NovelToon NovelToon

STUCK IN FRIENDZONE

Ch. 1 - Hari Pertama di kelas 3 SMA

Altheara membuka matanya perlahan. Di hadapannya, seorang lelaki berwajah tampan, hidung mancung, dan mata yang indah sedang menatap Ara sekarang. Di tatap seperti itu, Ara jadi salah tingkah. Ia benar-benar tak tahu harus bagaimana ditatap oleh malaikat tampan itu.

Perlahan tapi pasti, wajah si malaikat tampan mendekat. Kini wajahnya dengan wajah Ara hanya berjarak sekitar 5cm saja. Dengan jantung yang berdebar, Ara mencoba untuk menutup matanya. Dia seakan sudah tahu bahwa malaikat tampan dihadapannya itu akan menciumnya.

Lalu, setelah itu...

TOK! TOK! TOK!

"ARA! BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI?"

Teriakan khas Ibu Ara (Santia) membangunkan tidur anaknya dari luar kamar. Dengan perasaan kesal, Ara mencoba untuk menarik selimut lagi. Dia sungguh kesal karna mimpi indahnya malah terhenti begitu saja.

"HEI, BANGUN! KAU BISA KESIANGAN KE SEKOLAH, ARA!"

Lagi-lagi teriakan Santia tidak digubris oleh Ara. Gadis SMA kelas 3 itu malah menutup telinganya dengan bantal. Sambil menggerutu, Ara mencoba melanjutkan tidurnya.

Merasa tak dihiraukan oleh sang anak, Santia memutuskan untuk pergi ke dapur. Ia melanjutkan kegiatan membuat sarapannya yang terpotong karna harus membangunkan Ara. Ara memang tergolong anak yang mudah bangun dari tidur, tapi malas untuk segera beranjak dari kasurnya.

"Ah, aku tidak bisa melanjutkan mimpi yang tadi!" gerutu Ara seraya bangun dari kasurnya. Ia pun berjalan, berniat membuka pintu kamarnya. Namun, belum sempat Ara membuka knop pintu, pintu kamarnya itu sudah terbuka duluan.

"Ayo berangkat sekolah, pemalas."

Mata Ara membelalak kaget melihat malaikat tampan di mimpinya tadi ada di hadapannya sekarang. Dia sungguh senang bisa melihat teman masa kecilnya itu ada didepan kamarnya.

"Ryuu. Kau berniat masuk kamarku, ya? Kau mau membangunkanku, kan?" tanya Ara sambil tersenyum-senyum.

Ryuu menatap Ara datar. Bukan menjawab, Ryuu malah pergi begitu saja meninggalkan Ara yang masih tersenyum-senyum sendiri. Namun, sebelum benar-benar pergi, Ryuu mengatakan sesuatu.

"Cepat siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Atau kau akan aku tinggalkan berangkat sendirian."

Senyuman Ara semakin melebar, "Siap, Bos! Tunggu aku sebentar ya!" Kata Ara dengan penuh keceriaan.

***

"Mommy, aku berangkat ya!"

Santia tersenyum manis, "Hati-hati ya, sayang! Hati-hati, Ryuu!"

Ara membalas senyuman Ibunya. Detik selanjutnya, ia dan Ryuu segera pergi mengendarai sepeda mereka masing-masing menuju sekolah. SMA Soetomo, tepatnya berada di tengah-tengah kota tempat mereka tinggal.

"Ryuu! Tunggu aku! Kau terlalu cepat mengayuh!" seru Ara sambil berusaha mengayuh sepedanya lebih cepat agar sejajar dengan Ryuu.

"Kau terlalu lambat," ujar Ryuu dingin. Sepedanya itu semakin menjauhi Ara saja. Jauh di depan Ara.

"Huh! Aku tahu sih hari ini hari pertama aku naik kelas 3 SMA. Tapi, kan tidak harus terburu-buru seperti itu juga!" gerutu Ara seraya mengerucutkan bibirnya sebal.

***

Ara dan Ryuu sudah sampai di SMA Soetomo. Setelah mem-parkir sepeda mereka masing-masing, mereka pun segera pergi menuju papan pengumuman.

"Wah, hatiku berdebar sekali. Ku harap, aku 1 kelas lagi dengan Ryuu tahun ini." Batin Ara sambil mengikuti langkah kaki Ryuu dari belakang.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah sampai. Di hadapannya sekarang terpampang papan pengumuman pembagian tiap kelas. SMA Soetomo memang menjalankan sistem acak untuk menentukan tiap kelas. Dan Ara beruntungnya selalu saja 1 kelas bersama Ryuu. Dari mereka SD, SMP, hingga kelas 2 kemarin. Ara berharap tahun terakhirnya di SMA Soetomo bisa ia habiskan bersama Ryuu.

