Safiya Khanza Ayunindya, seorang remaja yang memiliki sebuah kelebihan untuk melihat makhluk tak kasat mata. Karakter yang pemberani, terkesan egois dan sangat mencintai sahabat nya.
Dia memang cantik, namun bukan di urutan pertama ataupun kedua, melainkan diantara nomor tiga ataupun empat. Dia populer bukan karena cantik ataupun kaya, namun dia adalah satu-satunya gadis yang selalu dekat dengan sahabat nya, Dimas. Mereka selalu berdua bagaikan sebuah pasangan, namun mereka mengelak dan masih berpegang teguh sebagai sahabat.
Tapi, bagaimana mungkin Safiya tidak mencintai sahabat nya, apalagi itu adalah lawan jenisnya yang selalu membuat nya nyaman dan bahagia di saat di sisinya. Benar bukan...
Namun apalah dayanya, tidak mungkin untuk nya memberi tahu Dimas bahwa dia mencintai nya, akan terkesan apa nanti di depan sahabat terbaik nya. Lebih baik mengagumi nya dan mencintai nya sebagai seorang sahabat.
Tak ada yang tau bahwa Safiya adalah anak indigo. Dia bisa mengendalikan nya agar semua anak yang di sekolah nya tidak menjauhi nya. Hanya Dimas yang tau bahwa Safiya memiliki kelebihan tersebut.
Safiya memanggil sahabatnya dengan sebutan Dimas, entah mengapa, namun dia merasa nyaman. Kebanyakan teman-temannya yang biasa di bilang ingin mendapatkan nya, memanggil nya dengan sebutan Satya. Namun berbeda dengan Safiya, dia memilih untuk memanggilnya dengan Dimas.
Untuk dirinya sendiri pun begitu, dia tak mau berpaling jika dirinya di panggil dengan nama Safiya, namun dia lebih suka di panggil dengan Khanza. Nama Safiya, untuk Dimas seorang.
Dia memiliki seorang teman akrab di sekolahnya, yaitu Rafenika. Rafenika tidak tau bahwa Safiya adalah anak indigo namun yang dia tau hanyalah bisa menyembuhkan teman-teman yang kerasukan oleh makhluk-makhluk itu.
Dia memiliki seorang adik perempuan berumur 3 tahun. Namanya adalah Sofia Anatasya, permintaan dari Safiya sendiri. Tidak ada tanda-tanda bahwa adiknya bisa melihat makhluk. Berbeda dengan nya, dia bahkan masih ingat siapa saja yang telah mengganggu nya saat masih umur 2 tahun.
Berat memang untuk dirinya, namun harus bagaimana lagi. Itu adalah sebuah anugerah yang harus dia terima apapun yang terjadi. Percuma dia mengeluh dan hanya akan membuang tenaganya.
Orang tua Safiya juga sebenarnya resah dengan kelebihannya. Namun apa daya mereka yang hanya sebagai seorang manusia, mereka hanya bisa menyemangati nya dan memberikan kekuatan untuk menghadapi para makhluk yang tak kasat mata, entah itu yang buruk rupa ataupun yang indah bagai cahaya.
Satya Dimas Adriansyah, sahabat masa kecil Safiya sekaligus sahabat dekat nya. Berkepribadian baik, jujur, setia, perhatian dan romantis hanya kepada Safiya. Berbadan tinggi dan tampan, namun hanya Safiya yang bisa mendekati nya tanpa batas.
Para penggemarnya pun memilih untuk mundur jika sudah ada Safiya di sampingnya. Dimas selalu menjadi penasihat dan penenang Safiya. Bahkan dia juga membantunya menolong para makhluk yang di sekitar Safiya walaupun dia tidak bisa melihatnya.
Dia sangat aktif di sekolah, dan tidak sombong kepada semua temannya, namun sikap perhatiannya selalu ditujukan untuk Safiya. Dimas mengikuti ekstrakulikuler Paskibra, Safiya dengan setianya pun menemani latihan rutinnya di setiap hari Rabu.
