Lima Belas Tahun Kemudian
"Arzena cepatlah." Titah Arvina yang sebentar lagi akan terlambat berangkat kuliah hanya karena menunggu Arzena berdandan.
Arvina dan Arzena adalah sepasang gadis kembar berusia dua puluh tahun.
Mereka kini sedang menempuh pendidikan Strata Satu dengan Arvina mengambil jurusan Art and Design sedangkan Arzena mengambil jurusan musik.
Arvina berkarakter lebih pendiam, dewasa, dan apa adanya. Arvina sangat peduli pada penampilan, manja, mencintai kebebasan, dan nakal.
Sejak kecil Arvina selalu melindungi Arzena dari hal-hal yang menurutnya akan membawa dampak buruk untuk Arzena, namun bukan Arzena namanya jika tidak bisa mencari celah untuk lepas dari lindungan kakak kembarnya.
"Astaga, kita akan berangkat kuliah Arzena, bukan untuk mengikuti Fashion show." Gerutu Arvina kesal melihat adik kembarnya dari tadi masih sibuk merias wajahnya.
"Hei, kalian belum berangkat rupanya?" Tanya Zevina, sang Mommy tercinta dari ambang pintu kamar mereka.
"Mommy lihat saja kelakuannya, aku sudah menunggu dari tadi tapi dia bahkan tidak peduli." Keluh Arvina.
Zevina hanya menggeleng gemas melihat tingkah putri kembarnya yang sangat berbeda itu.
Bukan berarti Arvina tidak suka berdandan dan tomboy, hanya saja ia lebih suka sesuatu yang sederhana.
"Sudah sudah. Ayo." Ucap Arzena tanpa rasa bersalah dan menggandeng tangan kakaknya.
"Kami pergi dulu Mom." Pamit keduanya lalu mengecup pipi Zevina bergantian
Mereka pun berangkat menuju kampus mereka. Karena sifat manja Arzena, ia selalu meminta kakaknya untuk mengantar dan menjemput dirinya padahal letak kampus mereka berbeda dan mereka masing-masing sudah difasilitasi mobil oleh Daddy mereka.
"Sis, kau tahu sepertinya kampus ku tahun ini akan memilih mahasiswa mahasiswi dengan prestasi baik untuk magang diluar negeri." Ucap Arzena semangat.
Arvina hanya mengangguk.
"Jika kau ingin pergi, maka belajar dengan baik." Ucap Arvina menasehati adiknya sambil fokus menyetir.
"Aku sudah belajar dengan baik. Jadi penyanyi magang juga tidak mudah." Celoteh Arzena.
"Apa seorang penyanyi juga ada magangnya?" Tanya Arvina terkekeh.
"Tidak ada. Tapi mungkin ada. Hahaha." Arzena tertawa terbahak diikuti Arvina.
"Sudah sampai. Turun sana." Titah Arvina.
"Terima kasih sis." Ucap Arzena mengecup pipi kakaknya lalu turun dari mobil dan langsung disambut oleh beberapa mahasiswa yang memang khusus menunggu kedatangannya.
"Dasar anak nakal." Arvina menggerutu dan melajukan mobilnya pergi.
Tak lama ia pun sampai dikampus nya.
Arvina juga tak kalah populer, hanya saja ia memilih menutup diri dari pergaulan yang menurutnya tidak sehat.
"Arvina." Seseorang menyapanya saat ia baru turun dari mobil.
"Oh Hi Ken." Jawab Arvina.
Ken adalah satu-satunya mahasiswa yang bisa dibilang paling dekat dengan nya dan sering membuat mahasiswa lainnya merasa iri.
"Hei, apa kau sudah dengar kalau tahun ini kampus kita akan mengirim mahasiswa dengan prestasi baik untuk magang keluar negeri." Ucap Ken semangat, dan mereka berjalan beriringan menuju ke kelas mereka yang memang sama.
"Kau yang benar saja? Tadi adikku juga bilang begitu tentang kampusnya." Tanya Arvina sanksi.
Tapi ia tahu kalau informasi dari Ken tidak pernah salah.
"Aku hanya mendengar dari para dosen." Ucap Ken.
Arvina hanya mengangguk pelan.