"Tumben sekali sepi. Biasanya setiap hari pertama sekolah, lobi papan pengumuman pasti selalu ramai ya," ucap Ara sambil tertawa kecil. Ia dan Ryuu mencoba mencari nama masing-masing di papan pengumuman.

"Kita kesiangan, bodoh. Yang lain sudah berada di kelas mereka sekarang," kata Ryuu sambil menatap sinis Ara. Di tatap seperti itu, Ara hanya cengengesan.

"Ah! Ketemu! Altheara.. kelas 3 MIPA B. Lalu.. Nakajima Ryuu.."

"Ryuu! Tahun ini kita sekelas lagi!" sambung Ara begitu senang. Ia berniat untuk memeluk Ryuu, tapi cowok tampan itu menahan tubuh Ara.

"Ah, berarti tahun ini kau akan merepotkanku lagi ya." Ujar Ryuu sambil pergi meninggalkan Ara menuju kelasnya. Kelas 3 MIPA B.

"Terimakasih, Tuhan! Ku harap, tahun terakhir aku berada di SMA ini menyenangkan. Ku harap hubunganku dengan Ryuu ada kemajuan," batin Ara senang sambil berjalan mengikuti Ryuu dibelakang.

***

"Oke, semuanya. Mulai hari ini Ibu akan jadi wali kelas kalian. Tapi, karna hari ini Ibu ada urusan, jadi Ibu mohon kalian tentukan ketua kelas, sekretaris, dan bendahara sendiri ya," ujar Bu Mika, guru Kimia sekaligus wali kelas 3 MIPA B.

Setelah Bu Mika pergi, kelas mulai berisik. Bukan karna senang Bu Mika tak ada, tapi karna melihat Nakajima Ryuu. Ya, para cewek di kelas itu tak bisa menahan histeris mereka saat melihat Ryuu. Apalagi untuk mereka yang baru tahun ini sekelas dengan cowok tampan itu.

"Ryuu! Tak ku sangka kita tahun ini bisa sekelas!"

"Benar yang diucapkan orang-orang, kau begitu tampan. Kyaaa!!!"

"Boleh minta nomor ponselmu? Kita kan sekarang sudah jadi teman sekelas!"

"Ryuu, kau blasteran Indo-Jepang kan? Coba bicaralah sedikit bahasa Jepang. Kita ingin mendengarnya!"

Ara tertawa kecil melihat Ryuu yang dikerumuni banyak cewek dikelasnya. Ara tahu, Ryuu itu orangnya sangat susah didekati. Dia tak akan begitu mudah dekat dengan cewek. Karna menurutnya, Ryuu hanya akan dekat dengannya saja.

"Ara, kau tak keberatan Ryuu dikerumuni cewek seperti itu?" tanya Angelica Nasution, sahabat Ara sejak SMP. Mendengar pertanyaan itu, Ara hanya tertawa.

Angel menatap Ara bingung, "Kau tak keberatan? Bagaimana jika Ryuu menyukai cewek diantara mereka?"

"Tidak. Ryuu bukan orang yang mudah dekat apalagi suka kepada orang lain. Aku sudah mengenal dia dari umur 8 tahun, Angel. Kau kan tahu itu, haha."

"Tapi, kan-"

"Kau bisa lihat sendiri, kan? Cewek-cewek itu terus saja berbicara. Tapi Ryuu malah asik main game di ponselnya. Itu tandanya Ryuu tidak tertarik pada cewek-cewek kelas kita."

Angel tertawa, "Kau juga cewek di kelas ini, tahu! Berarti Ryuu juga tidak tertarik padamu."

"No. No. No. Itu jelas berbeda. Aku ini berbeda dengan cewek-cewek itu. Aku mengetahui semua tentang Ryuu. Apa yang ia sukai, tidak sukai, hobinya, kebiasaannya, ucapan dinginnya, dan yang terpenting.. aku dekat dengan keluarganya!" seru Ara bersemangat sambil tersenyum manis.

Angel mengangguk-angguk, "Tapi, bukankah percuma jika hubungan diantara kalian hanya sebatas teman saja dan tak ada perubahan?"

DEG !!!

Ucapan Angel membuat semangat Ara hancur. Ara langsung mengerucutkan bibirnya sebal sambil duduk di kursinya. Mengetahui ucapannya itu membuat Ara tersindir, Angel segera menangkan Ara.

"Ra, Ara. Maksud aku bukan seperti itu. Aku minta maaf ya."

"Tidak apa-apa. Malah itu membuatku semangat, Angel. Lihat saja, tahun ini akan aku buktikan kepada semua orang bahwa aku bisa keluar dari zona teman!" Ujar Ara yang semangatnya sudah kembali seperti semula.

