Prolog
Hardi Malik adalah seorang CEO perusahaan yang sukses, keberhasilannya sudah di akui di indonesia. Dia memulai bisnisnya dari nol, tanpa iming-iming atau warisan dari orangtuanya. Dia termasuk pengusaha yang sukses di bidangnya, dengan usia yang masih muda (35) dia sudah meraih banyak kesuksesan. Hampir di setiap majalah bisnis, dia selalu ada dengan kiat-kiat sukses dalam suatu bidang usaha.
Dia telah menikahi Wulan Iskak (32) seorang anak pembisnis bernama Iskak Winata yang juga sukses di bidangnya. Begitu banyak anak perusahaan yang ayahnya kelola hingga hartanya sangat melimpah. Dia menjabat sebagai direktur perusahaan ayahna sebelum ia di persunting oleh hardi dan menjadi ibu rumah tangga.
Namun takdir tak selamanya mendukung mereka, mereka berpisah setelah 4 tahun menikah.
Flashback on
*Satu tahun yang lalu
Sebuah pertengkarang terjadi di sebuah rumah hingga terdengar ke luar area rumahnya.
"Apa **yang kamu lakukan dengan b*jingan itu, Hah? dasar kamu wanita murahan" Hardi
"Kamu yang gak sadar diri, selama ini kamu kemana? kamu tidak pernah ada di rumah" wulan
"Kamu tahu kan, aku sibuk kerja. Aku sibuk" Hardi
"Halah kerjaan saja yang kamu urusi, aku... aku.. hanya kamu jadikan apa hah. Apa aku hanya barang yang hanya buat kamu pajang begitu saja" Wulan
"Kamu itu istri aku, kamu istri aku. Tapi kamu malah bermesraan dengan pria br€ngs€k itu, kamu gak tahu diri" Hardi
"Aku juga butuh cinta dan kasih sayang, bukan hanya sekedar uang, aku gak butuh semua uangmu" Wulan**
Terdengar suara tamparan dan jerit tangisan dari seorang wanita.
"Aku minta cerai... percuma aku hidup dengan suami yang gila kerja" Wulan
"Ok... kita cerai... mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Pergi saja kamu dengan laki-laki itu, pergi... aku muak melihatmu. Dan ingat, Cilla aku yang rawat, aku gak sudi darah dagingku di asuh oleh wanita murahan sepertimu" Hardi
Wulan pergi meninggalkan tempat tinggalnya bersama Hardi dengan memegang pipinya yang memerah karena tamparan dari Hardi, matanya sembab dengan air mata yang masih membasahi pipinya.
Hardi menatap kepergiannya dengan mata penuh amarah, matanya pun merah dengan berkaca-kaca. Dia sudah merasa muak akan perbuatan istrinya yang tega bermain gila di belakangnya.
Hardi berjalan menuju kamar anaknya yang sedang terlelap. Air matanya mengalir memandangi wajah putrinya yang sangat ia cintai, membelai kepala putrinya sambil bergumam "Ayah janji, ayah akan menjagamu dan membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kamu putri ayah yang kuat, Ayah akan menjadi ayah sekaligus ibu buatmu. Ayah sangat mencintaimu Cilla" Hardi mengecup kening putrinya lalu merebahkan dirinya di samping putrinya.
Sebulan kemudian, sidang perceraian di gelar. Karena kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka membuat persidangan menjadi mudah, apalagi tidak ada tuntutan hak asuh anak ataupun harta gono gini. Semua telah terselesaikan dengan baik pada akhirnya Hardi dan Wulan resmi bercerai.
Hardi meraih putrinya dari pangkuan neneknya, memeluknya erat dengan mata berkaca-kaca. Orangtua Hardi kembali menggendong cucunya, mereka pun menuju mobilnya untuk pulang.
Beberapa minggu berlalu, Cilla telah beradaptasi dengan pengasuhnya. Seperti biasanya Hardi sibuk dengan pekerjaannya membuatnya pergi pagi pulang malam. Sehingga waktu Cilla hanya di habiskan dengan pengasuhnya ataupun sesekali kakek neneknya datang untuk sekedar melepas rindu kepada cucunya. Begitulah keseharian Hardi dan Cilla pasca cerai dari istrinya.
Flashback off
Setiap malam Hardi selalu menghampiri kamar putrinya, dia selalu menatap lekat anaknya yang tertidur lelap. Tersenyum ke arah buah hatinya dan mengelus rambut tipisnya, betapa besar rasa sayangnya terhadap putri semata wayangnya.