"Dan aku juga mendengar kalau salah satu kandidatnya adalah dirimu." Ken menimpali dengan bahagia.
Ken sebenarnya menyimpan rasa pada Arvina, hanya saja Arvina tidak ingin menanggapi.
"Kau ini jika ingin bercanda jangan keterlaluan. Mana mungkin aku bisa menjadi perwakilan kampus untuk magang diluar negeri." Ucap Arvina merendah diri.
"Tapi aku dengar begitu." Tambah Ken.
"Sudahlah, lebih baik kita dengarkan saja pengumuman dari dosen jika itu benar adanya." Ucap Arvina duduk di tempatnya dan Ken duduk di sampingnya.
Tak lama kemudian seorang dosen masuk kedalam kelas mereka dan berceloteh panjang lebar yang intinya memang membahas masalah magang yang dibicarakan Ken tadi.
"Dan disini aku sudah mempunyai beberapa nama yang akan dikirim ke luar negeri tepatnya di Australia untuk mengikuti magang di salah satu perusahaan design terbesar di sana." Jelas sang dosen.
"Semoga saja nama kita disebutkan." Ucap Ken berharap.
Ken adalah anak yatim piatu yang tinggal dan besar di sebuah panti asuhan tempat Daddy Arvina sering beramal.
Bahkan biaya kuliah Ken pun, Daddy Arvina yang menanggungnya.
Ken sangat tahu diri, maka dari itu ia selalu berusaha untuk belajar dengan giat.
"Aku mempunyai lima nama disini. Dan dua diantaranya akan langsung ditempatkan dibagian design setibanya disana tanpa perlu melewati tahap seleksi. Dua orang itu adalah Arvina dan Ken." Ucap sang dosen.
Ken melompat kegirangan membuat seisi kelas menatapnya.
"Ken, duduk." Ucap Arvina menahan malu.
"Maaf maaf, aku terlalu bahagia." Ucap Ken lalu membungkuk beberapa kali.
Ken pun duduk kembali.
"Lihat, apa aku bilang? Kita bahkan ditempatkan dibagian design tanpa harus melewati tahap seleksi." Bisik Ken pada Arvina.
Arvina tampak melamun.
"Hei, kau kenapa?" Tanya Ken menyikut lengan Arvina.
"Ah, tidak." Jawab Arvina tersentak.
"Kenapa perasaanku tidak enak tentang hal ini?" Batin Arvina.
"Bahkan mendengar kata Australia saja membuatku merasa takut. Semoga saja ini bukan pertanda buruk." Batin Arvina.
"Baik, itu tadi lima nama yang sudah disebutkan. Dan untuk masa magangnya adalah satu tahun. Jadi selama satu tahun kalian akan berada di Australia dan magang disana. Jika kalian dapat melakukan dengan baik, maka kalian akan langsung mendapatkan kesempatan untuk dikontrak dengan perusahaan tempat kalian magang." Jelas dosen tersebut membuat Ken semakin bahagia.
"Baik, jadwal keberangkatan kalian adalah dua minggu lagi. Dan pihak dari Australia akan menghubungi kalian tentang apa saja yang harus kalian persiapkan selama disana. Pertemuan hari ini aku akhiri sampai disini." Ucap sang dosen lalu keluar dari ruang kelas itu.
"Yuhuuu.." Ken kembali melompat bahagia.
"Arvina, aku harus ikut kerumahmu setelah ini untuk mengabari berita bahagia ini pada uncle Darv." Ucap Ken bahagia.
"Terserah kau saja." Ucap Arvina gemas dengan tingkah Ken.
"Aku lapar, kita makan dulu dikantin." Ajak Arvina merangkul pundak Ken.
Ken pun setuju.
Sesampainya dikantin mereka langsung memilih makanan yang ingin mereka santap.
"Biar aku yang bayar." Ucap Ken saat Arvina hendak membayar.
"Tidak usah sok kaya. Nanti saja kau traktir aku, jika sudah menjadi desainer terkenal. Sekarang biar aku yang membayar untukmu." Ucap Arvina bercanda.
Ken tidak tersinggung karena ia tahu Arvina hanya bercanda, beda dengan Arzena yang lebih sering menghinanya secara terang terangan.