Angel mengacungkan jempol sambil tersenyum. Dalam hatinya, ia juga berharap semoga hubungan Ara dan Ryuu ada kemajuan walau hanya sedikit saja.

"Ryuu! Kau mau kemana? Tunggu kami!"

Ara melihat Ryuu pergi dari kerumunan cewek di kelasnya. Dengan cepat, Ara berlari lalu menghadang para teman ceweknya itu agar tak mengikuti Ryuu yang keluar dari kelas.

"Ara, kami mau menyusul Ryuu! Awas!" seru salah satu diantara mereka.

Ara tersenyum canggung, "Maaf ya teman-teman. Ryuu orangnya memang tidak bisa di ganggu. Jika dia pergi seperti itu, berarti dia terganggu oleh kalian."

"Hah? Kau tahu darimana kami mengganggunya?"

"Ya, benar. Kami hanya mengajaknya bicara saja. Kau jangan sok tahu!"

Ara mengernyitkan dahinya. Ia mencoba berpikir keras untuk menjawab ucapan teman-temannya itu. Bagaimanapun, Ara tidak mau teman-teman ceweknya itu mengganggu ketenangan malaikat tampannya.

"Hei, memangnya kau tidak tahu bahwa Ara itu teman masa kecilnya Ryuu? Mereka tumbuh dewasa bersama. Jadi wajar saja Ara tahu semua tentang Ryuu," bela Angel yang tiba-tiba menghampiri Ara.

Merasa terbela, Ara tersenyum penuh kemenangan.

"Hah? Benarkah? Kau teman masa kecilnya Ryuu? Wah enaknya!"

"Berarti, kita bisa tanya-tanya soal Ryuu kepadamu ya, Ara."

"Asyik! Dengan begitu kita tidak harus langsung bertanya pada Ryuu tentang dirinya."

Ara hanya melongo mendengar ucapan teman-temannya sekarang. Ia tak menyangka teman-temannya itu malah senang mengetahui Ara teman masa kecilnya Ryuu. Tapi, tanpa Ara sadari, sebenarnya ada 1 orang diantara teman ceweknya itu yang menatap Ara kesal. Revina Kyle.

***

"Oke, sesuai amanat dari Bu Mika, ayo kita tentukan struktur kelas!" seru Maha Samudra yang berdiri di dekat papan tulis. Tangannya itu sudah bersiap-siap memegang spidol.

Samudra atau biasa dipanggil Sam adalah teman Ara dari SMP juga. Sama seperti Angel. Bedanya, Sam sering sekali berdebat dengan Ara. Mereka tak pernah akur. Itu karna Sam selalu saja mengganggu Ara.

"Oke, ada yang siap untuk jadi ketua kelas?" tanya Sam pada semua teman di kelasnya.

Semua yang disitu saling berpandangan. Nyatanya, tak ada 1 orang pun yang mau menjadi ketua kelas. Karna apa? Menurut mereka, menjadi ketua kelas itu sangat melelahkan karna harus selalu siap jika ada kegiatan kelas/sekolah.

"Baiklah. Tidak ada yang mau? Juli? Melati? Angel? Atau Revina? Atau yang lainnya?" tawar Sam pada mereka semua. Namun, saat nama Revina disebut, Ara langsung melihat ke arah Revina.

"Nah, benar! Di kelas 2 kemarin kan Revina jadi ketua kelas. Bagaimana jika tahun ini kau jadi ketua kelas lagi? Kau kan sudah berpengalaman!" kata Ara pada Revina. Namun, bukan menjawab, Revina malah menatap Ara kesal.

"Ara, sepertinya kau saja yang jadi ketua kelas. Kau kan banyak bicara, dan bisa diandalkan," ucap Sam menyindir Ara. Disindir seperti itu, Ara melotot ke arah Sam dan dibalas tawa meledek oleh teman cowoknya itu.

Tiba-tiba saja, pintu kelas terbuka. Kedatangan Ryuu yang baru saja masuk ke kelas membuat seisi kelas menatap Ryuu. Di tatap oleh semua teman sekelas, Ryuu malah dengan santai berjalan dan duduk di kursinya.

"Ryuu, kau dari mana saja?" tanya Ara hampir berbisik. Tempat duduk Ara dan Ryuu memang berdekatan, jadi itu memudahkan Ara untuk berbicara dengan Ryuu.

"Bukan urusanmu," jawab Ryuu sambil menatap lurus ke depan papan tulis.

"Nah, Ryuu. Bagaimana jika kau saja yang jadi ketua kelas?" tawar Sam tiba-tiba. Ia menatap Ryuu dengan tatapan memohon.

"Ah, begini. Ryuu sepertinya tidak akan mau-"

"Baiklah. Aku tidak keberatan," kata Ryuu yang memotong ucapan Ara. Ara pun membelalakan matanya kaget.

