NovelToon NovelToon

Putra Putri Sang Penguasa 3

Tentang Kenzo dan Kenzi

Angin pagi berhembus dengan berirama. Cahaya matahari pagi masih terasa hangat masuk ke dalam tubuh. Burung kecil berkicau riang diatas ranting pohon yang tinggi.

"Risha, kemari kamu! Jangan lari! Awas ya, aku pasti akan menangkapmu!"

"Kamu tidak akan bisa menangkapku. Weee"

Rumah keluarga Kusuma pagi-pagi sudah diramaikan dengan teriakan dan tawa anak kecil yang sedang bermain lari-larian kesana kemari. Diantara mereka terlihat seorang anak laki-laki yang sedang sibuk dengan konsol game ditangannya. Anak itu terlihat tampan dengan kulit putih bersih, rambut hitam yang tebal, matanya hitam dengan sorot mata yang dingin dan tajam

"Mih, bisakah mami membuat mereka diam dan tidak berisik? Mereka sungguh menggangguku, aku sedang ada pertandingan. Lagipula kenapa Arisha sering sekali datang kemari? Apa di negara F dia tidak punya teman?"  Anak laki-laki itu bertanya dengan sikap dingin dan tenangnya, namun nada bicaranya terdengar sinis. Dia terlihat sombong dengan wajah datar tanpa ekspresi. Dia adalah Kenzo Osterin Anggara, salah satu putra kembar Lian dan Cheva

"Kenzo tidak baik berkata seperti itu. Dia itu kan saudaramu. Kenapa kamu tidak ikut bergabung dengan Kenzi dan Risha saja?" Cheva berusaha bicara dengan lembut pada salah satu putranya itu

"Tidak, aku  lebih suka bermain game"  Kenzo menjawab tanpa menoleh pada sang ibu dan terus fokus pada permainannya

"Kak Lian, lihatlah anakmu yang satu ini! Dia masih berusia 7 tahun, tapi kenapa dia selalu saja mengabaikan aku?!" Cheva meminta pembelaan dari Lian yang sejak tadi sibuk dengan laptop miliknya

"Kenzo, apa tidak bisa kamu bersikap lebih baik pada mamimu?" Tanya Lian dengan nada bicara yang tenang

"Pih, aku sedang sibuk. Mami. Arisha dan Kenzi terus saja berisik. Membuat konsentrasiku buyar saja!"

"Kenapa kamu tidak bermain game di tempat sepi atau mungkin di kamarmu?" Tanya Lian lagi dengan nada yang datar

"Papi tidak mungkin tidak tahu kan kalau mereka akan selalu mengikuti kita?" Ujar Kenzo dengan mata  mendelik kepada sang ayah

Duk

Tiba-tiba sebuah bola melayang ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Kenzo

"Zo... Tolong lempar bolanya kemari!" Teriak Kenzi yang meminta bolanya,

"Apa kalian tidak bisa pergi ketempat lain dan tidak menggangguku? Ini sudah kesekian kalinya kalian mengikutiku pagi ini. Kalian tanpa izin masuk kekamarku dan saat aku kemari, kalian pun ikut naik kesini. Kenapa tidak main bola di halaman belakang saja! " Tanya Kenzo dengan sikap tenang dan namun terlihat sangat kesal

"Ingat ya Zo, kita ini kembar dan kemanapun kamu pergi maka aku akan mengikutimu" Jawab Kenzi dengan senyum ceria di wajahnya. Dia adalah saudara kembar Kenzo, Kenzi Lutherin Anggara. Mereka sangat mirip dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada yang bisa membedakan mereka karena mereka kembar identik. Namun mereka memiliki sifat yang sangat jauh berbeda. Jika Kenzi sangat menyenangkan dan ceria maka sebaliknya dengan Kenzo. Dia dingin dan tidak banyak bicara. Bahkan sikapnya lebih terkesan angkuh

"Papi lihat sendiri kan kalau Kenzi selalu saja mengganggu! Hah ... menyebalkan!" Kenzo bicara pada Lian kemudian melemparkan bola itu pada Kenzi