Dimas juga memiliki adik perempuan berusia 13 tahun. Namanya adalah Sintya Marissa. Dia juga akrab dengan Safiya, namun dia tetap memanggilnya ka Khanza untuk menghormati panggilan kesayangan dari kakaknya.
Dia dekat dengan Safiya dari umur mereka 5 tahun dan saat mereka masuk ke Taman Kanak-kanak (TK). Keluarga mereka tak menyadari bahwa ternyata mereka bertetangga dekat dan hanya melewati sekitar 8 rumah saja.
Kedekatan mereka membuat mereka akhirnya bersahabat dan saling menerima satu sama lain. Tak ada pelarangan juga dari kedua orang tua mereka, dan kedua orang tua nya juga berencana menikahkan mereka di masa depan.
Keluarga Dimas tau bahwa Safiya memiliki kelebihan, jadi mereka tidak pernah kaget saat Safiya mendadak kaget ataupun menjerit secara tiba-tiba. Kedekatan orang tua mereka yang membuat mereka saling terbuka satu sama lain sehingga orang tua Safiya menjelaskan secara detail mengenai Safiya.
Farhan Liam Ma'ruf, pria sombong yang paling tidak di sukai Safiya, karena kepribadian nya yang angkuh, selalu berbicara kasar, dan tentu saja F*ckboy.
Di gilai oleh para siswi di sekolahnya karena tampan. Tak mengikuti ekstrakulikuler apapun di sekolahnya, namun jago basket tentunya.
Tak percaya dengan makhluk yang tak kasat mata dan sering berulah karena tak percaya, sehingga tubuhnya dengan mudah dimasuki oleh makhluk halus, sehingga sering menyusahkan Safiya untuk mengeluarkan makhluk yang tersesat ke dalam tubuhnya untuk meminta bantuan kepadanya.
Dia memiliki seorang adik laki-laki yang berumur sekitar 6 tahun. Dia sangat membenci nya, sangat.. Sangat.. Karena menurutnya kedatangan nya membuat dirinya nya diacuhkan seketika.
Tak ada yang tau apa yang terjadi dengan keluarganya, karena dia adalah pria yang menutup rapat urusan pribadi dan memilih untuk tinggal sendirian di rumah pribadinya, terkadang dia juga menginap di apartemen milik papanya.
Dia memiliki seorang teman yang sepadan dan selalu menemaninya kemanapun Farhan pergi. Entah itu ke Bar, Cafe ataupun ke apartemennya sekalipun untuk menenangkan dirinya.
Dia juga membuat genk untuk itu, namanya adalah Farhan CS, singkat namanya agar mereka selalu di ingat oleh seluruh siswa dan siswi di sekolahnya.
4.Jennie Calista Putri, seseorang yang ingin merebut Dimas dari Safiya. Cantik dan populer, manja serta egois, itulah sifatnya. Sering membuly teman-teman nya termasuk dengan Safiya.
Safiya selalu di panggil mbah dukun oleh nya, karena dia adalah satu-satunya siswi yang bisa berinteraksi dengan makhluk dan mengeluarkan nya dari dalam tubuh seseorang.
Dia tak begitu suka dengan Safiya karena dia yang selalu akrab dengan Dimas. Tak mau kalah dengan Safiya, dia pun berusaha untuk mengambil posisi Safiya.
Tak hanya Dimas yang ia dekati, melainkan dengan Farhan juga. Dia selalu mengincar orang yang begitu sempurna baginya. Banyak yang sudah mengirimkan surat atau paket dan buket bunga berisikan surat cinta, namun dia tolak demi dua orang yang sedang dikejarnya.
Dia memiliki seorang teman dekat, namanya Bianka. Satu-satunya teman akrab Jennie dan memiliki status yang sederajat dengan Jennie. Jennie selalu mentraktirnya tanpa pengecualian sehingga Bianka betah di dekat Jennie.
Jennie memiliki seorang kakak laki-laki, namanya adalah Juan. Seseorang yang tegas dan selalu menjaga nama baik keluarga nya. Dia juga selalu memberikan Jennie barang-barang yang ia minta, Jennie tak minta pun selalu dia berikan barang-barang branded dan limited edition.