"Kau yakin, Ryuu? Kau kan pernah bilang padaku, bahwa kau tidak suka diandalkan. Jadi ketua kelas tentu saja kau akan selalu diandalkan, bukan?"

Ryuu hanya diam sambil melirik Ara sekilas. Karna ucapannya itu tak di respon, Ara dengan cepat mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

"Ara? Ada apa? Kau mau ke kamar mandi?" tanya Sam lagi-lagi meledek.

"Biarkan aku menjadi sekretaris!" seru Ara dengan penuh semangat. Sam, Angel, dan Revina tentu saja terkejut dengan ucapan Ara. Begitu juga dengan Ryuu. Mereka semua tahu bahwa Ara adalah orang paling ceroboh dan tidak bisa diandalkan.

"Ara. Kau yakin?" tanya Angel yang posisi tempat duduknya ada di hadapan Ara.

"Iya, aku yakin. Aku akan membantu ketua kelas dengan sepenuh hati," jawab Ara sambil tersenyum pada Ryuu. Tapi, yang di senyumi malah menatap Ara dingin.

"Aku malah merasa akan di repotkan," gumam Ryuu namun masih bisa didengar oleh Ara. Mendengar itu, Ara tertawa canggung.

"Ya sudah, karna waktu jam pelajaran mau habis. Bagaimana jika sisanya kalian saja yang atur? Sisanya tinggal menentukan bendahara, seksi kebersihan, seksi keamanan, dan seksi kerohanian," ujar Sam lalu dibalas anggukan oleh Ara dan Ryuu.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 1 jam yang lalu. Tapi, Ara dan Ryuu terjebak di kelas. Mereka belum bisa pulang karna harus menentukan struktur kelas yang belum selesai.

Sambil duduk berhadapan, Ara menatap Ryuu yang sedang menulis nama-nama yang telah ditentukan oleh mereka berdua. Sebenarnya Ara hanya menentukan 1 orang saja. Ia memilih Angel untuk jadi bendahara. Sedangkan yang lainnya, Ryuu sendiri yang menentukan.

Jari-jemari Ryuu, tulisan tangannya yang bagus, dan rambutnya yang terkena angin dari jendela membuat Ara sulit mengalihkan pandangannya dari Ryuu. Ia benar-benar terlena melihat wajah tampan malaikatnya itu.

"Berhenti menatapku," ujar Ryuu dingin yang tetap fokus menulis.

"Ah, ma-maaf," Dengan segera Ara mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Ini, sudah selesai. Kau simpan saja ke kantor. Tepatnya di meja Bu Mika. Paham?" tanya Ryuu sambil menyodorkan kertas struktur kelas yang tadi ia tulis.

Ara mengernyitkan dahinya, "Eh? Aku sendiri? Kau mau kemana?"

"Tentu saja. Katamu kau akan membantuku dengan sepenuh hati, kan? Aku mau pulang duluan."

Ryuu segera pergi meninggalkan Ara. Dengan perasaan lumayan sedih, Ara pun berlari menuju kantor dan menyimpan kertas struktur kelas itu di meja Bu Mika.

"Huh! Aku ditinggal sendiri. Benar-benar tega sekali kau, Ryu," batin Ara sambil berjalan keluar dari kantor.

Tiba-tiba, Ara membelalakan matanya kaget saat ia melihat Ryuu berada di lobi loker siswa. Apa jangan-jangan, Ryuu menunggunya?

"Al..." gumam Ryuu pelan memanggil nama Ara.

(note : hanya Ryuu seorang yang manggil Altheara dengan nama 'Al'. Yang lainnya sih manggil Ara saja)

Ara menatap Ryuu bingung, "Kau menungguku, Ryuu?"

"Tidak. Aku meninggalkan sesuatu di kelas tadi, jadi aku memutuskan untuk mengambilnya."

"Hmmm.." Ara tersenyum-senyun sendiri sambil memicingkan matanya. Seolah ia tak percaya dengan ucapan Ryuu.

Merasa Ara tak percaya, Ryuu menjentik dahi Ara. Itu adalah kebiasaan Ryuu jika ia sedang sebal pada temannya itu.

"Aww! Sakit, tahu!"

"Sudahlah, ayo kita pulang," ujar Ryuu sambil berjalan mendahului Ara. Ara pun seperti biasa mengikuti Ryuu dari belakang.

Hari pertama sekolah sebagai kelas 3 SMA, membuat Ara benar-benar senang. Ia merasa hubungannya dengan Ryuu di tahun ini pasti akan ada peningkatan. Yang terpenting, Ara harus keluar dari zona 'teman masa kecil' Ryuu. Ia tak bisa menahan perasaannya lagi yang hampir 10 tahun bertepuk sebelah tangan.