"Benar juga, mereka tidak pernah membiarkan kita tenang" Lian menyetujui perkataan Kenzo dengan sikapnya yang acuh tak acuh

Saat ini Lian dan Kenzo sedang sibuk, bahkan mereka berdua sengaja melakukan kegiatan mereka di balkon lantai atas agar tidak di ganggu. Tapi Cheva,, Arisha dan Kenzi mengikuti mereka ke lantai atas dan bermain disana. Mulai dari kejar-kejaran dan lempar tangkap bola

Arisha Nedzara Kusuma adalah putri Diaz dan Tania. Diaz selalu mengantarkannya hampir setiap 2 minggu sekali ke negara A dan membiarkannya main bersama Kenzi yang merupakan adik kembar Kenzo, sedangkan Diaz dan Tania akan bermain dengan putra mereka yang lucu Dhefin Rozlyn Kusuma yang saat ini masih berusia 2 tahun

"Ayah dan anak itu sama saja. Satu sibuk dengan laptopnya dan satunya lagi sibuk dengan konsol game miliknya. Padahal dia itu  masih kecil, kenapa bisa sangat pintar main game?" Cheva yang kesal pergi keruang keluarga sambil menggerutu dengan sikap Lian dan Kenzo yang sama-sama cuek.

"Kenapa kamu menggerutu begitu? Wajahmu semakin jelek saat kamu sedang marah-marah seperti orang tua!" Diaz yang melihat Cheva menekuk wajahnya bertanya karena penasaran

"Itu kak, Aku kesal dengan sikap kak Lian dan Kenzo. Mereka selalu asyik dengan dunianya sendiri kalau sedang bersama Laptop dan konsol game. Bahkan Kenzo mengatakan kalau aku selalu berisik dan mengganggu konsentrasi mereka" Cheva mengadu pada Diaz dan mengungkapkan isi hatinya

"Jangan diambil hati. Bukankah itu memang kenyataan kalau kamu selalu berisik di depannya?" Diaz berkata dengan acuh tak acuh seakan itu bukanlah masalah besar  Seketika Cheva langsung menatap Diaz dengan sorot mata yang tajam

"Apa maksudnya itu? Kakak malah mendukung suami dan anakku? Bisa-bisanya kakak tidak mendukung adik sendiri" Cheva bicara dengan nada yang sinis dan manja kepada Diaz

"Aku bukannya tidak mendukungmu, tapi aku mengatakan hal yang sebenarnya. Lagipula, Kenzo adalah keponakanku dan Lian adalah sahabatku. Bagaimana mungkin aku tidak mendukung mereka berdua?"

"Terserah. Aku tidak peduli kak Diaz mau mendukung siapa" Cheva berjalan pergi meninggalkan Diaz yang sedang duduk di ruang keluarga, kemudian dia beranjak ke ruang lain dimana ada Tania dan juga Dhefin

"Ada apa denganmu? Kenapa terlihat sangat kesal sekali?"  Kini Tania yang bertanya pada Cheva mengenai raut wajahnya yang Kusut

"Semua laki-laki dirumah ini menyebalkan. Rasanya aku ingin mencekik mereka satu persatu" Kini Cheva mengeluh pada Tania, berharap dia mau membelanya

"Yang kamu maksud itu siapa? Dirumah ini banyak sekali pria" Tania bertanya dengan senyum tipis dan nada bicara yang tenang

"Itu, anak dan suamiku, ditambah lagi dengan kak Diaz. Mereka sama menyebalkannya"

"Anakmu yang mana? Kamu lupa jika kamu sudah punya 2 anak?" Tania bertanya dengan senyum menggoda Cheva

"Kak Tania tidak usah pura-pura tidak tahu. Kakak tahu sendiri kan kalau Kenzo dan Kenzi memiliki sifat yang bertolak belakang. Meskipun mereka memiliki kesamaan dari ujung rambut hingga ujung kaki, tapi sifat mereka seperti langit dan bumi" Cheva sedang mengeluh pada Tania yang sedang menggendong Dhefin