//**//
Safiya Khanza Ayunindya
.
.
.
.
Kalian tau....
Aku adalah Safiya Khanza Ayunindya, panggil saja aku Khanza. Gadis berambut coklat sepunggung yang memiliki sebuah kelebihan. Kelebihan ku adalah bisa melihat makhluk yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa.
Itu baru kelebihan ku. Namun... Aku belum tau kekurangan yang aku miliki. Kata kedua orang tua ku, aku memiliki kelebihan tersebut karena keturunan dari kakek buyutku. Tetapi, bagaimana pun diriku, aku harus bisa menerima semua ini dengan lapang dada.
Orang tua ku pun tak tau caranya agar mereka bisa menghilangkan kelebihan ku. Namun apa daya mereka yang hanya sebagai manusia. Mereka hanya pasrah dan berharap aku bisa menghadapinya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur, karena jarang orang di dunia ini yang memiliki kelebihan seperti ku.
Satu lagi yang perlu kalian tau....
Aku memiliki seorang sahabat, namanya adalah Satya Dimas Adriansyah. Dia adalah sahabat yang paling setia di banding dengan sahabat-sahabat perempuan ku.
Bagiku..
Sahabat adalah tempat dimana kita dapat menumpahkan segalanya. Entah itu suka maupun duka. Kalian beruntung jika mendapatkan seorang sahabat, apalagi dia adalah seorang lelaki.
Teman berbeda dengan sahabat. Sahabat adalah orang yang setia, bukan hanya sekedar di butuhkan atau membutuhkan. Tetapi, sahabat itu selalu memberikan kita semangat, nasihat dan memberikan dukungan yang terbaik di saat kita tersesat.
Tak hanya itu, sahabat adalah orang yang bisa membuat kita menangis dan tertawa di saat yang bersamaan, layaknya sebagai pasangan, kekasih dan keluarga.
Tak jarang jika di dunia ini, sepasang sahabat lebih memilih untuk hidup bersama, karena mereka sudah tau kelebihan, kekurangan, dan karakter masing-masing.
Kau tak perlu mengelak jika, kalian memiliki sebuah rasa terhadap sahabat kalian sendiri. Apalagi sahabat mu telah memberikan rasa nyaman kepada mu.
Sama halnya dengan diriku. Ingin ku ungkapkan rasa ini kepada nya tapi, diriku yang tak sanggup untuk mengatakannya. Apalagi sekarang aku jauh dengannya. Aku hanya bisa berpasrah kepada takdir di suatu saat yang akan datang. Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi dan memberitahukan rasa ini kepadanya.
Yang saat ini aku fikirkan, apakah dia masih sama seperti dulu? Pada saat aku terjatuh, dia selalu menolong ku dan khawatir kepada ku. Lalu kini, apa dia masih Dimas yang sama yang selalu membantu ku di saat aku terjatuh? Apakah dia juga masih mau membantu ku melawan makhluk tak kasat mata itu? Dan apakah dia masih sama seperti Dimas yang aku kenal dulu?
Sungguh... Pikiran ku bergejolak. Kini umurku adalah 13 tahun dan tepatnya aku tengah duduk di bangku SMP. Selama 8 tahun juga aku dan Dimas sudah menjalani hubungan persahabatan ini.
Apakah dia masih mengingat ku? Apakah dia juga memikirkan ku? Sedang apa dia di sana?
Pertanyaan demi pertanyaan selalu terlintas di pikiran ku. Andai saja waktu itu sudah ada handphone, pasti kami sudah saling berkabar satu sama lain.
Selama ini aku selalu cari namanya di facebook, namun aku masih tetap tidak menemukan namanya. Dia kemana sekarang? Menghilang kah?
Selama ini aku terus memikirkan nya tanpa henti, berbagai macam cara aku terus mencari media sosial tentang nya.
Hingga....
2 tahun berlalu dan akhirnya aku menemukan akun baru di facebook tentang nya. Aku langsung membuat pertemanan dengannya dan langsung meng-inbox nya tanpa ragu.