Selesai Arvina membayar, mereka pun memilih tempat duduk agar lebih leluasa menyantap makanan mereka.
Setelah menemukan tempat yang cocok, mereka pun duduk dan menyantap makanan mereka.
"Pelan kan suara mu." Ucap Arvina sedikit kesal mendengar suara Ken saat mengunyah yang menganggu telinga nya.
"Maaf." Ucap Ken malu.
"Cepat habiskan makanan mu, setelah itu kita ke rumahku." Titah Arvina namun tetap sopan.
Arvina selalu sopan pada siapapun selama orang tersebut tidak menganggu nya.
Mereka pun segera menyelesaikan kegiatan makan mereka agar bisa segera kembali ke rumah Arvina.
...~ To Be Continue ~...
•••••••••
Pembukaan nya semoga suka yah..
Like dan komentar jangan lupa..
"Kau tahu Arvina, aku sangat sangat bahagia hari ini." Ucap Ken.
Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke rumah orang tua Arvina.
"Ken, hentikan itu. Kau sudah mengatakan hal itu lebih dari dua puluh kali." Gerutu Arvina kesal.
"Jika nanti aku bisa menjadi desainer hebat dan kaya, aku akan membeli mobil seperti milikmu." Ucap Ken semangat.
"Bodoh. Jika nanti kau sudah menjadi desainer, mobil seperti ini sudah menjadi barang antik." Ucap Arvina mengusap kasar wajah Ken membuat Ken terbahak.
"Bukankah bagus? Barang antik harganya mahal." Ken menimpali.
"Ken, apa diotak mu hanya ada uang? Bisakah memikirkan hal yang lebih bermanfaat selain uang?" Celoteh Arvina.
"Kau anak orang kaya, bahkan harta orang tua mu tidak akan habis sepuluh keturunan sekalipun. Jadi kau tidak akan merasakan saat tidak mempunyai sepeserpun. Saat kelaparan hanya bisa menatap orang lain makan." Ucap Ken sendu.
Arvina menepikan mobilnya.
"Hei, lihat aku! Aku memang tidak merasakan semua itu, tapi aku pun tidak bangga akan kekayaan orang tuaku. Itu milik mereka, bukan milikku. Jika mereka mewariskan padaku sekalipun itu tugas ku untuk merawat dan mengembangkan bukan menghabiskan." Gerutu Arvina kesal
Ken terdiam.
Arvina memang tidak pernah membanggakan kekayaan orang tuanya, tidak seperti Arzena yang lebih sering berfoya-foya.
"Kau miskin dari segi harta, tapi kau kaya dari hati mu. Mungkin hari kau berada dibawah, tapi bisa saja satu hari nanti aku yang berada dibawah." Ucap Arvina.
"Berada dibawah ku maksudmu?" Tanya Ken menggoda sahabatnya itu.
"Kau ini.." Arvina menjambak dan mengacak-acak rambut Ken dengan kasar.
"Hahaha ampun Vin, kepala ku sakit." Pinta Ken terbahak-bahak.
"Jangan gunakan pikiran mesum mu padaku atau kau bisa mati di tanganku." Ancam Arvina berkelakar.
"Aku takut." Ken mengejek.
"Jangan lupa, aku punya Daddy angkat yaitu uncle ku yang adalah ketua gangster di Italia." Ucap Arvina.
"Baiklah baik." Ucap Ken pasrah walau ia tahu Arvina hanya mengancamnya menggunakan nama Derex.
Ken sudah cukup mengenal setiap anggota keluarga Arvina.
Arvina hendak melajukan kembali mobilnya, namun dering ponselnya mengurungkan niatnya.
"Ada apa?" Tanya Arvina pada si penelepon yang tak lain adalah Arzena kembarannya.
"Jemput aku kakak. Aku ada hal bahagia untuk kalian semua nantinya." Ucap Arzena semangat.
"Baiklah. Tunggu sepuluh menit." Ucap Arvina langsung mematikan panggilan secara sepihak.
Arvina pun segera menjalankan mobilnya untuk menjemput Arzena.
Sepuluh menit kemudian ia sampai dan Arzena sudah menunggu didepan kampusnya.