"Ya, mau bagaimana lagi. Yang satu mirip denganmu dan yang satu lagi mirip dengan Lian, kurasa itu adil karena kalian berdua tidak akan iri satu sama lain mengenai sifat anak kalian" Tania menjawab dengan mengangkat kedua bahunya bersamaan disertai senyum tipis yang membuat Cheva mengerutkan dahi

"Ini tidak adil untukku, karena aku seperti harus menghadapi 2 muka spon dalam hidupku. Beruntung kak Lian tidak bersikap dingin padaku. Seandainya anakku tidak memiliki sifat kak Lian yang menyebalkan ... mungkin aku akan merasa tenang"

"Kak Cheva ... harusnya kamu merasa beruntung karena langsung memiliki 2 anak. Jika tidak kamu hanya akan memiliki 1 anak saja yang entah akan mewarisi sifat siapa karena kak Lian dan om Ed tidak mengizinkanmu untuk hamil lagi" Radit yang bersiap ke kampus menyela perbincangan antara Cheva dan Tania

"Kamu benar Dit. Jika aku hanya memiliki 1 anak dan itu mirip sekali dengan kak Lian, maka sudah pasti aku akan cepat tua karena selalu kesal setiap hari padanya"

"Punya 2 anak pun kakak cepat tua karena selalu marah-marah" Gumam Radit dan sedikit di dengar Cheva

"Apa katamu?!"

"Tidak, tidak apa-apa"

"Dasar sepupu kurang ajar!"

Dunia Kenzo dan Kenzi

"Kenzo, berhentilah bermain game. Sebaiknya kamu bermain dengan Kenzi dan Risha. Kamu tidak ingin bermain dengan mereka? Mereka terlihat sangat bahagia dan kamu juga akan masuk sekolah, om rasa kamu juga harus bergaul dengan teman lainnya" Radit berusaha membujuk Kenzo agar dia melepaskan konsol gamenya dan bermain dengan Kenzi dan juga Risha

"Tidak. Aku tidak ingin bermain lari-larian seperti anak kecil. Melihat mereka saja aku sudah lelah. Lebih baik aku bermain dengan konsol game milikku" Kenzo menjawab dengan sikap acuh tak acuhnya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari game miliknya

"Kamu ini.. heeeuh" Raditpun dibuat gregetan dengan sikap dari keponakannya yang satu ini hingga dia mengeratkan gigi dan mengepalkan tangannya dengan  kuat

"Kenapa? Apa salahnya dengan game? Aku sedang ada pertandingan dan ini sangat menyenangkan"

"Zo, meskipun kamu menyukai game, tapi kamu tetap harus bersosialisasi dengan orang lain dan teman baikmu. Itu tidak baik jika kamu hanya menghabiskan waktu dengan game saja" Radit berusaha memberitahu keponakannya itu

"Siapa bilang aku tidak punya teman? Aku punya banyak teman yang selalu bertanding denganku, dan aku selalu berhasil mengalahkan mereka" Kenzo menjawab dengan sikapnya yang sombong penuh dengan rasa bangga

"Hadooh ... kak Cheva sebenarnya bagaimana caramu membesarkannya? Kenapa dia bertingkah seperti orang dewasa saat baru berusia 7 tahun?" Radit yang pusing memukul keningnya sendiri dan menghela napas panjang karena pusing dengan sikap keras kepala Kenzo yang tidak bisa diberi pengertian

"Daripada aku kehabisan rambut karena harus memikirkan jawaban anakmu yang tidak ada habisnya, lebih baik aku berangkat ke kampus sekarang" Radit yang kesal pun pergi keluar dari rumah untuk pergi ke kampus

"Hei, Dit apa maksudmu menyalahkanku? Kamu sendiri yang mengajarinya bermain game!" Teriak Cheva pada Radit yang berjalan semakin jauh darinya.