Ia akan buktikan pada dunia, bahwa cinta pertama itu tak selamanya berakhir dengan kesedihan! Ia akan buktikan pada dunia, bahwa 'Friendzone' bisa ia ganti dengan 'Lovezone'.

Tentunya, tak akan semudah itu, bukan?

Ch. 2 - Salah Paham

Ara dan Angel sedang berada di kantin. Sambil makan jajanan yang mereka beli, Angel tak henti-hentinya menatap Ara dengan bingung. Bagaimana tidak? Ara makan sambil tersenyum-senyum sendiri layaknya orang tak waras. Dan tentu saja itu membuat Angel bingung kan?

"Kau kenapa, Ara? Obatmu lupa diminum?" tanya Angel meledek.

Ara pun tertawa sambil mencubit pipi Angel gemas, "Enak saja. Kau pikir aku orang gila apa jika kehabisan obat langsung kumat?"

"Hahaha. Lalu, kenapa sepertinya hari ini kau senang sekali?"

Senyuman Ara semakin melebar, "Aku yakin di tahun terakhir aku sekolah SMA, aku akan segera jadi pacar Ryuu!"

"Hah? Kenapa kau bisa yakin?"

Ara berdehem, "Kemarin, saat aku dan Ryuu menulis nama-nama struktur kelas, dia menyuruhku untuk menyimpan kertas struktur kelas ke meja Bu Mika di kantor."

"Lalu?" tanya Angel sambil menyeruput jus mangganya.

"Dia bilang, dia akan pulang duluan. Tapi saat aku kembali dari kantor dan berjalan ke lobi loker, dia ada berdiri disana. Dia menungguku, Angel!" seru Ara sambil menyentuh pipinya yang mulai kemerahan.

"Wah, padahal kau kan pernah bilang bahwa Ryuu paling malas menunggu orang. Tapi, dia tidak keberatan menunggumu, ya."

"Iya, benar. Tapi, dia bilang sih padaku bahwa ada sesuatu yang ketinggalan di kelas, makanya dia kembali lagi ke kelas untuk mengambil barang itu. Tapi aku tidak tahu sih apa yang ia tinggalkan disana," kata Ara sambil memakan keripik kentang milik Angel.

Angel terdiam mendengar perkataan Ara. Tiba-tiba saja, ia teringat akan sesuatu.

"Ra, maaf ya sebelumnya."

"Apa? Kenapa kau minta maaf?"

Angel menatap Ara ragu, "Ke-kemarin, Ryuu meminjam pulpen padaku."

"Hah? Kapan? Kenapa aku tidak tahu?"

"Itu karna kau asyik berdebat dengan Sam. Sebenarnya Ryuu tidak meminjam pulpen sih, hanya saja aku yang meminjamkan. Dia soalnya terlihat seperti kehilangan sesuatu dan ternyata benar dia kehilangan pulpennya."

"Oh, maka dari itu kau meminjamkan pulpen padanya, begitu?"

"Iya. Dan tadi pagi, dia mengembalikan pulpen itu padaku. Dengan tatapan datar dia bilang begini 'Kemarin aku hampir saja meninggalkannya di kelas, maaf. Tapi aku berhasil mengambilnya lagi. Terimakasih.' Begitu," ucap Angel agak canggung.

Ara mengernyitkan dahinya bingung, "Lalu? Apa hubungannya denganku?"

"Kau tidak sadar?" tanya Angel ikut bingung.

1 detik..

5 detik..

10 detik..

30 detik..

"Itu artinya, kemarin Ryuu memang tidak sengaja meninggalkan pulpen milik Angel dan mengambilnya lagi ke kelas. Dia tidak menunggumu sama sekali, Ara. Kau ini memang manusia kepedean, ya."

DEG!!!

Ucapan seseorang di samping Ara membuat Ara dan Angel terlonjak kaget. Sambil melotot, Ara melempar orang tersebut dengan keripik kentang.

"Sam! Sejak kapan kau ada disini?! Dasar penguping tidak tahu diri!!!"

Sam hanya tertawa sambil pergi meninggalkan Ara yang masih kesal. Melihat itu, Angel juga ikut melempar Sam dengan keripik kentang namun berhasil dihindari oleh Sam.

"Ih! Kenapa harus ada manusia otak dengkul itu sih! Menyebalkan!" gerutu Ara sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Dia memang harus dimusnahkan, Ra!" ucap Angel memprovokasi.

"Angel, tapi ada benarnya juga sih ucapan Sam tadi," ujar Ara seraya menunduk. Melihat itu, Angel segera mencubit telinga Ara gemas.

"Jangan di dengarkan, Ra. Dia memang tidak waras."

"Tapi.. setelah mendengar ucapan Sam tadi, aku baru sadar bahwa Ryuu memang tidak menungguku. Sepertinya aku harus berhati-hati dalam menyimpulkan sesuatu."