Arzena segera berlari menghampiri mobil Arvina lalu membuka pintu depan. Ia seketika kesal melihat Ken duduk didepan.
"Hei orang miskin, turun dan pindah." Titah Arzena penuh hinaan.
Ken menunduk dan turun lalu berpindah kebelakang.
Setelah Ken pindah, Arzena tidak langsung masuk. Ia menyemprotkan hand sanitizer lalu parfum mahalnya pada tempat duduk bekas Ken.
"Arzena, jika kau masih ingin aku mengantar jemput mu setiap hari, maka segera naik. Jangan berulah!" Ancam Arvina.
Mau tidak mau Arzena akhirnya menurut dan segera masuk kedalam mobil.
Arvina pun kembali melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah.
Sepanjang perjalanan mereka hening, dan Arzena memasang wajah cemberut.
Sesampainya dirumah, Arzena langsung turun dan masuk kedalam rumah.
"Sudahlah, jangan hiraukan dia." Ucap Arvina tidak enak hati pada Ken.
Ken mencoba tersenyum, walau hatinya sedih dan malu.
"Ayo kita masuk." Ajak Arvina merangkul pundak Ken.
Mereka pun masuk kedalam rumah. Setelah diruang tamu, mereka tidak melihat Arzena lagi, mungkin sedang kesal didalam kamar.
"Wow brother, apa kabar mu?" Tanya Arzevin yang sedang berkutat dengan laptop nya diruang tamu.
"Aku baik Tuan muda." Jawab Ken sopan.
"Siapa yang kau sebut Tuan muda? Mau ku potong lidah mu dan ku berikan pada harimau Daddy Derex?" Tanya Arzevin penuh ancaman.
"Maaf kakak, maksudku aku baik kak." Ucap Ken menyerah.
"Adik dan kakak sama saja, selalu menjual nama uncle Derex sebagai ancaman." Batin Ken.
"Kemarilah dan duduk di sini." Titah Arzevin menepuk tempat kosong di sampingnya sedangkan Arvina menuju dapur dan mengambil air mineral untuknya dan Ken.
"Kak, dimana Mommy? Apa Daddy juga belum pulang?" Tanya Arvina menghampiri kakaknya dan memberikan sebotol air mineral pada Ken.
"Mom tadi keluar bersama Annie (kepala pelayan dirumah mereka), dan Daddy mungkin sebentar lagi pulang." Jawab Arzevin.
Arzevin berumur dua puluh empat tahun dan sekarang sedang bekerja di perusahaan Darvin dan menjabat sebagai manajer pemasaran.
Arvina mengangguk paham.
Mereka pun berbincang kecil seputar kuliah Arvina dan Ken, lalu pekerjaan Arzevin.
"Wow, meriah sekali." Terdengar suara Darvin memotong obrolan mereka.
"Dad, Mom." Sapa Arvina dan Arzevin bergantian.
Darvin dan Zevina menghampiri ketiga orang itu lalu memeluk dan mengecup kening mereka bergantian.
Ken selalu terharu mendapatkan perlakuan manis dari mereka.
"Uncle, aunty apa kabar?" Tanya Ken sopan.
"Hei, berapa kali aku harus bilang? Panggil kami Dad and Mom seperti trio Ar." Titah Darvin lembut.
"Maaf Dad, Mom. Aku hanya merasa aku tidak layak." Ucap Ken menunduk.
"Tidak ada yang tidak layak untuk anak baik seperti mu Ken." Ucap Darvin memeluk Ken.
"Haha sudah sudah. Apa kalian sudah makan?" Tanya Zevina.
Semua yang ada ditempat itu menggeleng termasuk Darvin.
"Baiklah, aku akan segera memasak untuk kalian." Ucap Zevina lalu melenggang pergi menghampiri Annie yang sudah kedapur terlebih dulu.
Sementara Zevina dan Annie memasak, diruang tamu heboh dengan obrolan yang selalu menggoda Ken terutama Darvin dan Arzevin.
"Ken, jika kau tidak ingin menjadi putraku, maka kau jadi menantuku saja." Goda Darvin pada Ken lalu melirik pada Arvina.