Tania hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat Radit dan Cheva

"Haah ... kalian ini tidak pernah berubah. Padahal kalian sudah sama-sama dewasa"

***

Dikampus Radit

"Dit, sebelah sini!" Teriak Candra ketika melihat Radit telah memarkirkan mobilnya

Radit berjalan dengan santai ke arah Candra. Dia terlihat tampan dengan t-shirt yang di padukan sweater dan celana jeans panjang. Backpack yang di dikenakan di sebelah pundak membuatnya semakin terlihat mempesona

"Kamu sudah lama sampai?" Tanya Radit dengan sikapnya yang tenang

"Tidak, aku juga belum lama tiba disini. Kenapa kamu terlambatt? Tidak seperti biasanya kamu datang saat kelas akan dimulai sebentar lagi" Candra bertanya sambil berjalan beriringan dengan Radit

"Ada sedikit keributan di rumah dengan si kembar" Keluh Radit dengan sikap yang tenang

"Kenapa lagi keponakanmu? Mereka membuat kekacauan apalagi sekarang?" Candra bertanya dengan nada yang sinis

"Kali ini mereka hanya berdebat karena Kenzi selalu mengganggu Kenzo yang sedang asyik bermain game. Dan Kenzo sama sekali tidak bisa lepas dari konsol game miliknya"

Candra menganggukan kepala mengerti kemudian dia kembali mengingat apa yang Radit ceritakan mengenai ulah Kenzo dan Kenzi sembari berjalan menuju kelas mereka

Flash back on

Cheva sedang sibuk dengan prusahaan Kusuma karena sedang ada tender baru, sedangkan Lian hanya melukis karena dia sedang tidak sibuk dan berencana dirumah menemani kedua anaknya.

"Kak Lian, ayo antar aku ke kantor! Aku ada meeting penting pagi ini" Ujar Cheva pada Lian yang tengah menyelesaikan lukisannya

"Tentu. Kamu bersiaplah dulu. Aku akan membereskan dulu lukisanku ini" Jawab Lian dengan lembut pada Cheva

"Ya, aku akan mengambil tasku dan menunggu dibawah"

"Hmn..." Lian pun mengangguk dan membiarkan Cheva pergi untuk bersiap

"Kenzi, Kenzo, mami dan papi pergi dulu ya. Kalian jangan nakal dan tunggu papi pulang!" Cheva memberi nasehat pada kedua putranya

"Baik mami" Kenzo dan Kenzi menjawab dengan serempak namun ekspresi yang berbeda. Kenzo dengan wajah datarnya dan Kenzi dengan wajah dan suara yang ceria

Cheva dan Lian pun beranjak pergi meninggalkan rumah untuk mengantarkan Cheva ke kantor Kusuma

"Zi, lihat lukisan papi belum selesai.. Bagaimana kalau kita bantu selesaikan?" Ajak Kenzo yang melihat lukisan Lian yang baru setengah jadi

"Tapi, bukankah papi akan marah?" Kenzi tampak ragu mengikuti apa yang dikatakan Kenzo

"Tidak. Papi tidak mumgkin marah pada kita" Kenzo berusaha meyakinkan Kenzi sambil meraih kuas dan cat minyak yang sebelumnya sudah Lian bereskan

"Baiklah. Ayo kita beri kejutan pada papi!"

Kedua saudara kembar itu pun mulai asyik dengan kuas dan cat minyak milik ayah mereka. Para pembantu yang ada sedang di dapur dan sibuk membereskan rumah jadi mereka tidak tahu apa yang sedang majikan kembar mereka lakukan

Beberapa saat kemudian

"Apa-apaan ini?" Lian begitu terkejut melihat kedua anaknya sedang ayik mewarnai lukisan miliknya hingga wajah dan tubuh mereka penuh dengan coretan cat minyak

"Papi ..." kenzo dan Kenzi menoleh dengan wajah terkejut, mereka takut kalau Lian akan memarahi mereka

"Haah ... gambar apa yang kalian buat? Kenapa tidak menggambar di kertas yang baru saja?" Lian yang kesal hanya bisa menghela napas panjang melihat lukisannya telah berubah bentuk menjadi apa yang digambarkan kedua anaknya