Angel mengangguk sambil tersenyum, "Benar. Jangan putus asa, Ra. Kau kan orangnya optimis! Ayo, semangat!"

"Siap! Semangat!" kata Ara sambil ikut tersenyum.

***

"Oke, ada yang bisa isi soal di depan?"

Semua murid di kelas 3 MIPA B saling berpandangan. Dari pandangan mereka, tak ada yang mau ke depan mengisi soal. Karna apa? Guru dihadapannya itu, Pak Yudi adalah guru killer. Guru fisika yang sangat-sangat killer. Jadi, jika ada yang salah dalam menjawab soal di papan tulis, tamatlah riwayatnya.

"Hmm, tidak ada yang mau? Bagaimana kalau bapak tunjuk?"

Ryuu mencoba melirik Ara disampingnya. Dia tahu, Ara paling bodoh pelajaran fisika. Dan pastinya, Pak Yudi akan menunjuk orang yang tak bisa pelajarannya. Namun, Ryuu membelalakan matanya kaget saat melihat Ara yang tertidur pulas.

"Ya ampun, bisa-bisanya dia tidur disaat pelajaran guru killer," batin Ryuu agak kesal.

Ryuu pun segera mengambil buku tulisnya dan mencoba menutupi wajah Ara dengan bukunya itu. Ia tak mau Ara sampai ketahuan tidur dan nantinya ia dihukum.

Entah ada angin apa, Angel menengok ke arah belakang. Dia tiba-tiba tersenyum saat melihat Ryuu yang mencoba menutupi wajah Ara yang sedang tertidur. So sweet, menurutnya.

Merasa Angel salah paham, Ryuu mencoba berbisik menjelaskan.

"Jika Ara ketahuan tidur, dia akan dihukum dan pastinya dia akan menangis berjam-jam sambil mengadu padaku. Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar tangisannya."

Senyuman Angel yang tadinya merekah berubah menjadi muram. Dia menepuk jidatnya seraya kembali memperhatikan Pak Yudi didepan. Angel merasa, Ryuu memang tidak bisa ditebak. Pantas saja Ara sangat tergila-gila pada cowok itu.

"Oke, Sam. Sini kau maju ke depan dan isi soal ini!"

"Hah? Saya pak?"

"Iya. Sini. Jika menolak, bapak akan kasih hukuman."

"TIDAKKK!!!"

***

Ch. 3 - Makan Malam Yang Canggung

"Ryuu! Tunggu aku!"

Ara dengan kecepatan yang ia punya mencoba mengejar Ryuu yang sudah duluan mengambil sepedanya di tempat parkir sekolah. Namun, sebelum Ryuu menaiki sepedanya, Ara menarik tangan Ryuu.

"Boleh aku ikut pulang bersamamu?" tanya Ara dengan puppy eyes.

Ryuu melirik Ara sinis, "Siapa suruh kau tak bawa sepedamu."

"Ah, kan sudah kubilang tadi pagi! Sepedaku bannya bocor jadi aku tidak bisa membawanya ke Sekolah," jawab Ara agak kesal karna harus menjelaskan lagi.

Ryuu mengangguk, tapi tatapannya itu seperti tak percaya ucapan Ara. Melihat itu, Ara segera mencubit pipi Ryuu gemas. Namun dengan cepat pula di tepis oleh Ryuu.

"Lepaskan. Jangan sentuh-sentuh aku."

Ara tertawa, "Hmm, padahal dulu saat kecil kau sangat senang sekali jika aku mencubit pipimu."

Ryuu membelalakan matanya, "Hah? Kapan?"

"Tuh, kan! Kau selalu saja tidak ingat! Kau dulu pernah mengaku senang jika aku mencubit pipimu, bahkan kau memintanya sendiri," kata Ara sambil melanjutkan mencubit pipi Ryuu.

Ryuu lagi-lagi menepis tangan Ara di pipinya, "Tidak. Kau hanya membual saja. Aku tidak percaya dulu saat kecil aku seperti itu."

"Hahaha, pipimu merah. Kau sebenarnya ingat, kan? Iya kan? Aku tahu jika kau sedang gugup pasti pipimu merah!"

"Ah! Berisik! Cepat naik atau kau ku tinggalkan!" seru Ryuu yang sepertinya sudah mulai kesal.

Ara pun segera naik sepeda Ryuu di jok belakangnya. Namun, sebelum Ryuu mengayuh sepedanya, Ara segera melingkarkan tangannya di pinggang Ryuu. Dan itu tentu saja membuat Ryuu menoleh ke belakang.

"Bisa lepaskan, tidak?" tanya Ryuu sinis.

"Tidak. Hehe," jawab Ara sambil tersenyum lebar.