"Dia itu tidak suka pada perempuan Dad." Ucap Arvina ikut menggoda Ken.
"Hei, dari mana kau tahu? Mau aku buktikan hah?" Ancam Ken pura pura galak.
"Buktikan saja jika berani." Tantang Arvina.
"Hei sudah sudah. Buktikan saja setelah kalian menikah." Ucap Darvin melerai keduanya.
"Semoga saja kalian benar-benar menikah." Ucap Arzevin menimpali.
"Jika dia sudah kaya maka aku akan menikah dengan nya." Ucap Arvina menyikut perut Ken.
"Ayo semuanya, makanan sudah siap." Teriak Zevina dari dapur.
Ketiga pria berlari ke arah ruang makan, sedangkan Arvina kekamar untuk memanggil Arzena.
Setelah mereka berkumpul semua, makan malam pun dimulai.
Ken merasa bahagia sekaligus malu saat Darvin, Zevina, Arzevin dan Arvina selalu menyendokkan sayur dan lauk untuknya sedangkan Arzena menatap benci dan penuh hinaan padanya.
"Ekhem. Aku ingin mengumumkan sesuatu pada kalian." Ucap Arzena menghentikan kegiatan makannya.
Semua pun ikut berhenti.
"Aku mendapatkan kontrak selama satu tahun dari label rekaman di Australia." Ungkap Arzena bahagia.
"Oh wow..congrats sayang. Kau sangat hebat. Bekerjalah dengan giat." Ucap Zevina memeluk Arzena yang saat itu memang di sampingnya.
"Selamat sayang." Ucap Darvin.
Semuanya mengucapkan selamat pada Arzena.
"Um, Dad, Mom, kakak Ar. Aku dan Ken juga terpilih untuk magang di Australia dan langsung menempati posisi desainer." Ucap Arvina malu malu.
"Oh my God, kalian bertiga sangat luar biasa sayang. Berjanjilah kalian akan belajar dan bekerja dengan giat." Ucap Zevina haru.
Ken dan Arvina mengangguk.
"Kapan kalian akan berangkat?" Tanya Darvin.
"Dua minggu lagi." Ucap Arvina, Arzena, dan Ken serentak.
"Wow..bertepatan sekali. Baiklah Daddy akan mengurus semuanya untuk kalian disana, kami juga akan mengantar mu." Ucap Darvin bahagia.
Ketiganya mengangguk semangat.
"Akhirnya aku akan mulai lepas dari pantauan Daddy dan Mommy." Batin Arzena merasa puas dan akan segera bebas.
...~ To Be Continue ~...
#####
Like dan komentar jangan lupa..
Dua Minggu Kemudian
Arvina, Arzena dan keluarganya tengah bersiap untuk keberangkatan mereka ke Sydney, Australia kecuali si sulung Arzevin, karena ia harus bekerja dan menggantikan Darvin mengawasi perusahaan.
"Big bro, kau jangan menangis." Ucap Arzena menggoda kakaknya.
Arzevin hanya mencibirkan mulutnya.
"Jangan membawa kekasihmu kedalam rumah dan membuat anak." Ucap Arzena lagi.
Darvin seketika melotot pada putri bungsunya.
Menyadari Ayahnya sedang melotot padanya, ia langsung mengalihkan pembicaraan.
"Aku jadi tidak sabar untuk segera rekaman. Walaupun aku adalah rekomendasi dari pihak kampus, tapi aku tetap harus bekerja untuk diriku sendiri." Ucap Arzena pura pura semangat padahal yang ada didalam otaknya bukanlah tentang rekaman atau pekerjaan nya sebagai penyanyi kelak melainkan kebebasannya.
"Semangat mu jangan hanya diawal saja." Ucap Zevina mengingatkan.
"Tenang saja Mom." Jawab Arzena memeluk manja Mommynya.
"Maaf semuanya, aku terlambat." Pinta Ken yang baru saja sampai dengan nafas tak beraturan karena habis berlari.
"Tidak apa. Kami juga baru saja selesai bersiap." Ucap Darvin menimpali.
"Baiklah, kita berangkat sekarang?" Tanya Darvin memastikan.
Semuanya mengangguk.