Hardi memahami waktu bersama putrinya itu sungguh sedikit karena dia lebih banyak menghabiskan waktunya mengurus perusahaan, hatinya memang sedikit menyesal selalu meninggalkan putrinya hanya dengan pengasuhnya.
Hari libur besok, Hardi berencana mengajak putrinya ,berlibur ke kebun binatang untuk menghabiskan waktu bersama. Lalu ia menghubungi orangtuanya agar bisa ikut dengan dia dan Cilla, orangtua Hardi cukup senang mendengarnya. Memang mereka tahu bahkan saat hari libur pun Hardi masih saja sibuk dalam pekerjaannya.
Pagi hari semua persiapan sudah siap, Cilla di gendong oleh pengasuhnya. Tak lama orangtua Hardi datang lalu bu Yesi (mamahnya Hardi) mengambil alih menggendong Cilla.
Mereka masuk kedalam mobil Hardi, Cilla dan orangtua hardi duduk dikursi di tengah, Hardi duduk di sebelah supir dan Lia (pengasuh Cilla) duduk di kursi belakang.
Tak berapa lama mereka sampai di kebun binatang, mobil melaju ke area parkirnya. Kemudian mereka turun dari mobil, Lia mengeluarkan stroller dan meletakan Cilla duduk di sana. Mereka pun mulai berjalan menyusuri area kebun binatang, Cilla sangat antusias melihat semua binatang yang ada di sana. Tangannya selalu menunjuk ke arah hewan-hewan yang di lihatnya, sambil sesekali bertanya nama hewan yang di lihatnya.
Cilla merentangkan tangannya ke arah Hardi minta untuk digendong, Hardi pun menggendong putrinya yang ingin melihat harimau yang ada di kandang di depannya. "Ayah itu apa?" tanya Cilla dengan suara khas anak kecil.
"Itu harimau sayang, kucing besar" jawab Hardi sambil mengecup gemas pipi putrinya.
Cilla sangat senang melihatnya hingga dia terus tersenyum menggemaskan.
Hari sudah beranjak sore, perut mereka pun mulai keroncongan. Hardi dan yang lainnya kembali ke mobil, keluar dari area kebun binatang menuju restoran.
Hardi memesan makanan untuk mereka, Hardi tidak pernah membedakan status, dia menganggap pak Tono (supir pribadi) dan Lia sudah seperti keluarga. Jadi dia tidak memisahkan meja dengan mereka. Lia dan pak Tono pun sudah tidak sungkan lagi dengan majikannya untuk duduk semeja karena itu sudah jadi kebiasaan mereka.
Lia duduk di samping Cilla, sesekali menyuapi Cilla yang lumayan lahap makan hari ini. Hardi yang melihatnya merasa senang karena putrinya bisa hidup dengan baik walau tanpa seorang ibu.
"Hardi, kamu tidak ada niatan mencari ibu baru untuk Cilla" tiba-tiba bu Yesi membuka pembicaraan.
"Tidak mah, aku tidak ada pikiran kesana. Aku bisa membesarkan Cilla sendiri" jawab Hardi.
"Tapi Cilla membutuhkan kasih sayang seorang ibu, kamu kan juga jarang di rumah. Karena terlalu sibuk bekerja" tambah pak Herman (papahnya Hardi).
"Udahlah pah, jangan bahas hal yang tidak penting. Aku sayang Cilla, aku gak ada niatan membagi sayangku dengan orang lain" tegas Hardi.
"Yaudah kalau itu keputusanmu, kami juga tidak bisa memaksa" ucap bu Yesi menyerah dengan prinsip anaknya.
Mereka melanjutkan makannya tanpa melanjutkan pembahasannya. Selesai makan mereka pun kembali ke mobil untuk segera pulang ke rumah.
Orangtua Hardi malam ini pun menginap di sana, Cilla meminta untuk tidur dengan neneknya sehingg Lia pergi ke kamarnya untuk istirahat. Bu Yesi tidur dengan Cilla di kamar Cilla sementara pak Herman duduk di kamar tamu dan Hardi pastinya berada di kamarnya.
***
Jangan lupa like dan Vote untuk mendukung Author. Serta komen jika ada saran atau pun kritik.
Terimakasih 😊
Perkenalkan karakter
Sarah Aulia seorang gadis berumur 25 tahun yang hidup hanya berdua dengan ibunya bernama ibu Rahma karena ayah dan ibunya telah berpisah saat ia masih duduk di bangku SMP.