Kini aku sudah duduk di bangku SMA. Aku memilih jurusan IPA, sesuai dengan saran dari orang tuaku. Pada saat itu, aku sudah menemukan titik terang untuk saling berkomunikasi bersama nya. Kini kami berkomunikasi melalui Whatsaap. Tak pernah video call dan tak pernah saling bertelepon.
Aku sering mengajak nya, namun entah mengapa dia selalu menghindari ku dan aku pun tak tau alasannya. Aku sangat...sangat rindu, namun aku tidak boleh egois karena aku takut dia akan menjauhiku karena sikap ku yang terlalu berlebihan.
*****
Satya Dimas Adriansyah
.
.
.
.
Aku sendiri Satya Dimas Adriansyah, panggil saja aku Satya, karena nama Dimas hanya untuk Safiya. Aku tak memanggil nya Khanza karena nama istimewa nya di dalam hatiku adalah Safiya. Aku dan Fiya sudah menjalani masa persahabatan kurang lebih 8 tahun, mungkin....
Aku tak terlalu memikirkan nya, namun dia adalah sahabat terbaik yang aku miliki di dunia ini. Sangat peduli, ramah walaupun kadang pemarah... Hahaha...
Kini aku sudah duduk di bangku SMA kelas 10 jurusan IPA. Tak ku sangka waktu begitu cepat berlalu. Aku selalu merasa, kini aku sedang menjalani hubungan LDR dengan Fiya, entahlah dengannya, aku tidak tau apakah dia memiliki rasa dengan ku atau tidak, tapi yang pasti aku menyayanginya.
Pertama kali aku membuat akun, yang pertama meminta pertemanan adalah dirinya. Di saat itu pula aku langsung memikirkan, apa dia baik-baik saja di sana? Bagaimana dia bisa menjalani kehidupan yang sangat rumit ini sendiri?
Benar...
Aku tau kelebihan dan kekurangan nya. Kelebihan nya adalah dia bisa melihat apa yang tidak bisa ku lihat. Aku sungguh bangga kepada nya, dia hebat bisa melawannya. Kebanyakan anak pasti takut jika menghadapi para makhluk yang menyeramkan. Berbeda dengan Fiya, dia sangat..sangat pemberani dari yang ku kira.
Kelemahan yang aku tau dari darinya adalah dia orang yang paling takut kehilangan sesuatu yang berharga darinya.
Mengapa aku mengatakan itu?
Pada saat itu kami duduk di bangku SD kelas 4, dia paling menyayangi neneknya. Hingga suatu saat neneknya tiada. Seketika tatapan nya kosong, tak makan tak minum padahal aku selalu di sisinya.
Aku bingung saat itu, sangat bingung...
Aku pun menangis di hadapannya hingga aku berkata "Dia bukan temanku lagi". Seketika Fiya sadar dan langsung memelukku. Dia langsung menangis sejadi-jadinya hingga orang tua kami pun menangis pasrah.
Aku membujuk nya makan dan mengajak nya jalan-jalan di sekitar rumahnya dan dengan polosnya dia berkata kepada ku.
"Kenapa aku tidak bisa melihat nenekku"
Aku bingung saat itu, aku hanya berfikir keras di sampingnya sambil memutar mutar bola mataku tak jelas. Waktu itu memang aku tak tau apa-apa dan mungkin karena aku terlalu b*d*h soal kematian jadi aku menjawab.
"Aku belum mati, jadi aku nggak tau"
Itulah jawabannya, namun dia malah menangis sejadi-jadinya sambil berteriak hingga orang tuaku sendiri malah memarahiku. Yang aku pikirkan saat mengingat kejadian itu, apakah aku salah mengatakan itu?
Sudahlah cukup aku menceritakan tentang nya. Masih banyak kenangan yang kami buat sewaktu kami kecil. Yang terpenting sekarang, dia harus lebih baik dari yang dulu.
//**//
Safiya Khanza Ayunindya
.
.
.
.
Satu tahun berlalu....