"Ayo, aku akan mengantar kalian ke bandara uncle Derex." Ajak Arzevin.
Mereka akan pergi ke Australia menggunakan jet pribadi milik Darvin yang ia simpan dibandara pribadi milik Derex sesuai yang Derex perintahkan, setelah mendapat persetujuan dari pihak kampus kedua putrinya tentunya.
Setelah semuanya masuk kedalam mobil keluarga yang berukuran besar, Arzevin pun mulai melajukan mobilnya.
"Sayang sekali aku tidak bisa ikut. Jika saja aku bisa ikut, pasti aku bisa berfoto bersama koala." Keluh Arzevin sambil berkelakar.
"Koala itu lucu. Kakak tidak cocok berfoto dengannya." Ujar Arvina membuat semua orang tertawa kecil.
Arzevin mendengus sebal.
"Kalian pergi satu tahun, rumah pasti akan terasa sangat sepi." Keluh Arzevin lagi.
"Maka menikahlah dan segera punya anak." Kelakar Zevina.
"No Mom. Aku baru saja lulus dan bekerja. Tidak mungkin menikah muda." Sanggah Arzevin.
Kedua orang tuanya hanya tertawa kecil.
Ken merasa hangat berada di tengah-tengah keluarga itu, walaupun Arzena tidak suka padanya.
"Ken, kau selaku pria harus bisa menjaga kedua putri ku dengan baik." Titah Darvin.
"Aku akan berusaha Dad." Ucap Ken, tapi ia tahu sangat tidak mungkin untuk dirinya bisa mengatur Arzena nantinya.
"Daddy sudah menyediakan sebuah rumah dan dua buah mobil untuk kalian disana nantinya." Ucap Darvin.
"Thanks Dad." Jawab Arzena semangat.
Mereka pun melanjutkan perjalanan sembari berbincang kecil.
Akhirnya mereka sampai di bandara Derex.
Semua keluar dari mobil secara bergantian.
"Wow, ini keren sekali." Ujar Ken takjub dengan kemewahan dan keindahan bandara tersebut walaupun hanya muat untuk dua jet, namun sangat sangat megah.
"Kau mau berfoto?" Tanya Arvina sopan tanpa bermaksud menghina.
Ken mengangguk semangat.
Arvina pun mengeluarkan ponselnya dan mulai mengarahkan Ken untuk berpose.
Arzena menatap benci dan jijik pada Ken.
"Ini. Kirimlah sendiri ke ponsel mu." Titah Arvina memberikan ponselnya pada Ken.
Ken sangat senang dan segera mengirim fotonya tadi.
Selesai mengurus semuanya, mereka pun diarahkan untuk masuk kedalam jet pribadi milik Darvin.
"Ya ampun, ini sudah seperti rumah saja." Ujar Ken sekali lagi takjub melihat isi jet pribadi Darvin yang begitu mewah.
"Apa ini emas?" Tanya Ken semangat sambil mengelus pinggiran tempat duduk yang ada di jet itu.
"Menjijikkan." Gumam Arzena.
"Kau tidak usah bersedih. Daddy dan Mommy tidak akan lama." Ucap Darvin memeluk putra kesayangan nya.
"Aku tidak bersedih Dad." Jawab Arzevin menutupi kesedihan nya.
"Berhati-hatilah kalian. Aku turun dulu." Pamit Arzevin lalu turun dari jet tersebut dan melangkah menjauh dari sana namun ia masih bisa melihat jet itu lepas landas.
Arzevin memutuskan untuk kembali kerumah setelah jet pribadi Daddy nya lepas landas.
"Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi setelah kalian sampai disana Twins." Batin Arzevin yang rupanya merasakan sesuatu yang tidak nyaman mengenai kepergian adik kembarnya.
•••••••••••
"Kau belum selesai berfoto juga?" Tanya Arvina merasa geli melihat tingkah sahabatnya.
"Kau tahu? Ini indah sekali." Jawab Ken semangat.
"Terserah kau sajalah." Ucap Arvina lalu menutup telinganya menggunakan earphones.
"Kalian istirahatlah dulu. Perjalanan kita akan sangat lama." Titah Zevina pada ketiga anak itu.