"Kami hanya membantu papi saja. Kami lihat lukisan papi belum selesai, jadi kami ingin membantu papi" Kenzi menjawab dengan menundukkan kepala dan merasa bersalah. Sedangkan Kenzo tetap bersikap tenang dan menatap Lian

"Kenzi tidak bersalah pih. Aku yang memiliki ide itu dan mengajak Kenzi melakukannya. Jadi kalau papi mau, hukum saja aku, jangan Kenzi" Mata Kenzo terlihat yakin dengan apa yang dia katakan. Tidak ada keraguan atau pun rasa takut saat meminta hukuman dari Lian

"Bagaimana bisa bocah 7 tahun ini begitu berani meminta sebuah hukuman?" Pikir Lian menatap keyakinan dimata Kenzo

"Papi tidak akan menghukum kalian. Kalian hanya bermain dengan lukisan papi, dan lagi niat kalian kan ingin membantu papi" Lian bicara dengan lembut tapi wajah yang datar

"Tidak. Kami salah dan papi harus memberikan kami hukuman" Kenzo tetap pada keinginannya untuk mendapatkan hukuman dari Lian

"Biarkan papi lihat dulu hasil lukisan kalian" Lian pun mendekati lukisan yang dibuat Kenzo dan Kenzi

"Sepertinya mereka memiliki bakat melukis. Mereka menjadikan lukisanku sebagai lukisan abstrak, tapi warna yang mereka gunakan sangat cantik" Pikir Lian mengamati lukisan anaknya

"Apa yang kalian pikirkan saat membuat lukisan papi?" Tanya Lian yang masih mengamati lukisannya

"Tidak ada. Kami hanya menggunakan kombinasi warna yang menurut kami bagus saja" Kenzi menjawab dengan polosnya

"Papi tidak akan menghukum kalian, asalkan kalian membuat lukisan kalian sendiri-sendiri. Jangan buat 1 lukisan bersama. Papi ingin lihat lukisan siapa yang paling bagus" Lian mengajukan apa yang menjadi syaratnya agar tidak marah

"baik kami setuju" Jawab Kenzo dan Kenzi serempak

"Aku  akan letakkan ini di galeri. Aku ingin tahu apa pendapat orang lain mengenai lukisan mereka ini"

Lian pun meletakkan lukisan anaknya di galeri dan siapa sangka kalau lukisan itu ternyata di beli dengan harga tinggi. Diapun menceritakannya pada keluarganya. Akhirnya Kenzo dan Kenzi yang sebelumnya di salahkan oleh keluarga Kusuma, kini dipuji karena lukisan abstrak mereka

Flash back off

Drama Pagi Dirumah Keluarga Kusuma

"Jika dipikir-pikir keponakan kembarmu itu sudah terlihat jenius ya? Mereka baru berumur 7 tahun tapi sudah bisa membuat lukisan abstrak yang laku terjual dengan harga tinggi. Jika aku menggambar lukisan abstrak... bisa terjual seperti mereka tidak ya?" Candra bertanya pada Radit begitu mereka tiba di kelasnya

"Kamu mau dengar jawabanku?" Tanya Radit dengan nada yang tenang dan mata yang mendelik pada Candra

"Tidak perlu. Aku sudah tahu apa jawaban yang akan kamu berikan" Candra memalingkan wajahnya dengan kesal

"Kalau sudah tahu jawaban dariku, kenapa masih bertanya? Tapi... memangnya kamu tahu jawaban apa yang akan aku berikan padamu?" Kini Radit terlihat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Candra

"Kamu akan bilang begini 'Keturunan keluarga kami memang semua jenius. Jika kamu yang diusia itu maka kamu tidak akan bisa memegang kuas lukis sama sekali, dan meskipun kamu melukis secara acak sekarang itu tidak akan dianggap unik oleh orang lain'. Kamu pasti bilang begitu" Candra bicara dengan nada yang mencibir

"Oh, kamu sudah bertambah pintar" Radit menjawab dengan acuh tak acuh dan pandangan fokus pada laptop di depannya