Sarah bekerja sebagai seorang guru TK di taman kanak-kanak xxxx di daerah jakarta tak jauh dari tempat tinggalnya. Sementara ibunya mengelola rumah makan yang lumayan besar, hasil dari jerih payahnya selama ini.
****
Pagi itu, seperti biasa Sarah berangkat menuju sekolah taman kanak-kanak tempat ia mengajar. Dia berangkat menggunakan sekuter matic warna merah yang selalu ia kendarai setiap hari.
Bu Rahma selalu menyiapkan bekal untuk anaknya tersebut, sebuah kotak makan berwarna merah mudah selalu ia berikan kepada Sarah.
Sarah menyusuri jalanan dengan berkendara santai yang penting dia selamat sampai tujuan.
Pas di tikungan jalan tiba-tiba sebuah mobil berjalan cukup kencang hendak menabrak Sarah, namun keduanya mengerem mendadak hingga hanya bersenggolan membuat Sarah terjatuh dari sepeda motornya. "Aduuhhh..." keluh Sarah merasakan sedikit sakit di kali dan tangannya, karena ia jatuh ke samping dengan kaki yang tertiban sepeda motornya dan tangan menahan tubuhnya.
Keluarlah dari pintu depan mobilnya seorang pria tampan dengan setelan jas rapi, sarah menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala sambil tetap meringis menahan sakit.
"Kalau berkendara pake mata" bentak kata pria itu.
"Apa? Anda sendiri yang ngebut kan" sarah balik membentaknya.
"Tuh lihat, mobil saya lecet kan" pria itu menatap bemper mobilnya sedikit penyok dan tergores.
"Cuma mobil aja, lihat saya malah luka-luka begini, lihat motor saya juga rusak, yang salah kan anda berkendara dengan ngebut" Sarah mencoba beranjak bangun dan mencoba mengangkat motornya yang tadi terjatuh, spakbor depan motor Sarah pun retak.
"Ok... Ok... aku ganti, cuma motor butut kayak gitu aja, nih" Pria itu melemparkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke arah Sarah.
Lalu ponsel pria itu berdering, pria itu mengangkat telponnya dan terlihat seperti nya ada hal penting hingga harus segera pergi.
"Udah kelar kan!" pria itu langsung pergi masuk kemobilnya lalu melaju meninggal Sarah.
Sarah sangat jengkel dengan perilaku pria tersebut, membuatnya ingin sekali membejek-bejek wajah sombongnya. Melihat uang berserakan, Sarahpun mengambilnya satu persatu.
"Cih.. Dasar Cowok songong, sok kecakepan, sok kaya, lempar-lempar uang seenaknya dengan gak sopan." gerutu Sarah lalu kembali melajukan sepeda motornya ke arah sekolah.
Sesampainya di sekolah, rekannya melihat Sarah yang berjalan sedikit pincang dan memegang tangannya yang terluka.
"Kenapa mbak, kayaknya mbak terluka?" tanya Sita rekan pengajar di sana.
"Tidak apa-apa tapi aku cuma jatuh dari motor karena ada mobil ngebut" Sarah masuk ke ruangan pengajar.
"Yaudah Mbak, tunggu sebentar aku mau ngambil obat p3k dulu" Sita pergi meninggalkan Sarah.
Sarah mengurut-urut pelan kakinya yang masih nyeri. Sita datang membawa kotak P3K, lalu dia membukanya dan memberikan obat luka ke Sarah. Dia pun mengobadi luka yang ada di tangannya dan mengoleskan salep otot ke kakinya.
*Dilain tempat
"Maaf saya terlambat, tadi ada insiden sedikit di jalan. Saya Hardi Malik CEO MK company" Hardi mengenal dirinya pada para pemegang saham yang hadir di meeting kali ini.
"Ok... sekarang kita mulai meetingnya" Hardi duduk di kursinya dan membaca berkas yang ada di hadapannya lalu mulai membahasnya bersama.
Hardi termasuk orang yang gila akan pekerjaanya, dia tidak ingin membuang waktu untuk hal-hal yang menurutnya tidak terlalu penting. Setiap hari yang di lakukannya hanya bekerja hingga membuat sekertaris pribadinya yang bernama Rio merasa sedikit kesulitan mengimbangi nya.
Sampai waktu di rumahpun Hardi sering menelepon nya hanya untuk menanyakan pekerjaan, namun Rio berusaha yang terbaik demi boss nya agar merasa puas akan pekerjaannya.
***
Silahkan Like jika menyukainya,,, nantikan up Author berikutnya 😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!