Ken akhirnya berhenti berfoto dan duduk di samping Arvina.
Arzena sibuk men scroll ponselnya untuk melihat letak beberapa club malam yang sudah ia simpan dalam bentuk screenshot.
Mereka semua pun akhirnya memilih untuk beristirahat karena perjalanan mereka akan memakan waktu kurang lebih hampir satu hari penuh.
"Apakah menjadi orang kaya akan seasyik ini?" Gumam Ken terus menelisik setiap sudut jet tersebut.
"Jangan berisik Ken. Jika kau ingin kaya maka harus bekerja keras." Ucap Arvina.
"Baiklah Tuan putri." Timpal Ken mengacak lembut rambut Arvina.
Arvina tidak merasa risih.
Ia menyayangi Ken, dan jauh didalam hatinya pun sebenarnya ia juga mempunyai perasaan lebih untuk Ken, hanya saja ia malas mengatakannya karena takut Ken akan merasa tidak percaya diri dan menjauhinya.
••••••••••
"Apa kita belum juga sampai?" Gerutu Ken merasa bosan.
"Kau bosan?" Tanya Arvina menggoda sahabatnya itu dan Ken mengangguk.
"Berfoto lagi saja." Arvina kembali menggoda Ken.
"Ponsel ku memorinya sudah penuh." Jawab Ken malu malu.
"Nanti belikan Ken ponsel baru Vin." Titah Darvin pada putri sulungnya.
"Baik Dad." Jawab Arvina semangat.
Ken ingin menolak, tapi Darvin pasti tidak akan memberinya kesempatan untuk menolak.
Akhirnya setelah dua puluh satu jam lebih, jet mereka mendarat juga.
Di Sydney hari sudah sore karena perbedaan waktu dengan London. Sydney sembilan jam lebih cepat dari London.
"Hari sudah sore. Lebih baik kita segera ke rumah saja." Ajak Darvin menuntun keluarganya masuk kedalam mobil yang sudah ia pesan melalui kerabatnya.
Mobil tersebut pun melaju menembus jalanan sore Sydney yang tampak lenggang.
Ken setia memandang keluar jendela menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh kota Sydney.
Arvina pun demikian.
Arzena sibuk dengan ponselnya.
Darvin dan Zevina memilih beristirahat kembali karena mereka tidak akan lama di Sydney.
Memakan waktu kurang lebih satu jam akhirnya mereka sampai dirumah yang sudah dibeli Darvin untuk anak-anak nya jauh hari.
Ken sekali lagi dibuat takjub.
Mereka sudah masuk kedalam rumah mewah itu.
"Dad, apa tidak berlebihan kami bertiga menempati rumah semegah ini?" Tanya Arvina ragu.
"No sayang. Ini semua untuk kalian. Hasil dari prestasi kalian yang membanggakan." Ujar Darvin memeluk putri sulungnya.
Arvina hanya mengangguk.
"Apa kalian lapar?" Tanya Zevina bersiap ingin memasak, namun keempat orang itu menggeleng.
"Hah, baiklah. Mommy istirahat saja." Ujar Zevina.
"Istirahatlah Mom, agar Mommy tidak kelelahan besok. Dad juga." Titah Arvina sopan.
Darvin dan Zevina menurut dan merekapun berjalan masuk kedalam kamar mereka.
Arvina dan Ken segera memilih kamar sedangkan Arzena masih sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Selamat malam Arvina." Ucap Ken sebelum masuk kedalam kamar.
"Em. Malam." Arvina membalas seadanya.
Merekapun masuk kedalam kamar mereka yang bersebelahan itu.
"Perasaan mu masih saja tidak enak. Semoga saja aku yang terlalu berlebihan karena akan jauh dari Dad dan Mom untuk waktu yang cukup lama." Batin Arvina mencoba untuk memejamkan matanya.
Akhirnya ia pun terlelap.
"Setelah Dad dan Mom pulang ke London besok, aku akan segera menikmati hidup yang sesungguhnya." Gumam Arzena semangat lalu masuk kedalam kamar disamping kamar Ken hingga posisi kamar Ken berada ditengah diantara si kembar itu.
...~ To Be Continue ~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!