"Ya ampun... bagaimana bisa. aku tahan berteman denganmu ya? hmn... " Ujar Candra dengan menggelengkan kepalanya berkali-kali

***

Sementara itu di kediaman Kusuma. Diaz masih berada di rumah Yudha dan belum kembali ke rumahnya di negara F

"Risha, ayo bersiap, sayang. Kita akan pulang sekarang" Ujar Tania yang sedang mempersiapkan Dhefin agar bisa segera berangkat

"Mih, pih apa boleh aku sekolah disini dengan Kenzi? Aku ingin sekolah dengannya" Arisha bertanya pada Diaz dan Tania dengan mata berbinar memohon

"Tentu saja boleh. Kakek buyut sangat senang jika kalian berkumpul disini" Yudha menanggapi dengan nada bicaranya yang tenang dan senyum tipisnya

"Benarkah kakek buyut?" Risha bertanya untuk memastikan apa yang Yudha katakan dengan wajah ceria

"Tentu saja. Kakek buyut tidak pernah berbohong dengan apa yang kakek katakan" jawab Yudha dengan nada yang tenang

"Yeaayyyy ... Kenzi akhirnya kita bisa sekolah sama-sama"

"Ya, horeeee..... "

Kenzi dan Arisha bersorak bersama sambil melompat karena senang mendapatkan izin dari Yudha untuk sekolah sama-sama

"Sepertinya anak perempuan memang suka mengikuti anak laki-laki kemanapun ya? Dulu Cheva yang suka mengikutiku. Sekarang malah Risha yang mengikuti anak Cheva" Diaz berasumsi dengan nada yang tenang sambil menggelengkan kepala

"Mungkin karena mereka merasa terlindungi? Dan aku akan mengajari mereka beladiri saat akhir pekan. Itu bagus jika dilakukan saat mereka masih kecil" Lian menanggapi pernyataan Diaz dengan nada bicaranya yang tenang dan dingin

"Benarkah pih?Papi akan mengajari kami beladiri?" Kenzo terlihat sangat bersemangat begitu mendengar kalau Lian akan mengajari mereka ilmu beladiri

"Tentu saja. Itu sangat penting untuk kalian saat dalam bahaya. Tapi papi tidak ingin mendengar kalau kalian nanti berkelahi!"

"Yes"

Lian pun mulai rutin mengajari Kenzo, Kenzi dan Arisha ilmu beladiri setiap minggunya. Mulai dari taekwondo, memanah dan lainnya. Namun dia belum mengajarkan ilmu menembak, karena dirasa itu belum pas untuk usia mereka.

Sedangkan Diaz mulai jarang datang ke negara A, karena sebelumnya dia datang untuk mengantar Risha yang ingin berkunjung. Kini dia hanya akan datang satu bulan sekali

***

Pagi ini Risha, Kenzo dan Kenzie akan mulai sekolah pertama mereka di sekolah dasar

"Anak-anak cepat sarapannya! Kalian bisa terlambat ke sekolah nanti. Ini kan hari pertama kalian masuk sekolah dasar, tidak lucu kan jika kalian terlambat saat baru masuk?"

Cheva berusaha membujuk Risha, Kenzo dan Kenzie untuk mempercepat sarapan mereka agar bisa berangkat sekolah

"Aku sudah selesai, tapi lihat mereka berdua yang lamban saat melakukan apapun!" Kenzo bicara dengan nada yang dingin dan mata mendelik pada Risha dan Kenzie

"Kamu benar. Tapi Risha itu anak perempuan, jadi wajar jika dia makan dengan pelan. Sedangkan kamu Kenzie, kenapa kamu sangat lamban sekali makannya?" Kini Cheva bertanya pada Kenzie yang makan dengan hati-hati

"Aku sedang menikmati makananku mih. Tidak enak kalau kita makan dengan terburu-buru" Kenzie menjawab dengan senyum ceria dan mulut penuh dengan sandwich

"Ya terserah kamu saja. Tapi jika kamu terus makan seperti itu, maka kalian akan terlambat ke sekolah" Gina bicara dengan tenang

Akhirnya Risha dan Kenzie selesai dengan sarapan mereka dan siap untuk pergi ke sekolah. Supir yang akan mengantar mereka sudah menunggu mereka di depan rumah

"Apa kalian sudah memeriksa semua barang yang kalian butuhkan? Tidak ada yang tertinggal?" Cheva kembali bertanya untuk memastikan

"Ya, kami sudah membawa semuanya"

"Kalian yakin?"