Ryuu pun memutar bola matanya kesal. Ia akhirnya terpaksa membiarkan Ara memeluknya dari belakang. Dengan rasa hati yang jengkel, Ryuu segera mengayuh sepedanya dengan cepat menuju rumah mereka yang bersebelahan.

***

Malam ini keluarga Ryuu dan keluarga Ara sedang melakukan kegiatan rutin, yaitu makan malam bersama setiap 1 bulan sekali. Ini karna orangtua mereka berdua sudah bersahabat sejak lama. Dan ditengah kesibukan orangtua Ryuu dan Ara, mereka menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul dan makan malam bersama.

Sungguh harmonis, bukan?

"Bunda, Ryuu kemana?" tanya Ara pada Yuurin, Bundanya Ryuu.

"Hei, jangan ganggu Bunda Yuu. Dia sedang masak. Lebih baik kau bantu memotong bawang ini. Mommy akan mencuci sayuran di wastafel," ucap Santia cukup kesal pada anaknya seraya pergi dari situ sambil membawa sayuran.

Ara memonyongkan bibirnya, "Bunda Yuu, Ryuu kemana?" tanya Ara sekali lagi.

Yuu pun tertawa, "Dia ada di kamarnya, Ara. Coba panggil saja. Paling dia sedang belajar."

Ara mengangguk bersemangat sambil berlari menuju kamar Ryuu yang letaknya paling ujung dan pojok ruangan. Saat sudah didepan kamar Ryuu, Ara segera membuka pintu kamar Ryuu tanpa permisi.

"Ryuu! Makan malam sebentar lagi siap loh!"

Ara membelalakan matanya saat melihat Ryuu yang ternyata bukan sedang belajar. Melainkan sedang tertidur pulas di kasurnya. Melihat itu, Ara pun tertawa kecil sembari menghampiri sahabatnya tersebut.

"Wah, ini baru jam 7 malam. Tapi kau sudah se-pulas ini tidurnya, hihi," gumam Ara sambil memperhatikan wajah Ryuu yang sedang tertidur.

Makin lama Ara memperhatikan wajah tampan Ryuu, makin kencang pula jantungnya berdetak. Menurut Ara, Ryuu 100x lipat lebih tampan saat sedang tertidur. Dan Ara merasa jantungnya itu seperti akan meledak.

Tiba-tiba, Ryuu membuka matanya perlahan. Melihat itu, tentu saja Ara salah tingkah. Namun, Ryuu tidak mengucapkan 1 kata pun. Ia hanya menatap Ara dalam-dalam.

"Ryuu, makan malam sudah si-"

SRETTT!!!

BRUGGHH!!!

Tubuh kecil Ara ditarik Ryuu begitu cepat hingga sekarang posisi Ara sedang berada diatas Ryuu. Mereka saling berpandangan lama. Benar-benar situasi yang sangat canggung dan aneh. Satu hal yang pasti, ada apa dengan dengan Ryuu?

"Ryuu, ayo bangun. Kau mengigau ya? Lagipula kenapa kau menarikku seperti ini?"

Ryuu masih saja diam sambil menatap Ara. Tanpa ekspresi apapun. Dan jujur saja, tatapannya itu membuat Ara merasa meleleh.

"Ryuu?"

SRETTT!!

Ara membelalakan matanya kaget saat kepalanya ditarik begitu saja oleh Ryuu hingga ia menabrak bibir Ryuu. Dengan kata lain..

Ryuu mencium Ara tiba-tiba!

Ara segera melepaskan ciuman Ryuu dan menatap Ryuu kaget. Tapi, yang di tatap hanya memasang ekspresi datar seolah tadi yang ia lakukan itu tidak salah. Perasaan antara senang, marah, dan canggung bersatu. Marah? Ya, karna Ryuu sudah mengambil first kiss-nya Ara.

"Ryuu, apa yang kau lakukan?" tanya Ara lirih.

***

"Lho? Ra? Mana Ryuu?" tanya Santia pada anaknya yang baru saja kembali dari kamar Ryuu.

Ara menggeleng, "Dia sedang tidur mom, tidak bisa dibangunkan."

Yuu pun tertawa, "Ryuu memang seperti itu. Susah sekali bangunnya. Ya sudah, ayo sekarang kita mulai makan malamnya. Semua sudah siap dihidangkan."

"Ara, panggil ayahmu dan ayah Ryuu di teras. Mereka sedang main catur. Ajak mereka ke dalam untuk makan malam," ucap Santia dan dibalas anggukan oleh Ara. Lalu setelah itu Yuu dan Santia pun segera pergi ke dapur untuk mengambil beberapa sisa makanan yang ada disana.

Baru saja Ara akan berjalan menuju teras, tiba-tiba dibelakangnya sudah ada Ryuu yang berdiri tanpa suara. Tentu saja Ara terkejut sambil mundur beberapa langkah. Kehadiran Ryuu yang tiba-tiba membuat Ara merasa bingung.