Tak terasa aku kini sudah duduk di bangku kelas 11 SMA. Aku terus memandangi luar kaca mobilnya, mengeluarkan tangan ku untuk terkena serpaan angin, walaupun banyak makhluk yang mengganggu perjalanan ku, aku tak mempedulikannya.
Aku turun dari mobilku setelah mobil yang kini ku tumpangi sampai di sekolahku akupun berpamitan dengan sopir yang mengantar ku.
Aku berjalan melalui koridor sekolah sambil mendengarkan musik melalui earphone kesayanganku . Tak peduli makhluk makhluk yang menyapaku di sepanjang perjalanan.
"Khanza... "
Oohh.. Apakah sekarang makhluk bisa berteriak sekencang ini. Terdengar begitu jelas di telinga ku, namun aku tetap berjalan dengan lurus tanpa melihat ke arah belakang ku. Tiba-tiba seseorang menarik ku.
"Astagfirullah... Feni"
"Isshh.. Khanza, kebiasaan banget deh kalau udah pake earphone"
"Pliss.. Jangan teriak oke, lo ganggu ketenangan gue tau"
"Iya maap, setidaknya kalau di panggil itu jawab, kebiasaan deh lo"
"Haaaahhhh...Udah lah Fen, kaga usah ribut. Lo nggak akan pernah ngerti kalau lo di posisi gue."
Aku meninggalkan Feni dan memasang earphone ku kembali. Saat aku melihat ke bawah, tali sepatu ku lepas dan aku pun memasang nya. Setelah aku memasang nya aku pun berdiri dan mengibaskan rambut ku yang tergerai. Aku tak sadar jika di depanku ada orang.
"Aduh"
"Ah maaf"
Pikiran ku berkecamuk, dia orang atau makhluk. Aku ragu untuk mendongak ke atas, tapi aku yang berbuat jadi aku yang harus meminta maaf, siapapun dan apapun dia.
Ternyata dia adalah seorang lelaki. Dia memegang pipi sebelah kirinya yang terkena rambutku. Dia menengok ke arah ku dengan tatapan sinisnya.
"Makanya rambut lo tuh di potong, dasar mbah dukun"
Aku mengerutkan dahiku tak suka. Aku pun mengurungkan niatku untuk meminta maaf, karena pria itu tak lain adalah Farhan.
Dia langsung menarik rambutku, dan aku meringis kesakitan. Feni membantu ku untuk melepaskan tangan Farhan yang mencengkeram rambut ku, namun tenaga Farhan lebih kuat.
"Heh.. Seharusnya lo tau diri dong, Khanza nggak salah. Lo yang sengaja ngedeketin dia. Lo tuh harusnya berterima kasih karena dia yang membantu mengembalikan nyawa lo balik ke tubuh lo. Kalau nggak, nyawa lo pasti udah berkeliaran di sini."
"Gue nggak peduli, mana ada makhluk"
"Lo sebaiknya cepet sadar deh Han, sebelum para makhluk itu kembali memasuki tubuh lo"
Aku menangis tak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba Farhan melepaskan nya entah karena apa. Aku tak melihat nya karena mataku terpejam. Aku terjatuh dan memegangi kepalaku. Feni membantu ku dan membawaku ke ruang UKS.
Aku sudah tak peduli lagi dan berharap tidak menemuinya lagi, karena dia adalah orang yang paling aku benci di dunia ini.
*****
Farhan Liam Ma'ruf
.
.
.
.
Aku tengah bersiap memakai seragam ku. Pagi selalu menyambut ku dengan senyum. Setiap pagi aku selalu berkaca diri agar tidak ada kekurangan di wajah tampan ku.
"Apa aku terlalu tampan, sehingga aku sering di rasuki oleh makhluk. Tapi mana ada setan di dunia modern ini. Sungguh kuno"
Setelahnya aku langsung menghambar tas ku yang tergantung dan membawanya keluar dari apartemen ku, bukan.. Lebih tepatnya apartemen ayahku.