"Jika mami terus bertanya, maka kami akan terlambat" Kenzo bicara dengan sikap yang tenang dan acuh tak acuh

"Cih dasar kloning kak Lian" Gumam Cheva mencibir sikap Kenzo yang sangat mirip dengan Lian

"Ya sudah. Kalian hati-hati dan jangan nakal selama di sekolah. Kalian harus jadi anak baik" Cheva kembali menasehati ketika ketiga anak itu sudah naik ke dalam mobil yang akan mengantar mereka ke sekolah

"Oke mami"

"Oke tante"

Risha dan Kenzie menjawab dengan ceria, lain halnya dengan Kenzo yang tidak menanggapi

"Jalan pak! Kita bisa terlambat" Kata Kenzo tanpa mempedulikan Cheva

Cheva yang melihat Kenzo tidak menanggapi kembali kesal melihat mobil yang mengantar anaknya semakin menjauh

"Dasar anak itu. Memangnya salah kalau aku mengingatkan mereka untuk berhati-hati dan tidak nakal? Kenapa sikapnya malah seperti itu? Sepertinya aku selalu mengajarinya bersikap sopan pada orang tua? Ada apa dengannya?"

Cheva menggerutu kesal begitu dia kembali masuk ke dalam rumah.

"Ada apa? Kenapa kamu sudah marah-marah? ini masih pagi" Tanya Lian dengan sikapnya yang tenang

"Itu kak, tadi aku mengingatkan anak-anak untuk hati-hati dan tidak nakal disekolah. Risha dan Kenzie menjawabku sebelum pergi. Tapi Kenzo, dengan sikapnya yang dingin itu dia mengabaikan aku" Cheva mengeluh pada Lian

"Berapa kali kamu menahan mereka untuk pergi ke sekolah? Mereka sudah hampir terlambat, pasti kamu juga yang menghambatnya kan?"

Yudha yang mendengar keluhan Cheva menjawab tanpa menoleh pada cucunya itu

"Tidak. Aku tidak melakukan itu kakek. Kakek jangan asal menuduhku ya?" Kini Cheva berdebat dengan Yudha

"Kakek tahu kamu sangat merepotkan jadi anakmu juga pasti kesal dengan ocehanmu" Jawab Yudha lagi

"Apa maksudnya aku merepotkan? Aku hanya mengingatkan mereka sudah memeriksa semuanya belum? Jangan makan sembarangan, jangan nakal, harus mendengarkan apa yang dikatakan gurunya dan bla bla bla"

Cheva menjelaskan apa yang dia katakan dengan sangat panjang

"Pantas saja Kenzo memilih mengabaikanmu. Jika dia mendengarkanmu sudah pasti mereka tidak jadi ke sekolah karena pesanmu yang tidak pernah habis" Yudha mengejek Cheva dengan senyum tipisnya

"Cih, kakek tidak pernah membelaku. Sudahlah, kakek menyebalkan! Kak Lian ayo kita berangkat kekantor! Tidak ada habisnya kalau berdebat dengan kakek" Cheva pun meraih tasnya dan keluar rumah lebih dulu untuk pergi ke kantor. Dia terus menggerutu dengan wajah ditekuk. Sedangkan Lian dan Yudha hanya tersenyum saja melihat tingkah Cheva yang kini sudah dewasa namun bersikap seperti anak kecil.

"Kamu senang sekali menggoda cucumu itu" Ujar Gina yang sejak tadi hanya memperhatikan sambil menuangkan teh pada Yudha

"Aku suka melihat emosinya yang berapi-api. Itu menjadi hiburan tersendiri untukku"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!