imbuh nya lagi kemudian memeluk sang istri .
" mas sejak pertama aku memutuskan untuk mencintai mu aku sangat bahagia " jawab Kinanti
" tapi pengorbanan mu terlalu berat untuk aku bayar sayang " Arjuna menimpali ucapan istrinya .
" aku yakin Kanjeng ibu memberikan restu pada kita mas " ucap Kinanti entah keyakinan darimana yang membuatnya begitu yakin .
Sasa sebenarnya sudah selesai merapikan baju ayahnya dari tadi tapi langkahnya terhenti saat mendengar percakapan ayah dan ibunya tiba tiba ia teringat Rizki ya Rizki kekasih yang ia cintai sejak SMA kelas satu tapi ternyata penghianatan yang ia dapat kan dari Rizki .
Rizki dan Clarisa sangat serasi batin Sasa . Rizki adalah anak pengusaha ternama di kota tempat ia tinggal sementara Clarisa sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil maklum saja ibunya adalah sosialita termasyhur di kota sedang sang ayah menjalankan bisnis properti .
" kudoakan untuk kebahagiaan kalian ki " ucap Sasa lirih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!