Aku selalu membawa mobilku ke sekolah, mobil-mobil baru tentunya. Aku tak betah di rumah karena adikku yang selalu merepotkan ku dan perlakuan tidak adil di rumah. Untuk apa di rumah jika aku hanya di salah kan bukan.
Kini aku sudah sampai di parkiran dengan mulusnya. Aku melihat jam tangan yang terpasang di pergelangan tanganku dan melihat waktu masih menunjukkan pukul 07.30.
Aku turun dari mobilku, tak apa jika masih pagi. Aku pun berjalan untuk menuju ke kelasku, tepatnya di kelas 11 IPA 2. Saat di koridor, aku tak sengaja melihat 'mbah dukun' yang selalu mengembalikanku dari makhluk halus yang menguasai tubuh ku.
Walaupun begitu, aku tetap saja ingin mengerjainya. Aku pun mendekati nya dan sengaja berdiri tak jauh darinya.
Akhirnya dia berdiri, namun sialnya rambut panjangnya mengenai ku.
"Makanya rambut lo tuh di potong"
Dia menatap ku tidak suka. Aku langsung menarik rambutnya, dia meringis kesakitan, namun aku tidak peduli. Feni temannya mencoba menolong ku, namun dia hanya perempuan yang bukan tandinganku.
"Heh.. Seharusnya lo tau diri dong, Khanza nggak salah. Lo yang sengaja ngedeketin dia. Lo tuh harusnya berterima kasih karena dia yang membantu mengembalikan nyawa lo balik ke tubuh lo. Kalau nggak, nyawa lo pasti udah berkeliaran di sini."
"Gue nggak peduli, mana ada makhluk"
"Lo sebaiknya cepet sadar deh Han, sebelum para makhluk itu kembali memasuki tubuh lo"
Aku semakin mencengkeram rambutnya. Dia meringis kesakitan dan mulai menangis. Tiba-tiba ada yg mencengkeram pergelangan tanganku. Aku pun reflek melepaskan nya hingga dia terjatuh, namun aku di sana langsung di tonjok tanpa ampun oleh seseorang yang aku belum kenal.
"Lo siapa, berani bener lo hajar gue"
"Gue memang anak baru di sini, lo jangan macem-macem sama cewe. Kalau lo berani lawan gue."
"Oke"
Dia menantang ku dan tanpa fikir panjang aku menghajarnya tanpa ampun. Dia selalu menghindari ku namun akhirnya aku bisa memukul bagian wajah nya. Tapi akhirnya aku berhasil memukul bagian wajah nya hingga sudut bibir nya berdarah.
Namun di saat aku berhasil membuat nya lemah, beberapa guru melerai kami dan aku yang tak lecet sedikit pun langsung di bawa ke ruang BK.
"Farhan, kenapa kamu bisa bertengkar dengan dia. Dia adalah anak baru di sekolah ini, tak seharusnya kamu berbuat itu kepadanya"
Aku tertunduk dan aku juga salah, namun karena amarah ku yang tak dapat aku kontrol membuat aku kehilangan akal. Sehingga aku reflek kepada nya. Entahlah kenapa... Apakah aku dirasuki lagi.
Aku duduk tanpa mendengarkan guru yang sedang marah di depan ku. Aku hanya memikirkan itu. Hingga aku tersadar ketika guru BK menggebrak meja yang ada di depanku.
"Kamu dengar tidak"
"I-iya pak"
"Bapak bilang apa tadi"
"Jangan ulangi kesalahan itu lagi"
Aku menjawab asal dan untungnya guru itu bersabar. Akhirnya aku di suruh keluar dari ruangan itu. Aku tidak langsung pergi, aku bersandar di dinding depan ruang guru dan menghela nafas panjang ku.
"Siapa dia? Mengapa ia membela si dukun itu. Dari dulu anak baru sekalipun tak ada yang pernah menghalangi ku. Namun dari kelihatannya dia adalah saingan ku"
Setelah berfikir terlalu lama, aku pun berjalan menuju ke kantin sekolah dan menemui teman-teman ku yang sudah berkumpul lebih dulu.
//**//
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!