"Hei, bukankah k-kau tadi su-susah di bangunkan?"

Ryuu menatap Ara sinis, "Apa maksudmu? Aku sudah bangun dari tadi."

"T-tidak. Tadi baru saja aku dari kamarmu untuk membangunkanmu, tapi kau tak bangun-bangun juga."

Bukan menjawab, Ryuu malah mengernyitkan dahinya bingung sambil menatap Ara. Bukan, lebih tepatnya Ryuu menatap bibir Ara.

"Bibirmu berdarah," kata Ryuu seraya menyentuh bibir Ara.

Ara pun segera menepis tangan Ryuu. Ia lalu menutupi bibirnya dengan tangannya, "Bu-bukan urusanmu." ucap Ara seraya berlari menuju teras.

"Kenapa sikapnya seperti itu? Aku kan hanya bertanya saja," gumam Ryuu bingung.

***

"SELAMAT MAKAAAANNN!!!"

Semua sudah berkumpul di depan meja makan. Ada Santia dan Bram (Orangtua Ara), juga ada Yuurin dan Vino (Orangtua Ryuu). Tentu saja anak mereka yaitu Ara dan Ryuu juga ada disana.

"Mom, aku tidak berselera makan." Ujar Ara sambil menyimpan kembali piring berisi nasi dan lauk yang diberikan Santia.

"Ra, kok kamu begitu sih? Tidak biasanya loh kamu menolak makan malam seperti ini." Tegur Bram pada anaknya.

"Jangan-jangan, kamu diet ya?" tanya Vino tiba-tiba.

"Ti-tidak kok, Om!" jawab Ara cepat.

Vino dan Yuurin pun tertawa, "Ryuu, apa Ara sedang dekat dengan seseorang?" tanya Yuurin penasaran.

Ryuu yang sedang makan hanya diam sambil melirik Ara. Dilirik seperti itu, Ara segera membuang muka.

"Loh, memangnya kenapa Bun?" tanya Santia pada Yuu.

"Haha, tidak. Hanya saja biasanya jika seorang cewek menyukai seseorang, dia pasti akan mengurangi porsi makannya," jawab Yuu lalu dibalas tawa oleh Santia.

"Kau sedang jatuh cinta ya, Ra? Gelisahmu itu terlihat mencurigakan sekali," ujar Bram pada anaknya yang masih saja diam.

Ara menatap semua yang ada disitu. Lalu, pandangannya terhenti tepat di 1 orang. Siapa lagi kalau bukan Ryuu? Namun, yang ditatap malah asyik melahap makan malamnya tanpa membalas tatapan Ara sedikitpun.

"Sepertinya Ryuu tidak perduli aku suka pada siapa," batin Ara sedih.

Ara pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba menetralisir semua yang dirasakannya sekarang. Bagaimanapun, dia harus menjawab pertanyaan Daddy-nya agar tak bertanya apapun lagi.

"Iya, Daddy benar. Aku sedang jatuh cinta pada seseorang. Tapi, sepertinya aku bertepuk sebelah tangan," kata Ara yang tak mengalihkan pandangannya dari Ryuu sedikitpun. Sedangkan Ryuu masih sibuk dengan makanannya.

Santia menatap Ara penuh arti, "Sudah, sudah. Tidak usah dibahas lagi, Daddy. Kau membuat anak kita semakin sedih."

Bram mengangguk dan memutuskan untuk kembali melanjutkan makan. Melihat suasana canggung seperti itu, Vino pun mencoba mencari ide.

"Ah, iya! Bun, bagaimana jika minggu depan kita camping? Bram, ajak keluargamu juga. Kita camping bersama, bagaimana?" tanya Vino dengan penuh semangat.

Yuu mengangguk, "Untuk urusan makanan, serahkan padaku dan Santia ya. Untuk urusan transportasi dan biaya tempat camping, itu urusan suamiku dan Bram."

Santia dan Bram pun mengangguk. Kedua pasang orangtua tersebut kini menatap anak mereka masing-masing. Ditatap seperti itu, Ryuu berhenti mengunyah makanannya. Sama seperti Ara yang juga berhenti menunduk.

"Iya, iya. Aku ikut," ujar Ryuu sinis yang mengerti arti tatapan dari Vino dan Yuu.

"Ara? Bagaimana? Sudah lama loh keluarga kita tidak berlibur bersama. Terakhir kita liburan bersama sekitar 2 tahun yang lalu, ya?" tanya Santia pada semua yang ada disitu.

Ara pun akhirnya mengangguk, "Hmm, iya deh. Aku juga ikut," jawab Ara malas lalu dibalas canda tawa oleh sepasang kedua orangtua tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!